Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Mukadimah-nya, Ibn Al-Khaldun menulis, Ilmu ini (yakni tasawuf)


salah satu ilmu syariat baru di dalam agama Islam. Sebenarnya, metode kaum ini
(kaum sufi) telah ada sejak masa para sahabat, tabiin dan ulama-ulama
penerusnya, sebagai jalan kebenaran dan petunjuk. Inti tasawuf adalah tekun
beribadah, memutuskan hubungan dari selain Allah, menjauhi kemewahan dan
kegemerlapan duniawi, meninggalkan kelezatan harta dan tahta yang sering
dikejar kebanyakan manusia dan mengasingkan diri dari manusia untuk
beribadah. Praktek ini populer di kalangan para sahabat dan ulama terdahulu.
Ketika tren mengejar dunia menyebar di abad kedua dan setelahnya, manusia
mulai tenggelam dalam kenikmatan duniawi, orang-orang yang menghususkan
diri mereka kepada ibadah disebut sufi.

Ada sebagian orang bertanya, adakah istilah tasawuf pada zaman Rasulullah
Saw? Tentu jawabannya tidak ada. Sebab, penamaan cabang-cabang ilmu syariat
belum ada pada zaman Rasulullah Saw, tetapi praktek cabang-cabang ilmu
tersebut sudah ada sejak zamannya. Misalnya ilmu tafsir, penamaannya baru
populer setelah abad ke-2 H yang dipelopori oleh para penulis perdana dalam
cabang ilmu ini seperti, Syubah bin Hajjaj, Sufyan bin Uyainah dan Waki bin
Jarah, padahal praktek penafsiran sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Begitu
juga ilmu tasawuf dan cabang-cabang ilmu syariat yang lain.

Di dalam makalah ini, akan dijelaskan bagaimana pendapat-pendapat


mengenai sejarah dan perkembangan Tasawuf dalam Islam, dan anyak pendapat

1
pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau
dari dalam agama Islam sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian tasawuf?

2. Bagaimana asal - usul aliran tasawuf?


3. Apa saja sumber- sumber tasawuf?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana pengertian tasawuf

2. Untuk mengetahui Bagaimana asal - usul aliran tasawuf


3. Untuk mengetahui Apa saja sumber- sumber tasawuf

2
BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Pengertian Tasawuf

1. Secara Etimologi

Al-Qusyair Kata tasawuf diambil dari kata shafa yang berarti bersih.1
Dinamakan shufi karena hatinya tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Teori
lain mengatakan bahwa kata tersebut diambil dari kata Shuffah yang berarti
serambi Masjid Nabawi di Madinah yang ditempati oleh sahabat-sahabat Nabi
yang miskin dari golongan Muhajirin. Mereka disebut ahl as-shuffah yang
sungguh pun miskin namun berhati mulia dan memang sifat tidak
mementingkan kepentingan dunia dan berhati mulia adalah sifat-sifat kaum
sufi/ teori lainnya menegaskan bahwa kata sufi diambil dari kata suf yaitu kain
yang dibuat dari bulu atau wool, dan kaum sufi memilih memakai wool yang
kasar sebagai simbol kesederhanaan.

Tentang asal kata Tasawwuf yang berasal dari kata sufi, terdapat
beberapa pendapat yang berbeda. Diantaranya ada yang menganggap bahwa
secara lahiriah sebutan tersebut hanya semacam gelar, sebab dalam bahasa
Arab tidak terdapat akar katanya. Menurut sejarah,orang yang pertama
memakai kata sufi adalah seorang zahid atau asketik bernama Abu Hasyim Al-
kufi di Irak (W.150 H ) . Harun Nasution, mengemukakan lima teori
mengenai asal kata sufi , teori-teori berikut menurutnya selalu dikemukakan
oleh para penulis tasawuf, yaitu :

Pertama, kata tasawuf berasal dari kata Ahl al-Shuffah ( ), yaitu


sebutan untuk orang-orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekah ke

1 Al-Kalabadzi, al-Taarruf li Madzhab ahl al-Tashawuf (al-Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyyah,


Cairo, 1969) h. 28

4
Madinah, dan karena kehilangan harta, mereka berada dalam keadaan miskin
tak mempunyai apa-apa. Mereka tinggal di masjid Nabi dan tidur di atas
bangku batu dengan memakai pelana sebagai bantal. Pelana itu disebut
shuffah. Inggrisnya Saddle Cushion dan kata sofa dalam bahasa Eropa berasal
dari kata shuffah ( ). Walaupun mereka miskin para ahl-shuffah itu berhati
baik dan mulia. Sifat tidak mementingkan keduniaan, miskin tetapi berhati
baik dan berakhlak mulia itu adalah merupakan sifat-sifat kaum sufi

Kata tasawuf berasal dari kata Sufi dari dan yang artinya suci. Seorang
sufi adalah orang yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah
mensucikan dirinya melalui latihan berat dan lama .

