Você está na página 1de 14

LAPORAN PENDAHULUAN NUTRISI (MAKAN DAN MINUM)

Nama Pasien : Tn. Y


Diagnosa Medis : TB Paru

I. Konsep
1.1 Definisi
1.1.1 Nutrisi
Nutrisi adalah zat zat gizi dan zat yang lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan merupakan keseluruhan berbagaubuh makhluk hidupi
proses dalam tubuh makhluk hidup untuk hidup kuntuk menerima bahan-
bahan dari linngkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut
agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuhnya sendiri. Atau
nutrisi bisa didefinisikansebagai proses pengambilan zat-zat makanan
penting dengan kata lain nutrient adalah apa yang manusia makan dan
bagaimana tubuh menggunakanya. Gangguan nutrisi terjadi kalau diet
mngandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat. Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu yang
mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic (Wilkinso Judith M, 2007).

1.1.2 TB Paru
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%)
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

1.2 Fisiologi Sistem


1.2.1 Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah
sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan yang dimulai dari
mulut sampai usus halus (Alimul, A. A, 2006) .
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas
dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi,
bibir, pipi, dan bagian da lam, yaitu rongga mulut .
b. Faring dan esophagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak dibelakang
hidung, mulut, dan laring. Faring langsung berhubungan dengan
esofagus. Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan
makanan dari faring menuju lambung.
c. Lambung
Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium
atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Makanan
berada pada lambung selama 2-6 jam.
d. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang
lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup. Kemudian akan bertambah
panjang menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang telah
meninggal, akibat adanya relaksasi otot yang telah kehilangan
tonusnya. Usus halus berfungsi mencerna dan mengabsorpsi chime dari
lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi didalam
usus halus, yaitu pada duodenum, dan disini terjadi absorpsi besi,
kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E dan K dengan
bantuan empedu dan asam folat.
e. Usus Besar
Usus besar atau disebut juga sebagai kolon merupakan sambungan dari
usus halus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon
terbagi atas asenden, transversum, desenden, sigmoid, dan berakhir di
rektum yang panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari
kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal.

1.2.2 Pernafasan
Sistem pernapasan memiliki fisiologi yang kompleks dan bertanggung
jawab untuk beberapa fungsi. Ada beberapa peran yang dilakukan oleh
sistem pernafasan: ventilasi paru, respirasi eksternal, respirasi internal
transportasi gas dan kontrol homeostasis respirasi. Berikut ini adalah
penjelasan singkat dari masing-masing fungsi.
a. Ventilasi paru

Ventilasi paru adalah proses utama di mana udara mengalir masuk dan
keluar dari paru-paru. Hal ini dilakukan melalui kontraksi otot, serta
melalui sistem tekanan negatif yang dilakukan oleh membran pleura
yang meliputi paru-paru.

Ketika paru-paru benar-benar disegel di membran ini, mereka tetap


pada tekanan yang sedikit lebih rendah dari tekanan paru-paru saat
istirahat. Sebagai hasil dari ini, udara pasif mengisi paru-paru sampai
tidak ada perbedaan tekanan lebih. Pada titik ini, jika perlu, udara
tambahan dapat terhirup oleh tertular diafragma serta otot-otot
interkostal sekitarnya. Selama pernafasan, otot-otot rileks dan ini
membalikkan tekanan dinamis, meningkatkan tekanan di luar paru-paru
dan memaksa udara untuk melarikan diri mereka sampai kedua tekanan
menyamakan kedudukan lagi. Berkat sifat elastis paru-paru, mereka
kembali ke negara mereka saat istirahat dan seluruh proses berulang.

b. Respirasi eksternal

Respirasi eksternal adalah proses yang memungkinkan pertukaran gas


berlangsung antara udara yang terletak di alveoli dan darah yang
bepergian melalui kapiler. Hal ini dimungkinkan melalui perbedaan
tekanan antara oksigen dan karbon dioksida yang terletak di udara, dan
oksigen dan karbon dioksida dalam darah.

