Você está na página 1de 33

Nur Ilmi Sofiah

04011181419061
Alpha 2014

1. Apa saja dan dampak potensi bahaya yang dapat ditimbulkan di pabrik pada kasus?
(Kimia)
Jawab:

Pada kasus Chemical Hazard utama yaitu Debu Silika (SiO2) atau Kuarsa yang dapat
menyebabkan Silikosis (Pneumoconiosis).

1
Pneumokoniasis
Pneumokoniasis adalah penyakit paru lingkungan yang disebabkan oleh inhalasi kronis debu
inorganik atau bahan partikel yang berasal dari udara lingkungan atau tempat kerja. Penyebab
tersering: asbes, silika, batu bara, berilium, bauksit, besi/baja dll

Silikosis
Penyakit parenkim paru berupa fibrosis paru difus akibat inhalasi, retensi dan reaksi
parenkim paru terhadap debu atau kristal silika (SiO2)
Debu silika mempunyai ukuran 0,5-5m
Berasal dari pemotongan batu, pabrik keramik, tambang batu kapuR

Lainnya:
Kalsium karbonat tidak berbahaya pada umumnya dan memiliki karsinogenik terbatas.
Mayoritas menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan sistem pernapasan. Pada inhalasi kronik
dapat menyebabkan alkalosis.
Kuarsa bersifat juga karsinogenik ( yang meningkatkan resiko terjadi TB) serta penyakit
autoimun seperi SLE dan rheumatoid arthritis.

2
Klorit mengganggu sistem pernapsan dan sistem saraf pusat.
Graphit berbahaya bagi pernapsan karena dapat menyebabkan pneumoconiosis dan juga
mengganggu sistem kardiovaskular.
Tremolit sering digunakan sebagai bahan dasar asbes. Penyakit yang sering muncul jika terpapar
tremolit dalam jumlah banyak adalah :
- Tremolit asbestos
- Mesotheliomas
- Kanker Paru

***

Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mencegah
kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Oleh karena itu perlu melihat
penyebab dan dampak yang ditimbulkannya.
Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada
kerugian.
Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya
kejadian tersebut. Risiko yang ditimbulkan dapat berupa berbagai konsekuensi dan dapat dibagi
menjadi empat kategori besar:
Kategori A: Potensi bahaya yang mengakibatkan dampak risiko jangka panjang pada kesehatan

3
Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat
menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pajanan (exposure) yang
berlebihan. Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh pajanan suatu
sumber bahaya di tempat kerja.
Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain
faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor ergonomis dan factor psikologi. Bahaya faktor-
faktor tersebut akan dibahas secara rinci lebih lanjut di bawah ini antara lain kimia, fisik, biologi
dan ergonomis. Sedangkan faktor psikologi dibahas dalam kategori D.

Bahaya Faktor Kimia


Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki
sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan
organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau
kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain:
- Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun dapat masuk ke
dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar lima liter udara per menit yang
mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti fiber/serat, dapat langsung melukai
paru-paru. Lainnya diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh.
- Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan-makanan yang
terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di lingkungan yang
terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan lendir
dari mulut, hidung atautenggorokan. Zat beracun mengikuti rute yang sama sebagai makanan
bergerak melalui usus menuju perut.
- Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di antaranya adalah zat melewati kulit
dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah. Kadang-kadang, zat-zat juga
masuk melalui luka dan lecet atau suntikan (misalnya kecelakaan medis).
Guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat bahaya
faktor kimia maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara teknis sehingga kadar
bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak melampaui nilai ambang batas (NAB).

Bahan kimia di tempat kerja

4
Bahan-bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat kerja. Bahan-bahan kimia
tersebut dapat berupa suatu produk akhir atau bagian bentuk bahan baku yang digunakan untuk
membuat suatu produk. Juga dapat digunakan sebagai pelumas, untuk pembersih, bahan bakar
untuk energi proses atau produk samping.
Banyak bahan kimia yang digunakan di tempat kerja mempengaruhi kesehatan kita dengan cara-
cara yang tidak diketahui. Dampak kesehatan dari beberapa bahan kimia bisa secara perlahan
atau mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.

Apa yang perlu diketahui untuk mencegah atau mengurangi bahaya?


- kemampuan bahan kimia untuk menghasilkan dampak kesehatan negatif (sifat beracun). Semua
bahan kimia harus dianggap sebagai sumber potensi bahaya sampai dampak bahan kimia tersebut
sepenuhnya diketahui;
- wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu untuk menentukan bagaimana
mereka bisa kontak atau masuk ke dalam tubuhdan bagaimana paparan dapat dikendalikan;
- bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia misalnya dengan memasang
peralatan pembuangan (exhaust) pada sumber polutan, menggunakan rotasi pekerjaan untuk
mempersingkat pajanan pekerja terhadap bahaya;
- jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi pekerja, seperti respirator
dan sarung tangan ;
- bagaimana mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang sesuai melalui lembar data
keselamatan (LDK) dan label dan bagaimana menginterpretasikan LDK dan label tersebut.

Lembar Data Keselamatan dan Pelabelan Bahan Kimia


Pelabelan merupakan pemberian tanda berupa gambar/simbol, huruf/tulisan, kombinasi
keduanya atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada bahan berbahaya, dimasukkan ke
dalam, ditempelkan, atau merupakan bagian kemasan bahan berbahaya, sebagai keterangan atau
penjelasan yang berisi nama sediaan atau nama dagang, nama bahan aktif, isi/berat netto, kalimat
peringatan dan tanda atau simbol bahaya, petunjuk pertolongan pertama pada kecelakaan.
Pelabelan bahan kimia merupakan salah satu cara penting untuk mencegah penyalahgunaan atau
penanganan yang dapat menyebabkan cedera atau sakit. Dalam transportasi, bila kemungkinan

5
terjadi kecelakaan, maka sangat penting dalam keadaan darurat untuk mengetahui risiko dari zat-
zat tersebut.