Kata tasawuf berasal dari Sophos kata Yunani yang berarti hikmat.
Namun pendapat ini kurang begitu kuat. Orang sufi betul ada hubungannya
dengan hikmat, hanya huruf s dalam sophos ditransliterasikan ke dalam
bahasa Arab menjadi dan bukan , sebagai kelihatan dalam kata dari kata
philosphia. Dengan demikian jika mengikut pendapat ini seharusnya sufi
ditulis dengan dan bukan .

Pendapat yang mengatakan kata tasawuf berasal dari kata Suf ( ), yaitu
kain yang dibuat dari bulu wol. Hanya kain wol yang dipakai kaum sufi
adalah wol kasar dan bukan wol halus seperti sekarang. Memakai wol kasar di
waktu itu adalah simbol kesederhanaan dan kemiskinan . Lawannya ialah
memakai sutra, oleh orang-orang yang mewah hidupnya di kalangan
pemerintahan. Kaum sufi sebagai golongan yang hidup sederhana dan dalam
keadaan miskin, tetapi berhati suci dan mulia , menjauhi pemakaian sutra dan
sebagai gantinya memakai wol kasar

2. Secara Terminologi

5
Di dalam Al- Risalah al-Qusyairiyyah, mengatakan bahwa para
generasi pertama ( sahabat ) dan sesudahnya (tabiin ) mereka lebih menyukai
dan merasakannya sebagai penghormatan apabila mereka disebut sebagai
sahabat. Pada saat itu istilah-istilah seperti abid, nasik, zahid dan sufi
belumlah dikenal dan belum populer bila dibandingkan dengan masa
setelahnya. Dengan demikian, istilah-istilah seperti abid, nasik, zahid dan
kemudian sufi, yang digunakan untuk para ahli ibadah, baru dikenal setelah
generasi sahabat dan tabiin ini.

Konon menurut cerita Ash-Shuffah sebagai sebuah tempat terjadi pada


saat Kiblat Shalat digantikan dari Baitul Maqdis (Yerussalem) ke Kabah di
Mekah. Sebagai akibat perubahan geografis tadi, tembok arah kiblat pertama
menjadi di belakang tembok masjid Nabi. Kemudian Nabi memerintahkan
supaya di atas tembok itu dibuat atap. Tempat itulah yang kemudian dikenal
dengan sebutan Ash-Suffah, podium/bangku atau Azh-Zhillah, naungan, tetapi
pada ketiga sudutnya tetap terbuka. Ibnu Jubair mengatakan bahwa Ash-
Shufah merupakan rumah diujung Quba, dimana para ahl-Shuffah berdiam.
Jumlah ahl-Shuffah itu bervariasi dari waktu ke waktu. Mereka bertambah
saat delegasi berdatangan ke Madinah. Ketika orang asing itu pulang , jumlah
merekapun otomatis berkurang. Jumlah penghuni permanen kira-kira 70
orang. Abu Nuaim menyebut 52 nama dari mereka, beberapa diantaranya
adalah : Abu Hurairah, Abu Dzar al-Ghiffari, Kaab bin Malik al-Anshari,
Salman al-Farisi, Said bin Amir bin Hadhim al-Jumahi, dan lain sebagainya.

Pendapat lain tentang asal kata sufi , dikemukakan oleh Abu Bakar
Ace yang mensitir pendapat Zaki Mubarak dalam kitabnya AT-Tsawwufu
Islami fil Adab wal akhlak , yang membentangkan panjang lebar sejarah dan
asal perkataan itu. Selain dari lima teori yang disebut Harun di atas ,ia juga
mengemukakan teori lain tentang asal-usul kata tasawuf. Pendapat itu adalah

6
pandangan yang mengatakan bahwa sufi berasal dari kata Ibn Sauf, yaitu
sebuah istilah yang sudah cukup dikenal sebelum Islam sebagai gelar dari
seorang anak Arab yang saleh yang selalu mengasingkan diri dekat Kabah
guna mendekati Tuhannya bernama Ghaus bin Murr. Kata tasawuf konon juga
berasal dari kata Sufah, yaitu istilah yang dipergunakan untuk nama surat
Ijazah bagi orang yang naik haji.

