Você está na página 1de 13

Nama Peserta : dr.

Fadli
Nama Wahana : RSUD Sinjai Kab. Sinjai
Topik : Abortus Imminens
Tanggal (kasus) : 15 Maret 2017
Presenter : dr. Fadli
Tanggal Presentasi : April 2017 Pendamping :
dr. H. Alimuddin, Sp.OG
dr. Asria Rusdi
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Sinjai
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran TinjauanPustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan :
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Diskusi Presentasi & Diskusi E-mail Pos
Data Pasien : Nama : Ny. Rismawati No.RM : 109145 36 thn
Nama Klinik : PONEK Telp. : - Terdaftar sejak : 15 Maret 2017
Data Utama Untuk Bahasan Diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat pengobatan : -
3. Riwayat kesehatan/penyakit : Riw. Hipertensi (+) tidak terkontrol, DM (+) tidak
terkontrol
4. Riwayat keluarga : -
5. Riwayat pekerjaan : IRT
6. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Wiknjosastro, Hanifa. Prof.dr. DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2012 : 460-490
2. Cunningham, Macdonald. William Obstetrics. 21th edition. Appleton and Lange.
Stanford Connecticut. 2007:856-877
3. Sastrawinata, Sulaeman, Prof. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung 2008:11-17
4. Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
2004:146-147
5. Perdarahan dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas
http://srobgyn.www3.50megs.com/mnh/Obs4.html;
6. Mochtar R. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis Obstetri.
Edisi kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta, 2007; 209-217
7. Latest Research : spontaneous Abortion. Diakses dari
http://www.fertilitysolution.com/PDF/abort.pdf
8. Estronaut : Signs of a Spontaneus Abortion. Diakses dari
http://www.gennexhealth.com
9. Saifuddin AB, dkk. Dalam : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua. JNPKKR-POG I -Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002
10. Mansjoer A, dkk. Kelainan Dalam Kehamilan. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta, 2001; 260-265.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Abortus Imminens
2. Management Abortus Imminens
3. Edukasi pasien mengenai Abortus Imminens

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :


Subyektif : Pasien masuk dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir.
Pasien masuk IGD Kebidanan dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir disertai nyeri
perut sejak 3 jam yll SMRS. Nyeri dirasakan di daerah perut bagian bawah, mendadak dan
terus menerus. Keluhan nyeri seperti ini belum pernah dirasakan sebelumnya. Pasien juga
mengeluh keluar flek-flek darah lewat kemaluannya sejak 5 hari yll sedikit-sedikit, berwarna
kecoklatan, dan keluar terus menerus. Pasien juga mengeluh merasa lemah dan lesu.
Kepala dirasakan sedikit pusing dan pandangan kadang-kadang berkunang-kunang.
Keluhan mual-mual ringan tanpa disertai muntah juga dirasakan oleh pasien sejak awal
kehamilannya, keluhan ini terutama dirasakan di pagi hari. Tidak ada keluhan BAK dan BAB.

HPHT : 20 11 2016
TP : 27 9 2017
Riwayat Menstruasi : Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama : 5 hari
ANC : Bidan, USG (-)

Riwayat kehamilan : G3P0A2 (Anak I : 2012, kuret, dokter)


(Anak II : 2014, kuret, dokter)
Riwayat kontrasepsi : -
Riwayat pernikahan : 1 kali, selama 6 tahun
Riwayat penyakit sebelumnya :
Hipertensi sebelumnya (+)
Diabetes mellitus (+)
Riwayat penyakit jantung (-)
Asma (-)
Riwayat keputihan (-)
Riwayat operasi :-
Obyektif :
Pemeriksaan Fisik Umum
KU : Sakit sedang/ Composmentis
TD : 170/100 mmHg
N : 82 x/i
P : 24 x/i
S : 37,9C
1.Kepala - Leher
Mata : anemis -/- /, ikterus -/-
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-)

2. Thorax - Cardiovaskular
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : fremitus vokal normal
Perkusi : pulmo: sonor pada kedua lapang paru
Cor : perkusi pekak, batas:
Kanan : ICS 2 Parasternal line dextra
Kiri : ICS 4 pada midclavicula line sinistra
Atas : ICS 2 dekstra sinistra
Auskultasi : Pulmo : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Cor : BJ I/II murni, regular, murmur (-), gallop (-)

3.Abdomen
Inspeksi : permukaan rata, distensi (+), tidak ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : NT (+), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba, massa (-)
Perkusi : Timpani (+)

