Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
3.1.1. Pengertian K3
safety sudah sangat popular dan d ipahami oleh hampir semua kalangan. Bahkan
sebagian besar perusahaan lebih suka menggunakan kata safety dari pada
adalah perlindungan orang dari cedera fisik, sedangkan Health (kesehatan) adalah
perlindungan tubuh dan pikiran orang-orang dari penyakit yang dihasilkan dari
bahan, proses atau prosedur yang digunakan di tempat kerja. Saat ini safety sudah
atau yang lebih dikenal dengan Safety Health Environment (SHE), ada juga yang
Safety dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang terbebas dari
kecelakaan atau bahaya baik yang dapat menyebabkan kerugian secara material
dan spiritual. Maka secara lebih luas safety dapat diartikan sebagai kondisi dimana
tidak terjadinya atau terbebasnya manusia dari kecelakaan, penyakit akibat kerja
dan kerusakan lingkungan akibat polusi yang dihasilkan oleh suatu proses industri
proses yang menantang. Kompleksitas ini berakar pada fakta bahwa keselamatan
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
adalah kondisi kerja dan, oleh karena itu, pekerja sepenuhnya tunduk pada hukum
Secara filosofi : Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
akibat kerja
pemakaiannya
bahasa Inggris disebut sebagai Occupational Health and Safety, disingkat OHS.
K3 atau OHS adalah kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja dengan
segala daya upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemikiran mendalam guna
melindungi tenaga kerja, manusia serta karya dan budayanya melalui penerapan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
3.1.2. Filosofi K3
K3 sebagai berikut:
moral/etik)
sekedarprogram)
salah satu syarat untuk mrngikuti tender. Pemikiran inilah yang harus
diubah. Safety adalah sebuah cerminan budaya kerja yang ada dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Semua elemen yang terlibat dalam suatu pekerjaan harus mengetahui dan
beda. Oleh karena itu, pekerja harus dididik untuk dapat bekerja dengan
ketenagakerjaan)
baik, bisa dipastikan bahwa kondisi lingkungan kerja juga baik sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
dihindari.
ataupun mungkin meniru yang sudah ada. Program K3 harus dibuat secara
kecelakaan yang mungkin timbul dilihat dari segi kultur, sifat kegiatan,
yang lain.
3.1.3. Tujuan K3
jasmani dan rohani tenaga kerja hasil karya dan budayanya. Oleh karena itu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien
Kondisi tersebut diatas setiap usaha dicapai antara lain bila kecelakaan
termasuk kebakaran, peledakan, dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan
ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak
yang didefinikan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
Kerja berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05/Men/96 adalah:
1. Bagi Perusahaan:
dibidang K3
penerapan SMK3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
2. Bagi Pemerintah
international
memperkerjakan karyawan sebanyak seratus orang atau lebih atau pekerjaan yang
Sesuai dengan Bab III pasal 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
1. Komitmen
Terdapat hal yang menjadi perhatian penting terdiri atas 3 hal yaitu:
seluruh pihak yang ada di tempat kerja, terutama dari pihak pengurus dan
tenaga kerja serta pihak lain juga diwajibkan untuk berperan serta dalam
penerapan ini.
b. Tinjauan Awal K3
dengan cara-cara:
05/1996
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
disediakan
c. Kebijakan K3
kerangka dan program kerja yang bersifat umum dan atau operasional.