Meskipun banyak teori/pendapat tentang asal-usul kata tasawuf, namun


dari berbagai kajian ilmiah membuktikan bahwa semua pendapat di atas jauh
dari tepat kecuali pendapat yang mengatakan bahwa tasawuf itu berasal dari
kata . Kebanyakan penulis tasawuf sependapat bahwa teori yang lebih tepat
dan kuat adalah pendapat ini, yaitu bahwa kata sufi berasal dari kata suf atau
bulu domba atau wol kasar . Pada masa awal perkembangan asketisisme,
pakaian bulu domba atau wol kasar adalah simbol bagi para hamba Allah yang
tulus dan asketis . Pendapat seperti ini sebagaimana dikatakan Al- Saraj al-
Thusi, juga Ibn Kaldun, dan lain-sebagainya.

Dari berbagai teori di atas, tampak bisa dipahami bahwa sufi dapat
dihubungkan dengan dua aspek, yaitu aspek lahiriyah dan bathiniyah. Teori
yang menghubungkan orang yang menjalani kehidupan tasawuf dengan orang
yang berada di serambi masjid dan bulu domba merupakan tinjauan aspek
lahiriyah dari shufi. Ia dianggap sebagai orang yang telah meninggalkan dunia
dan hasrat jasmani, dan menggunakan benda-benda di dunia hanya untuk
sekedar menghindarkan diri dari kepanasan, kedinginan dan kelaparan.
Sedangkan teori yang melihat sufi sebagai orang yang mendapat
keistimewaan di hadapan Tuhan nampak lebih memberatkan pada aspek
bathiniyah.

7
Tasawuf sebagaimana disebutkan dalam artinya di atas bertujuan untuk
memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga
disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan, dan intisari dari
sufisme itu adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh
manusia dan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan berkontemplasi.
Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad
atau menyatu dengan Tuhan.2

B. Asal - Usul Aliran Tasawuf


Teori-teori mengenai asal timbul atau munculnya aliran ini dalam Islam
banyak berbeda-beda, antara lain:3
1. Pengaruh Kristen dengan paham menjauhi dunia dan hidup
mengasuingkan diri dalam biara-biara. Dikatakan bahwa Zahid dan sufi
Islam meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan
diri, adalah pengaruh cara hidup rahib-rahib Kristen.
2. Falsafat Mistik pythagoras yang berpendapat bahwa roh manusia bersifat
kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan
penjara bagi roh. Kesenangan roh adalah di alam samawi. untuk
memeproleh hidup senang di alam samawi, manusia harus membersihkan
roh dengan meninggalkan hidup materi, yaitu Zuhud. Ajaran Pythagoras
untuk meninggalkan dunia dan pergi berkontlemplasi, inilah menurut
pendapat sebagian orang yang mempengaruhi timbulya Zuhud san
Sufisme dalam Islam.
3. Falsafat amanasi Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar
dari Zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali

2 Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filasafat dan Tawawuf (Dirasah Islamiyah IV)(Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), h. 153

3 Harun Nasution, 1978. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: IAIN. Hal. 55-56

8
kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya kealam materi , roh jadi kotor,
dan untuk dapat kembali keasalnya Roh harus terlebih dahulu dibersihkan.
Penyucian Roh adalah dengan dunia dan mendekati Tuhan dengan sedekat
mungkin. Dikatan pula bahwa falsafat ini mempunyai pengaruh terhadap
munculnya kaum Zahid dan Sufi dalam Islam.
4. Ajaran Budha dengan faham Nirwananya. Untuk mencapai Nirwana,
orang harus bisa meninggalkan Dunia dan memasuki hidup Kontemplasi.
Faham Fana yang terdapat dalam sufisme hampir serupa dengan faham
Nirwana.
5. Ajaran-ajaran Hinduisme yang juga mendorong manusia untuk
meninggalkan dunia dan mendekati Tuhanuntuk mencapai persatuan
Atman dan Brahman.
Inilah beberapa faham dan ajaran yang menurut teorinya mempengaruhi
timbul dan munculya sufisme dikalangan umat Islam.