4.Urogenital : Tidak ditemukan adanya kelainan

5. Status Obstetri
Pemeriksaan luar
TFU : antara pusat - simfisis
Massa tumor (-)
Fluksus (+) sedikit
Pemeriksaan dalam Vagina
Vulva/vagina : Dalam batas normal
Portio : Lunak, Nyeri goyang portio (-)
OUE/OUI : tertutup/tertutup
Uterus : antefleksi kesan membesar
Adnexa : dalam batas normal
Cavum douglasi : dalam batas normal
Pelepasan : darah (-)

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin USG abdomen : sesuai dengan umur kehamilan 16-18
WBC 11.870 minggu, fetus hidup, plasenta di
Hb 13,7
belakang, DJJ (+), gerak (+),
PLT 350
GDP 224 air ketuban (+)
GD2PP 294
2. Urin Rutin
pH 6
Leukosit (-)
Protein (-)
Glukosa (+3)
Keton (-)
Urobilinogen (-)
Bilirubin (-)
Eritrosit (-)
Golongan darah A+
Pendekatan Diagnosis
1. Definisi
Abortus imminens disebut juga abortus membakat, dimana terjadi perdarahan
pervaginam pada kehamilan <20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus tanpa disertai
dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Perdarahan pada abortus imminens
seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. Dapat
atau tanpa disertai rasa mulas ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri
pinggang bawah.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan
serviks. Sementara pemeriksaan dengan Ultrasonography menunjukkan ukuran kantong
amnion normal, jantung janin berdenyut, dan kantong amnion kosong, servik tertutup, dan
masih teKdapat janin utuh. Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan tirah baring dan
memberikan obat-obatan.

2. Faktor resiko
Angka kejadian abortus imminens dipengaruhi oleh berbagai faktor :
- Usia Ibu
- Faktor yang berkaitan dengan kehamilan
Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya
Kejadian abortus sebelumnya
Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan congenital atau defek
genetik
- Pengaruh orang tua
Kelainan genetik orang tua
Komplikasi medis

3. Klasifikasi Abortus
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah. Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel
sperma.
- Abortus imminens (threaned abortion)
Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari intra uterine
sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi, tanpa
dilatasi cerviks, dan tanpa ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens sifatnya adalah
mengancam, tetapi masih ada kemungkinan untuk mempertahankan hasil konsepsi.
Abortus imminens ditegakan pada wanita yang hamil dengan gejala perdarahan
pervaginam yang timbul dalam waktu kehamilan trimester pertama.
Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan, namun dapat menetap dalam
beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal ini akan mengakitkan
gangguan terhadap hasil konsepsi berupa persalinan preterm, berat badan lahir
rendah serta kematian prenatal.
- Abortus insipiens (inivitable)
Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai dengan
perdarahan pervaginam <20 minggu dengan adanya pembukaan serviks, namun
tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Pada keadaan ini didapatkan juga nyeri perut
bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan dilatasi ostium serviks
dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin
didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu),
uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah.
Kehamilan biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum disusul dengan
kerokan.
- Abortus inkomplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat badan kurang dari 500 gram dan masih terdapat hasil konsepsi
yang tertinggal di dalam uterus.
- Abortus komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Selain ini,
tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan
USG didapatkan uterus yang kosong.

b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat
tindakan baik menggunakan
alat maupun obat- obatan. Jenis
abortus provokatus dibagi
berdasarkan alasan melakukan
abortus adalah :
- Abortus terapeutik
adalah abortus
provokatus yang dilakukan
atas indikasi medis
- Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan karena
indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau melanggar hukum.

Abortus komplit dan abortus


inkomplit

Abortus imminens, abortus insipiens, dan missed abortion

4. Epidemiologi
Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya seperti kelahiran
normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki kelainan
genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan. Namun,
frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang
tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena abortus spontan hanya
disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan pertolongan medis dan kejadian ini hanya
dianggap sebagai haid yang terlambat. Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada
usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak disebabkan karena kelainan pada
kromosom.
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum dan 50-
60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan kromosom, abortus spontan
juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan, seperti konsumsi kafein
selama kehamilan.

5. Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling terkait.
Abnormalitaa dari kromosom adalah etiologi yang paling sering menyebabkan abortus, 50%
angka kejadian abortus pada trimester pertama, lalu insiden menurun pada trimester kedua
sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada trimester ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan
persentasi yang kecil adalah infeksi, kelainan anatomi, faktor endokrin, faktor immunologi,
dan penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum diketahui
hingga sampai saat ini.

