Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pokok bahasan focus pada pengenalan aspek akuntansi dan hukum berkaiatan dengan
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Beberapa perusahaans masih mampu untuk
menutup kesulitan keuangannya melalui perubahan-perubahan internal dalam operasi dan
kebijakannya, sebagian lainnya yang mengalami masalah keuangan yang serius terpaksa
harus mencari jalan keluarnya.
Suatu perusahaan dianggap tidak mampu bayar (insolvent) jika tidak mampu
membayar hutang-hutangnya melebihi nilai wajar aktivanya. Ketidakmampuan untuk
membayar pada saat jatuh tempo lazimnya disebut equity insolvency. Memiliki total hutang
yang melebihi nilai wajar aktiva disebut bankruptcy insolvency. Perusahaan yang meminjam
(debitur) yang tak mampu membayar dari segi modalnya dapat menghindari pailit dengan
melakukan negosiasi atas perjanjian hutangnya secara langsung dengan kreditur. Debitur
yang tak mampu membayar dari segi kepailitan umumnya direorganisasi atau dilikuidasi
dalam suatu pengawasan oleh Pangadilan Perkara Kepailitan.
Suaru permohonan pailit dapat didaftarkan ke pengadilan perkara pailit (di Indonesia
Pengadilan Niaga) baik oleh debitur maupun kreditur. Oleh sebab itu perjanjian langsung
antara debitur dan kreditur dapat dicapai hanya jika kedua belah pihak setuju untu
manyelasaikan masalahnya di luar pengadilan sesuai dengan kepentingan terbaik mereka.
1. UNDANG-UNDANG KEPAILITAN
Dalam sejarahnya, peraturan kepailitan di Indonesia mengacu pada Undang-undang
tentang kepailitan yang dimuat dalam staatsbald tahun 1905 nomor 217 juncto Staatsbald
tahun 1906 nomor 348. Pada tanggal 22 April 1998, pemerintah menetapkan dan
mengundangkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun
1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan, Perpu ini berlaku efektif
setelah 120 hari sejak tanggal diundangkan (20 Agustus 1998).
Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan
semua krediturnya. Tujuannya adalah pembagian kekayaan debitur oleh kurator kepada
semua kreditur dengan memperhatikan hak-hak mereka masing-masing. Melalui sita umum
tersebut dihindari dan diakhiri sita dan eksekusi oleh para kreditur secara sendiri-sendiri.
Proses kepailitan dimulai dengan :
1. Adanya pernyataan pailit. Berbeda dengan ketentuan sebelumnya, pasal 1 Undang-
undang Kepailitan menegaskan bahwa paling sedikit harus ada dua kreditur, dan debitur
1
sedikitnya tidak membayar satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Pengadilan tidak akan memeriksa alasan debitur tidak mau membayar tetapi yang penting
ada bukti tidak membayar. Keharusannya adalah minimal kreditur sesuai menimbulkan
masalah bagaimana mnegatur pembagiannya apabila kepailitan tersebut disetujui oleh
pengadilan niaga. Oleh karena itu sesuai dengan ketentuan pasal 1132 KUHP Perdata
yang menyatakan bahwa pembagian kekayaan debitur antara para krediturnya harus
dilakukan secara pari passu pro rata paret yang berarti bahwa semua pembagiannya
dilakukan tanpa menentukan prioritas atau dengan kata lain para kreditur mendapatkan
kesempatan yang sama sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing
(proporsional).
2. Bagi debitur, kepailitan meliputi seluruh kekayaan milik debitur pada saat putusan
pernyataan pailit ditetapkan dan juga mencakupseluruh kekayaan yang diperoleh debitur
selama masa berlangsungnya kepailitan, semisal karena hibah atau warisan. Sejak
putusan pernyataan pailit dinyatakan oleh Pengadilan Niaga, pengurusan dan pemberesan
atas kekayaan debitur ditugaskan kepada curator dengan didampingi oleh Hakim
Pengawas yang ditunjuk dari Hakim Pengadilan yang brtugas mengawasi pengurusan dan
pemberesan oleh curator. Apabila kreditur maupun debitur tidak mengajukan usul
pengangkatan curator, maka Balai Harta Peninggalan akan bertindak selaku curator.
