Você está na página 1de 16

BAB VI

ANALISIS REGANGAN

6.1 Umum
Sistem struktur beserta komponen maupun sambungannya, terbuat dari bahan
mampu deformasi (deformable materials). Dengan kemampuan deformasi ini, sistem
struktur akan menyesuaikan dirinya dalam mencapai suatu konfigurasi akhir, pada mana
sistem struktur berada dalam keadaan seimbang di bawah pengaruh gaya ataupun
gangguan luar yang ada. Semakin tegar bahan yang digunakan, semakin kecil
deformasi yang timbul. Namun yang jelas, setegar apapun bahan yang digunakan,
deformasi akan tetap ada betapapun kecilnya.
Dibawah pengaruh gaya luar, sistem struktur akan memperlihatkan tanggap
(response) terhadap gangguan luar tersebut, berupa perpindahan dari konfigurasi awal
yang berseimbang dengan gaya luar nol, beralih ke suatu konfigurasi baru pada mana
dicapai keseimbangan di bawah pengaruh luar tersebut. Perpindahan itu sendiri
mencakup komponen perpindahan badan kaku (rigid body displacement) dan komponen
perpindahan deformatif yang menimbulkan perubahan bentuk. Sebagai contoh,
sebatang pensil yang dibawa oleh astronot ke bulan berjarak kurang lebih 385000
kilometer dari bumi, tidak mengalami deformasi. Seluruh perpindahan pensil, hanya
terdiri dari perpindahan badan kaku. Batang lidi yang kita tekuk akan mengalami
deformasi, di mana hampir seluruh perpindahannya merupakan perpindahan yang
deformatif. Dengan demikian, kita harus dapat membedakan perpindahan dan
deformasi.
Komponen bagian deformatif adalah bagian dari perpindahan yang memiliki
gradien. Dengan kata lain, gradien dari perpindahan merupakan sumber deformasi.
Deformasi ini dipantau dengan suatu besaran pengukur (measure) ekstensi deformasi
yang didefinisikan ( by definition) dan dinamakan regangan (strain). Sesuai dengan sifat
bahan sebagai substansi yang mampu deformasi, deformasi ini disertai atau diikuti oleh
timbulnya reaksi dalam pada bahan, berupa gaya per satuan permukaan yang
dinamakan tegangan (stress). Jadi, tegangan adalah sebagi pengukur (measure) yang
didefinisikan, serta digunakan untuk melakukan kuantifikasi intensitas gaya.
Sekalipun terjadinya praktis bersamaan, tegangan seyogyanya dipandang sebagai
besaran ikutan, atau sebagai kejadian sekuensial dari terjadinya regangan. Dengan kata
lain, sebelum membahas tegangan, semestinya kita membahas perihal regangan
terlebih dahulu. Dalam terapan yang dianut hingga kini, tegangan dan gaya sering
dibahas terlebih dahulu atas dasar beberapa hal. Pertama, dalam suatu kelas sistem
struktur yang berupa sistem yang statis tentu, gaya-gaya reaksi dapat dihiitung tanpa
meninjau perpindahan dan deformasi, sekalipun memang, kriteria perpindahan harus

89
juga digunakan dalam menghitung perpindahan dan deformasi di dalam melengkapi
hasil analisis.
Alasan yang kedua adalah bahwa formulasi dan presentasi gaya dilakukan dengan
telaah geometri yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dimengerti, dibandingkan
dengan formulasi dalam analisis regangan. Sajian yang terbalik seperti ini memang
tidak menimbulkan atau melibatkan kesalahan yang berarti, selain lebih-lebih
merupakan proses yang terbalik, sehingga sering tidak begitu dipermasahkan orang.
Dalam buku ni, proses penyajian akan dilakukan dengan membahas deformasi dan
regangan terlebih dahulu, baru kemudian disusul dengan pembahasan tegangan dalam
bab yang berikut. Sedikit banyak, aspek regangan dan tegangan yang sederhana telah
dipaparkan dalam bab yang sebelumnya. Bab ini berisikan formulasi formal yang lebih
matematis dari pada deformasi dan regangan, dan seperti yang diterangkan dalam bab
sebelumnya, didasarkan atas telaah titik demi titik dalam suatu sistem struktur yang
dipandang sebagai bahan menerus atau kontinuum.

