Você está na página 1de 9

ANALISA JURNAL

The Effect of self-care on the lives of children suffering from acute


lymphocytic leukemia

KELOMPOK 5B :

Adelita Dwi Aprilia 135070201111005

Ratna Juwita 135070201111007

Ni putu Ika Purnamawati 135070201111009

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2013/2014
A. Identitas Jurnal

Judul Jurnal : The Effect of self-care on the lives of children


suffering from acute lymphocytic leukemia
Penulis : Mehri Golchin, Najmeh Sharifi, Shohreh Ziaee,
Parvin Taheri
Tahun Publikasi : 2010
Volume : 16
Topik : Leukemia Limfositik Akut

B. Identifikasi Topik

Jurnal ini membahas tentang perawatan mandiri pada anak yang


menderita leukemia limfositik akut. Leukemia limfositik akut adalah suatu
penyakit yang berakibat fatal. Dimana sel-sel yang dalam keadaan normal
berkembang menjadi limfosit berubah menjadi ganas, dan dengan segera akan
menggantikan sel-sel normal dalam sumsum tulang. Leukemia saat ini
menjadi penyakit paling umum terjadi pada anak di bawah 15 tahun dalam 20
tahun terakhir. 80% anak yang menderita penyakit tersebut bertahan lebih dari
5 tahun dengan mendapatkan penanganan yang tepat. Saat ini, tingkat
kejadian leu-kemia adalah 3 sampai 4 kasus dalam setiap seratus ribu anak
berkulit putih per tahun.

Pengobatan leukemia cenderung lama, menyakitkan dan merusak


jaringan. Penderita leukemia yang dirawat di rumah sakit mendapat beberapa
efek samping dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dari
pengobatan yang dilakukan, dan ini akan mempengaruhi kualitas hidup
penderita. Jurnal ini membahas tentang bagaimana pengaruh program
pelatihan perawatan mandiri terhadap kualitas hidup anak yang menderita
LLA yang telah mendapatkan pengobatan tahap awal.

C. Analisa Jurnal
Hasil penelitian
Temuan menunjukkan bahwa usia rata-rata anak-anak yang
berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 9,8 3,2 pada kelompok
eksperimen dan 9,3 3,6 di kelompok kontrol. Mayoritas sampel adalah
laki-laki pada kelompok eksperimen 79.2% dan pada kelompok kontrol
66,7%. Tingkat pendidikan sebagian besar sampel di kedua kelompok pra-
sekolah 37,5% dan SD 33,3%. Tempat sampel penelitian di percobaan
kelompok 62,5% persen dan pada kelompok kontrol 54,2% adalah kota-
kota dan kabupaten di pinggiran kota Isfahan. Mengenai program
pengobatan, kelompok eksperimen 50% dan kelompok kontrol 66,7%
berada di bawah pengobatan standar. Selain itu, berkaitan dengan jenis
perawatan di kelompok standar, sebagian besar sampel pada kelompok
eksperimen 41,7% berada di tahap ketiga pengobatan dan pada kelompok
kontrol, 41,7 persen berada di tahap keempat dari pengobatan standar.
Sampel yang berada di bawah perawatan sangat beresiko 25%, sampel
pada kelompok eksperimen pada tahap ketiga perlakuan 20,8% dan sampel
di kedua eksperimen dan kelompok kontrol berada di tahap kelima
pengobatan. Berdasarkan kembalinya penyakit atau memiliki catatan,
58,3% pada kelompok eksperimen dan 66,7% pada kelompok kontrol
tidak memiliki catat penderitaan terhadap penyakit. Lamanya penderitaan
pada kelompok eksperimen adalah 29,95 34.2 bulan dan jumlah ini
adalah 29.75 21.13 bulan pada kelompok kontrol. Frekuensi
mendapatkan perawatan di rumah sakit adalah 5,8 4,7 kali dan untuk
kelompok kontrol, itu adalah 5,4 3,1 kali. Tingkat pendidikan sebagian
besar sampel ayah adalah 37,5% diploma pada kedua kelompok dan
tingkat ini untuk ibu mereka adalah 33,3% pendidikan dasar dan diploma
untuk kelompok eksperimen dan 45,8% SD pendidikan di kelompok
kontrol. Sampel ayah dalam kelompok eksperimen adalah 70.8 persen
wiraswasta dan jumlah ini adalah 62,5% pada kelompok kontrol. Sampel
ibu adalah 91.7% ibu rumah tangga di kelompok eksperimen dan 95,8%
pada kelompok kontrol. Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 3,9
0,9 pada kelompok eksperimen dan 4,4 1,2 pada kelompok kontrol.
Berkenaan dengan catatan menderita kanker, 54,2% kelompok eksperimen
dan 58,3% di kontrol kelompok memiliki catatan positif menderita
berbagai jenis kanker dalam keluarga mereka.