Sedangkan bagi kreditur, mereka memiliki hak yang sama atas hasil eksekusi kekayaan
debitur.
3. Bila ada putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat kasasi atau peninjauan
kembali, maka kepailitan debitur berakhir. Pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut
tidak mempengaruhi keabsahan perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau
pada tanggal kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tersebut.
Dengan berakhirnya kepailitan, debitur sepenuhnya berhak untu melakukan perbuatan
pengurusan dan pengalihan hak atas kekayaannya. Berakhirnya kepailitan tidak berarti
membebaskan debitur dari hutang-hutangnya yang belum dilunasi. Setiap kreditur yang
piutangnya belum sepenuhnya dilunasi berhak untuk menuntut pembayaran kepada
debitur yang kepailitannya telah berakhir.
2. LIKUIDASI
Likuidasi merupakan aktivitas lanjutan apabila debitur pailit tidak dapat menunjukkan
pada pengadilan niaga yang memiliki otoritas untuk menghentikan kepailitan. Tujuan utama
dari likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta pailit. Proses likuidasi
2
yang mengacu pada Perpu No.1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang tentang
kepailitan
Dalam pernyataan pailit yuang ditentutan oleh pengadilan niaga sudah harus
ditentukan adanya Hakim Pengawas dan Kurator. Sebelum melakukan pengurusan dan
pemberesan, pengadilan wajib untuk mendengar nasehat dari hakim pengawas karena hakim
pengawas adalah pihak yang memiliki tugas untuk mengawasi proses pengurusan dan
pemberesan harta pailit. Hakim pengawas perlu melakukan penahanan terhadap debitur pailit.
Penahanan tersebut dapat ditangguhkan apabila ada jaminan bahwa debitur akan selalu hadir
apabila ada panggilan dari pengadilan. Kemudian Balai Harta Peninggalan melakukan uraian
mengenai harta pailit dan melakukan penilaian terhadap harta tersebut. Operasional
pengurusan dan pemberesan harta pailit dilakukan oleh curator. Kurator adalah perorangan
atau persekutuan perdata yang berdomisili di wilayah Indonesia dan memiliki keahlian
khusus untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit yang telah terdaftar di
Departemen Kehakiman. Setiap 3 bulan kurator berkewajiban untuk menyampaikan laporan
kepada hakim pengawas yang berisi keadaan harta pailit dan kemajuan dari pelaksanaan
pengurusan dan pemberesan harta pailit.
Para kreditur yang memiliki piutang pada debitur pailit dapat membentuk suatu
panitia sementara. Panitia para kreditur ini memberikan nasihat kepada Balai Harta
Peninggalan (kurator) dan membantu proses pengawasan. Meskipun panitia para kreditur
tersebut dapat memberikan nasihat kepada kurator tetapi kurator tidak terikat dengan nasihat
tersebut.
Debitur pailit berhak untuk menawarkan perdamaian kepada semua kreditur sacara
bersamaan. Perdamaian ini dapat diterima apabila disetujui dalam rapat kreditur oleh lebih
dari 50% jumlah kreditur yang hadir dalam rapat yang mewakili 2/3 dari jumlah seluruh
piutang yang diakui atau yang untuk sementara diakui dari kreditur. Apabila perdamaian yang
ditawarkan oleh debitur ditolak maka debitur tidak boleh menawarkan lagi perdamaian baru.
Bila dalam rapat pencocokan hutang-piutang tidak ditawarkan perdamaian, atau bila
perdamaian yang ditawarkan telah ditolak atau pengesahan perdamaian tersebut pasti ditolak,
maka harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar kondisi ini menuntut
dilanjutkannya proses pailit dengan proses likuidsi. Sebelum melakukan likuidasi, kurator
melakukan investarisasi terhadap kekayaan dan kewajiban berdasarkan neraca penutupan per
tanggal izin usaha dicabut dan diaudit oleh akuntan public. Setelah proses investarisasi
selesai maka tim likuidasi yang dibentuk akan menyusun rencana likuidasi dengan tata cara
pencairan harta
3
Dalam melakukan penjualan aset, hal-hal berikut ini harus diperhatikan :
1. Aset tidak memiliki cacat hukum dan marketable
2. Harga patokan adalah penilaian dari independen appraisal
3. Diupayakan lebih dari satu penawar
4. Penawaran secara tertulis
5. Keputusan penjualan di pusat dan diputuskan setelah mendapatkan persetujuan dari
seluruh anggota tim likuidasi.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproses kepailitan tersebut dibebankan pada tiap
bagian harta pailit.