6.2 Perpindahan dan Deformasi


Kita langsung memulai pembahasan dengan suatu sistem struktur dalam Gambar
6.2.1, yang pada awalnya berada pada konfigurasi awal V0 yang dibatasi permukaan S 0 .
~ ~
Bekerjanya gaya-gaya luar yang terdiri dari gaya badan b dan traksi permukaan t ,
menimbulkan tanggap (response) sistem struktur berupa peralihan posisi dari
konfigurasi awal V0 ke konfigurasi akhir yang dinamakan V serta dibatasi permukaan
S . Dalam konfigurasi akhir ini, sistem struktur berada di dalam keadaan seimbang di
~ ~
bawah pengaruh gaya luar ( b , t ).

Y So
Vo t

S
P (x,y,z) V
b q
P (x*,y*,z*)
r
R

j X

i
Z k

Gambar 6.2.1: Perpindahan Sistem Struktur

Sekarang kita memantau suatu titik bermateri cirian P( x, y, z ) yang pada awalnya
pada lokasi yang dinyatakan oleh vektor posisi ~
r , dan berpindah ke lokasi yang baru
~
P( x , y , z ) yang dinyatakan oleh vektor posisi R , di mana

90
~
r ( x, y, z) x i y j zk (a) ;
~ R ( x , y , z ) x i y j z k (b) (6.2.1)

Perpindahan titik P diberikan oleh selisih vektor posisi dalam bentuk

~
q~ ( x, y, z ) R ( x , y , z ) ~
r ( x, y, z) (6.2.2)

yang jika dinyatakan dalam komponennya (u, v, w) di arah ( x, y, z ) sebagai

q~ ( x, y, z ) u i v j wk (6.2.3)

maka dari Pers. (6.2.1) dan (6.2.2) akan diperoleh

u x x ; v y y ; w z z (6.2.4)

Perhatikan bahwa ( x , y , z ) sendiri merupakan fungsi dari ( x, y, z ) , sehingga dapat


dituliskan

u x ( x, y, z) x ; v y ( x, y, z) y ; w z ( x, y, z) z (6.2.5)

Seperti telah disinggung dalam paparan di depan, perpindahan q~ mencakup


komponen perpindahan badan kaku dan perpindahan deformatif. Contoh dari
perpindahan badan kaku diberikan dalam Gambar 6.2.2. Perpindahan badan kaku terdiri
atas translasi dan rotasi, atau campuran dari keduanya. Menurut Chasles, urutan
kejadian dari keduanya tidak mempengaruhi perpindahan akhir.

q
q

(a) translasi (b) rotasi

Gambar 6.2.2: Perpindahan Badan Kaku

6.3 Deskripsi Deformasi


Yang diartikan dengan deformasi adalah perobahan bentuk yang dialami sistem
struktur karena pembebanan. Robahan bentuk ini sendiri dapat diamati dengan
berbagai cara, misalnya perobahan jarak antara dua titik bermateri yang terletak
berdekatan pada suatu garis tertentu, di mana garis itu sendiri juga mengalami

91
perobahan posisi. Cara lain adalah dengan memantau perobahan sudut apit antara dua
garis yang semula berpotongan secara ortogonal pada konfigurasi awal. Perobahan
volume juga dapat dipilih sebagai pengukur ekstensi deformasi. Dengan demikian,
terdapat beberapa macam regangan yang dapat kita definisikan serta kita gunakan
sebagai pengukur ekstensi deformasi. Karena semua itu tergantung kepada gradien
perpindahan, kita memulai formulasi regangan dengan meninjau gradien perpindahan
terlebih dahulu.

Dalam Gambar 6.3.1, kita memantau suatu garis yang setelah deformasi,
berpindah ke ' . Kita mengamati suatu segmen ds pada garis yang dibatasi oleh dua
titik P( x, y, z ) dan P( x dx, y dy, z dz) yang cukup berdekatan. Setelah deformasi,
kedua titik masing-masing berpindah ke P ' ( , , ) dan Q ' ( d , d , d )
dengan segmen garis ds ' yang berada di antaranya. Panjang kedua segmen garis
diberikan oleh rumus sebagai berikut,

Y 1
Q( +d ,+d , +d )
Q (x+dx,y+dy,z+dz)

