Você está na página 1de 6

ARTIKEL KIMIA BATUBARA

PEMANFAATAN BATUBARA SEBAGAI COKING COAL

Dosen Pembimbing :
Ahmad Budi Junaidi, M.Sc

Oleh :
Gusti Nia Faramitha (J1B114014)
Mufidah Nur Amalia (J1B114053)

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
Pemanfaatan Batubara Sebagai Coking Coal

A. Pemanfaatan Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil batuan sedimen yang terbentuk dari endapan
organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara terbentuk dari
tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi
pengaruh tekanan dan suhu selama jutaan tahun sehingga membentuk lapisan batubara). Proses
Pembentukan batubara itu sendiri dimulai sejak zaman batubara pertama (Carboniferous Period /
periode pembentukan karbon atau batubara), yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta
tahun yang lalu (Yulia).
Sejalan dengan terjadinya peningkatan kebutuhan energi dunia serta meningkatnya harga
minyak bumi maka kebutuhan akan batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena
batubara merupakan salah satu substitusi dari minyak bumi sebagai bahan bakar penghasil
energy disamping gas alam. Berdasarkan data dari World Coal Association, prosentase
penggunaan batubara sebagai bahan bakar untuk penghasil energi listrik sangat beragam di tiap
negara. Di Monggolia 98% dari energi listrik yang dihasilkan menggunakan batubara sebagai
bahan bakarnya sementara di jepang hanya 27 % energi listrik yang dihasilkan dengan
menggunakan batubara sebagai sumber penghasil energi.
Di Indonesia, 44% dari energi listrik yang dihasilkan menggunakan batubara sebagai
bahan bakar. Selain digunakan sebagai bahan bakar penghasil listrik (Steam Coal), batubara juga
digunakan sebagai salah satu bahan baku di industri baja (Coking Coal). Sebanyak 13 % dari
total produksi batu bara dunia digunakan sebagai bahan baku di industri baja dan 70 % dari total
produksi baja dunia bergantung kepada komoditi batubara (World Coal Association, coal facts
2013). Coking coal mempunyai kualitas dan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan Steam
Coal.
B. Kokas (Coking Coal)
Coking coal dapat didefinisikan secara sederhana sebagai batubara yang bila dipanaskan
tanpa kontak dengan udara akan meleleh kemudian mengeras menghasilkan residu berupa kokas
yang mempunyai sifat fisik kuat. Berdasarkan kekuatan kokas yang dihasilkannya coking coal
dibedakan menjadi hard coking coal dan soft coking coal. Batubara yang dapat membentuk
kokas kuat tanpa pencampuran (blending) dengan batubara yang lain dalam istilah dagang
dinamakan hard/prime coking coal. Batubara yang menghasilkan kokas dengan kekuatan lebih
rendah tetapi mempunyai fluidity atau nilai crucible swelling number (CSN) yang tinggi
dinamakan soft coking coal.
Kokas merupakan istilah yang digunakan untuk batubara yang mempunyai
kemampuan untuk meleleh atau melebur dan membentuk residu yang koheren
(coherent residu) pada saat dipanaskan, residu tersebut kemudian mengeras
sehingga disebut cake ( Coolin R. Ward, 1984). Batubara seperti ini digunakan dalam
pabrik pengolahan besi dan baja, berfungsi sebagai energi panas dan sebagai bahan
untuk bijih besi (iron ore) yang larut ketika berada dalam tungku (blast furnace). Oleh
karena itu selain disebut kokas oleh R.M. Bustin (1983) disebut juga sebagai
metallurgical coke.
Coking coal didefinisikan sebagai batubara yang mengalami pelunakan, pemuaian dan
mengeras kembali menjadi kokas selama proses karbonisasi. Proses tersebut dinamakan
tahapan plastis. Zona plastis yang dilalui oleh kokas ditunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Zona Plastis Coking Coal


