Você está na página 1de 15

LAPORAN PENDAHULUAN

INTOKSIKASI/KERACUNAN

A. DEFINISI
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi
bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar
7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan
dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang
disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan
tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.

B. PENYEBAB DAN JENIS KERACUNAN


Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung
bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut
antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan
merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi
langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain
itu, keracunan bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya
sendiri yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen
dan juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan
keracunan, antara lain:
a. Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di
tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi
dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena
cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan
kaleng yang diolah secara kurang sempurna.

1
1) Gejala : keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam
sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan
yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda.
Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak
lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah
menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan
penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu
dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
2) Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.

b. Keracunan jamur
1) Gejala: gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah
makan jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit
perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan
mental, pingsan.
2) Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita
dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan
encer kalium permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih
telur campur susu. Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke
rumah sakit.

c. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam
saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya
keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan
penyerta lainnya.
1) Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut,
nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna
putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
2) Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi
minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit
dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih
berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.

d. Keracunan ikan laut


Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun
tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala

2
keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah
memakannya.
1) Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan
dan susah bernafas.
2) Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan
yang sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung
dan pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang
laut itu tidak ada.

e. Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun
biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau
memakan daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam
beberapa menit setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul.
Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.

2. Minyak Tanah
1) Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak
tanah:
Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara
berkembang.
Daerah perkotaan > daerah pedesaan
Pria > wanita
Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua.
2) Gejala dan tanda: Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan
saluran napas, pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk,
tersedak, dan mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit.
Sianosis, distress pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi
kemudian. Pada anak yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada
lambung dan muntah secara spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma,
dan konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran jantung, atrial fibrilasi, dan
fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal dan sumsum tulang
juga pernah dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia, efusi pleura,
pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus
emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi
paparan pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada
mata hingga kerusakan permanen mata.

3
3) Komplikasi: Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis
aspirasi. Studi pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x
dibanding pada saluran pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita
batuk atau muntah. Akibat viskositas yang rendah dan tekanan permukaan,
aspirat dapat segera menyebar secara luas pada paru. Penyebaran melalui
penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli,
dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan,
edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru
dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada
lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat
menyebabkan depresi CNS ringan - sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar
adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang
karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan.
Minyak tanah juga diekskresikan lewat urine.
4) Penatalaksanaan:
a) Monitor sistem respirasi
b) Inhalasi oksigen
c) Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas.
d) Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis
e) Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan
f) Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak
penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat
menyebabkan aspirasi dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain
memperbolehkannya, utamanya bila jumlah yang ditelan cukup banyak,
karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari lambung ke paru.
g) Antasida: untuk mencegah iritasi mukosa lambung
h) Pemberian susu atau bahan dilusi lain
i) Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End
Expiratory Pressure / PEEP)

3. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam
golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur
lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin),
pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
1) Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin,
miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi,

4
bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya
terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint),
Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme,
Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin,
Pandangan kabur, Bradikardi
Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot,
paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi).
Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma,
dan depresi pernafasan.
Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih
dominan.
2) Penatalaksanaan
a) General Management
Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi.
Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.
b) Spesifik terapi
Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif.
Direkomendasikan pada kasus yang mengancam.
Karbon aktif . Dosis 12 tahun : 25 100 gr dalam 300-800 ml.
c) Pharmacologik terapi
Atropine: 12 tahun: 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi.
Dosis pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam
sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama
24-48 jam.
Supportif : diazepam 5-10 mg IV bila kejang dan furosemide 40-160
mg bila ronki basah basal muncul.

4. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti
bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri.
Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah:
Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan
Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar dan
Simpanlah dalam botol berwarna dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
ruang yang gelap serta jauhkan dari menebabkan hal yang sama.
bahan-bahan yang mudah terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar dan

5
korosif terutama dengan kepekatan kulit melepuh. Gas/uapnya juga
tinggi. menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup bahan ini dapat
beracun menyebabkan pingsan, gangguan
pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, Jangan menghirup uap asam sulfat
higroskopis, bersifat membakar bahan pekat karena dapat menyebabkan
organik dan dapat merusak jaringan kerusakan paru-paru, kontak dengan
tubuh kulit menyebabkan dermatitis,
Gunakan ruang asam untuk proses sedangkan kontak dengan mata
pengenceran dan hidupkan kipas menyebabkan kebutaan.
penghisapnya.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis dan Dapat merusak jaringan tubuh.
menyerap gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang Menghirup senyawa ini pada
khas. konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan saluran
pernafasan dan sesak nafas. Terkena
amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v)
selama 30 menit dapat menyebabkan
kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit.
Jangan menghirup gas ini karena
dapat menyebabkan pingsan dan
kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit,
beracun. mata, dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,
menghirup uapnya dapat
menyebabkan kematian.

Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama
terhadap korban keracunan bahan kimia:

Jenis Peracun Pertolongan Pertama


Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), Bila tertelan berilah bubur
fluoroboric acid, hydrobromic acid 62%, aluminium hidroksida atau milk

6
hydrochloric acid 32%, hydrochloric acid fuming of magnesia diikuti dengan susu
37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan atau putih telur yang dikocok
berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of dengan air. Jangan diberi dengan
magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang karbonat atau soda kue.
dikocok dengan air.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium Bila tertelan berilah asam asetat
hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), encer (1%), cuka (1:4), asam
Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain. sitrat (1%), atau air jeruk.
Lanjutkan dengan memberi susu
atau putih telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain- Berikan antidote umum, susu,
lain minum air kelapa, norit, suntikan
BAL, atau putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta,
norit, suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan
pemuntahan dan berikan milk of
magnesia.

C. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi
juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan
respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti
adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah,
depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil
pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien
keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya,
pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka
merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).

7
Manifestasi Klinis Keracunan

Onset (Masa Awitan) Gejala Utama Jasad Renik/Toksin


Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim Garam logam
di mulut, mulut terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas,
gemetar, lemah, pingsan.
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 muntah) Muntah, kram perut, diare, rasa Bacillus Cereus.
mual.
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, Jamur berjenis Amanita.
pelebaran pupil, pingsan, koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene
mual, muntah, pengeluaran secret
dari hidung, terkadang ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, Corynebacterium
eksudat berwarna keabuan, diphtheria
demam, mengigil, nyeri
tengorokan, lemah, sulit menelan,
pembengkakan kelenjar getah
bening leher.
Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6-12) Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B. cereus;
disebabkan Clostridium S; faecalis; S. faecium
perfringens, kadang-kadang rasa
mual dan muntah
12-72 jam (rerata 18- Kram perut, diare, muntah, Salmonella spp (termasuk
36) demam, mengigil, lemah hebat, S. Arizonae), E. coli
mual, sakit kepala, kadang-kadang enteropatogenik, dan
diare berdarah dan berlendir, lesi Enterobakteriacae, V.
kulit yang disebabkan Vibrio cholera (01 dan non-01),
vulnificuis. Yersinia enterocolitica vulvinicus, V. fluvialis.
menyebabkan gejala yang
menyerupai flu apendisitis akut.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan Virus-virus enterik
nyeri perut, gejala saluran nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), Giardia lamblia
sakit perut, berat badan menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, sakit Entamoeba hystolitica
kepala, mengantuk, kadang tanpa
gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, Taenia sanginata dan
berat badan menurun, sakit perut, taenia solium
kadang gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)

8
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, Fosfat organic
penglihatan kabur, nyeri dada,
sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, Jamur jenis muscaria
pupil mengecil, bernafas seperti
orang asma.
1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat, pendarahan perut,
pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang, kedutan,
paralisis otot.
Rasa baal atau gatal,
gastroenteritis, pusing, mulut Ciguatoxin
kering, otot nyeri, pupil melebar,
pandangan kabur, paralisis otot.
2 jam-6 hari (12-36 Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated hydrocarbon
jam) seperti dikaruk, pusing, lemah, tak
ada nafsu makan, berat badan
menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau
diplobia, reflek cahaya hilang, Clostridium botulinum dan
sulit menelan, berbicara dan toksinnya.
bernafas; mulut kering, lemah,
paralisis pernafasan.
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, Air raksa organic
spastic, penglihatan berkurang,
buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki,
kaki dan tangan jatuh. Triortrocresyl phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin (histamine)
muntah, rasa panas pada mulut,
tengorok terasa terbakar, muka
sembab dan merah, sakit perut,
gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa Monosodium glutamate
seperti digaruk (geli), kemerahan, (MSG)
pusing, sakit kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal,
sakit perut, edema lutut dan Asam nikotinat
wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin (paralytic
terbakar, baal, mengantuk, bicara shelifish poisoning: PSP)
inkoheren, paralisis pernafasan.
2-5 menit sampai 3-4 Sensasi panas dan dingin Brevetoxin (neurotoxic
jam bergantian, rasa geli; baal shelifish poisoning: NSP)
disekitar bibir, lidah dan
tengorokan; nyeri otot, pusing,