P (x,y,z)
P(,, )
X

Gambar 6.3.1: Regangan pada Suatu Garis

ds 2 dx 2 dy 2 dz 2 (a)
ds'
2
d d d
2 2 2
(b) (6.3.1)
di mana

d dx dy dz
x y z

d dx dy dz (6.3.2)
x y z

d dx dy dz
x y z

yang dapat dituliskan dalam notasi matriks sebagai

92
d / x / y / z dx

d / x / y / z dy (6.3.3)
d / x / y / z dz

J

Matriks [J ] dinamakan Jacobian yang mengatur pemetaan (mapping) dari


perpindahan sistem, sekaligus sebagai pengukur ekstensi deformasi. Agar pemetaan
tersebut bersifat satu-satu (one-to-one) di dalam menjamin proses pemetaan yang unik,
maka haruslah matriks Jacobian non-singulir; jadi,

/ x / y / z
( , , )
J / x / y / z 0 (6.3.4)
( x, y , z )
/ x / y / z

Nilai dari J seturut dengan ekstensi deformasi ditunjukkan dalam Gambar 6.3.2.

Sekarang, kita mendefinisikan suatu besaran yang memberikan perpanjangan


garis di sepanjang segmen ds , sebagai berikut.

1 (ds' ) 2 ds 2
(6.3.5)
2 ds 2

1.0

deformasi

Gambar 6.3.2: Jacobian dan Ekstensi Deformasi

Substitusi Pers. (6.3.2) ke dalam Pers. (6.3.5) memberikan

l 2 xx m 2 yy n 2 zz 2lm xy 2mn yz 2nl zx (6.3.6)

di mana
dx dy dz
l ; m ; n (6.3.7)
ds ds ds
dan

93
xx u x
1 2
2

u x vx wx
2 2

1

yy v y u y 2 v y 2 wy 2
2
(6.3.8)

1

zz wz u z 2 vz 2 wz 2
2

2 xy u y v x u x u y v x v y wx w y
2 yz v z w y u y u z v y v z w y wz (6.3.9)
2 zx wx u z u z u x v z v x wz wx

dengan notasi
u v
uy ; vx (6.3.10)
y x
dan seterusnya.

Di depan, kita telah menyatakan bahwa garis dimana diukur juga akan
berpindah, dari lokasi dengan koefisien arah (l , m, n) ke lokasi yang baru, katakanlah
dengan koefisien arah (l ' , m ' , n ' ) . Kita mengetahui bahwa

d d d
l ; m ; n (6.3.11)
ds ds ds
atau,
d ds d ds d ds
l . ; m . ; n . (6.3.12)
ds ds' ds ds' ds ds'
di mana
d
(1 u x )l u y m u z n
ds
d
v x l (1 v y )m v z n (6.3.13)
ds
d
wx l wy m (1 wz )n
ds
sementara
ds 1
(6.3.14)
ds' 1 2
Dengan demikian, diperoleh

94
(1 u x ) u y m u z n
'
1 2
v x (1 v y )m v z n
m' (6.3.15)
1 2
wx w y m (1 wz )n
n'
1 2

Kemudian kita dapat menentukan perobahan sudut apit antara dua garis
1 ( 1 , m1 , n1 ) dan 2 ( 2 , m2 , n2 ) yang pada awalnya ortogonal, hingga mengalami
robahan sudut apit karena 1 dan 2 berpindah dengan koefisien arah baru
'1 '1 m '1 , n '1 dan '2 '2 m '2 , n '2 . Kita mendefinisikan suatu pengukur perobahan
sudut antara kedua garis dengan

12 (1 21 )(1 22 ) cos ' (6.3.16)


di mana
cos '= '1 '2 m'1m'2 n'1n'2 (6.3.17)
sehingga
12 2 1 2 xx 2m1m2 yy 2n1n2 zz 2( 1m2 2 m1 ) xy
(6.3.18)
2(m1n2 m2 n1 ) yz 2(n1 2 n2 1 ) zx

6.4 Deskripsi Regangan


Bentuk dalam Pers. (6.3.6) memberikan regangan yang terjadi pada garis
berkoefisien arah (, m, n) , dalam bentuk