Kebijakan ini harus melewati proses konsultasi dengan pekerja atau wakil
harus bersifat dinamis artinya sering ditinjau ulang agar sesuai dengan
2. Perencanaan
dan indicator kinerja serta harus dapat menjawab kebijakan K3. Dan hal yang
Dalam perencanaan ini secara lebih rinci terbagi menjadi beberapa hal:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
kebijakan K3
3. Implementasi
Setelah membuat komitmen dan perencanaan maka tiba pada tahap penting
yaitu Penerapan SMK3. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan oleh
Perusahaan adalah:
b. Kegiatan pendukung
4. Pengukuran / Evaluasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Dan untuk menjaga tingkat kepercayaan terhadap data yang akan diperoleh
b. Audit SMK3
Hughes and Ferret (2007:2) Bahaya dan risiko-bahaya adalah potensi zat,
adalah zat, kegiatan atau suatu proses yang menyebabkan kerusakan. Risiko dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
suatu bahan, cara kerja suatu alat, cara melakukan suatu pekerjaan, tempat dan
posisi atau kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kerusakan harta
benda, penyakit akibat kerja, cedera, cacat sementara dan permanen, maupun
kematian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
mengakui bahwa risiko umumnya tidak bisa dihilangkan namun risiko dapat
dikenal (Gustin, 2008:113). Penilaian risiko merupakan bagian penting dari tahap
risiko yang digunakan untuk menentukan prioritas dan menetapkan tujuan untuk
dieliminasi melalui seleksi dan desain fasilitas, peralatan dan proses. Jika risiko
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
atau, sebagai upaya terakhir, melalui sistem kerja dan alat pelindung diri (Hughes
2008:114):
(Gustin, 2008:114):
kerugian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Penilaian risiko harus mencakup semua orang yan gmungkin berisiko, seperti
bahaya melibatkan bahan kimia yang sangat berbahaya. Pemberi kerja harus
melakukan proses analisis bahaya awal (evaluasi bahaya) pada semua proses
produksi. Metodologi analisis bahaya proses yang dipilih harus sesuai dengan
menggunakan satu atau lebih metode berikut, yang sesuai, untuk menentukan dan
2000: 9):
C. What-if/checklist,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Assesment (HIRA)
Assesment (HIRA) adalah standar teknik analisis bahaya yang digunakan dalam
persiapan penetapan keamanan dalam suatu sistem baru atau modifikasi untuk
adalah suatu metode identifikasi bahaya yang sistematis teliti dan terstruktur
dan risiko yang terdapat pada suatu peralatan yang dapat menimbulkan risiko
merugikan bagi manusia/ fasilitas pada sistem. Dengan kata lain metode ini
suatu sistem dapat berjalan lancar dan aman (Juliana, 2008) dalam Pujiono et al
suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis untuk menentukan
ditetapkan dari suatu plant, mencari berbagai faktor penyebab (cause) yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
dampak dari potensi risiko yang telah berhasil diidentifikasi (Munawir, 2010)
terjadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Kemungkinan terjadi
Tabel 3.1:
A. Akibat (Konsekuensi)
Tingkat Keparahan dari suatu akibat
1. Bencana (Fatalitas yang sangat tinggi, kerusakan sangat luas/besar, 100
yang mengakibatkan korban banyak orang / tenaga kerja).
2. Sangat Fatal (mengakibatkan kerusakan yang luas/besar, yang 50
mengakibatkan korban beberapa orang / tenaga kerja).
3. Fatal (mengakibatkan kerusakan yang cukup luas / besar, 25
mengakibatkan korban hanya 1 ( satu ) orang / tenaga kerja )
4. Cidera Sangat Serius (menyebabkan korban dengan kecacatan 15
permanen, amputasi, keseimbangan tubuh tidak stabil)
5. Cidera yang menyebabkan ketidak mampuan, yang tidak begitu 5
serius dan tidak menimbulkan cacat).
6. Cidera ringan teriris atau tergores, memar, bengkak dan 1
kerugiannya sedikit).
B. Pemajanan (Pemaparan)
Kejadian yang membahayakan terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
C. Kemungkinan (Peluang)
Urutan kecelakaan, termasuk akibat
1. Risiko dapat diterima (acceptable risk) : risiko yang telah diturunkan pada
2. Risiko yang tidak dapat diterima (inacceptable risk): Nilai risiko yang
tidak dapat diterima (inacceptable risk) adalah nilai risiko yang harus
nilai risiko > 90 yaitu rumusan nilai risiko = konsekuensi (cidera sangat
serius) x pemajanan (kejadian dari sekali dalam satu bulan sampai sekali
2007:72) adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
kerja, pilihan peralatan kerja dan pilihan metode kerja dan produksi,
berbahaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
pengendalian risiko.
Ferret, 2007:73)
1. Elimination
2. Substitution
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
6. Good housekeeping
10. Welfare
12. Review
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) adalah prediksi terhadap suatu
bagian atau suatu proses yang mungkin gagal dalam memenuhi suatu spesifikasi,
atau dengan kata lain menciptakan perkiraan cacat atau ketidaksesuaian dan
dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau dikoreksi.