Pengaruh perawatan diri pada kehidupan anak


Table1. Perbandingan kualitas rata-rata hidup skor 'sebelum dan sesudah
melakukan perawatan diri program pelatihan pada kelompok eksperimen
Perbandingan kualitas skor kehidupan sebelum dan setelah
melakukan perawatan diri dalam percobaan kelompok menunjukkan
bahwa rata-rata kualitas hidup skor mengalami penurunan setelah
melakukan perawatan diri dibandingkan dengan waktu konduksi
sebelumnya, yang berarti bahwa kualitas hidup anak-anak membaik, tetapi
hanya dalam skala kanker. Dalam kuisioner umum, hasil uji-test (p 0,05)
menunjukkan seperti penurunan yang signifikan dalam skor yang berarti
baik. Meskipun ada peningkatan skor pada kelompok kontrol, hasil uji-test
(P> 005) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skala
umum, skala kanker dan umum kuesioner (Tabel 1). Selain itu,pada t-test
independen tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p> 0,05) ketika
membandingkan rata-rata skor kualitas hidup sebelum melakukan
perawatan diri antara dua kelompok eksperimen dan kontrol sedangkan
hasil tes ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata
kualitas pergeseran nilai kehidupan dalam percobaan dan kelompok
kontrol sebelum dan sesudah melakukan perawatan diri dalam skala
kanker dan umum kuesioner (Tabel.2)

Tabel 2. Perbandingan skor kualitas hidup pergeseran rata-rata sebelum


dan sesudah perawatan diri di kedua eksperimen dan kelompok kontrol
Analisa hasil
Perbandingan nilai kualitas hidup sebelum dan sesudah pelaksanaan
pelatihaan perawatan diri pada kelompok eksperimen menunjukkan rata-
rata nilai kualitas hidup mengalami penurunan dibandingkan dengan
sebelumnya. Ini berarti, kualitas hidup anak meningkat hanya pada skala
kanker saja.
Pada kuesioner umum hasil t-test (p 0.05) menunjukkan penurunan
nilai yang signifikan. Meskipun nilai analisis t-test pada kelompok kontrol
meningkat (p > 0.05), hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang berarti
ketika membandingkan nilai kualitas hidup sebelum dan sesudah
dilaksanakannya perawatan diri pada kedua kelompok tersebut jika dilihat
dari skala umum, skala kanker dan kuesioner umum.
Namun demikian, jika melihat hasil tes dengan membandingkan rata-rata
nilai kualitas hidup pergeseran nilai pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilaksanakannya perawatan diri,
dalam skala kanker dan kuesioner umum.

D. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


Kekurangan Jurnal :
1. Dalam metode penelitian jumlah responden yang ikut serta terlalu
sedikit dan waktu yang digunakan terlalu singkat, sebaiknya responden
dan waktu lamanya penelitian harus sangat diperhatikan karena akan
berdampak pada hasil yang maksimum
2. Data-data yang digunakan dalam penarikan kesimpulan masih kurang,
didalam kesimpulan tidak terdapat persentase tingkat keberhasilan
3. Tidak ada saran yang jelas untuk kemajuan penelitian selanjutnya
4. Metode yang digunakan yaitu menggunakan form checklist dan
kuisioner sehingga data yang didapatkan masih diragukan validitasnya,
karena bisa jadi banyak sampel yang mengisinya kurang serius
meskipun peneliti menyediakan perkiraan kesalahan

Kelebihan jurnal :
Pemilihan topik yang menarik, karena menurut pembahasan dalam
jurnal ini, belum ada penelitian yang meneliti tentang perawatan diri pada
anak dengan leukemia limfositik akut sehingga jurnal ini bisa menjadi
acuan dalam penelitian selanjutanya terkait dengan efek positif terhadap
anak leukemia limfositik akut yang diberikan pengarahan perawatan diri
dengan anak leukemia limfositik akut yang tidak diberikan pengarahan
mengenai perawatan diri. Selain itu bahasa yang digunakan dalam jurnal
ini mudah dipahami sehingga memudahkan pembaca untuk
mempelajarinya.