PT SERBA SALAH
NERACA
PER 1 AGUSTUS 19X2
Aktiva
4
Aktiva Lancar
Kas Rp3.000.000
Surat-Surat Berharga (harga pasar) 7.000.000
Piutang Dagang (minus penyisihang piutang tak tertagih) 25.000.000
Persediaan 50.000.000
Biaya Dibayar Dimuka 4.000.000 Rp89.000.000
Ekuitas
Modal Saham Rp200.000.00
0
Laba Ditahan (187.000.000)
Total Ekuitas Rp13.000.000
Total Kewajiban dan Ekuitas Rp180.000.000
Peraga 18-1 Neraca Pada Saat Mengajukan Pernyataan Pailit Kepada Pengadilan Kepailitan
5
Kewajiban tim likuidasi diantaranya adalah membuat laporan keuangan likuidasi
untuk pengadilan perkara kepailitan. Laporan ini adalah dokumen yang disediakan secara
legal untuk pengadilan perkara kepailitan. Laporan keuangan likuidasi yang dibuat akuntan
adalah laporan keuangan yang menekankan nilai likuidasi dan menyediakan informasi yang
relevan bagi tim likuidasi dalam melikuidasi perusahaan. Laporan ini juga menyediakan
informasi yang mungkin berguna untuk kreditur dan untuk pengadilan perkara kepailitan.
Laporan keuangan likuidasi disajikan pada tanggal tertentu, dan memberikan informasi
neraca dimana aktiva diukur berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasi dan digolongkan
berdasarkan urutan ketersediaan bagi kreditur yang dijamin penuh, yang dijamin sebagian,
yang diprioritaskan, dan yang tidak dijamin. Hutang digolongkan pada laporan keuangan
likuidasi berdasarkan prioritas, dijamin penuh, dijamin sebagian, dan tidak dijamin.
Penilaian harga perolehan dimasukkan dalam laporan untuk tujuan referensi
Diharapkan aktiva PT Serba Ada dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu tiga bulan dan
nilai yang dapat direalisasikan akan sebagai berikut :
6
Aktiva yang dijamin untuk klaim kreditur dioffset terhadap klaim kreditur yang
dijamin pada kelompok aktiva dalam laporan keuangan likuidasi. Selisih lebih nilai aktiva
yang dijaminkan yang dapat direalisasi atas klaim yang berhubungan dicatat pada kolom
kanan dari laporan untuk menunjukkan jumlah yang tersedia untuk kreditur yang tidak
dijamin. Selisih lebih klaim kreditur yang dijamin atas nilai realisasi aktiva yang dijaminkan
sebagai jaminan yang menunjukkan bahwa klaim tersebut hanya dijamin sebagian. Bagian
yang tidak dijamin ditunjukkan pada bagian hutang dari laporan sebagai klaim yang tidak
dijamin dan tidak diprioritaskan. (Perhatikan bahwa offset untuk kreditur yang dijamin
sebagian ditunjukkan baik pada bagian aktiva maupun kewajiban dari laporan tersebut).
7
Praga 18-2 Laporan Keuangan Likuidasi
8
Akuntansi Tim Likuidasi
Tim likuidasi dalam kasus kepailitan mengambil alih aktiva dari perusahaan yang
pailit. Tim Likuidasi bertanggung jawab atas aktiva-aktiva tersebut sampai dilepaskan oleh
pengadilan perkara pailit. Undang-undang kepailitan tidak memuat prosedur akuntansi yang
terinci seperti bagaimana tim likuidasi tersebut maka sebaiknya membuat pencatatan
akuntansi baru untuk membentuk akuntabilitas atas harta pailit dan menunjukkan pelepasan
tanggungjawab, atas apakah catatan akuntansi perusahaan yang ada harus dilanjutkan
dibawah petunjuk tim likuidasi.