= 2 xx m2 yy +n2 zz m xy mn yz n zx (6.4.1)

yang berisikan komponen ij serta yang dapat disusun dalam matriks

xx yx zx
R xy yy zy

(6.4.2)
xz yz zz

sebagai komponen dari apa yang dinamakan tensor regangan [R] . Untuk perpindahan
yang kecil (infinitesimal displacement), suku-suku kuadrat dalam Pers. (6.3.8) dan
(6.3.9) cukup kecil dan sebagai pendekatan dapat dilinierisasi, sehingga komponen
regangan menjadi
xx u x , xy (u y v x ) / 2
yy v y , yz (v z wy ) / 2 (6.4.3)
zz wz , zx ( wx u z ) / 2

95
6.5 Regangan Ekstremum
Perhatikan bahwa komponen regangan dalam Pers. (6.4.2) diukur relatif terhadap
tata sumbu ( X , Y , Z ) yang kita pilih secara sembarang, namun barangkali sebagai tat
sumbu pada mana komponen regangan tersebut dapat dihitung dengan mudah. Kita
ingin menentukan suatu tata sumbu baru, terhadap mana komponen regangan yang
diukurkan, bernilai ekstremum. Cara penentuan adalah dengan melihat suatu bidang
dengan normal n sedemikian hingga komponen regangan total, bersifat normal
terhadap bidang tersebut; karena itu, kita dapat menuliskan

~p n (6.5.1)

di mana adalah nilai mutlak dari vektor regangan ~p . Komponen dari ~p pada sumbu
( X , Y , Z ) dapat diperoleh dengan menuliskan

px ~p .i n.i
py ~p . j n. j m (6.5.2)

pz ~p .k n.k n

di lain pihak, dapat dituliskan bahwa

px xx m yx n zx
py xy m yy n zy (6.29)
pz xz m yz n zz

sehingga Pers. (6.28) dan (6.29) memberikan

( xx ) yx m zx n 0
xy ( yy )m zy n 0 (6.5.3)
xz yz m ( zz )n 0

Karena yang kita ingin tentukan adalah (, m, n) , maka sistem Pers. (6.5.4) hanya
memiliki solusi non-trivial (non-zero) jika determinan matriks koefisien persamaan
(, m, n) dalam Pers. (6.5.4), tidak nol. Dengan demikian, haruslah

( xx ) yx zx
xy ( yy ) zy =0 (6.5.5)
xz yz ( zz )

yang memberikan persamaan polinomial berorde pangkat tiga dalam . Proses


pengembangan lanjut dari Pers. (6.5.5) memberikan persamaan karakteristik

96
3 J1 2 J 2 J 3 0 (6.5.6)
dengan
xx yx zx
J 1 xx yy zz ; J 2 xx yy yy zz zz xx ; J 3 xy yy zy (6.5.7)
xz yz zz

yang dinamakan invarian regangan. Jika 1 , 2 dan 3 adalah nilai regangan ekstrim,
maka persamaan karakteristik dalam Pers. (6.5.6) berobah menjadi

( 1 )( 2 )( 3 ) 0 (6.5.8)

dengan invarian regangan yang dapat dinyatakan dalam regangan-regangan ekstrim


dalam bentuk

J 1 1 2 3 ; J 2 1 2 2 3 3 1 ; J 3 1 2 3 (6.5.9)

Akar-akar persamaan karakteristik dalam Pers. (6.5.6), dihitung lalu satu per satu
dimasukkan kedalam Pers. (6.5.4) untuk menentukan (, m, n) , yaitu arah dari regangan
ekstrim yang bersangkutan. Proses penentuan besar dan arah regangan ekstrim di atas
merupakan perhitungan yang termasuk dalam kelas problem Eigen (Eigen problem).

6.6 Regangan Rata-rata dan Deviatorik


Konsep ragangan rata-rata dan regangan deviatorik sangat bermanfaat di dalam
terapan elastisitas. Regangan rata-rata diambil sebagai rata-rata aritmatis.