FMEA dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal design dari sistem
dipertimbangkan dan usaha yang tepat untuk mengatasinya telah dibuat untuk
Setiap efek diberikan nomor dari1 (tidak ada bahaya) sampai 10 (kritis).
Setelah tiga langkah dasar ini, risk priority number (RPN) terhitung. Risk priority
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
number (RPN) tidak memainkan peranan penting dalam pemilihan suatu tindakan
tindakan ini. Setelah menilai tingkat severity, occurrence and detectability, RPN
dapat dengan mudah dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ambekar et al,
2013:39):
RPN = S O D (3.2)
desain produksi.
C. What-if/checklist
sistem dan prosedur pada tingkat tinggi, berbeda dengan teknik identifikasi
bahaya seperti HAZOP (hazard dan studi operabilitas) dan FMEA (kegagalan
mode dan analisis dampak) berfokus pada arus proses atau perangkat keras pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
metoda Risk Rating Number. Pada metoda ini dilakukan proses penilaian risiko
Untuk menghitung besar nilai risiko yang dihasilkan dari sumber bahaya dapat
Keterangan:
dilihat pada Tabel 3.2 (Aryanto, 2008) dalam Prassetiyo and Desrianty (2013:58):
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
kejadian lain lebih lanjut, kegagalan komponen atau kegagalan operator. Masing-
merupakan proses berulang dengan mendapatkan umpan balik dari proses PSA
lainnya.
misalnya: PSA pack, SAPHIRE, SALP, dan lain-lainnya. Hasil atau keluaran dari
perangkat lunak ini pada umumnya berupa cut set atau minimal cut set yang dapat
kegagalan kejadian dasar, sedangkan minimal cut set adalah kombinasi terkecil
dari kegagalan kejadian dasar. Analisis pohon kesalahan (fault tree analysis)
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis akar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
E. Metode Lain-Lain
dari menerapkan Job Safety Analysis (JSA), yang meliputi mempelajari dan
sudah ada atau potensi, melakukan penilaian resiko (Risk Assessment) pada
aktivitas kerja yang sudah ada atau berpotensi resiko dan menentukan
adalah suatu cara yang digunakan untuk memeriksa metode kerja dan
pabrik atau gedung dan didalam rancang bangun masin-mesin, alat alat kerja,
K3, dan penerapan K3 didapatkan hasil-hasil dalam Tabel 3.3 sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Lanjutan
TabelTabel 3.3. Penelitian
3.3. Penelitian Terdahulu
Terdahulu
Point Pembahasan
HSE HSE Identifi Penilaian Risk HSE FMEA Steel Industry
Manage Manage kasi Resiko Manage Perfor Industry lainnya
No Peneliti Judul ment ment Bahaya Bahaya ment mance Hasil Penelitian
(SMK3) (SMK3)
Implem
entation
1 Warwick Club Zero: Implementing Metode proyek Club Zero digunakan
Pearse 2001 OHS Management Systems untuk memfasilitasi pelaksanaan
In Small To Medium OHSMS agar efektif
Fabricated Metal Product
Companies
2 Gokhan Yildiz Developing a Health, Safety Indikator kinerja HSE tidak dapat
2005 and Environment (HSE) digunakan karena ; (1) Unreliability ,
management performance (2) Inkonsistensi di indikator , (3)
index volatilitas tinggi di H & S indikator , (4)
perbedaan diabaikan dalam indikator
lingkungan
3 Lateef Ur Safety Management in a Penelitian menunjukkan Six Sigma
Rehman Manufacturing Company: dengan Pendekatan DAMIC untuk
Ateekh-ur- Six Sigma Approach mengurangi bahaya keselamatan.
Rehman 2012
4 Agustinus Implementing Health Safety Proses manajemen HSE meningkatkan
Hariadi Djoko Environment (HSE) Process kinerja HSE, yang kemudian
Purwanto, Budi Management to Improve meningkatkan keuntungan kompetitif
Suharjo, Ujang HSE Perfor mance, tetapi tidak mempengaruhi kinerja
Sumarwan, Competitive Advantage and keuangan.
Heny K. Financial Perfor mance
Daryanto 2013
5 Kato Joseph Industrial Mechanization Studi ini menunjukkan bahwa hubungan
(2013 ) and Health, Safety positif yang kuat ada antara mekanisasi
Performance (Case Study : dan kinerja keselamatan kesehatan.