Sebagian besar negara memiliki sistem pelabelan untuk menginformasikan isi yang ada di dalam
wadah/kontainer dan untuk memperingatkan bahaya. Untuk memastikan bahwa peringatan
dimengerti oleh lintas batas dan termasuk bahasanya, PBB telah mengembangkan Sistem
Harmonisasi Global (Globally armonized System - GHS) tentang klasifikasi dan pelabelan
bahaya bahan kimia. Idenya adalah bahwa setiap negara akan mengadopsi rambu yang sama,
meskipun hal ini tidak wajib. Ini telah diadopsi di 67 negara sejauh ini, termasuk negara-negara
Uni Eropa, Cina, Amerika Serikat, Kanada, Uruguay, Paraguay, Vietnam, Singapura, Nigeria,
Ghana, Federasi Rusia dan banyak lainnya.
Sedangkan lembar data keselamatan bahan adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang
sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis bahaya yang dapat ditimbulkan, cara penanganan
dan tindakan khusus yang berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan
berbahaya.

2.Apa makna jam kerja 8 jam sehari dan 6 hari dalam seminggu? (sebaiknya
bagaimana/berapa jam sehari/seminggu) 10 6
Jawab:
Jam Kerja, waktu Istirahat kerja, waktu lembur diatur dalam pasal 77 sampai pasal 85
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Di beberapa perusahaan, jam
kerja,waktu istirahat dan lembur dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

6
Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1
hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1
minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.

Undang-Undang mengenai Jam Kerja, Jam Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat
dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur
dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai
dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, Undang-Undang No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha
untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem
seperti yang telas disebutkan diatas yaitu:
7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu; atau
8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat
puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut,
maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga
pekerja/buruh berhak atas upah lembur. Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak
berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu seperti misalnya pekerjaan di pengeboran
minyak lepas pantai, sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut),
atau penebangan hutan. Ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus dijalankan terus-
menerus, termasuk pada hari libur resmi (Pasal 85 ayat 2 UNDANG-UNDANG No.13/2003).
Pekerjaan yang terus-menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-
233/Men/2003 Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus
Menerus. Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan
dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift.
Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai Jam Kerja Ketentuan mengenai pembagian jam
kerja, saat ini mengacu pada Undang-Undang No.13/2003. Ketentuan waktu kerja diatas hanya
mengatur batas waktu kerja untuk 7 atau 8 sehari dan 40 jam seminggu dan tidak mengatur
kapan waktu atau jam kerja dimulai dan berakhir.

7
Pengaturan mulai dan berakhirnya waktu atau jam kerja setiap hari dan selama kurun waktu
seminggu, harus diatur secara jelas sesuai dengan kebutuhan oleh para pihak dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Pada beberapa
perusahaan, waktu kerja
dicantumkan dalam
Peraturan Perusahaan (PP)
atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB).
Sebagaimana diatur dalam
Pasal 108 ayat 1 Undang-
Undang No.13/2003, PP dan PKB mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk (biasanya Disnaker).
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja dan 40
jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu
kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah
(Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004). Waktu kerja lembur hanya dapat
dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1 minggu diluar istirahat mingguan atau
hari libur resmi. Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung
upah sejam adalah 1/173 upah sebulan. Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam
Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 , Rumus perhitungan upah lembur adalah sebagai
berikut:
a) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Kerja

Contoh :
Jam kerja Manda adalah 8 jam sehari/40 jam seminggu. Ia harus melakukan kerja lembur selama
2 jam/hari selama 2 hari. Gaji yang didapat Manda adalah Rp. 2.000.000/bulan termasuk gaji
pokok dan tunjangan tetap. Berapa upah lembur yang didapat Manda? Manda hanya melakukan

8
kerja lembur total adalah 4 jam. Take home pay Manda berupa Gaji pokok dan tunjangan tetap
berarti Upah sebulan = 100% upah
Sesuai dengan rumus maka Upah Lembur Manda :
4 jam x 1/173 x Rp. 2.000.000 = Rp.46.243
Dalam Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 tahun 2003 sendiri, tidak mengatur mengenai
panggilan kerja secara tiba-tiba. Akan tetapi Undang-Undang No.13/2003 mengatur mengenai
waktu kerja lembur pada hari kerja, hari-hari libur mingguan maupun libur resmi. Pertanyaan
mengenai kerja lembur pada hari libur mingguan dan libur nasional dapat Anda lihat di Akhir
Pekan dan Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai panggilan kerja secara tiba-tiba. Karena
Undang-Undang Tenaga Kerja No.13 tahun 2003 tidak mengatur mengenai panggilan kerja
secara tiba-tiba. Peraturan Perusahaan ataupun Perjanjian Kerja Bersama-lah yang mengatur
mengenai ketentuan panggilan kerja secara tiba-tiba di hari libur. Syarat dari pemanggilan kerja
secara tiba-tiba ini adalah :
Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
Terdapat pekerjaan yang membahayakan keselamatan perusahaan jika tidak cepat
diselesaikan.
Dalam penyelesaian pekerjaan yang sangat penting bagi perusahaan dan tetap memperhatikan
saran-saran Serikat Pekerja.
Managemen perusahaan dapat mengatur jam kerja dan kerja lembur dan perhitungan upah
lembur (baik melalui Peraturan Perusahaan maupun Perjanjian Kerja Bersama) sepanjang masih
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jam istirahat kerja adalah waktu untuk pemulihan setelah melakukan pekerjaan untuk waktu
tertentu. Sudah merupakan kewajiban dari perusahaan untuk memberikan waktu istirahat kepada
pekerjanya.Undang-Undang mengenai Jam Istirahat Kerja:
Setiap pekerja berhak atas istirahat antara jam kerja dalam sehari, sekurang kurangnya 1/2 jam
setelah bekerja 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja (Pasal
79 Undang-Undang 13/2003). Selain itu, pengusaha wajib memberikan waktu secukupnya bagi
pekerja untuk melaksanakan ibadah (Pasal 80 Undang-Undang 13/2003).
Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari setelah 6 (enam) hari kerja atau
tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari setelah 5 (lima) hari kerja dalam satu minggu (Pasal 79
Undang-Undang 13/2003).

