Você está na página 1de 13

I.

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kehidupan hewan sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan


kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat ditentukan
keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu
jenis hewan tanah disuatu daerah tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan
abiotik dan lingkungan biotik. Dalam studi ekologi hewan, pengukuran faktor
lingkungan abiotik penting dilakukan karena besarnya pengaruh faktor abiotik itu
terhadap keberadaan dan kepadatan populasi kelompok hewan ini. Dengan dilakukan
pengukuran faktor lingkungan abiotik, maka akan dapat diketahui faktor besar yang
besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan populasi hewan yang diteliti.
(Sambas, 2003).

1.2 TUJUAN
Mengetahui pola aktifitas harian hewan
Pola fluktuasi dari perubahan kondisi faktor-faktor lingkungan
dalam habitat yang ditempatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bekicot (Achatina fulica) merupakan hewan yang paling banyak ditemukan


diberbagai daerah di Indonesia, meskipun demikian hewan ini bukan spesies pribumi
Indonesia melainkan merupakan pendatang dari benua Afrika yang telah menetap
50 tahun lamanya.

1
Penyebaran jenis bekicot bergantung pada habitatnya. Populasi bekicot akan
melimpah jika di musim penghujan, dan sebaliknya populasi bekicot akan sangant
jarang sekali pada musim kemarau. Bekicot sangat menyukai daerah lembab, oleh
karenanya jika terjadi suksesi di habitat asalnya, maka populasinya juga akan
berkurang. Tetapi, seiring berjalannya waktu ketika daerah suksesi mulai pulih, maka
bekicot akan segera berdatangan ke daerah tersebut. Bisa disebut juga bahwa bekicot
menjadi salah satu penghuni pertama di daerah suksesi tersebut, tentu saja jika daerah
tersebut banyak diguyur hujan. (Sukarsono, 2009)

Bekicot dikenal sebagai hewan nokturnal dan herbivora, karena kebiasaan


makannya itu, sehingga bekicot digolongkan dalam sebagai kelompok hewan yang
berpotensi sebagai hama bagi kebun sayuran dan bunga-bungaan. Bekicot bersifat
hermaprodit namun perkawinan tidak dapat dilakukan oleh satu individu saja
melainkan membutuhkan individu lain pada proses kawinnya. Pada waktu kopulasi
penis masing-masing individu yang berwarna keputih-putihan dan lembab, akan
masuk ke dalam lubang genital individu pasangan kawinnya. Bekicot termasuk dalam
golongan hewan lunak dan biasanya disebut Molusca. Anggota bekicot ini sangat
banyak hidup di bebagai alam (darat, air tawar, air payau dan di laut) misalnya cumi-
cumi, gurita dan kerang-kerangan. Bekicot termasuk ke dalam kelas Gastropoda atau
berkaki perut. Di Indonesia dikenal ada dua jenis (spesies) bekicot yaitu Achatina
fulicad dan Achatina fariegata. (Browidjojo, 1989)
Secara garis besar tubuh bekicot terdiri atas dua bagian yaitu cangkang
bekicot; berfungsi sebagai alat untuk melindungi tubuhnya dari mangsanya.
Cangkang bekicot dewasa dapat mencapai 7,5 11,5 cm diukur dari ujung cangkang
sampai kedasar cangkang. Achatina fulica mempunyai cangkang bergaris-garis
semar, ramping dan runcing, sedangkan Achatina fariegata memiliki cangkang
bergaris tebal, lebih gemuk, dan membulat, dan badan bekicot; yang sederhana terdiri
atas kepala dan perut. (Tjitrosoepomo, 2004)
Di alam ini, semua mahluk hidup mengambil pola-pola perilaku yang
membutuhkan kecerdasan agar bisa bertahan hidup. Pola-pola perilaku ini, yang
mendasari kecakapan, kepiawaian dan kemampuan-kemampuan perencanaan unggul

2
memiliki satu kesamaan. Masing-masing perilaku ini mensyaratkan adanya
kemampuan. Pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sebagai tempat hidupnya. Perubahan lingkungan sehari-hari yang
ditentukan oleh perputaran bumi mengelilingi matahari mengakibatkan mahluk hidup
akan beradaptasi untuk mengoptimalkan daya hidupnya dengan jalan mengorganisasi
aktivitasnya dalam siklus 24 jam.