9
diare, muntah.
30 menit sampai 2-3 Rasa mual, muntah, diare, sakit Dinophysis toxin, okadaic
jam perut, mengigil, demam. acid, pectenotoxin,
yessotoxin (Diarrheic
shelifish poisoning:DSP)
24 jam Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid (Amnestic
(gastrointestinal) bingung, hilang ingatan, shelifish poisoning: ASP)
sampai 48 jam deisorientasi, kejang dan koma.
(neurologis)
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar
Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema Trichinella spiralis
hari) disekitar mata, berkeringat, nyeri
otot, mengigil, lemah, sulit
bernafas.
7-28 hari (rerata 14 Lemah yang hebat, sakit kepala, Salmonella typhi
hari) sakit kepala, demam, batuk, mual,
muntah, sembelit, sakit perut,
mengigil, bintik merah dikulit,
tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii
kemerahan.
10-50 hari (rerata 25- Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu Mungkin virus
30) makan, mual, sakit perut, kuning
(ikterus).
Bervariasi, bergantung Demam, mengigil, sakit kepala Bacillus anthracis,
pada tipe penyakit atau sendi, lemah-lesu, bengkak brucella melitensis, B.
dikelenjar getah bening, dan abortus, B. suis, coxiella
gejala yang khas untuk penyakit bernetti, francisella
lain. tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,
pasteurella multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.

10
D. Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan
Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau
sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau
keduanya.
1. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada
selaput lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara lokal
mempunyai efek pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti jantung,
hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.
2. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke
dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang
penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan antara lain;
bentuk dan cara masuk, usia, makanan, kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi,
dan jumlah racun. Efek dan gejala yang ditimbulkan akibat keracunan terjadi
antara lain pada sistem pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah
dan hemopoitika, serta sistem saraf pusat (SSP).
Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau
norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara:
a) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek
muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
dan penderita kejang.
b) Bilas lambung:
Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
c) Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).

b. Racun melalui melalui kulit atau mata


1) Pakaian yang terkena racun dilepas.

11
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir
(asam cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.

c. Racun melalui inhalasi


1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.

d. Racun melalui suntikan


1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian
distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
4) Mengeluarkan racun yang telah diserap
5) Dilakukan dengan cara:
Diuretic: lasix, manitol
Dialisa.
Transfusi exchange.

E. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan


Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara
sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan
memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
1. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak
ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada
keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,
gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf
pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang
ditelan, yaitu:
a. Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.

12
b. Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin],
dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
8. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10. Menurunkan peningkatan suhu.
11. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
12. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
15. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan
gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

F. Asuhan Keperawatan Pada Klien Keracunan


1. Pengkajian.
Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan
sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status
jantung, status kesadaran.
Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

2. Intervensi
Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan umum yang bertujuan
untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum )
yang meliputi sirkulasi:
a. Airway, breathing, circulating, eliminasi untuk menghambat absorbsi melalui
pencernaan dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis.
b. Berikan anti dotum sesuai anjuran dokter minimal 2 x 24 jam.
Perawatan suportif meliputi:
a. Mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil,monitor
perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress
pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah
dan kemungkinan fatal atau kematian.
b. Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan
segera kepada dokter.
c. Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monitor
semua muntah akan adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan
cairan intravenous sesuai anjuran dokter.

13
d. Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator
mungkin bisa diperlukan.
e. Jika keracunan sebagai usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety
precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan
juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental
retardasi dan lain-lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fajri. 2012. Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari :


http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-berbahaya/.
Diakses tanggal 29 Maret 2017..

Krisanty, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.

Sartono. 2001. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3.
Jakarta: EGC.

15

Você também pode gostar