Pada kehamilan muda, abortus tidak jarang didahului oleh kematian janin, faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1. Hasil konsepsi
Kelainan perkembangan dapat dipengaruhi oleh faktor endogen seperti kelainan
kromosom (trisomi dan poliploidi), autoimun (SLE)
2. Faktor ibu antara lain :
Infeksi : Mycoplasma, Ureaplasma,TORCH, dll
Penyakit kronis : Hipertensi
Gangguan endokrin : Diabetes mellitus, insufisiensi progesteron.
Kelainan alat reproduksi/anatomi
Kelainan darah : Hiperkoagulasi
Pengaruh obat-obatan : tembakau, alkohol, kafein
Faktor lingkungan : radiasi
Trauma fisik

6. Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian
embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang
terjadi akibat perdarahan desidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi
chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.

Pada kehamilan 8-14 minggu


Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput ketuban telebih
dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan pervaginam
banyak.

Pada kehmilan minggu ke 14-20 minggu:


Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam banyak.
Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.

7. Diagnosis
Diagnosis abortus imminens ditegakkan dengan:
Uterus membesar sesuai usia kehamilan
Perdarahan melalui OUE (+)
Serviks belum membuka
Plano test (+)
Sehingga untuk menegakan diagnosis abortus imminens kita perlu memperhatikan :
Riwayat menstruasi
Riwayat penggunaan obat-obatan dan zat
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat operasi terutama pada uterus dan adneksa
Riwayat obstetrik dan ginekologis dahulu.
Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam dengan atau
tanpa rasa mulas. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek (bercak-bercak darah)
hingga perdarahan banyak. Hal ini sangat penting untuk menilai apakah perdarahan
semakin berkurang atau bahkan semakin memburuk. Adanya gumpalan darah atau jaringan
merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan progresif. Bila ditemukan nyeri perlu
dicatat letak dan lamanya nyeri tersebut berlangsung.
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi nyeri.
Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan vaginal toucher , tentukan
perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks atau keluar melalui OUE.
Pada pemeriksaan dalam, lakukan pemeriksaan pergerakan serviks karenanya bila nyeri
pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik perlu
dipertimbangkan. Jika ditemukan OUI telah membuka, kemungkinan yang terjadi adalah
abortus insipiens, inkomplit maupun abortus komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu
dilakukan, tentukan besar, konsistensi uterus serta pada adneksa, adakah nyeri tekan atau
massa. Bila didapatkan adanya sekret vagina abdominal, sebaiknya dibuat pemeriksaan
biologisnya.
Pada kasus abortus, selain menghentikan perdarahannya, perlu dicari penyebab
terjadinya abortus dan menentukan sikap dalam penanganannya selanjutnya. Pemeriksaan
penunjang yang dapat kita lakukan antara lain :
1. - HCG
2. Pemeriksaan kadar Hb
3. Pemeriksaan golongan darah dan skrining antibodi
4. Pemeriksaan kadar progesteron serum
5. USG
Perdaraha Serviks Uterus Gejala/ Diagnosis Tindakan
n Tanda
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Observasi
hingga dengan bawah, Imminens perdarahan,
Sedang usia uterus lunak istirahat,
gestasi hindarkan
coitus
Sedikit Nyeri perut Kehamila Laparotomi
membesa bawah, Nyeri n ektopik dan parsial
r dari goyang yang salpingektom
normal porsio, Masa terganggu i atau
adneksa, salpingestom
Cairan bebas i
intra
abdomen
Tertutup/terbuka Lebih Sedikit/tanpa Abortus Tidak perlu
kecil dari nyeri perut komplit terapi
usia bawah, spesifik
gestasi Riwayat kecuali
ekspulsi hasil perdarahan
konsepsi berlanjut atau
terjadi infeksi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus Evakuasi
hingga usia nyeri perut insipiens
massif/ kehamilan bawah,
banyak belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
Kram atau Abortus evakuasi
nyeri perut inkomplit
bawah
ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi
Terbuka Lunak dan Mual/muntah Abortus Evakuasi
lebih , mola tatalaksana
besar dari Kram perut mola
usia bawah,
gestasi Sindroma
mirip
preeklamsia,
Tak ada janin
keluar,
jaringan
seperti
anggur