Dalam rentang waktu sehari (24 jam) dan dari hari kehari, hewan menjalani
hidupnya dengan melakukan berbagai aktivitas. Pada hewan yang memiliki mobilitas
yang tinggi dalam pergerakan mencari makan untuk mendapatkan energy yang
diperlukannya. Pada hewan dewasa seksual, aktivitas hariannya mencakup aktivitas
reproduksi, seperti mencari pasangan dan berkopulasi, area yang dijelajahi hewan
untuk aktivitas-aktivitas tersebut dikenal dengan daerah edar. Setiap hewan yang
keluar dari sarang atau tempat perlindungan akan terdedah pada waktu hewan lain
menjadi musuhnya (predator) dan kondisi lingkungan yang tidak baik, maka dalam
kegiatan keseharian itu, tercakup pula pergerakan mencari tempat berlindung, agar
terhindar dari bahaya yang mengancam kesintasannya. Semakin siang, bekicot
semakin inaktif (tidak beraktifitas). Dalam mengadakan berbagai aktivitas tersebut
hewan pun memerlukan istirahat dan tidur (inaktif). Dalam kurun waktu sehari dan
dari hari ke hari, berbagai faktor dan kondisi lingkungan seperti suhu, cuaca dan iklim
mengalami perubahan-perubahan serta memperlihatkan fluktuasi baik harian maupun
musiman. Faktor suhu misalnya setiap pagi relatif rendah dan makin siang makin naik
hingga mencapai suhu maksimum pada hari itu, dan kemudian akan berangsur turun
pada sore hari dan malam harinya hingga mencapai suhu yang minimum. (Sambas,
2003)

Pada siang hari, bagian ujung kaki Achatina fulica yang masuk cangkang
akan terlihat dilindungi oleh selapis efifragma. Pada musim kemarau yang sangat
kering bagian mulut cangkang bekicot dilapisi oleh efifragma yang mengeras seperti
lapisan tanduk. Dalam keadaan demikian hewan-hewan tersebut dikatakan sedang

3
mengalami estivasi (tidur musim kering, sebanding dengan hibernasi pada hewan-
hewan temperate di musim dingin). (Browidjojo, 1989)

Cara menentukan pola aktivitas hewan ada bermacam-macam di dasarkan


pada cara pengukuran akivitas. Salah satunya adalah dengan pengamatan dilakukan
selama 24 jam dengan interval waktu 2 jam yang isi dari data aktivitas hewan selama
pengamatan dipindahkan pada sebuah lembar data.

Dari pengamatan, kita juga menentukan jarak edar. Jarak edar adalah sebuah
gerakan periodik hewan dari tempat di mana ia telah tinggal ke daerah yang baru dan
kemudian melakukan perjalanan kembali ke habitat asli. Jarak edar pergerakan
binatang dipengaruhi oleh distribusi dan sumber daya seperti makanan atau habitat
pemeliharaan keturunannya, dan dengan struktur fisik bentang lahan. Ruang lingkup
jarak edar hewan bisa menjadi luas seperti migrasi. Migrasi hewan umumnya
menggunakan rute yang sama dari tahun ke tahun - dari generasi ke generasi. Tanah
lintas hewan bisa berupa gunung, sungai, dan padang tanah yang luas. (Sambas,
2003)

III. METODE
III.1 ALAT DAN BAHAN
a) Achatina fulica (panjang cangkang 50 mm)
b) Meteran pendek (1 m)
c) Jam tangan / penunjuk waktu lain
d) Senter
e) Kamera
f) Penggaris metal
g) Laptop

4
h) Kertas millimeter
i) Pensil dan penghapus
j) Lidi (tusuk sate) 12 batang
k) Kertas label 12 buah

3.2 CARA KERJA

a) Lokasi yang dikunjungi ditunjukkan oleh asisten pada area lapangan.


b) Tanda pada cangkang diberikan pada bekicot untuk pengenalan
individual dengan kertas label.
c) Achatina fulica dikumpulkan dan ditimbang sebelum dilakukan
pengamatan, dibersihkan serasah dan kotoran pada badan bekicot
dengan kertas penyerap (tissue) hingga ketelitian 0.1 g. Diakhir
pengamatan berat bekicot ditimbang kembali.
d) Bekicot dikembalikan ke habitat semula pada lokasi yang ditentukan
e) Seluruh kegiatan bekicot diamati dan dicatat setiap dua jam sekali.
f) Pengamatan kondisi lingkungan secara umum dilakukan pada lokasi
yang ditentukan
g) Jarak edar bekicot diukur dalam waktu berurutan selama 24 jam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 HASIL
IV.1.1 Tabel pola aktifitas harian Achatina Fulica

N BERAT 14.00 16.00 18.00 20.00


BEKICOT
O
AWAL TO PO J1 T1 P1 J2 T2 P2 J3 T3 P3 J4 T4 P4
A
o o o o
1 HUSNA 29.99gr 28.0 C Ab 0 31.7 C Ir 218cm 30.9 C m 8cm 29.4 C Ad 6 28.5 Ad
A
2 YANA 31.5gr 28.0oC Ab 0 31.7oC Ad 208cm 30.9oC Is 4cm 29.4oC m 28 28.5 Ad