C. Sumber- Sumber Tasawuf


Menurut Ali Sami Nasyar, meskipun mereka telah berusaha menelitinya dengan
melacak sumber-sumber tasawuf dalam berbagai macam kebudayaan yang
mengitari orang Islam akan tetapi mereka meninggalkan dan atau tidak
mengupayakan untuk meneruskan penelitian mereka ke permasalahan terdalam.
Yang mana jika mereka meneruskan penelitian mereka ke titik paling dalam maka
akan menemukan bahwa tasawuf mengakar kokoh dalam al-Quran dan hadits.
Jika demikian tentujika boleh penulis katakanlogis jika penelitian mereka
menelurkan kongklusi yang tidak akurat, karena penelitian hanya berkutat di
tataran permukaan. Mungkin minimnya penguasaan sumber penelitian adalah
faktor utama di sampingmukinjuga ada factor lain semisal karena mereka
adalah non muslim. Dan diakui sendiri oleh seorang orientalis besar
berkebangsaan Perancis, Dr. Massignon, ia mengatakan Adapun studi sumber-
sumber tasawuf maka jarak di antara kita dan kesempurnaanya masih saja selalu
jauh. Dengan arti lain, penyibakan sumber tasawuf bagi mereka masih jauh dari

9
kesempurnaan, ada aspek-aspek yang belum atau tidak mampu terbaca oleh
mereka atau bahkan tidak mau. Tentu bagi orang islam titik kesempurnaan
tersebut adalah ketika tasawuf dikembalikan ke satu sumber yakni Islam itu
sendiri.
Lalu, dalam kitabnya al-Shufiyyah f al-Islam Dr. Nicholson juga
mengatakan Tasawuf Islam adalah yang luas sisinya, yang banyak aspeknya,
memerlukan berjilid-jilid yang banyak untuk menyingkap hakikatnya secara
adil. Dengan arti lain, untuk mengetahui hakekat tasawuf Islam dan menilainya
secara adil dan bijaksana--apakah bersumber dari Islam ataukah tidak--itu
memerlukan sumber rujukan dan tulisan yang memadahi. Antonimya, minimya
penguasaan terhadap sumber-sumber rujukan bisa mengakibatkan ketidak adilan
yang menimpa tasawuf. Semisal ia dituduh membajak dari luar, bersumber dari
luar, dan berbagai tuduhan lainya yang cukup meng-ironis bahkan menyakitkan.
Dan itulah barangkali yang terjadi pada sebagian orientalis barat. Di sini penulis
menganggap bahwa Dr. Nicholson dan Massignon adalah di antara orientalis yang
cukup bijaksana untuk mau jujur mengatakan sebagaimana di atas. Dan, nanti,
akan penulis tunjukan bagaimana beliau berubah pikiran dari yang semula
mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari luar menjadi bersumber dari al-
Quran dan hadits, dan mengakui telah terjadi kesalahan dalam penelitianya
terkait tasawuf.4
Hampir senada dengan yang diakui oleh Nicholson dan Massignon adalah yang
diakui oleh Annemarie Schimmel. Dia mengatakan Menuliskan tentang sufisme
dan spiritualitas Islam hampir saja merupakan kemustahilan. . .Karena itu,
seseorang yang memulai penelitianya terhadap sufisme dengan malacak naskah-
naskah inti dari sisi sejarahnya dan menyingkap fenomenanya tidak akan
mengharapkan sebuah hasil yang memuaskan secara sempurna. Dari sini
sedikit terbaca bagaimana psikologi para orientalis yang hendak meneliti tasawuf

43. Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filasafat dan Tawawuf (Dirasah Islamiyah IV)(Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), h. 153