Tim likuidasi PT Serba Salah dalam ilustrasi ini membuat catatan akuntansi yang
baru. Aktiva dicatat dalam buku likuidasi pada nilai buku, bukan nilai yang diharapkan dapat
direalisasi, karena pengaruh subjektivitas dalam menilai jumlah yang dapat direalisasikan
pada saat pernyataan pailit diajukan. Perkiraan kontra aktiva dihilangkan dari buku karena
mereka tidak mempunyai pengaruh dalam likuidasi dan juga karena akan menyederhanakan
upaya likuidasi. Jurnal berikut ini dibuat untuk memulai pembukuan tim Likuidasi PT Serba
Salah:
Setelah membukukan kustodi harta pailit, tim likuidasi mencatat keunutngan dan
kerugian dan biaya likudasi langsung pada perkiraan modal harta pailit. Aktiva dan kewajiban
yang tidak tercatat yang ditemukan oleh tim likuidasi juga masuk dalam perkiraan modal
harta pailit. Untuk membedakan aktiva dan kewajiban yang ternasuk dalam harta pailit awal
dengan yang dibeli karena likuidasi, aktiva, dan kewajiban dicatat setelah harta pailit yang
dibebankan pada tim likuidasi diidentifikasi sebagai baru
9
Transaksi dan peristiwa selama bulan pertama likuidasi PT Serba Salah dijelaskan dan
jurnal umum untuk mencatatnya dalam buku likuidasi diberikan sebagai berikut :
1. Diterima tagihan untuk biaya utilitas yang sebelumnya tidak tercatat sebesar
Rp500.000
Modal harta pailit Rp500.000
Hutang Biaya Utilitas-baru Rp500.000
2. Aktiva tak berwujud dinilai tidak berharga dan dihapuskan
Modal harta pailit Rp 6.000.0000
Aktiva tak berwujud Rp 6000.000
3. Semua item persediaan terjual seharga Rp48.000.000, dimana Rp18.000.000 secara
kredit dan Rp30.000.0000 secara tunai.
Kas Rp30.000.000
Piutang dagang-baru Rp18.000.000
Modal harta pailit Rp2.000.000
Persediaan Rp50.000.000
4. Peralatan dijual tunai sebesar Rp 14.200.000
Kas Rp14.200.000
Modal harta pailit Rp15.800.000
Peralatan Rp30.000.000
5. Gaji dan pajak bumi dan bangunan yang terhutang pada tgl 1 Agustus Dibayar
Hutang gaji Rp13.000.000
Hutang Pajak Bumi dan Bangunan Rp2.000.000
Kas Rp15.000.000
6. Tanah dan bangunan terjual seharga Rp64.000.000 tunai, dan hutang hipotik serta
hutang bunga yang berhubungan dibayar
Kas Rp64.000.000
Tanah Rp15.000.000
Bangunan Rp40.000.000
Modal harta pailit Rp9.000.0000
Hutang hipotik Rp50.000.000
Hutang bunga Rp5.000.000
Kas Rp55.000.000
10
7. Polis asuransi (termasuk didalam biaya dibayar dimuka) dibatalkan, dan kas
dikembalikan sebesar Rp1000.000 diterima
Kas Rp1.000.000
Biaya dibayar dimuka Rp1.000.000
8. Piutang dagang sebesar Rp21.000.000 berhasil ditagih dari jumlah yang terhutang
pada PT Serba Salah tanggal 1 Agustus. Sisa Rp 4.000.000, tidak dapat ditagih
Kas Rp21.000.000
Modal harta pailit Rp4.000.000
Piutang dagang Rp25.000.000
9. Penerimaan Rp21.000.000 dipakai untuk membayar hutang wesel bank dan bunganya
Hutang bunga Rp2.000.000
Hutang wesel-bank Rp19.000.000
Kas Rp21.000.000
10. Biaya administrasi yang diperkirakan Rp3.000.000 dibayar
Modal harta pailit Rp3.000.000
Kas Rp3.000.000
11. Biaya Tim Likuidasi Rp2.000.000 diakui
Modal pailit Rp2.000.000
Hutang biaya likuidasi-baru Rp2.000.000
Setelah transaksi dan peristiwa sampai tanggal 31 Agustus dimasukkan dalam buku
tim likuidasi, laporan keuangan dapat dibuat jika dibutuhkan untuk menunjukkan kemajuan
likuidasi dan posisi keuangan tanggal 31 Agustus 19X2.
Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas. Laporan ini dibuat langsung dari jurnal dalam
perkiraan kas yang muncul dalam bentuk sebagai berikut :
Peraga 18-3 menggambarkan laporan interim penerimaan kas dan pengeluaran kas tim
likuidasi untuk periode 1 Agustus sampai dengan 31 Agustus 19x2. Karena semua
11
pengeluaran memerlukan persetujuan pengadilan, laporan sebaiknya merupakan ikhtisar
keuangan yang berguna.
Praga 18-3 Laporan Interim Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas Tim Likuidasi
Laporan Perubahan Modal Harta Pailit. Data yang termuat dalam perkiraan modal harta
pailit menjadi dasar untuk pembuatan laporan perubahan modal harta pailit (defisit).
Perkiraan tersebut nampak dalam ikhtisar sebagai berikut :
Peraga 18-4 menggambarkan perubahan dalam modal harta pailit PT Serba Salah
untuk periode 1 Agustus sampai 31 Agustus 19X2. Perhatikan bahwa laporan itu memisahkan
12
keuntungan dan kerugian atas realisasi aktiva dari biaya yang berhubungan dalam
melikuidasi perusahaan.
Neraca. Neraca dibuat langsung dari saldo buku besar tim likuidasi dan disajikan
dalam peraga 18-5. Dua jumlah penting yang muncul dineraca-kas dan deficit harta pailit
didukung oleh jumlah dari laporan penerimaan kas dan pengeluaran kas (peraga 18-3) dan
perubahan dalam harta pailit (Peraga 18-4). Laporan yang disajikan pada peraga 18-3, 18-4,
18-5 adalah dalam bentuk yang sangat dikenal oleh akuntan, tapi anda akan ingin untuk
membandingkan laporan keuangan ini dengan laporan tradisional realisasi dan likuidasi yang
disajikan dalam peraga 18-6.
PT SERBA SALAH
NERACA
13
PER 31 AGUSTUS 19X2
Kas Rp39.200.000
Surat berharga 7.000.000
Piutang dagang-baru 18.000.000
Biaya dibayar dimuka 3.000.000
Total aktiva Rp67.200.000
Laporan realisasi dan likuidasi adalah sebuah laporan aktivitas yang ditujukan untuk
menggambarkan kemajuan proses likuidasi. Tujuan sebenarnya adalah memberikan
keterangan kepada pengadilan perkara pailit dan kreditur yang berkepentingan. Laporan
realisasi dan likuidasi untuk PT Serba Salah disajikan pada Peraga 18-6. Laporan tersebut
ditampilkan dalam bentuk tradisional, kecuali penjelasan dalam kurung pada beberapa
kategori.