Steel and Tube Industries )
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lanjutan Tabel 3.3. Penelitian Terdahulu 47
Point Pembahasan
HSE HSE Identifi Penilaian Risk HSE FMEA Steel Industry
Manage Manage kasi Resiko Manage Perfor Industry lainnya
No Peneliti Judul ment ment Bahaya Bahaya ment mance Hasil Penelitian
(SMK3) (SMK3)
Implem
entation
6 Fitria Evaluasi Sistem SMK3 implementasi di perusahaan
Ciptaningsih Manajemen Keselamatan tidak sesuai sepenuhnya namun dengan
2014 Dan Kesehatan Kerja PP RI nomor 50 Tahun 2012, penjelasan
(SMK3) Di Perusahaan tentang tanggung jawab dan
Industri Baja kewenangan untuk tingkat karyawan,
dan prosedur perubahan tanggung
jawab.
7 Larry E Wlker Understanding Risk : The Continual improvement is necessary if
2002 Key To Succesful Safety we are to see continual, positive results.
Managemen Safety results are no exception. If we
are to manage safety better ini the
future, we must continue to develop our
ability to understand risk and make risk
decisions.
8 Dwi Sandi Risk Assesment Pada Menganalisis risk assessment pada
Bakhtiar, M. Pekerjaan Welding pekerjaan pengelasan di ruang terbatas
Sulaksmono Confined SpaceDi Bagian di bagian ship building di PT Dok dan
2013 Ship Building PT. DOK dan Perkapalan Surabaya dengan melihat
Perkapalan Surabaya aspek bahaya, risiko, pengendalian
risiko
9 H. Simonsen Risk identification, The risk model, once developed and
and J. Perry assessment and tested, provides a framework for a
(1999) management in the mining rational approach to risk analysis and
and the testing of alternatives.
metallurgical industries
10 R. Suckling, Risk identification, This process, and the development of a
M. Ferris and assessment and risk framework, was useful in
C. Price (2003) management in public identifying a prioritized work
health practice: programme to improve standards of
a practical approach in one public health practice in this
public health department. This model can also be
department used not only for planning risk
management activities, continual
identification and assessment of risks.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lanjutan Tabel 3.3. Penelitian Terdahulu 48
Point Pembahasan
HSE HSE Identifi Penilaian Risk HSE FMEA Steel Industry
Manage Manage kasi Resiko Manage Perfor Industry lainnya
No Peneliti Judul ment ment Bahaya Bahaya ment mance Hasil Penelitian
(SMK3) (SMK3)
Implem
entation
11 R.J. Reasons for Findings explore the challenges and
McNaughton, (non)compliance with experiences confronting high-risk
J. Shucksmith intervention following individuals when making decisions
2014 identification of high- about engaging with intervention.
riskstatus in the NHS
HealthCheck programme
12 Heinz-Peter Risk Management: The paper describes the different steps
Berg (2010) Procedures, Methods And in the risk management process which
Experiences methods are used in the different steps,
and provides some examples for risk
and safety management
13 Wahyu Penerapan Sistem Hasil yang diperoleh menunjukkan
Susihono, Feni Manajemen Keselamatan bahwa penerapan SMK3 telah sesuai
Akbar Rini dan Kesehatan Kerja (K3) dengan undang-Undang yang berlaku,
(2013) dan Identifikasi Potensi namun nilai resiko potensi bahaya
Bahaya (Studi Kasus di PT. bagian fluid utility menunjukkan tingkat
LTX Kota Cilegon-Banten) keparahan bahaya kerja kecil dan
kemungkinan terjadinya potensi bahaya
kerja juga kecil, nilai kategori potensi
bahaya kerja perlu dikendalikan dengan
prosedur rutin.