9
Berdasarkan pasal 85 Undang-Undang no. 13 tahun 2003, pekerja tidak wajib bekerja pada hari
hari libur resmi ataupun hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan. Karena waktu istirahat itu
merupakan hak kita, maka perusahaan wajib memberikan upah penuh. Akan tetapi, ada kalanya
perusahaan menuntut pekerja untuk tetap bekerja pada hari hari libur karena sifat pekerjaan
yang harus dilaksanakan terus-menerus. Perusahaan yang mempekerjakan pekerjanya di hari
libur, wajib membayar upah lembur.
Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai Jam Istirahat Kerja Syarat-syarat kerja yang harus
dicantumkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) salah satunya adalah Hari Kerja, Jam
Kerja, Istirahat dan Waktu Lembur. Waktu istirahat yang sesuai dengan Undang-Undang
No.13/2003, waktu istirahat antara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja
selama 4 jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja (Pasal 79
Undang-Undang 13/2003). Dan waktu istirahat mingguan adalah 1 hari untuk 6 hari
kerja/minggu atau 2 hari untuk 5 hari kerja/minggu (Pasal 79 Undang-Undang 13/2003).
Pada praktiknya, waktu istirahat ini diberikan oleh perusahaan pada jam makan siang, ada yang
11.30-12.30, atau 12.00-13.00 ada pula yang memberikan waktu istirahat 12.30-13.30. Ada yang
memberi waktu istirahat hanya setengah jam, namun sebagian besar perusahaan memberikan
waktu istirahat satu jam. Dan penentuan jam istirahat ini menjadi kebijakan dari masing-masing
perusahaan yang diatur dalam Peraturan Perusahaan (PP), atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Tayari and Smith (1997) menjelaskan tentang definisi shift kerja sebagai periode waktu 24 jam
yang satu atau kelompok orang dijadwalkan atau diatur untuk bekerja di tempat kerja.
Selanjutnya Oxord Advanced Learners Dictionary (2005) mendefinisikan shift kerja sebagai
suatu periode waktu yang dikerjakan oleh sekompok pekerja yang mulai bekerja ketika
kelompok yang lain selesai
Menurut Bhattacharya dan McGlothlin (1996) definisi shift kerja yang mendasar adalah waktu
dari sehari seorang pekerja harus berada di tempat kerja. Dengan definisi ini, semua pekerja yang
dijadwalkan berada di tempat kerja secara teratur, termasuk pekerja siang hari, adalah pekerja
shift
Monk dan Folkard dalam Silaban dalam Wijayanti (2005) mengkategorikan 3 jenis sistem shift
kerja, yaitu shift permanen, sistem rotasi cepat, dan sistem rotasi shift lambat.

10
Dalam Perjanjian Kerja Bersama, diatur lebih merinci mengenai jam kerja, waktu istirahat dan
jam kerja bagi yang bekerja dengan sistem shift-shift. Dan biasanya dalam PKB pun, dirinci jam
kerja shift bagi setiap divisi (contoh divisi produksi, keamanan, dan lain-lain).
Ketentuan hari dan jam kerja dalam Perjanjian Kerja Bersama dapat dirubah berdasarkan
kesepakatan antara Pengusaha dengan Serikat Pekerja serta pelaksanaannya dilakukan
dengan menetapkan kalender kerja setiap tahunnya dengan tentunya mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
lama waktu istirahat kerja dalam sehari yang berhak didapatkan karyawan, Setiap karyawan
berhak atas istirahat antara jam kerja dalam sehari, sekurang kurangnya 1/2 jam setelah bekerja 4
jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja. Selain itu, pengusaha
wajib memberikan waktu secukupnya bagi karyawannya untuk melaksanakan ibadah.
Pengaturan jam kerja dalam sistem shift diatur dalam Undang-Undang no.13/2003 mengenai
Ketenagakerjaan yaitu diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
Jika jam kerja di lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya (selanjutnya
disebut perusahaan) ditentukan 3 (tiga) shift, pembagian setiap shift adalah maksimum 8 jam
per-hari, termasuk istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 2 huruf a Undang-Undang No.13/2003)
Jumlah jam kerja secara akumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40
jam per minggu (Pasal 77 ayat 2 Undang-Undang No.13/2003).
Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam/hari per-shift
atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 jam per minggu, harus sepengetahuan dan
dengan surat perintah (tertulis) dari pimpinan (management) perusahaan yang
diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur (Pasal 78 ayat 2 Undang-Undang No.13/2003).
Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang dijalankan terus-menerus yang dijalankan dengan
pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift. Menurut Kepmenakertrans No.233/Men/2003, yang
dimaksud dengan pekerjaan yang dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang
menurut jenis dan sifatnya harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus atau dalam
keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha. Contoh-contoh
pekerjaan yang jenis dan sifatnya harus dilakukan terus menerus adalah : pekerjaan bidang jasa
kesehatan, pariwisata, transportasi, pos dan telekomunikasi, penyediaan listrik, pusat
perbelanjaan, media massa, pengamanan dan lain lain yang diatur dalam Kep.233/Men/2003
pasal 2.