3 EMI 24.14rg 28.5oC Ad 0 31.7oC Ab 0 30.9oC Is 0 29.4oC Is 0 28.5 Adf


o o o o
4 NAJJINI 38.52gr 30.9 C Ab 0 31.7 C Is 320cm 30.9 C Ab 0 29.4 C Is 25 28.5 Ab
o o o o
5 TIKA 16.7gr 30.9 C Ab 0 31.7 C Ab 43cm 30.9 C Ab 0 29.4 C Is 0 28.5 Is
o o o o
6 DILLA 29.31gr 28.0 C Ad 0 31.7 C Ir 132cm 30.9 C Ab 0 29.4 C Is 0 28.5 Adf

5
Sambungan Tabel Pengamatan Pola Aktivitas Harian Achatina fulica (2)
22.00 24.00 2.00 4.00 6.00

J5 T5 P5 J6 T6 P6 J7 T7 P7 J8 T8 P8 J9 T9 P9
o o o o
7cm 28.0 Ad 0 27.2 C Ir 110cm 27.5 C A 0 27.2 C Ir 96cm 26.7 C A
o o o o
8cm 28.0 Ad 21cm 27.2 C Ad 18cm 27.5 C Ad 13cm 27.2 C Ad 12cm 26.7 C Ad
o o o o
0 28.0 Is 147cm 27.2 C Ab 126cm 27.5 C Am 129cm 27.2 C Ab 25cm 26.7 C Ab
o o o o
140cm 28.0 Ab 0 27.2 C Is 18cm 27.5 C Ab 54cm 27.2 C Ab 106cm 26.7 C Ab

0 28.0 Is 0 27.2oC Is 0 27.5oC Is 10cm 27.2oC Ab 0 26.7oC Is

27cm 28.0 Ab 41cm 27.2oC Am 31cm 27.5oC Ab 72cm 27.2oC Ab 56cm 26.7oC Ab

Sambungan Tabel Pengamatan Pola Aktivitas Harian Achatina fulica (3)


8.00 10.00 12.00 Total
Berat Rata-
Jara
Akhir Rata
J10 T10 P10 J11 T11 P11 J12 T12 P12 k

o o o 48.6
21cm 27.7 C Ad 57cm 34.8 C Ad 12cm 32.3 C Ad 29.34 535
28.4
0 27.7oC Is 0 34.8oC Is 0 32.3oC Is 31.84 312
39.45
8cm 27.7oC Ab 0 34.8oC Is 0 32.3oC Is 21.64 435
62.6
17cm 27.7oC Is 0 34.8oC Ir 8cm 32.3oC Ab 38.18 688
6.37
0 27.7oC Is 17cm 34.8oC Ab 0 32.3oC Is 15.63 70
36.8
24cm 27.7oC Ab 0 34.8oC Adf 22cm 32.3oC Ab 24.84 405

IV.1.2 Diagram perilaku

DIAGRAM PERILAKU

33%

67%

IV.1.3 Tabel korelasi berat Achatina fulica terhadap jarak

6
N Bekic
o ot Berat Jarak
31.5g 28.4c
1 Yana r m
24.14 39.45
2 Emi gr cm
Husn 29.99 48.6c
3 a gr m
Najjin 38.52 62.6c
4 i gr m
Kartik 16.7g 6.37c
5 a r m
29.31 36.8c
6 Dilla gr m

Korelasi Berat Terhadap Jarak


120

100

80 Berat

60 Jarak

40

20

4.1.4 Diagram Pengaruh Waktu dan Suhu terhadap Jarak edar Bekicot

14 16 18 20 22 00 02 04
n BEKIC
(31.7 (30.9 (29.5 (28.5 (28 (27.2 (27.5 (27.2
o OT
C) C) C) C) C) C) C) C)
208c
1 YANA 0 4 28cm 8cm 21cm 18cm 13cm
m
147c 126c 129c
2 EMI 0 0 0 0 0
m m m
218c 110c
3 HUSNA 0 8 6 7 0 0
m m
320c 140c
4 NAJJINI 0 0 25cm 0 18cm 54cm
m m
KARTIK
5 0 43cm 0 0 0 0 0 10cm
A
132c 27c
6 DILLA 0 0 0 41cm 31cm 72cm
m m

7
Sambungan Diagram Pengaruh Waktu dan Suhu terhadap Jarak Edar Bekicot
(2)
06 08 10 12
(26.7 (27.7 (34.8 (32.3
C) C) C) C)
12cm 0 0 0
25cm 8cm 0 0
96cm 21cm 57cm 12cm
106c 17cm 0 8cm
m
0 0 17cm 0
56cm 24cm 0 22cm