1 1 1
m ( xx xy zz ) (1 2 3 ) j1 (6.6.1)
3 3 3
sehingga tensor regangan rata-rata menjadi

m 0 0
Rm 0 m 0 (6.6.2)
0 0 m

yang menyisakan tensor regangan sebesar

( xx m ) yx zx

Rd xy ( yy m ) zy (6.6,3)
yz ( zz m )
xz

6.7 Kriteria Kompatibilitas Regangan


Kriteria kompatibilitas merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
komponen regangan, sedemikian hingga diperoleh medan perpindahan yang
secara kinematis, dimungkinkan. Kriteria kompatibilitas dapat disusun dengan
pertama-tama menuliskan

97
2 3u 2 3v
; yy 2 (6.7.1)
y 2 xy 2
xx
x 2
x y
dan
2 1 3u 3v )
xy ( (6.7.2)
xy 2 xy 2 x 2 y
sehingga diperoleh
2 2 2 xy
xx 2 yy = 2 (6.7.3)
y 2 x x y

Selanjutnya, dapat diperoleh bahwa

2 xx 3u xy 1 2 u 2v
2 ; ;
yz yz z 2 zy xz
(6.7.4)
yz 1 2 v 2 w zx 1 2 w 2 u
;
x 2 zx xy y 2 xy yz

Dari tiga persamaan terakhir dalam Pers. (6.7.4) diperoleh hubungan


- yz zx xy u
2
(6.7.5)
x y z yz
dan
2
xx - yz zx xy (6.7.6)
yz x x y z

Seterusnya, dengan cara yang sama dan dengan jalan permutasi dari indeks, kita
dapat menyusun enam kondisi kompatibilitas yang dituliskan dalam bentuk berikut
ini.
2 2 2 xy
= 2
y 2 x 2 x y
xx yy

2 2 2 yz
= 2
z 2 y 2 y z
yy zz

2 2 2 zx
= 2
x 2 z 2 z x
zz xx

(6.7.7)
2
xx - yz zx xy
yz x x y z
2
yy - zx xy yz
zx y y z x
2
zz - xy yz zx
xy z z x y

98
6.8 Beberapa Jenis Regangan Khusus
Berikut ini disajikan beberapa ragam perpindahan yang menghasilkan
regangan khusus, antara lain regangan seragam, dilatasi dan geser sederhana.
Jenis-jenis regangan khusus ini sering dihadapi dalam terapan, sehingga dengan
melihat ragam perpindahan, regangan khusus yang bersangkutan langsung dikenali.

6.8.1 Regangan Seragam


Kasus ini diberikan oleh perpindahan yang jika dituliskan di arah sumbu Z ,
disusun dalam bentuk

u 0 ; v 0 ; w k z, k konstan (6.8.1)

sehingga regangan yang bersangkutan dapat disusun dengan menerapkan Pers.


(6.4.3) dalam bentuk

xx 0 ; yy 0 ; zz k ;
(6.8.2)
xy yx 0 ; yz zy 0 ; zx xz 0

yang memberikan regangan normal yang seragam di arah Z .

6.8.2 Dilatasi
Kasus ini merupakan superposisi dari kasus regangan seragam di arah X , Y
dan Z dengan perpindahan

u kx x ; v k y y ; w kz z (6.8.3)

Dengan cara superposisi dari bentuk-bentuk solusi dalam Pers. (6.8.2), regangan
untuk kasus dilatasi ini diberikan oleh

xx k x ; yy k y ; zz k z ;
(6.8.4)
xy yx 0 ; yz zy 0 ; zx xz 0

6.8.3 Geser Sederhana


Kasus geser sederhana ini dapat diberikan oleh perpindahan yang misalnya
dituliskan dalam bentuk

u k z ; v 0; w 0 (6.8.5)

yang memberikan regangan

xx 0 ; yy 0 ; zz 0 ;
(6.8.6)
xy yx 0 ; yz zy 0 ; zx xz k / 2

dan merupakan medan regangan geser pada bidang ZX .

99
6.8.4 Regangan Volume
Regangan volume didefinisikan sebagai pengukur perobahan volume akibat
deformasi. Untuk itu, kita mengamati suatu diferensial volume dV yang setelah
deformasi berobah menjadi dV . Regangan volume L didefinisikan sebagai

1 (dV ) 2 (dV ) 2
L (6.8.7)
2 (dV ) 2

yang jika dikembangkan dan dituliskan dalam regangan prinsipal, dapat dituliskan
dalam bentuk
L J1 2 J 2 4 J 3 (6.8.8)

di mana J1 , J 2 dan J 3 diberikan dalam Pers. (6.5.9).