11
Ada pula peraturan khusus yang mengatur mengenai pembagian waktu kerja bagi para Satpam
yaitu SKB Menakertrans dan Kapolri Nomor Kep.275/Men/1989 dan Nomor
Pol.Kep/04/V/1989. Dan juga peraturan khusus mengenai waktu kerja bagi pekerja di sektor
usaha energi dan sumber daya mineral yaitu Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI Nomor Kep.234//Men/2003 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada Sektor Usaha
Energi Dan Sumber Daya Mineral pada Daerah Tertentu.
Undang-Undang mengenai pekerja perempuan yang bekerja shift malam
Menurut pasal 76 Undang-Undang No. 13 tahun 2003, pekerja perempuan yang berumur kurang
dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul
07.00, yang artinya pekerja perempuan diatas 18 (delapan belas) tahun diperbolehkan bekerja
shift malam (23.00 sampai 07.00). Perusahaan juga dilarang mempekerjakan pekerja perempuan
hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya
maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.
Perjanjian Kerja Bersama mengatur mengenai kerja shift pagi, siang dan malam Karena tidak
diatur secara spesifik mengenai pembagian jam kerja ke dalam shift-shift dalam Undang-Undang
No.13/2003, berapa jam seharusnya 1 shift dilakukan, maka pihak manajemen perusahaan dapat
melakukan pengaturan jam kerja shift (baik melalui Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja
maupun Perjanjian Kerja Bersama) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kabaj, 1978; Tilley et al., 1982; Schultz and Schultz, 1986, dalam . Tayari and Smith (1997)
mengungkapkan bahwa kerja shift dapat mempengaruhi kinerja karyawan dalam berbagai cara.
Namun demikian pengaruh sekunder tidak penting dibandingkan pengaruh lain dari kerja shift.
Pengaruh utama adalah psikologis, sosial dan pribadi. Pengaruh dari kerja shift pada kinerja
karyawan dapat diringkas sebagai berikut:
1) Secara umum, kinerja kerja shift dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor-faktor berikut:
a. Tipe pekerjaan. Pekerjaaan yang menuntut secara mental (seperti inspeksi dan kontrol
kualitas) memerlukan kesabaran dan kehati-hatian. Pekerja shift mungkin akan kekurangan dua
hal tersebut.
b. Tipe sistem shift. Gangguan irama tubuh (circadian rhythms) dapat menimbulkan
kerugian terhadap kemampuan fisik dan mental pekerja shift, khususnya ketika
perubahan shift kerja dan shift malam.

12
c. Tipe pekerja. Untuk contoh, pekerja yang telah berusia tua memiliki kemampuan yang
minimal untuk untuk menstabilkan irama tubuh ketika perubahan shift kerja.
2) Kinerja shift malam yang rendah dapat dikaitkan dengan;
a. Ritme tubuh yang terganggu
b. Adaptasi yang lambat terhadap kerja shift malam
c. Pekerja lebih produktif pada shift siang daripada shift malam
d. Pekerja membuat sedikit kesalahan dan kecelakaan pada shift siang daripada shift
malam.
e. Kehati-hatian pekerja menurun selama kerja shift malam, khususnya ketika pagi-pagi
sekali. Hal ini mungkin penting diperhatikan terutama untuk tugas-tugas yang memerlukan
pengawasan yang terus-menerus (seperti operator mesin)
f. Jika pekerja tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk shift kerja, kinerja dapat
dipengaruhi secara buruk khususnya pekerjaan yang memerlukan tingkat kehati-hatian yang
tinggi.
Sudah merupakan kewajiban dari perusahaan untuk memberikan waktu istirahat kepada
pekerjanya. Masa istirahat mingguan tidak boleh kurang dari 1 (satu) hari setelah 6 (enam)
hari kerja atau tidak boleh kurang dari 2 (dua) hari setelah 5 (lima) hari kerja dalam satu
minggu dan berdasarkan Undang Undang no. 13 pasal 85 tahun 2003, pekerja tidak wajib
bekerja pada hari-hari libur resmi ataupun hari libur yang ditetapkan oleh perusahaan. Karena
waktu istirahat itu merupakan hak kita, maka perusahaan wajib memberikan upah penuh. Akan
tetapi, ada kalanya perusahaan menuntut pekerja untuk tetap bekerja pada hari-hari libur karena
sifat pekerjaan yang harus dilaksanakan terus-menerus. Perusahaan yang mempekerjakan
pekerjanya di hari libur, wajib membayar upah lembur.
Jam kerja yang sesuai dengan Undang-Undang di Indonesia adalah 40 jam/minggu, untuk jam
kerja lebih dari itu, perusahaan wajib membayarkan upah lembur. Apabila perusahaan tidak
memberikan upah lembur, pekerja bisa menuntut via manajemen sumber daya manusia di
perusahaan tersebut ataupun berkonsultasi dengan serikat buruh dan perusahaan pun bisa terkena
sanksi pidana/administratif.
Akan tetapi, terkadang ada perusahaan di jenis pekerjaan tertentu yang memang mengharuskan
pekerjanya untuk bekerja lebih dari jam kerja standar. Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja melebihi waktu harus memenuhi syarat :

13
1. ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan
2. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu)
hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu
Biasanya perusahaan akan memberi tahu jam kerja kita yang melebihi standar dan sistem
pengupahannya pada saat interview dan kita berhak melakukan negosiasi mengenai hal ini.
Kesepakatan jam kerja itu akan ditulis dalam Surat Perjanjian Kerja. Jika telah terjadi
kesepakatan mengenai hal ini, kita tidak bisa menuntut.

Sumber:
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Kepala Kepolisian RI Nomor Kep.275/Men/1989
dan Nomor Pol.Kep /04/V/1989 tentang Pengaturan Jam Kerja, Shift dan Jam Istirahat serta
Pembinaan Tenaga Satuan Pengamanan (SATPAM).
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Kep.233/Men/2003 tentang
Jenis dan Sifat Pekerjaan yang dijalankan secara terus menerus.
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Kep.234//Men/2003 tentang
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada Sektor Usaha Energi Dan Sumber Daya Mineral pada
Daerah Tertentu

3. Bagaimana cara pengolahan air tanah dan air hujan menjadi air yang aman dikonsumsi?
(untuk pabrik) 6 10
1. AIR HUJAN
Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan
Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM)

Abstrak

Curah hujan yang tinggi di beberapa daerah di pedesaan kebanyakan terbuang mengalir begitu
saja ke sungai. Bahkan tidak sedikit daerah yang mengalami banjir akibat hujan ini. Dalam
rangka penyediaan air bersih di pedesaan yang memiliki curah hujan yang tinggi, dapat
dikembangkan Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) yang layak dikonsumsi oleh masyarakat

14
desa. Sistem ini dapat dikembangkan secara bergotong royong dan dikelola bersama-sama untuk
memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari atau bahkan untuk dikomersialisasikan.