14 I Ketut Sucita, Identifikasi dan Penanganan Hasil identifikasi bahaya pada kegiatan
Agung Budi Resiko K3 Pada Proyek proyek pembangunan Centro City
Broto (2011) Konstruksi Gedung Residences meliputi 33 kegiatan dengan
118 potensi bahaya/risiko kecelakaan
kerja. Sedangkan penilaian/ pengukuran
bahaya/ risiko dikelompokkan menjadi
3 kategori/level risiko yaitu Risiko
rendah/ Low risk (L), Risiko sedang/
Medium risk (M), Risiko tinggi/ High
risk (H).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lanjutan Tabel 3.3. Penelitian Terdahulu 49
Point Pembahasan
HSE HSE Identifi Penilaian Risk HSE FMEA Steel Industry
Manage Manage kasi Resiko Manage Perfor Industry lainnya
No Peneliti Judul ment ment Bahaya Bahaya ment mance Hasil Penelitian
(SMK3) (SMK3)
Implem
entation
15 Bayu Nugroho Analisa Potensi Bahaya Identifikasi dan pengendalian potensi
Pujiono Serta Rekomendasi bahaya dapat dilakukan dengan
, Ishardita Perbaikan dengan Metode menggunakan metode HAZOP melaui
Pambudi Tama Hazard dan Operability perangkingan OHS Risk Assessment
, Remba Study (Hazop) melalui and Control. Hasil obervasi
Yanuar Efranto perangkingan OHS Risk menemukan 43 potensi bahaya (hazard)
(2013) Assesment And Control dan kemudian digolongkan menjadi 15
sumber hazard
16 Arief Usulan Perbaikan Sistem Metode yang digunakan adalah
Rahmansyah, Manajemen Keselamatan metode Failure Mode and Effect
Yuniar, Gita dan Kesehatan Kerja Analysis (FMEA). Hasil dari metode
Permata (SMK3) Berdasarkan Hasil FMEA menghasilkan nilai RPN.
Liansari (2014) Metode Failure Mode And Analisis Safety Culture dilakukan untuk
Effect Analysis (FMEA) mengetahui kondisi atau budaya sistem
Dan Pendekatan Safety keselamatan di Perusahaan.
Culture
17 Fran Mahendar, Identifikasi Bahaya, Dalam proses penelitian ini penulis
Darminto Pengendalian Resiko dan menggunakan metode JSA (Job
Pujutomo Keselamatan Kerja Pada Safety Analysis). Dipilihnya metode
(2013) Bagian Bengkel Repair Job Safety Analysis karena peneliti
Galangan Kapal Dengan ingin mengidentifikasi bahaya yang
Menggunakan Metode Job berfokus pada interaksi antara
Safety Analysis (JSA) di pekerja, tugas/pekerjaan, alat dan
PT. Janata Marina Indah, lingkungan. Setelah diketahui bahaya
Semarang yang tidak bisa dikendalikan, maka
dilakukan usaha untuk menghilangkan
atau mengurangi resiko bahaya ke
tingkat level yang bisa diterima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lanjutan Tabel 3.3. Penelitian Terdahulu 50
Point Pembahasan
HSE HSE Identifi Penilaian Risk HSE FMEA Steel Industry
Manage Manage kasi Resiko Manage Perfor Industry lainnya
No Peneliti Judul ment ment Bahaya Bahaya ment mance Hasil Penelitian
(SMK3) (SMK3)
Implem
entation
18 Hendro Rancangan Sistem Metode SWIFT dimulai dengan
Prassetiyo, Arie Keselamatan Kerja Stasiun menentukan sistem yang
Desrianty Kerja akan diamati, mendiskusikan bahaya
(2013) Induksi Fumace yang mungkin terjadi berdasarkan daftar
berdasarkan Metode SWIFT panduan bahaya, dan yang terakhir
(The Structured What-If membuat laporan kerja SWIFT. Pada
Analysis) laporan kerja SWIFT terdapat bahaya
yang mungkin terjadi, penyebab bahaya
terjadi, akibat jika bahaya terjadi, dan
penilaian risiko
19 Zeng,S.X. Integrating Safety, In this study, the Failure Modes and
TAM, Chi Environmental and Quality Effects Analysis (FMEA) is employed to
Ming Risks for Project analyze risk management for OHS,
Tam,V.W.Y. Management Using a environment and quality management
(2010) FMEA Method under an IMS in a local case study in
China. The analysis is performed at the
early stage of a system so that removal
or mitigation of the failure mode is most
cost effective method..