Sebagai hasil dari ini, oksigen dari udara ditransfer ke darah sementara
karbon dioksida dari darah masuk ke udara. Oksigen yang berguna
kemudian dilakukan ke seluruh tubuh sedangkan karbon dioksida
terhalau melalui pernafasan.

c. Respirasi internal

Respirasi internal merupakan proses yang sama kecuali melibatkan


pertukaran gas antara darah di kapiler dan jaringan tubuh. Sekali lagi,
perbedaan tekanan memungkinkan oksigen untuk meninggalkan darah
dan memasuki jaringan sementara karbon dioksida tidak sebaliknya.

d. Transportasi Gas

Fungsi dari sistem pernapasan memungkinkan oksigen dan karbon


dioksida untuk bepergian ke seluruh tubuh ke mana pun mereka
dibutuhkan. Sebagian besar gas dilakukan melalui darah menempel
mengangkut molekul seperti hemoglobin, meskipun plasma darah juga
akan memiliki kandungan minimal gas.

Hampir 99% dari seluruh oksigen yang ditemukan dalam tubuh


manusia diangkut oleh hemoglobin. Sebagian besar karbon dioksida
diangkut dari seluruh area tubuh kembali ke paru-paru oleh plasma
dalam bentuk ion bikarbonat. Ini dibuat dari reaksi katalitik
(disebabkan oleh enzim karbonat anhidrase) antara air dan karbon
dioksida, yang bergabung untuk membentuk asam karbonat.

Asam karbonat kemudian terbagi menjadi hidrogen dan ion bikarbonat,


dengan yang terakhir akhirnya diubah menjadi karbon dioksida lagi,
dibawa ke paru-paru dan dihembuskan.

e. Pengendalian Respirasi homeostatis


Peran fisiologis yang terakhir dari sistem pernapasan adalah kontrol
homeostasis respirasi atau, dengan kata lain, kemampuan tubuh untuk
mempertahankan tingkat pernapasan stabil. Ini disebut eupnea. Negara
ini harus tetap konstan sampai tubuh memiliki permintaan meningkat
oksigen dan karbon dioksida tingkat karena peningkatan tenaga,
kemungkinan besar disebabkan oleh aktivitas fisik.

Ketika ini terjadi, kemoreseptor akan menangkap tekanan parsial


peningkatan oksigen dan karbon dioksida dan mengirim pemicu ke
otak. Otak kemudian akan sinyal pusat pernapasan untuk melakukan
penyesuaian tingkat pernapasan dan kedalaman dalam rangka
menghadapi tuntutan meningkat.

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi:


1.3.1 Nutrisi
a. Intake Nutrisi
b. Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
c. Pengetahuan
d. Gangguan menelan
e. Perasaan tidak nyaman setelah makan
d. Anoreksia
g. Nausea dan vomitus
h. Intake kalori dan lemak yang berlebih