Batubara jenis ini digunakan untuk membuat kokas pada industri besi baja, pengecoran, dan
industri lainnya. Coking coal merupakan batubara yang diubah menjadi kokas dengan
menghilangkan pengotornya untuk menghasilkan karbon yang hampir murni. Sifat fisik dari
batubara kokas menyebabkan batubara melunak, mencair dan kemudian membeku kembali
menjadi bongkahan keras namun berpori pada saat dipanaskan tanpa udara. Coking coal juga
harus memiliki kandungan sulfur dan fosfor rendah.
C. Karakteristik Batubara Coaking Coal
Batubara yang sesuai digunakan sebagai bahan baku kokas adalah batubara yang
memiliki peringkat bituminus dengan kandungan zat terbang dibawah 20%, kandungan karbon
diatas 80%, reflektansi vitrinit berkisar 0,8 sampai 1,6, komposisi vitrinit 40 60%, inertinit 25
45%, liptinit <10%, kadar abu <10% dan sulfur <1%. Disamping itu nilai CSN (crucible
swelling index) atau FSI (free swelling index) berkisar dari 4 7.

D. Pemanfaatan Kokas (Coking Coal)


Kokas terbuat dari pembakaran dari campuran batubara bituminus (disebut juga
metallurgical coal atau coking coal) pada temperatur tinggi tanpa udara sampai volatile matter-
nya hilang. Hampir semua coking coal digunakan dalam oven kokas. Proses tersebut terdiri dari
pemanasan batubara menjadi kokas sekitar 1000-1100C tanpa oksigen untuk menghilangkan
senyawa volatile (pirolisis). Proses ini menghasilkan bahan berpori keras yang dinamakan kokas.
Kokas digunakan terutama untuk melebur bijih besi dan bahan besi lainnya di dalam blast
furnace, penggunaan kokas sebagai sumber panas dan agen pereduksi untuk menghasilkan pig
iron atau hot metal. Kokas, bijih besi, dan kapur dimasukan kedalam blast furnace secara
continous. Udara panas ditiupkan ke dalam furnace untuk membakar kokas, sebagai sumber
panas dan agen pereduksi oksigen untuk menghasilkan besi cair.
Sampai akhir abad ke-18, arang kayu dipakai untuk peleburan logam. Produksi logam
dengan bahan bakar arang kayu cukup bagus, namun biayanya sangat mahal. Diperlukan sekitar
100 kg kayu untuk melebur 1 kg baja. Batubara biasa juga pernah dicoba, namun hasilnya tidak
bagus karena batubara biasa banyak mengandung unsur lain seperti belerang. Ketika logam
dilebur, belerang bisa menyebabkan kerusakan pada logam. Oleh karena itu, diperlukan tahapan
untuk mengkonversi batubara biasa ke dalam bentuk kokas. Dengan teknik distilasi kering,
unsur-unsur lain di dalam batubara bisa dibuang sehingga hasil akhirnya adalah batubara dengan
kandungan karbon dan nilai kalori yang sangat tinggi. Batubara yang telah dikonversi ini
dinamakan "Kokas". Untuk bahan bakar peleburan logam, kokas sangat layak dipakai.
Secara umum, terdapat dua jenis kokas yaitu kokas pengecoran dan kokas metalurgi.
Kokas pengecoran digunakan sebagai bahan bakar atau sumber panas pada proses pencairan besi
atau logam lain pada kegiatan pengecoran. Sedangkan kokas metalurgi digunakan pada proses
pembuatan logam besi atau baja paduan. Dalam proses ini, kokas metalurgi berfungsi sebagai
reduktor dan sumber panas.
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Y, Makhrani, dan Syamsuddin. 2015. Penentuan Kualitas Batubara Berdasarkan Log
Gamma Ray, Log Densitas Dan Analisis Parameter Kimia. Universitas Hasanuddin.

Amarullah, D. 2009. Suatu Pemikiran Untuk Memanfaatkan Potensi batubara Formasi Tanjung
di Daerah Lemo, Kalimantan Tengah Sebagai Kokas. Buletin Sumber Daya Geologi.
Volume 4, Hal 1-11.

Cahyono, Y. D. G. 2013. Research Of Coking Coal Potency in East Kalimantan.

Huda, M. 2013. Potensi Coking Coal Indonesia untuk Mendukung Industri Peningkatan Nilai
Tambah (PNT) Mineral. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Mineral.

Kokas Batubara. http://bangngabua.blogspot.co.id/2011/06/kokas-batubara.html


Diakses tanggal 4 Maret 2017.

Yustanti, E. 2012. Pencampuran Batubara Coking dengan Batubara Lignite hasil karbonisasi
Sebagai bahan Pembuat kokas. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. Vol. 15. ISSN
1410-9565.

Você também pode gostar