Kata Kunci : Air Hujan, SPAH, Air Siap Minum, Bak Penampung, Filter, Multi Media Filter

Jenis Teknologi : Teknologi Pengolahan Air Bersih

Jenis Sumber Air Baku : Air Hujan

Target Pengguna : Komunal (Kelompok)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air hujan merupakan sumber daya air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air hujan
sangat bermanfaat untuk mengisi sumber air guna keperluan pertanian, domestik dan industri.
Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) terdiri atas sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan
sistem pengolahan air hujan. PAH dilengkapi dengan talang air, saringan pasir, bak penampung
dan Sumur Resapan (Sures). Sumur resapan dapat digunakan untuk melestarikan air tanah dan
mengurangi resiko genangan air hujan atau banjir yang dilakukan dengan membuat sumur yang
menampung dan meresapkan curahan air hujan.

Prinsip dasar PAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap melalui
talang air untuk ditampung ke dalam tangki penampung. Kemudian limpasan air yang keluar dari
tangki penampung yang telah penuh disalurkan ke dalam sumur resapan. Sistem pengolahan air
hujan mengolah air dari bak penampung menjadi air siap minum kualitas air kemasan dengan
teknologi ARSINUM.

1.2. Tujuan dan Sasaran

15
Menyebarluaskan paket teknologi pengolahan air sederhana untuk memanfaatkan air
hujan menjadi air bersih di daerah pedesaan yang memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga air
hujan tidak terbuang percuma begitu saja.

1.3. Manfaat

Sistem ini dapat dibuat untuk menampung air hujan, mengolahnya menjadi air bersih dan
air siap minum yang dapat dikonsumsi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau untuk
keperluan komersial.

II. Sistem PAH

Gambar di bawah ini adalah disain bak tampungan air hujan dengan volume 10 ~ 12 m 3 .
Air hujan yang jatuh di atap rumah kemudian dengan menggunakan saluran pipa dari atap
dialirkan ke dalam bak penampung awal yang berisi saringan pasir-kerikil. Dari bak penampung
ini, air dialirkan ke bak tampungan, dan kelebihannya akan diresapkan ke dalam tanah.

16
Gambar Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Sumur Resapan (SURES)

Gambar Disain Pemanfaatan Air Hujan dan Sumur Resapan Tampah Atas

2.1. Cara Kerja SPAH

Cara kerja sistem pemanfaatan air hujan adalah sebagai berikut :


Air hujan jatuh di atap bangunan dan mengalir melalui atap rumah kemudian terkumpul
di talang air yang dialirkan dengan pipa menuju bak penampungan air hujan.
Sampah dedaunan yang terbawa akan disaring di bagian depan bak penampung, dengan
media pasir dan kerikil, sampah akan tertahan dan air hujan yang bersih akan masuk ke
bak penampung (volume bak 10 m3 ).
Jika hujan berlangsung terus menerus, dan bak penampung penuh maka air akan
melimpah melalui pipa outlet masuk kedalam sumur resapan dengan kedalaman lubang
sumur resapan sekitar 3 meter, kontruksi terbuat dari bis beton, sepanjang 2,5 meter dan
resapan sekitar 0,5 meter.. Air hujan didalam sumur resapan ini akan meresap melalui
zona resapan dari sumur resapan kedalam tanah sebagai sumber air tanah. Bidang resapan
terletak dibagian dasar, tanpa bis beton, agar bis beton di atasnya tidak merosot diberi
penyangga batubata. Bidang resapan diisi dengan kerikil dan ijuk, sebagai penyaring agar
tidak terjadi kebuntuan.

17
Air dari bak penampung air hujan dipompa ke unit ARSINUM yang terdiri dari pompa
air baku, statix mixer, filter multi media, filter penukar ion, cartridge filter, Ultrafiltarsi,
sterilisator ultra violet dan post catridge filter.untuk diolah menjadi air minum.
2.2. Manfaat SPAH

Fungsi dan manfaat sistem pemanfaatan air hujan dan pengolahan air siap minum ini adalah :
1. Menghemat pengunaan air tanah,
2. Menampung 10 meter kubik air pada saat hujan,
3. Mengurangi run off & beban sungai saat hujan lebat,
4. Menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah,
5. Mempertahankan tinggi muka air tanah,
6. Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah,
7. Memperbaiki kualitas air tanah dangkal,
8. Mengurangi laju erosi dan sedimentasi,
9. Mereduksi dimensi jaringan drainase,
10. Menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut,
11. Mencegah terjadinya penurunan tanah,
12. Stok air pada musim kemarau (plus rain harvesting).
2.3. Spesifikasi Teknis
SPAH

Spesifikasi teknis sistem


pemanfaatan air hujan (PAH)
adalah sebagai berikut :
1. Volume bak : 10
m3
2. Lebar : 2,1 m
3. Panjang : 3,0 m
4. Kedalaman : 2,5 Gambar Penggalian Bak Penampung Pemanenan Air Hujan
m
5. Luas Bak

18
Penyaring : 1,0
m3
6. Volume
Resapan : 10 m3
7. Panjang Talang :
75 m
8. Luas Atap
Rumah : 375 m
9. Kemiringan
Atap : 35 o
10. Tinggi Jatuhan
Air : 3 m
11. Pompa Air : 25
l/m
12. Saringan
Pasir/Karbon :
1,0 m
2.4. Spesifikasi Teknis
SURES
Spesifikasi teknis sistem
sumur resapan (SURES)
adalah sebagai berikut :
1. Volume
Resapan : 10 m3
2. Diameter Pipa
Inlet : 4,0 In
3. Kedalaman
Total : 3,0 m
4. Diameter : 1,0 m
5. Tebal Dinding :
0,1 m
Gambar Pemasangan Buis Beton Untuk Sumur Resapan

19
6. Tebal Bidang
Resapan : 1,0 m
7. Diameter
Resapan : 1,0 m

Gambar Kegiatan Pemasangan Talang Air di Atap Bangunan

20
Gambar Kegiatan Finishing PAH

III. Sistem ARSINUM

Gambar di bawah ini adalah sistem pengolahan air siap minum yang mengolahan air hujan yang
berada di dalam bak tampungan air hujan menjadi air minum.