1.3.2 Pernafasan
a. Umur
Frekuensi pernapasan yang dilakukan pada anak-anak berbeda denagn
frekuensi pernapasan yang dilakukan orang dewasa. Umumnya,
frekuensi pernapasan yang terjadi pada anak-anak lebih banyak. Pada
orang dewasa, frekuensi pernapasan menjadi lebih lambat dikarenakan
aktivitas sel-sel di dalam tubuh mengalami penurunan.
b. Jenis Kelamin
Pada umumnya dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan pada laki-
laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki
cenderung membutuhkan energi yang lebih banyak daripada perempuan
sehingga oksigen yang diperlukan pun menjadi semakin banyak.
c. Suhu Tubuh
Suhu tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan pernapasan.
Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka dia akan membutuhkan
energi yang lebih banyak sehingga kebutuhan akan oksigen pun akan
meningkat. Oleh karena itu, frekuensi pernapasan pun akan lebih sering
dilakukan.
d. Posisi Tubuh
Posisi tubuh ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
frekuensi pernapasan. Seseorang yang sedang berdiri, frekuensi
pernapasannya akan lebih sering terjadi daripada seseorang yang posisi
tubuhnya sedang berbaring. Pada saat kita berdiri aktivitas otot di dalam
tubuh akan lebih sering mengalami kontraksi sehingga oksigen yang
dibutuhkan untuk proses oksidasi di dalm tubuh menjadi lebih banyak,
hal ini mengakibatkan frekuensi inspirasi dan ekspirasi menjadi lebih
sering dilakukan. Sementara itu pada saat berbaring, otot-otot dalam
tubuh cenderung erelaksasi sehingga kebutuhan akan oksigen pun tak
sebanyak pada saat kita berdiri.
e. Aktivitas Tubuh
Seseorang yang memiliki aktivitas tubuh cukup tinggi seperti seorang
petani atau atlet, frekuensi pernapasannya akan lebih tinggi daripada
seorang sekretaris yang cenderung melakukan aktivitas pekerjaanya
dengan duduk. Hal ini disebabkan energi yang diperlukan oleh seorang
petani atau atlet lebih banyak jika dibandingkan oleh seseorang yang
beraktivitas denagn cara duduk.

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi


1.4.1 Nutrisi
a. Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan akut atau kronis pada lapisan mukosa
(lender) dinding lambung. Penyebabnya ialah penderita memakan yang
mengandung kuman penyakit. Kemungkinan juga karena kadar asam
klorida (HCL) pada lambung terlalu tinggi.
b. Diare
Diare dapat terjadi karena adanya iritasi pada selaput dinding usus besar
atau kolon. Fases penderita diare berbentuk encer. Penyebabnya adalah
penderita memakan makanan yang mengandung bakteri atau kuman.
Akibatnya gerakan peristaltic dalam usus tidak terkontrol. Sehingga, laju
makanan meningkat dan usus tidak dapat menyerap air. Namun, apabila
fases yang dikeluarkan bercampur dengan darah dan nanah, kemudian
perut terasa mulas, gejala tersebut menunjuk pada penyakit desentri.
Penyebabnya yakni infeksi bakteri Shigella pada dinding usus besar.
c. Konstipasi
Konstipasi atau yang sering kita sebut dengan sebutan sembelit adalah
keadaan yang dialami seseoang dengan gejala fases mengeras sehingga
susah dikeluarkan. Sembelit disebabkan oleh adanya penyerapan air
pada sisia makanan. Akibatnya, fases kekurangan air dan menjadi keras.
Ini terjadi dari kebiasaan buruk yang menunda-nunda buang besar.
Selain itu, juga karenakurangnya penderita dalam mengkonsumsi
makanan berserat. Oleh karena itu, banyak memakan buah-buahan dan
sayur-sayuran berserat serta minum banyak air dapat mencegah
gangguan ini.
d. Maag
Orang yang mengalami maag memiliki ciri-ciri rasa perih pada dinding
lambung, mual, muntah, dan perut kembung. Gangguan ini disebabkan
meningkatnya kadar asam lambung yang dipicu karena pikiran tegang,
pola makan yang tak teratur, dan lain sebagainya.