PT SERBA SALAH
LAPORAN REALISASI DAN LIKUIDASI
DARI 1 AGUSTUS 19X2 SAMPAI 31 AGUSTUS 19X2 (DALAM RUPIAH)
Aktiva
Aktiva yang Akan Direalisasi (Aktiva Aktiva yang Telah Direalisasi (Dari
14
nonkas pada 1 Agusus) Penjualan, pembuangan atau
penghapusan
Surat berharga 7.000.000 Piutang dagang 21.000.000
Piutang dagang 25.000.000 Persediaan 48.000.000
Persediaan 50.000.000 Biaya dibayar dimuka 1.000.000
Biaya dibayar dimuka 4.000.000 Tanah dan bangunan 64.000.000
Tanah 15.000.000 Peralatan 14..200.00
0
Bangunan 40.000.000 Aktiva tak berwujud Nihil 148.200.000
Peralatan 30.000.00
Aktiva tak berwujud 6.000.000 177.000.000
Aktiva Diperoleh: (aktiva bukan kas Aktiva yang Tidak Direalisasi (Aktiva
yang baru diterima) nonkas 31 Agustus)
Piutang dagang-baru 18.000.000 Surat berharga 7.000.000
Jangka pendek 3.000.000
Biaya dibayar dimuka 3.000.000 Piutang dagang-baru 18.000.000 28.000.000
Hutang
Kewajiban yang Akan Dilikuidasi Kewajiban yang Telah dilikuidasi
(kewajiban per 1 agustus) (jumlah kewajiban yang dilunasi)
Hutang dagang 65.000.000 Hutang gji 13.000.000
Hutang gaji 13.000.000 Hutang pajak bumi dan 2.000.000
bangunan
Hutang pajak property 2.000.000 Hutang wesel-bank 19.000.000
Hutang wesel-bank 25.000.00 Hutang bunga 7.000.000
Hutang wesel- 5.000.000 Hutang hipotik 50.000.000 91.000.000
pemasok
Hutang bunga 7.000.000
Hutang hipotik 50.000.000 167.000.000
15
Pemeriksaan pada Laporan Likuidasi dan Realisasi PT. Serba Salah menunjukkan
bahwa laporan tersebut rumit dan bentuknya tidak umum. Tambahan lagi, logika penyusunan
laporan tersebut tidak langsung terlihat. Dengan pertimbangan ini bersama dengan fakta
bahwa laporan menghasilkan kerja yang buruk dalam memperlihatkan kemajuan likuidasi,
mengakibatkan kemunduran laporan.
Meskipun berbagai bentuk alternatif laporan telah diajukan, banyak akuntan yang
merasa bahwa laporan keuangan dasar dengan skedul pendukung menghasilkan lebih banyak
informasi yang berhubungan dengan aktivitas likuidasi.
Penyelesaian Masalah
Selama bulan September 2008, tim likuidasi PT. Serba Salah berhasil menagih piutang dagang
Rp. 18.000.000 menjual surat berharga sebesar Rp. 7.300.000, menjual pelengkapan (termasuk
dalam biaya dibayar dimuka) untuk tahun 2012, menghapus biaya dibayar dimuka yang tersisa,
dan mendistribusikan kas sebagai akhir likuidasi harta pailit tersebut. Jurnal dalam buku tim
likuidasi untuk mencatat transaksi dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut :
16
Setelah jurnal tersebut dimasukan ke dalam pembukuan tim likuidasi, saldo perkiraan adalah
sebagai berikut :
Debit Kredit
Kas Rp65.495.000
Hutang dagang Rp 65.000.000
Hutang utilitas 500.000
Karena biaya tim likuidasi merupakan tagihan prioritas maka dibayar penuh dan klaim yang
tersisa sebesar Rp. 76.500.000 (semua kreditur rangking pertama yang tidak terjamin) menerima
Rp. 0,83 (Rp. 63.495.000 : 76.500.000) dalam penyelesaian akhir klaim mereka.
Jika debitur adalah perorangan, pengadilan akan membebaskan hutang hutang yang ada atau
klaim kecuali debitur telah : (1) mentransfer, memindahkan, menghancurkan property harta
pailit dengan niat untuk menghambat, menunda, atau merusak ; (2) membuat laporan curang di
bawah sumpah ; (3) menyajikan klaim yang salah ; (4) menyembunyikan informasi ; (5) gagal
untuk menemukan kondisi lain yang tertentu.
17
Tetapi perusahaan tidak diperbolehkan untuk lepas tangan karena kewajiban mereka
terbatas pada aktiva perusahaan. Kasus yang berhubungan dengan perusahaan ditutup pada saat
harta pailit telah diselesaikan dan tim likuidasi dibubarkan.
Tim likuidasi membuat jurnal berikut ini untuk menutup kasus PT Serba Salah :
Hutang dagang Rp.11.050.000
Hutang utilitas 85.000
Hutang wesel-bank 1.020.000
Hutang wesel-pemasok 850.000
Modal harta pailit Rp.13.005.000
(Untuk menutup pembukuan tim likuidasi)
DAFTAR PUSTAKA
18
Beams Floyd A. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia Buku Dua Edisi Empat.
Jakarta: Salemba Empat.
Floyd A. Beams, Joseph H. Anthony, Robin P. Clement, Suzanne H. Lawenshon. 2007.
Akuntansi Lanjutan Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Pt.Indeks
19