21
Gambar Sistem Pengolahan Air Siap Minum
(klik gambar untuk mempebesar)

3.1. Cara Kerja ARSINUM

Cara kerja sistem pengolahan air siap minum (ASRSINUM) adalah sebagai berikut :
Periksa posisi keran filter untuk proses penyaringan.
Setelah air di penampungan air hujan cukup, lalu hidupkan pompa air baku dan pompa
dosing. Pastikan pompa dosing berjalan dengan baik memompakan bahan oksidator
untuk mengoksidasi besi dan mangan dan juga bakteri.
Air akan mengalir statix mixer sebagai tangki pencampur.
Setelah air tercampur di static mixer, air akan masuk ke dalam multimedia filter berisi
kerikil, pasir silika dan mangan zeolit yang berfungsi untuk menyaring partikel kasar dan
endapan hasil oksidasi yang ukurannya cukup besar dengan proses filtrasi.
Setelah melalui multimedia filter air akan masuk ke dalam filter penukar ion, yang
berfungsi sebagai penghilang kesadahan akibat tingginya kadar kalsium, logam berat dan
warna

22
Air kemudian masuk ke dalam saringan cartridge filter yang mempunyai ukuran 0,5
mikron. Pada unit ini kotoran-kotoran yang lembut dan melayang-layang pada air akan
tersaring, sehingga air akan tampak lebih jernih.
Setelah melalui catridge filter, air masuk ke dalam tangki penampung air bersih.
Kemudian dari tangki air bersih air dipompa ke unit ultrafiltrasi yang dapat menyaring
sampai ukuran 0,01 mikron.Unit ultra filtrasi menggunakan modul membran tipe hollow
fiber.
Air yang keluar dari unit ultra filtrasi dialirkan ke bak penampung air bersih Selanjutnya
air dipompa ke 3 unit mikro filter yang dapat menyaring padatan sampai ukuran 1
mikron. Dari unit mikro filter air ke unit sterilisator ultraviolet untuk membunuh
mikroba.
Air yang keluar dari unit sterilisator ultra violet adalah air olahan yang siap minum
langsung tanpa dimasak dan dapat langsung dibotolkan.
3.2. Manfaat ARSINUM

Fungsi dan manfaat sistem pengolahan air siap minum ini adalah :
1. Memanfaatkan air hujan menjadi air bersih
2. Mengolah air hujan menjadi air minum
3.3. Spesifikasi ARSINUM
Pompa Pembubuh Kimia : 4,7 l/m, tekanan 7 bar, 220V
Pompa air baku : 40 l/m , tek. 5kg/cm2, 220 volt, PK
Static Mixer : PVC tube , diameter 8, panjang 1000 cm
Multimedia Filter : PVC tube , diameter 12 ,panjang 1500 cm
Tangki Garam : PVC tube , diameter 6 ,1000 cm
Cation Exhange Filter : PVC tube , diameter 12 , 500 cm
Catridge Filter : diameter 12, panjang 20
Ultrafiltrasi : 15 m3/h, 500 watt, 220 volt
Ultraviolet Sterilisasi : 15 l/m , 220 volt
Post Catridge Filter : Stainless steel, diameter 2, panjang 10

23
Gambar Tangki Air Produk, Unit
Gambar Statik Mixer, Tangki Kaporit dan Pompa
Ultrafiltrasi, Multi Media Filter dan Statik
Umpan
Mixer

Gambar Unit Ultrafiltrasi

24
Gambar Catridge Filter

Cara Kerja dan Perawatan Multimedia Filter :

Proses Multi Media Buka Tutup


Filter
Penyaringan 1,4,7,9,12 2,3,5, 6, 8,10,11,13
Pembilasan 1, 4, 5 2, 3, 6, 7
Pencucian 2,3,5 1,4,6,7
Regenerasi 1,4,6,8,9,12,13 2,3,5,7,10,11

25
Gambar Skema Multimedia Filter

Cara Kerja dan Perawatan Unit Ultrafiltrasi :

Proses Ultrafiltrasi Buka Tutup


Penyaringan 1,4,5,6 2,3,7
Pencucian 2,3,57 1,4,6

Gambar Skema Unit Ultrafiltrasi


PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian alat tersebut yang telah dilakukan di lapangan, maka alat
pengolah air ini sangat cocok digunakan untuk kepentingan sekelompok wargabaik di daerah
pedesaan maupun perkotaan yang kualitas air tanahnya buruk dan belum mendapatkan pelayanan
air bersih akan tetapi memiliki curah hujan yang tinggi di wilayahnya. Sistem ini sangat mudah
baik pembuatan maupun cara pengolahannya serta biaya produksinya relatif murah. Proses
pengolahan alat tersebut di atas sebenarnya merupakan proses yang lengkap, hanya dilakukan
dalam bentuk yang sederhana.