1.4.2 Pernafasan
a. Faringitis
Faringitis adalah radang pada faring karena infeksi sehingga timbul rasa
nyeri pada waktu menelan makanan ataupun kerongkongan terasa
kering. Gangguan ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Bakteri
yang biasa menyerang penyakit ini adalah Streptococcus pharyngitis.
Peradangan juga dapat terjadi karena terlalu banyak merokok, ditandai
dengan rasa sakit saat menelan dan rasa kering di kerongkongan.
b. Asma
Asma merupakan penyakit radang paru-paru yang menimbulkan
serangan sesak napas dan mengi yang berulang. Asma merupakan salah
satu kelainan paru-paru paling banyak dan bervariasi, menyerang satu
dari empat anak di beberapa daerah. Otot dinding saluran udara
berkontraksi seperti kejang, menyebabkan saluran udara menyempit,
sehingga terjadi serangan sesak napas. Penyempitan diperburuk oleh
sekresi lendir yang berlebihan. Sebagian besar kasus terjadi di masa
kanak-kanak dan biasanya berkaitan dengan penyakit yang didasari oleh
alergi seperti eksema dan keduanya mempunyai faktor penyakit turunan.
c. Influenza
Penyakit influenza disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang
ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan
tenggorokan terasa gatal. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi
akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, gigil, sakit otot,
sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk yang
tidak berdahak. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya
sembuh sendiri.
d. Emfisema
Emfisema adalah penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan
pembengkakan pada paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan
udara. Emfisema disebabkan hilangnya elastisitas alveolus. Emfisema
ditandai dengan pernapasan yang pendek yang disebabkan oleh kesulitan
untuk menghembuskan seluruh udara keluar dari paru-paru karena
tekanan udara yang berlebihan dari kantung udara di dalam paru-paru
(alveoli). Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas. Asap
rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab
kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.
e. Bronkitis
Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus)
(saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan
pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang
memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit
paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
f. Asbestosis
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat
menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan
parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan
komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap
di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga
dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru).
g. Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit peradangan pada bagian atas rongga
hidung atau sinus paranasalis. Penyakit sinusitis disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur, virus, menurunnya kekebalan tubuh, flu, stress,
kecanduan rokok, dan infeksi pada gigi.
h. Tuberculosis
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
kuman Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat sistemik, yang dapat
bermanifestasi pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak
di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Bakteri ini
menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat
bintil-bintil. Penyakit ini menyebabkan proses difusi oksigen yang
terganggu karena adanya bintik-bintik kecil pada dinding alveolus.
i. Pneumonia
Pneumonia atau juga di sebut dengan Radang paru-paru merupakan
suatu penyakit pada paru-paru dimana pulmonary aveolus yang
bertangggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan
terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab termasuk oleh infeksi bakteria, virus, jamur, atau pasilan
(parasit). Radang paru-paru dapat disebabkan oleh bakteri streptococcus
dan mycopalsma pneumoniae. Radang paru-paru juga dapat disebabkan
oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau
sebagai akibat dari penyakit lainnya.Seperti kanker paru-paru atau
berlebihan minum alkohol.

2 Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi


2.3 Pengkajian
2.3.2 Riwayat Keperawatan
2.3.2.1 Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan
2.3.2.2 Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
2.3.2.3 Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya?
2.3.2.4 Apakah ada status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet
seperti luka bakar dan demam?
2.3.2.5 Apakah ada toleransi makanan/minuman tertentu?

2.3.3 Pemeriksaan Fisik (Data Fokus)


DS : - Pasien mengatakan selalu mual dan muntah saat makan.
- Pasien mengatakan kurang nafsu makan.
- Pasien mengatakan adanya perbedaan rasa saat masuknya makanan.
DO : - Keadaan fisik: apatis, lesu
- Berat badan: obesitas, kurus.
- Otot: flaksia atau lemah, tonus kurang, tidak mampu bekerja
- Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, reflek menurun
- Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver
atau limpa
- Kardiovaskuler: denyut nadi > 100x/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi
- Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah
- Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada
- Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane
mukosa pucat
- Gusi: pendarahan, peradangan
- Lidah: edema, hiperemasis
- Gigi: karies, kotor
- Mata: konjungtiva pucat, kering, exoftalmus
- Kuku: mudah patah
- Pengukuran antopometri:
a. Berat badan ideal: (TB-100) 10%.
b. Lingkar pergelangan tangan
c. Lingkar lengan atas (MAC): Nilai normal wanita (28,5 cm), laki-
laki (28,3 cm).
d. Lipatan kulit pada otot trisep (TSF): Nilai normal wanita (16,5
cm), laki-laki 12,5 - 16,5 cm).