E. Aplikasi di Indonesia

Berdasarkan kewilayahan, penatalaksanaan pengobatan dan


perawatan anak dengan LLA di negara-negara maju dapat meningkatkan
angka kesembuhan (cure rate) sampai dengan 80%. Sedangkan angka
kesembuhan di negara-negara berkembang masih berkisar antara 10-48%
karena pasien terlambat mendapatkan pengobatan yang adekuat atau justru
tidak taat menyelesaikan protokol pengobatan. Penyebab utama hal tersebut
adalah factor latar belakang pendidikan dan tingkat ekonomi orangtua yang
kurang serta sikap tim kesehatan terhadap penatalaksanaan LLA (Pui &
Ribeiro, 2003; Howard et al., 2004; Mostert et al., 2006).
Di Indonesia sendiri Leukimia menduduki peringkat tertinggi kanker
pada anak. Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat.
Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara
medis sudah memasuki stadium lanjut. Deteksi dini dan pencegahan adalah
langkah awal yang paling agar hal yang lebih berat dapat terjadi.
Indonesia adalah Negara berkembang yang kualitas pelayanan
kesehatannya masih tergolong rendah. Tingkat ekonomi dan pengetahuan
umum maupun pengetahuan kesehatannya pun masih tertinggal dibandingkan
Negara berkembang lain. Oleh karena itu di Indonesia perlu diadakan
perbaikan lagi dari berbagai bidang. Untuk bidang kesehatan sendiri,
mungkin dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan yang lebih kepada
baik calon maupun tenaga kesehatan itu sendiri.
Perawat adalah orang yang memiliki peran penting bagi pasien
penderita LLA anak. Selain itu, orang tua pun juga berperan penting, karena
mereka lah sumber dukungan utama pasien. Perawatan diri kepada pasien
LLA untuk menindaklanjuti perawatan dapat dilakukan dengan kunjungan
berkala oleh perawat, maupun perawatan yang dilakukan oleh orang tua di
rumah.
Intervensi asuhan keperawatan penderita leukemia anak di rumah
menggunakan strategi untuk menurunkan dampak penyakit leukemia sebagai
stressor dan meningkatkan resistensi klien sebagai kualitas hidupnya
(Neuman & Fawcett, 2002). Intervensi keperawatan diberikan untuk menjaga
stabilitas klien, ketersediaan sumber energi sistem, dan dukungan terhadap
klien untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Intervensi keperawatan
terhadap penderita ALL dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu prevensi
sekunder dan prevensi tersier. Prevensi sekunder bertujuan untuk melakukan
penatalaksa-naan berbagai manifestasi leukemia (prompt treatment) dan
mencegah/membatasi kecacatan (disability limitation). Penatalak-sanaan
manifestasi leukemia, misalnya: penatalaksanaan nyeri nonfarmakologik;
pencegahan cedera; penanganan perdarahan, anemia, gangguan hidrasi,
perubahan nutrisi, nyeri, mukositis, infeksi sekunder, dan kedaruratan
onkologik; penanganan respons terhadap tindakan kemoterapi; dan koping
keluarga. Prevensi tersier bertujuan untuk upaya rehabilitasi, pendidikan
kesehatan yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah
komplikasi, dan memelihara stabilitas kesehatan anak (Allender & Spradley,
2005).

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A. & Spradley, B.W. (2005). Community health nursing: promoting
and protecting the public's health 6th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Pui, C.H., Evans, W.E. (2006). Treatment of acute lymphoblastic leukemia. N
Eng/J Med., 354:166- 178.
Pui, C.H., Sandlund, J.T., Pei, D. et al. (2004). Improved outcome for children
with acute lymphoblastic leukemia: results of Total Therapy Study
XIIIB at St Jude Children's Research Hospital. Blood, 104:2690-
2696.

Você também pode gostar