Diagram Pengaruh Waktu dan Suhu Terhadap Jarak Edar Bekicot


350
300
250
200
150 YANA EMI HUSNA NAJJINI KARTIKA DILLA

100
50
0

IV.2 PEMBAHASAN

Pada pratikum menentukan pola aktifitas dan jarak edar harian hewan yang
berlokasi di halaman Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Riau, dari enam ekor
Achatina fulica, didapati bahwa ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi jarak
edar dan pola aktifitas organisme diantaranya suhu dan kelembaban. Dimana semakin

8
tinggi suhu maka semakin rendah kelembapannya dan semakin luas jarak edarnya.
Karena umumnya bekicot mencari tempat-tempat yang lebih lembap dan gelap. Itulah
penyebab rata-rata sebagian besar aktifitas seluruh bekicot adalah aktif berjalan (Ab),
oleh karenanya bekicot lebih aktif beraktifitas di malam hari, maka bekicot termasuk
hewan nocturnal. Bekicot semakin aktif, ada bekicot yang mencari makan, ada pula
yang terus begerak berpindah tempat-naik pohon, ada pula yang mendefekasikan
fesesnya.

Dari diagram perilaku diketahui ada satu bekicot (nama punggung Kartika)
yang dominannya tidak aktif pada malam hari. Pada pengamatan di siang hari,
ternyata bekicot tersebut lebih aktif karena berjalan mencari tempat yang lebih gelap/
yang kurang insentitas cahayanya.
Dari data berat bekicot terhadap jarak diketahui bahwa berat cukup
mempengaruhi jarak, semakin berat tubuh bekicot semakin jauh jarak yang
ditempuhnya.
Berat badan bekicot yang diamati mengalami kenaikan dan penurunan.
Dimana kenaikan berat badan terjadi karena aktifitas makan bekicot. Penurunan berat
badan dikarenakan ketersediaan makanan, dimana hanya beberapa dari bekicot yang
tidak makan apa apa pada malam hari dan juga karena aktifitas berjalan yang cukup
jauh sehingga menguras energi bekicot. Semakin rendahnya jarak edar yang
dilakukan oleh siput juga dapat disebabkan oleh aktifitas makan yang dilakukan.

V. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas diperoleh kesimpulan bahwa:

9
Berdasarkan pengamatan terhadap Achatina fulica selama 24 jam, dapat
dilihat bahwa pada setiap bekicot memiliki bermacam aktifitas di
berbagai waktu. Diantara aktifitasnya adalah berjalan-jalan(Ab), berdiam
diri (Ad) , makan (Am), defekasi (Adf) dan inaktif yaitu seluruh bagian
tubuh masuk ke cangkang (Is) dan kaki menjulur ke luar cangkang (Ir) .
Rata-rata bekicot yang diamati aktif di malam hari (nocturnal) dan ada
satu bekicot yang tidak aktif sama sekali pada malam hari.
Faktor yang dapat memperlihatkan pola fluktuasi dari perubahan kondisi
faktor-faktor lingkungan dalam habitat yang ditempatinya adalah ketidak
tetap-an jarak edar, pola aktifitas organisme (diantaranya suhu dan
kelembaban, intensitas cahaya), kenaikan berat badan terjadi karena
aktifitas makan bekicot dan penurunan berat badan dikarenakan
ketersediaan makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Sambas, Wirahadikusumah. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Erlangga: Jakarta,


Sukarsono. 2009. Ekologi Hewan. UMM Press : Malang
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Biologi II. Jakarta : Dedikbud
Browidjojo, M. Dj. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga : Jakarta

10
LAMPIRAN

Lokasi pengamatan pola aktivitas harian Lokasi pengamatan pola aktivitas harian
Achatina fulica dan jarak edarnya Achatina fulica dan jarak edarnya

11
Bekicot diberi label sebagai pengenalan
individual dan penancapan lidi (tusuk
sate) sebagai tanda jarak edar bekicot Suhu di siang hari diukur dengan
setiap 2 jam termometer

Bekicot (nama punggung Kartika) yang Bekicot yang cenderung aktif saat
cenderung inaktif saat malam hari malam hari dan terjadi perpindahan

Pengukuran suhu dengan thermometer Perubahan suhu dari waktu ke waktu


selama 24 jam hingga malam hari dengan pengamatan sekali dalam dua
jam

12
Birdview jarak edar selama 24 jam Dokumetasi jarak edar seluruh bekicot
sejauh 70cm pada bekicot inaktif setelah 24 jam

13

Você também pode gostar