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium:
a. Albumin: (N:4-5,5 mg/100 ml)
b. Transferin: (N:170-25 mg/100 ml)
c. Hb: (N: 12 mg%)
d. BUN: (N: 10-20 mg/100 ml)
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam.
Nilai normal: - Wanita: 0,5 - 1,0 mg/100 ml
- Laki-laki 0,6-1,3 mg/100 ml.

2.4 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan.
2.4.2 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

2.4.3 Batasan karakteristik


2.4.3.1 Kram abdomen
2.4.3.2 Nyeri abdomen
2.4.3.3 Menghindari makan
2.4.3.4 Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
2.4.3.5 Kerapuhan kapiler
2.4.3.6 Diare
2.4.3.7 Kehilangan rambut berlebihan
2.4.3.8 Bising usus hiperaktif
2.4.3.9 Kurang makanan
2.4.3.10 Kurang informasi
2.4.3.11 Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
2.4.3.12 Kurang minat pada makanan
2.4.3.13 Kesalahan konsepsi
2.4.3.14 Kesalahan informasi
2.4.3.15 Membrane mukosa pucat
2.4.3.16 Ketidakmampuan memakan makanan
2.4.3.17 Tonus otot menurun
2.4.3.18 Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
(recommended daily allowance)
2.4.3.19 Cepat kenyang setelah makan
2.4.3.20 Sariawan rongga mulut
2.4.3.21 Stetorea
2.4.3.22 Kelemahan otot pengunyah
2.4.3.23 Kelemahan otot untuk menelan

2.4.4 Faktor yang berhubungan


2.4.4.1 Ketergantungan zat kimia (sebutkan)
2.4.4.2 Penyakit kronis (sebutkan)
2.4.4.3 Kesulitan mengunyah dan menelan
2.4.4.4 Faktor ekonomi
2.4.4.5 Intoleransi makanan
2.4.4.6 Kebutuhan metabolic tinggi
2.4.4.7 Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
2.4.4.8 Akses terhadap makanan terbatas
2.4.4.9 Hilang nafsu makan
2.4.4.10 Mual dan muntah
2.4.4.11 Pengabaian oleh orang tua
2.4.4.12 Gangguan psikologis (sebutkan)

Diagnosa 2: Gangguan menelan


2.4.5 Definisi
Fungsi mekanisme menelan yang tidak ormal, berhubungan dengan deficit
struktur atau fungsi mulut, faring, atau esophagus.

2.4.6 Batasan karakteristik


2.4.6.1 Muntah
2.4.6.2 Penolakan makanan
2.4.6.3 Batuk, tersedak, sebelum makan
2.4.6.4 Napas berbau asam
2.4.6.5 Menelan berulaang-ulang
2.4.6.6 Penutupan bibir tidak sempurna

2.4.7 Faktor yang berhubungan


2.4.7.1 Trauma
2.4.7.2 Gangguan pernafasan
2.4.7.3 Masalah perilaku pemberian makan
2.4.7.4 Anomali jalan nafas atas
2.4.7.5 Abnormalitas laring atau orofaring
2.4.7.6 Defek rongga hidung/nasofaring
2.4.7.7 Obstruksi makanan

Diagnosa 3: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme


2.4.8 Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

2.4.9 Batasan Karakteristik


Subjektif
Dispnea

Objektif
Suara napas tambahan
Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
Batuk tidak ada atau tidak efektif
Sianosis
Kesulitan untuk berbicara
Penurunan suara napas
Ortopnea
Gelisah
Sputum berlebihan
Mata terbelalak

2.5 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan.
2.5.1 Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pemenuhan kebutuhan
pasien tercukupi dengan Kriteria Hasil:
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

2.5.2 Intervensi keperawatan dan rasional berdasarkan NIC


INTERVENSI RASIONAL
1. Manajemen gangguan makan Mencegah dan menangani pembatasan
diet yang sangat ketat dan aktivitas
berlebihan atau memasukkan makanan
dan meminum dalam jumlah banyak
kemudian berusaha mengeluarkan
semuanya.