10
islam. Statemen Annemerie Schimmel bahwa menuliskan tasawuf Islam hampir
saja merupakan kemustahilan secara tegas menunjukan bagaimana merasa
sulitnya mereka menuliskan meneliti tasawuf Islam.Karena itu, orientalis yang
memulai penelitianya tasawuf Islam pun tidak mengharapkan sebuah hasil yang
memuaskan dan sempurna. Namun tentunnya tidak semua orientalis bersikap
jujur mengakui bahwa apa yang mereka temukan terkait tasawuf masih jauh dari
kenyataan. 5
Ketidak akuratan kesimpulan yang mereka temukan akibat keterbatasan sumber
rujukan semakin dipertegas dengan berubah-ubahnya kesimpulan mereka.
Katakanlah seorang orientalis bernamaTholuk (), pada awalnya dia
berkekesimpulan bahwa tasawuf diadopsi dari sumber agama majusi. Namun
ternyata di kemudian hari dia justru berkesimpulan sebaliknya. Dia memandang
bahwa tasawuf bisa dikembalikan ke pengajaran Rasul Saw dan hidupnya.
Dengan arti lain, tasawuf bersumber dari al-Quran dan hadits. Berubahnya
kesimpulan Tholuk tersebut dipengaruhi oleh sumber-sumber rujukan terbaru
tentang tasawuf yang beliau temukan. Dr. Abu al-Ala Afifi menjelaskan
kronologinya bahwa ketika pergerakan penerbitan kitab-kitab khususnya tasawuf
telah gencar dimulai di Mesir, India dan lainya, pada pertengahan kedua abad ke-
19, maka berubahlah aliran penelitian ilmiah termasuk dalam tasawuf. Lalu,
berubah pula pendapat Tholuk. Mulai dari dalil-dalilnya hingga sanad-sanadnya
ikut berubah.[33] Jelas dan logis pandangan Tholuk kedua lah yang akurat dan
dapat dipertanggung jawabkan, karena di samping telah melalui beberapa fase
perenungan juga ditopang kehadiran sumber-sumber terbaru yang beliau
dapatkan.
Menurut Massignon, tasawuf tidak memiliki satu sumber saja bahkan
beberapa sumber. Dan sumber yang petamaadalah al-Quran, kedua hadits dan
fikih islam, ketiga keilmuan lain (eksterior) secara umum yang ada di

5 Harun Nasution, 1978. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: IAIN. Hal. 55-56

11
linggkungan Islam pada masa-masa awal. Meskipun demikian, Ali Sami Nasyar
berpandangan bahwa meskipun dua intelektual orientalis, Nicholson dan
Massignon dalam banyak pembahasan mereka telah melakukan upaya ulang
melacak sumber tasawuf dalam Quran dan hadits akan tetapi pembahasan-
pembahasan utama mereka dan yang banyak, sama sekali tidak mengisyaratkan
tentang perkembangan dunia sufi dari Quran dan hadits. Dengan kata lain
mungkin upaya mereka masih bersifat setengah hati.
Mungkin lebih sistematis jika penulis kemukakan tipologi Ali Sami Nasyar
terhadap orientalis barat yang melakukan penelitian ilmiah terhadap tasawuf ke
dalam empat madrasah (aliran pemikiran).6
Mengenali sumber tasawuf sama saja dengan memahami potongan-potongan
sejarah Islam dan para pemeluknya, terutama pada masa Nabi. Sebab, secara
faktual, tasawuf mempunyai kaitan yang erat dengan prosesi ritual ibadah yang
dilaksanakan oleh para Sahabat di bawah bimbingan Nabi. Kenapa gerakan
tasawuf baru muncul paska era Shahabat dan Tabi'in? Kenapa tidak muncul pada
masa Nabi? Jawabnya, saat itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku
umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan
Islam masih dijalankan secara seimbang. Cara pandang hidupnya jauh dari
budaya pragmatisme, materialisme dan hedonisme. 7

Tasawuf sebagai nomenklatur sebuah perlawanan terhadap budaya


materialisme belum ada, bahkan tidak dibutuhkan. Karena Nabi, para Shahabat
dan para Tabi'in pada hakikatnya sudah sufi: sebuah perilaku yang tidak pernah
mengagungkan kehidupan dunia, tapi juga tidak meremehkannya. Selalu ingat
pada Allah Swt sebagai sang Khaliq

6 . Mustafa Zahri, 1984. Kunci Memahami ilmu Tasawuf. Surabaya; Pt. Bina Ilmu Hal. 155
7 ibid

12
Ketika kekuasaan Islam makin meluas. Ketika kehidupan ekonomi dan
sosial makin mapan, mulailah orang-orang lalai pada sisi ruhani. Budaya
hedonisme pun menjadi fenomena umum. Saat itulah timbul gerakan tasawuf
(sekitar abad 2 Hijriah). Gerakan yang bertujuan untuk mengingatkan tentang
hakikat hidup.