26
INFORMASI SELENGKAPNYA HUBUNGI :
Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair (KELAIR)
Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan (TPPL)
Pusat Teknologi Lingkungan (PTL)
Kedeputian Bidang Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Alam (TPSA)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat
Telp. 3169769,3169770
Fax. 021-3169760
Email : air@webmail.bppt.go.id
Situs : www.kelair.bppt.go.id
http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/spah.html

2. Air Sumur (Air Tanah)


Pengolahan air minum dibutuhkan untuk memproses air yang berada di lingkungan sekitar
menjadi layak untuk dikonsumsi. Air di lingkungan sekitar tidak semuanya layak untuk
dikonsumsi. Banyak air kita anggap bersih ternyata masih berbahaya untuk diminum jika tidak di
lakukan pengolahan. Proses dalam mengolah air bersih menjadi air minum wajib dilakukan agar
air tersebut sehat dan bisa diterima baik oleh tubuh manusia.
Air yang kita minum sehari hari banyak berperan dalam metabolisme tubuh. Air putih atau air
mineral memiliki banyak manfaat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Air mineral
membantu proses pencernaan, metabolisme, membantu mengeluarkan racun, bahkan air mampu
memperlambat pertumbuhan kanker. Tentunya air mineral yang baik dan berguna untuk
kesehatan tubuh ini berasal dari air mineral yang bersih dan sehat. Air mineral tersebut tentu
bebas dari berbagai kuman penyakit dan mineral anorganik yang bisa mengganggu kesehatan
tubuh.
Seiring dengan perkembangan teknologi air mineral bisa dikonsumsi dengan berbagai cara tidak
harus di masakan terlebih dahulu. Menkonsumsi air minum tanpa dimasak memang bukanlah hal
baru. Kini banyak kita temui air mineral yang dijual ataupun dibuat sendiri tanpa harus melalui
proses memasak dan bisa langsung dikonsumsi. Hal ini seiring dengan gaya hidup masyarakat
yang serba cepat dan menyukai berbagai hal yang instan. Tentunya air minum yang diolah tanpa

27
dimasak ini telah memenuhi standar mutu air minum sehat yang dikeluarkan oleh badan
kesehatan dunia.
Teknik pengolahan air minum
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melakukan pengolahan air. Berikut adalah cara
yang biasa di lakukan
1. Pengolahan air secara alami
Pengolahan air secara alami merupakan pengolahan air yang paling konvensional. Pengolahan
air dengan cara ini tidak membutuhkan banyak peralatan ataupun teknik tertentu. Cara yang di
lakukan untuk mengolah air dengan alami adalah membiarkan air tersebut mengendap begitu
saja setelah beberapa saat di ambil dari sumber air. Sumber air yang bisa digunakan misalnya
sungai, danau, rawa, dan sumur. Ketika air dibiarkan mengendap akan terjadi koagulasi zat zat
yang terdapat di dalam air sehingga terbentuk endapan. Dengan cara seperti itu air akan menjadi
bersih dan partikel partikel tersebut mengendap
2. Pengolahan air dengan menggunakan zat kimia
Cara yang bisa dilakukan untuk mengolah air menjadi layak minum bisa dilakukan dengan cara
menambahkan zat kimia. Zat kimia yang digunakan dalam proses ini tentunya zat kimia yang
tidak berbahaya bagi tubuh. Untuk melakukan pengolahan air dengan menggunakan zat kimia
dibutuhkan zat semacam kapur atau tawas atau dikenal dengan sebutan clor. Tawas atau kapur
bermanfaat dalam mempercepat koagulasi yang dilakukan oleh air sehingga proses pengendapan
berjalan dengan cepat. Sedangkan untuk clor sendiri baik digunakan untuk melakukan
pembunuhan bibit penyakit atau kuman yang bersarang dalam air.
3. Pengolahan air dengan menggunakan penyaringan udara
Teknik pengolahan air lainnya adalah dengan menggunakan teknik penyaringan. Teknik
penyaringan secara sederhana bisa dilakukan dengan menggunakan kerikil. Ijuk dna pasir.
Namun untuk teknik penyaringan dengan teknologi tinggi dilakukan oleh pdam atau pam. Selain
menggunakan teknik penyaringan digunakan pula teknik pengaliran udara. Teknik ini sangat
berguna dalam mengolah air yang berbau. Dengan menggunakan teknik ini dapat dihilangkan
zat-zat yang tidak berguna bagi air seperti co2, bau tidak enak serta mampu menaikkan derajat
keasaman air.
Teknik pengolahan air berdasarkan sumber air

28
Teknik pengolahan air minum berdasarkan sumbernya bisa dilakukan dengan beberapa cara
berikut
1. Pengolahan air sungai
Air sungai merupakan sumber air yang melimpah. Di daerah pedesaan masih kita temui air
sungai yang masih bersih. Namun walaupun air sungai tersebut terlihat bersih masih harus
dilakukan pengolahan agar air tersebut layak untuk dikonsumsi sehari hari. Cara yang biasa
digunakan untuk mengolah air sungai menjadi layak konsumsi adalah dengan mengalirkan air
sungai kedalam suatu bak penampungan. Kemudian dari bak penampungan yang pertama di
berikan saringan kasar. Hal ini bertujuan untuk memisahkan partikel atau zat zat yang besar. Dari
bak yang pertama diberikan saringan berupa ijuk, pasir , kerikil, dan lain lain. Setelah itu air
dialirkan ke bak penampungan yang kedua. Dari bak penampungan yang kedua air diberikan
tawas dan klor. Setelah itu air baru bisa dialirkan ke penduduk. Namun, air ini juga harus di
rebus dahulu jika ingin dikonsumsi. Tidak bisa dikonsumsi tanpa di masak.
2. Pengolahan air sumur
Banyak daerah di indonesia yang menjadikan sumur sebagai sumber untuk menyuplai kebutuhan
air bersih. Air sumur memang bisa digunakan sebagai air pasokan air minum. Namun air sumur
juga perlu di olah terlebih dahulu sebelum digunakan. Air sumur umumnya merupakan air tanah
dangkal yang masih terpengaruh oleh kondisi lingkungan dan curah hujan daerah setempat.
Untuk mengolah air sumur menjadi air minum diperlukan cara berikut ini. Caranya adalah air
dipompa kemudian di injeksikan dengan larutan klorin dan kaporit yang di alirkan ke tangki
reaktor. Setelah itu air dari tangki reaktor di larikan ke saringan pasir untuk menyaring oksida
besi dan mangan,setelah itu kemudian di saringkan ke saringan pasir, kemudian dialirkan ke
filter mangan zeolit. Kedua zat ini berfungsi menghilangkan zat besi dari hasil oksidasi klor
ataupun kaporit.
Pengolahan air minum untuk rumah tangga
Pengolahan air untuk kebutuhan rumah tangga sangat perlu untuk dilakukan. Pada umumnya
kebutuhan rumah tangga di indonesia di penuhi dengan menggunakan air sumur. Namun air
sumur juga belum tentu baik oleh kesehatan oleh karena itu untuk menjaga kesehatan air minum
untuk rumah tangga ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan agar sumur tidak tercemar
oleh lingkungan. Pertama, saat membuat sumur harus dibuatkan bibir sumur. Hal ini penting agar
ketika hujan air hujan tidak masuk ke dalam sumur. Kedua, tiga meter dari bibir sumur yang atas