6.9 Contoh Penerapan


Contoh 6.1: Suatu problem elastisitas dicirikan oleh perpindahan
u k ( y x), v k ( x y) dan w kxz di mana k konstan. Periksa
apa perpindahan ini dimungkinkan, dan jika demikian halnya,
tentukan deformasi dan regangan yang terjadi.

Penyelesaian:

Untuk memeriksa apakah komponen perpindahan memberikan suatu medan


perpindahan yang dimungkinkan, kita memeriksa dengan dua cara yaitu Jacobian
dan kriteria kompatibilitas. Dari data yang diberikan diperoleh

u u u
k ; k; 0
x y z
v v v
k; k ; 0
x y z
w w w
kz ; 0; kx
x y z

sehingga Jacobian menurut Pers. (6.9) menjadi

J (1 k )(1 k )(1 kx) k[(1 k )(1 kx) kz] (6.9.1)

yang menunjukkan bahwa untuk x dan z serta k kecil, nilai J 1 sehingga


perpindahan dimungkinkan. Cara kedua, dari Pers. (6.7.7) terlihat bahwa keenam
kondisi kompatibilitas secara trivial dipenuhi, yang mengindikasikan bahwa
perpindahan dimungkinkan.

100
Contoh 6.2: Tujukkanlah bahwa u ayz , v bzx dan w cxy ( a, b dan c konstanta
bernilai kecil) merupakan komponen vektor perpindahan menerus
yang mungkin.

Penyelesaian:

Dengan cara serupa dengan Contoh 6.1, dihitung gradien perpindahan


sebagai berikut,
u u u
0; az; ay
x y z
v v v
bz ; 0; bx
x y z
w w w
cy ; cx 0
x y z
yang memberikan

J 1 bcx 2 cay 2 abz 2 2abcxyz (6.9.2)

yang untuk a, b, c, x, y dan z bernilai kecil, J 1 . Dengan demikian, u, v dan w


merupakan komponen dari suatu vektor perpindahan yang dimungkinkan.

Contoh 6.3: Suatu medan perpindahan diberikan dengan komponen


u kx x ; v k y y dan w kz z .Periksa apa perpindahan
dimungkinkan, dan kalau demikian halnya, hitung regangan yang
timbul.

Penyelesaian:

Pertama-tama, kita menghitung gradien perpindahan yang diturunkan sebagai


berikut.
u u u
kx ; 0 ; 0
x y z
v v v
0 ; kx ; 0
x y z
w w w
0 ; 0 ; kx
x y z

Dengan demikian, Jacobian dari medan perpindahan diberikan sebesar

J (1 k x )(1 k y )(1 k z ) (6.9.3)

yang untuk k x , k y dan k z bernilai kecil, J 1 sehingga perpindahan dimungkinkan.


Komponen regangan dapat dihitung dengan menerapkan Pers. (6.4.3) dengan hasil

101
xx k x ; yy k y ; zz k z
xy 0 ; yz 0 ; zx 0

Selanjutnya dapat dilihat bahwa karena komponen regangan adalah konstan,


maka turunan-turunan dari fungsi regangan adalah nol sehingga kriteria kompatibilitas
regangan dalam Pers. (6.7.7) secara trivial terpenuhi. Dengan itu, juga dapat
disimpulkan bahwa medan pepindahan secara kinematis dimungkinkan terjadi.

Contoh 6.4: Suatu medium menerus mengalami regangan xx yy zz


2 xy 2 yz 2 zx e , di mana e bernilai konstan yang kecil. Tentukan
besar dan arah regangan utama.

Penyelesaian:

Untuk contoh ini, Pers. (6. 5.4) memberikan

(e ) e/2 e / 2 0
e/2
e e / 2 m 0 (6.9.4)
e / 2 e/2 e n 0

dengan persamaan karakteristik dalam Pers. (6.5.6) yang mengambil bentuk

1
3 3e 2 3e 2 e3 0 (6.9.5)
4
dengan akar-akar

1 = 1 3 3 e ; 2 = 1 1 i 3 3 3 e ; 3 = 1 1 i 3 3 3 e (6.9.6)
4 2 4 2 4

Substitusi bentuk dalam Pers. (6.9.6a) ke dalam Pers. (6.9.4) memberikan

e3 3 / 4 e/2 e / 2 1 0

e/2 e3 3 / 4 e / 2 m1 0 (6.9.7)

e / 2 e/2 e3 3 / 4 n1 0

yang menghasilkan
l1 m1 n1 1 / 3 (6.9.8)

Salah satu dari Pers. (6.9.8) dapat dipilih, yaitu misalnya yang bertanda positif, sehingga
yang bertanda negatif merupakan arah yang berlawanan saja. Dengan pilihan itu
diperoleh
l1 m1 n1 1 / 3 (6.9.9)

102
Dengan cara serupa, pemasukan dua nilai regangan ekstrim lainnya dalam Pers. (6.9.6)
ke dalam Pers. (6.9.4) akan memberikan arah kedua regangan ekstrim.