2. Manajemen elektrolit Meningkatkan keseimbangan elektrolit


dan pencegahan komplikasi akibat dari
kadar elektrolit serum yang tidak normal.

3. Pemantaun elektrolit Mengumpulkan dan menganalisis data


pasien untuk mengatur keseimbangan
elektrolit

4. Manajemen cairan/elektrolit Mengatur dan mencegah komplikasi


akibat perubahan kadar cairaan dan
elektrolit.

5. Manajemen nutrisi Membantu dan menyediakan asupan


makanan dan cairan diet seimbang

6. Pemantauan nutrisi Mengumpulkan dan menganalisa data


pasien untuk mencegaah dan
meminimlakan kurang gizi.

Diagnosa 2: Gangguan menelan


Hasil NOC:
Pencegahan aspirasi
Status menelan

2.5.3 Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC


Diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan, pasien menunjukkan
status menelan yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem, tinggi, sedang, rendah dan tidak ada gangguan).
2.5.3.1 Kriteria Hasil
a. Mempertahankan makanan di dalam mulut
b. Mampu menelan
c. Mampu untuk mengosongkan rongga mulut

2.5.4 Intervensi keperawatan dan rasional berdasarkan NIC

INTERVENSI NIC RASIONAL


1. Pantau tingkat kesadaran, refleks 1. Menurunkan resiko aspirasi
batuk, refleks muntah dan
kemampuan menelan.

2. Atur posisi pasien 900 selama 2. Mencegah dan menurunkan resiko


makan aspirasi

3. Kaji mulut dari adanya makanan 3. Mengatahui kemampuan menelan


setelah makan pasien

4. Konsultasikan dengan ahli gizi 4. Memfasilitasi pasien agar mudah


tentang makanan yang mudah menelan serta mencerna makanan.
ditelan.

Diagnosa 3: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme


2.5.4 Tujuan dan Kriteria Hasil
Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan oleh, pencegahan
aspirasi, status pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status pernapasan:
kepatenan jalan napas
a. Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan
b. Pasien akan:
1. batuk efektif
2. mengeluarkan secret secara efektif
3. mempunyai jalan napas yang paten
4. pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
5. mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
6. mempunyai fungsi paru dalam batas normal
7. mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah

2.5.5 Intervensi dan Rasional


INTERVENSI RASIONAL
1. Posisikan pasien semi fowler 1. Untuk memaksimalkan potensial
ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat hasil
penurunan daerah ventilasi atau tidak 2. Memonitor kepatenan jalan napas
adanya suara adventif

3. Monitor pernapasan dan status oksigen 3. Memonitor respirasi dan keadekua


yang sesuai. oksigen

4. Mempertahankan jalan napas paten 4. Menjaga keadekuatan ventilasi

5. Kolaborasi dalam pemberian oksigen 5. Meningkatkan ventilasi dan asupan


terapi oksigen

6. Monitor aliran oksigen 6. Menjaga aliran oksigen mencukupi


kebutuhan pasien

7. Monitor kecepatan, ritme, kedalaman 7. Monitor keadekuatan pernapasan


dan usaha pasien saat bernafas

8. Catat pergerakan dada, simetris atau 8. Melihat apakah ada obstruksi di sa


tidak, menggunakan otot bantu satu bronkus atau adanya gangguan
pernafasan pada ventilasi

9. Monitor suara nafas seperti snoring 9. Mengetahui adanya sumbatan pada


jalan napas
10. Monitor pola nafas: bradypnea,
tachypnea, hiperventilasi, respirasi 10. Memonitor keadaan pernapasan kli
kussmaul, respirasi cheyne-stokes dll

3. Daftar Pustaka

Ahem, Nancy R. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9
Diagnosa Nanda, Interverensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran.

Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Interverention Classification (NIC). Edition 4


United States Of America: Masby Elsever Acadamic Press.
NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.

Você também pode gostar