8. Diagnosa Banding
1. Kehamilan ektopik terganggu ( KET )
Pada KET ditemukan amenore, perdarahan pervaginam, biasanya sedikit
sedangkan pada abortus biasanya perdarahan cukup banyak, nyeri bagian bawah perut
dan pembesaran di belakang uterus. Tetapi nyerri pada KET biasanya lebih hebat.
Pemeriksaan seperti kuldosintesis dan USG dapat dikerjakan untuk menyingkirkan
diagnosis banding ini. Sebelum timbul KET, suatu kehamilan ektopik hanya berupa
kehamilan ektopik yang belum terganggu. Pada keadaan ini yang ditemui berupa gejala
gejala hamil muda atau abortus imminens.

2. Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, uterus biasanya membesar lebih cepat dibandingkan
dengan masa kehamilannya, dan kadang disertai dengan adanya hiperemis gravidarum.
Ini disebabkan oleh adanya kadar HCG yang tinggi di dalam darah. Pada pemeriksaan
USG akan didapatkan gambaran seperti badai salju ( snowform like appearance ).
3. Kelainan serviks
Karsinoma serviks uteri, polip dan sebagainya. Perdarahan yang disebabkan oleh
hal ini dapat menyerupai abortus imminens. Pemeriksaan dengan spekulum,
pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat membantu dalam menegakan diagnosis.

9. Prognosis
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan kehamilan.
Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri simfisis disertai
dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika kehamilan terus berlanjut, maka sering
diikuti dengan persalinan preterm, plasenta previa, dan IUGR. Prognosis ditentukan
lamanya perdarahan, jika perdarahan berlangsung lama, nyeri simfisis yang disertai
pendataran serviks menandakan prognosis yang buruk. Prognosis buruk bila dijumpai pada
pemeriksaan USG adanya :
- Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak adanya
kutub janin.
- Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung kehamilan ).
- DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ).

10. Penatalaksanaan
Penanganan abortus Imminens terdiri atas :
1. Istirahat tirah baring, tujuannya agar aliran darah ke uterus lebih lancar dan
berkurangnya rangsangan mekanik sehimgga perdarahan berhenti, dilarang untuk
koitus selama 2 minggu. Pemberian sedatif (Phenobarbital 3 x 30 mg) juga bisa
diberikan dan tidak melakukan aktifitas fisik yang berlebihan.
2. Pemberian progesteron pada abortus imminens masih bersifat kontroversial. Hormon
progesteron dapat diberikan jika pada pemeriksaan didapatkan adanya kekurangan
hormon progesteron.
3. Pemeriksaan USG perlu untuk menentukan viabilitas janin.
4. bila perdarahan :
berhenti : lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi.
Berlangsung lama : nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan adanya
penyebab lain ( hamil ektopik atau mola ).
5. Pemberian antibiotik bila ada tanda tanda infeksi.
11. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
1. Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pertimbangkan pemberian transfusi.
2. Perforasi uterus
Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi. Jika ditemukan tanda tanda
akut abdomen perlu segera dilakukan laparotomi yang tergantung luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka operasi atau mungkin perlu dilakukan histerektomi.
3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya
Dapat terjadi pada abortus dan dapat menyebar ke miometrium, tuba, parametrium dan
peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau sepsis dapat disertai dengan terjadinya
syok. Penanganan bisa diberikan antibiotik pilihan dan dilakukan laparotomi.
4. Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat (syok septik).

Assessment
Diagnosis : Pasien ini di diagnosis Abortus Imminens + Hipertensi gr. II + DM Tipe 2
.
Planning
Pengobatan : Pada pasien ini terapi yang diberikan adalah:
1. Bed rest total
2. IVFD RL 28 tpm
3. Utrogestan 2x100 mg
4. Injeksi Amoksan 1g/ 12J/ IV
5. Rawat bersama Interna (Advis : Humulin R 6-6-6 IU/SC)

Konsultasi : Dijelaskan adanya indikasi untuk dilakukan pemeriksaan USG Abdomen dan
darah rutin.

Rujukan : -
Kontrol : Kontrol dilakukan di rumah sakit

Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan


Penanganan Saat Melakukan pemeriksaan secara komprehensif dimulai dari
masuk anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang
Nasihat Kontrol Pasien mendapat edukasi tentang penyakit dan penanganan
Abortus.

Peserta Pendamping
dr. Fadli dr. Asria Rusdi

Você também pode gostar