Contoh 6.5: Suatu medium menerus mengalami medan perpindahan dengan


komponen u kz, v 0 dan w 0 . Tentukan regangan yang terjadi dalam
medium tersebut.

Penyelesaian:

Gradient perpindahan di arah ( X , Y , Z ) untuk contoh ini adalah

u u u
0 ; 0 ; k
x y z
v v v
0 ; 0 ; 0 (6.9.10)
x y z
w w w
0 ; 0 ; 0
x y z

sehingga regangan menjadi


xx 0 ; yy 0 ; zz 0 ;
(6.9.11)
xy 0 ; yz 0 ; zx k

yang mengindikasikan bahwa komponen perpindahan tersebut merepresentasikan


suatu kasus geser murni pada bidang ZX .

6.10 Rangkuman
Sebagai rangkuman dari bahan sajian bab ini, beberapa hal ini penting diberikan
dalam kesimpulan berikut.
1) Perpindahan merupakan peralihan dari titik bermateri dari dari kedudukan awal ke
kedudukan akhir, yang berseimbang dalam pengaruh beban atau pengaruh liar.
2) Perpindahan suatu sistem medium menerus, pada umumnya terdiri atas
komponen perpindahan kaku dan perpindahan deformatif.
3) Dalam komponen perpindahan kaku, tidak ada deformasi secara fisik, jarak antara
dua titik bersebelahan, bentuk garis yang lurus, sudut apit dua garis pada suatu
titik, adalah tetap setelah mengalami perpindahan badan kaku.
4) Deformasi dijabarkan dengan regangan, antara lain regangan pada suatu garis
lurus, dan perobahan sudut dua garis berpotongan pada suatu titik. Berdasarkan
regangan aksial dan regangan geser ini, juga dapat diselidiki perobahan luas suatu
penampang datar, atau perobahan volume yang dialami oleh suatu sistem yang
berdeformasi.

103
5) Regangan yang diukur relatif suatu tata sumbu tertentu, dapat digunakan untuk
menghitung regangan yang diukur terhadap tata sumbu lain. Dalam hal ini, berlaku
hukum transformatif.
6) Berdasarkan butir (5) di atas, dapat ditentukan arah-arah tata sumbu yang
memberikan nilai regangan ekstrim.

6.11 Soal-soal
Soal 6.1: Periksa apakah u k ( y x), v k ( x y) w kxz , di mana k konstan,
merupakan komponen menerus yang mungkin, dari suatu medium menerus,
dalam tata sumbu Cartesius ( x, y, z ) .

Soal 6.2: Deformasi suatu badan menerus diberikan oleh komponen perpindahan
u k (3x 2 y), v k (2 y 2 y), w k (4 z 2 x) , di mana k konstan. Hitung
faktor perpanjangan dari suatu elemen garis yang melalui titik (1,0,1) dengan
koefisien arah ( 2 / 2 , 2 / 2 , 0) .

Soal 6.3: Tentukan arah serta nilai regangan ekstrim dari suatu kondisi deformasi
dengan regangan yang diukur dalam tata sumbu ( X , Y , Z ) sebesar
xx 0.002, yy 0.002, zz xy yz zx 0 .

Soal 6.4: Komponen regangan deformasi dari suatu medium menerus diberikan oleh
xx v k ( L x), yy v k ( L z), zz k ( L x), xy yz zx 0 , di mana
v, k serta L konstan. Tentukan komponen perpindahan u, v dan w .

Soal 6.5: Komponen regangan prinsipal deformasi dari suatu medium menerus
diberikan oleh 1 2 3 0.002 . Berapa regangan volume yang timbul?
Berapa persen perobahan volume yang terjadi?

104

Você também pode gostar