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lanjutan Tabel 3.3. Penelitian Terdahulu 51
Point Pembahasan
HSE HSE Identifi Penilaian Risk HSE FMEA Steel Industry
Manage Manage kasi Resiko Manage Perfor Industry lainnya
No Peneliti Judul ment ment Bahaya Bahaya ment mance Hasil Penelitian
(SMK3) (SMK3)
Implem
entation
22 Susanne Bahn Workplace hazard The organization show that the training
(2012) Identification : What do had positive impact on reported
people know and how is it incidents. The correct & proactice
done? Identification of hazard in the
workplace underpins all Occupational
Health Safety practice & risk
management strategies is therefore
paramount to effectice business
practices & the health & safety of all
organizational members
23 Franscesca M Toward risk assessment 2.0: PRA (Probability Risk Assesment) offers
Favaro, Joseph Safety Supervisory Control capabilities for improving risk
H Saleh (2016) & Model Based Hazard assessment & accident prevention. PRA
Monitoring for Risk- also helps to expand the basis of risk
Informed Safety assessment beyond it reliance on
Intervention probabilistic tools and to enrich the
intellectual toolkit of risk researchers &
safety profesionals
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Lanjutan Tabel 3.3. Penelitian Terdahulu 52
Point Pembahasan
HSE HSE Identifi Penilaian Risk HSE FMEA Steel Industry
Manage Manage kasi Resiko Manage Perfor Industry lainnya
No Peneliti Judul ment ment Bahaya Bahaya ment mance Hasil Penelitian
(SMK3) (SMK3)
Implem
entation
25 Iraj Developing an Integrated The most influential factors to be take
Mohammad Decision Making Approach into account to improve the effectivess
Fam, Mojtaba to Assess and Promote The of OHSAS 18001 standard are
Kamalinia, Effectiveness of management commitment, worker
Mansour Occupational Health & participation, allocation financial
Momeni, Safety Management Systems resources, training, risk assessment,
Rostam definite responsibility, communication
Golmohemmad of OHS results & activities.
i, Yadollah
Hamidi, Alreza
Soltania (2016)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Isu K3 menjadi hal penting dalam suatu industri, terutama pada industri-industri yang
melibatkan Bahan baku, proses produksi atau produk akhir yang dapat menyebabkan kondisi
tidak aman dan tindakan tidak aman. Beberapa pendekatan dipakai dalam pengelolaan K3
banyak yang menggunakan SMK3 (Pearse, 2001; Yildiz, 2005; Purwanto et al, 2013;
Ciptaningsih, 2014; Wlker, 2002; Susihono dan Rini, 2013). Dalam pengelolaan hal tersebut
banyak digunakan beberapa tools atau metode antara lain Sig Sigma (Ateeth-ur-Rehman,
2012), FMEA (Rahmansyah, Yuniar, dan Liansari, 2014; Zeng et al, 2010), SWIFT (The
Structured What-If Analysis) (Prassetiyo dan Desrianty, 2013), JSA (Mahendar dan
organisasi dapat menerapkan metode manajemen risiko apapun sejauh metode tersebut
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencari
bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.
Pemilihan metode yang digunakan bergantung pada jenis dan besarnya potensi kerugian yang
mungkin terjadi bila metode tersebut dilaksanakan. Penggunaan metode identifikasi yang
membutuhkan waktu dan biaya yang besar biasanya digunakan untuk bahaya yang berisiko
tinggi.
Complex ini adalah metode Hazard & Operability Study (HAZOP) dan Hazard Identification
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
bahaya dapat di lakukan upaya perbaikan sesuai dengan konsep Sistem Manajemen K3
cedera
5. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan
kerugian, misalanya ada katub yang bocor tanpa di ketahui maka akan terus menerus
6. Merupakan teknik analisis bahaya yang digunakan dalam persiapan penetapan keamanan
dalam suatu sistem baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau
masalah operabilitinya.
7. Merupakan metode identifikasi bahaya yang sistematis teliti dan terstruktur untuk
mengidentifikasi berbagai permasalahan yang menganggu jalanya proses dan risiko yang
terdapat pada suatu peralatan yang dapat menimbulkan risiko merugikan bagi manusia/
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Latar Belakang :
- Pemenuhan Peraturan Perundangan
- Program Sistem Manajemen PT. Krakatau Steel
- Pengembangan Pabrik Baru Blast Furnace Complex
- Belum adanya Perencanaan & Implementasi SMK3 di Pabrik Baru
- Target Zero Accident & Bendera Emas untuk Perusahaan
Identifikasi Bahaya
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Blast Furnace Complex
Pengendalian Resiko
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Blast Furnace Complex
HAZOP / HIRA
http://digilib.mercubuana.ac.id/