29
sebaiknya di tembok hal ini bertujuan untuk melindungi air yang meresap dari luar sumur, ketiga
, pada bagian bawah sumur perlu di berikan kerikil agar sumur tidak terlalu keruh jika tidak
menggunakan kerikil bisa menggunakan tawas.
Cara cara pengolahan sumur tersebut penting di perhatikan oleh masyarakat. Hal ini guna
mendapatkan air minum yang bersih dan bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Kementrian
pekerjaan umum dan perumahan rakyat melalui program rpam menjalankan proses pengolahan
air yang dilakukan dengan menggunakan sumur pompa. Hal ini merupakan bentuk pelayanan
dari kementrian pu dan pr melalui ditpam dan bppspam untuk menjamin tersedianya sumber air
bersih seluruh warga masyarakat indonesia.
Kementrian pu dan pr selaku bagian dinas yang betanggung jawab bagi pelayanan ketersedaan
air dan pelayanan penyediaan air bagi masyarakat telah melakukan berbagai program dan
membangun instalasi sistem penyediaan air minum atau yang di kenal dengan spam di berbagai
daerah di indonesia. Program ini telah dilakukan oleh kementrian pekerjaan umum guna menjaga
pasokan air bagi rumah tangga masyarakat indonesia. Kementrian pu dan pr juga melakukan
analisis untuk investasi air minum guna tersedianya ir minum yang sehat bagi seluruh rakyat
indonesia. Program ini penting bagi tersedianya air minum yang layak untuk segenap masyarakat
indonesia. Perkembangan teknologi tentunya juga mendorong pemerintah untuk selalu
mengupayakan teknologi yang bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat indonesia.
Pengolahan air minum yang sehat melalui direktorat penyediaan air minum dan bppspam telah
dilakukan agar masyarakat indonesia bisa menikmati air minum yang sehat.
http://air-minum.org/2015/09/10/pengolahan-air-menjadi-air-minum-yang-sehat-dan-layak-
konsumsi/

4. Apa dampak dari pengelolaan limbah berupa open dumping? 10 6


Metode open dumping adalah menumpuk sampah terus hingga tinggi tanpa dilapisi dengan
lapisan geotekstil dan saluran lindi. Pada sistem terbuka (open dumping), sampah dibuang
begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir tanpa ada perlakuan apapun. Berikut adalah
dampak yang diakibatkan oleh sistem Open Dumping:
Dampak bagi lingkungan
Lindi merupakan limbah cair yang berasal dari sampah basah atau sampah organik yang
terkena air hujan. Jika lindi tersebut tidak ditata dengan baik, maka dapat menyebar ke

30
dalam tanah dan masuk ke aquifer air tanah yang dapat menyebabkan pencemaran air
tanah
Penyumbatan badan air.
Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari sumber air.
Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk tujuan lain.
Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam tumpukan
sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan tekanan tertentu.
Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat atau polutan
sampah.
Dampak bagi manusia
Lindi mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh seperti adanya kandungan Hg, H 2S,
tergantung jenis sampah yang dibuang di TPA tersebut.
Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar penyakit.

https://www.scribd.com/mobile/doc/194153834/Makalah-Pengolahan-Limbah-OPEN-
DUMPING

5. Bagaimana cara mendiagnosis seseorang dikatakan mengalami hand and arm vibration
syndrome? 6 10
Lampiran

6. Bagaimana pencegahan DBD di pabrik pada kasus? 10 6


Program untuk mengurangi DBD :
Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada
pekerja tentang penyakit DBD, bagaimana cara mencegah dan memberantas penyakit demam
berdarah yang lebih efektif, yaitu melalui pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN-
DBD) dengan 4 M-Plus. Manfaat dari kegiatan penyuluhan adalah menambah pengetahuan
pekerja yang pada akhirnya mau dan mampu secara bersama sama dan terus menerus berperan
aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) dengan 4 M-plus.
Pemantauan Jentik Berkala

31
Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )
Fogging dengan Insektisida. Persyaratan Fogging dengan insektisida :
Adanya penderita positif DBD berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan laporan (SO)
dari Rumah Sakit/K/BP/Puskesmas.
Didukung hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang telah terlatih dengan ditemukannya penderita demam tanpa sebab
minimal 3 orang dan atau tersangka penderita DBD serta ditemukan positif
jentik Aedes ( 5 % )
dari rumah/bangunan
disekitar rumah
penderita.

Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara
komersial untuk penyakit demam
berdarah.Pencegahan utama demam
berdarah terletak pada
Menghapuskan atau mengurangi vektor
nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk
menghapus kolam-kolam air yang tidak
berguna (misalnya di pot bunga) telah
terbukti berguna untuk mengontrol
penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang
hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam
berdarah, sebagai berikut:

32
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang
cukup;
2. Perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak
mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang
dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur
barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila
barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate
akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai
perkembangbiakan nyamuk;
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi

Sumber: Kalyanamitra
Pusat Komunikasi dan Informasi Perempuan

33

Você também pode gostar