Para mayoritas ahli sejarah berpendapat bahwa terma tasawuf dan sufi
adalah sebuah tema yang muncul setelah abad II Hijriah. Sebuah terma yang sama
sekali baru dalam agama Islam. Pakar sejarah juga sepakat bahwa yang mula-
mula menggunakan istilah ini adalah orang-orang yang berada di kota Bagdad
Irak. Pendapat yang menyatakan bahwa tema tasawuf dan sufi adalah baru serta
terlahir dari kalangan komunitas Bagdad merupakan satu pendapat yang disetujui
oleh mayoritas penulis buku-buku tasawuf.8

Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakam paham


yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah. Dan
orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar abad 8 Masehi) yang
sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau
menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap
memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan
keduniaan. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya,
yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri
terhadap Tuhan. Mereka selalu mengenakan pakaian yang pada waktu itu
termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari kulit domba yang
masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda bagi penganut-
penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian disebut
PAHAM SUFI, SUFISME atau PAHAM TASAWUF, dan orangnya disebut
ORANG SUFI.

8 ibid

13
Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal-usul ajaran tasawuf berasal
dari zaman Nabi Muhammad. Berasal dari kata "beranda" (suffa), dan pelakunya
disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan di atas. Mereka dianggap
sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi
Muhammad. Kemudian, menurut catatn sejarah, diantara sekalian sahabat Nabi,
maka yang pertama sekali memfilsyafatkan ibadah dan menjadikan ibadah secara
satu yang khusus, adalah sahabat Nabi Yang bernama Huzaifa bin Al Yamani,
salah seorang sahabat Nabi yang Mulia dan terhormat. Beliaulah yang pertama
kali menyampaikan ilmu-ilmu yang kemudian hari ini kita kenal dengan
Tasawuf dan beliaulah yang membuka jalan serta teori-teori untuk tasawuf itu.

Menurut cacatan sejarah, dari shabat Nabi Huzaifah bin al Yamani inilah
pertama-tama mendirikan Madrasah Tasawuf . tetapi pada masa itu belumlah
terkenal dengan nama Tasawuf, masih sangat sederhana sekali. Imam sufi yang
pertama di dalam sejarah Islam yaitu Al Hasan Al Basry seorang ulama besar
Tabiin, adalah murid pertama Huzaifah bin al Yamani dan adalah keluaran dari
Madrasah yang pernah didirikan oleh Huzaifah bin Al Yamani.

Selanjutnya, Tasawuf itu berkembang yang dimulai oleh Madrasah huzaifah


bin Al yamani di madinah, kemudian diteruskan Madrasah Al Hasanul basry di
basrah dan seterusnya oleh Saad bin Al Mussayib salah seorang ulama besar
Tabiin, dan masih banyak lagitokoh-tokoh ilmu Tasawuf lainnya. Sejak itulah
pelajaran Ilmu tasawwuf telah mendapat kedudukan yang tetap dan tidak akan
terlepas lagi dari masyarakat ummat Islam sepanjang masa.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
1. Kata tasawuf diambil dari kata shafa yang berarti bersih. Dinamakan shufi
karena hatinya tulus dan bersih di hadapan Tuhannya. Teori lain mengatakan
bahwa kata tersebut diambil dari kata Shuffah yang berarti serambi Masjid
Nabawi di Madinah yang ditempati oleh sahabat-sahabat Nabi yang miskin
dari golongan Muhajirin.

2. Kehidupan Rasulullah Saw. dan Tahanutsnya di Gua Hira merupakan cahaya


pertama dan utama dalam perkembangan tasawuf selanjutnya.

B. Saran

Setelah penjelasan dalam makalah ini, sebagai manusia biasa penulis


memohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam penjabaran masalah atau
penyimpangan-penyimpangannya. Penulis menerima saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kalabadzi, al-Taarruf li Madzhab ahl al-Tashawuf. al-Maktabah al-Kulliyat al-


Azhariyyah, Cairo, 1969

Ibrahim Basuni, Nasyah al-Tashawuf al-Islami, Juz III Dar al-Maarif, Mesir, 1119, h.
9

Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filasafat dan Tawawuf (Dirasah Islamiyah IV)(Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 2001

Harun Nasution, 1978. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: IAIN

Mustafa Zahri, 1984. Kunci Memahami ilmu Tasawuf. Surabaya; Pt. Bina Ilmu

17
KATA PENGANTAR

iii

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Asal-Usul tasawuf Dan Sumber
Sumber Tasawuf tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, April 2017

Penyusun

18

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFATR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................1
C. Rumusan Masalah................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian tasawuf........................................................ 3
B. Asal - Usul Aliran Tasawuf........................................... 7
C. Sumber- Sumber Tasawuf............................................. 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................... 14
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... iii

ii
19

Você também pode gostar