Você está na página 1de 14

WLEMENTASI UNlT SWADANA

DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH


Tinjauan aspek Manajerial di 4 RSUD di Jawa

Oleh: Wasis Budiarto *), Badrijah Djoerban *), S o e m ~ o n *),


o Prasetyati *),
St.Ngaisah *), Nurhasanah *), dan Ch.R.Sulistiono **)

ABSTRACT

The aim of hospital management development is to improve the


quality and epiency ofhospital services, especially to become selfreliance.
To prepare it, the hospital should be self autonomous ("swadona'~.The
objective of this srucfv wos lo explore the management impact of self
autonomous implemenfedat Disnict Hospital ( m e C ) . The interviews with
hospital staffr (medical and non medical penonels), diredor and patients
(inpatients and outpatient$ were conducted in this srudy. Four self
autonomous district hospitals were chosen Pasar Rebo Jakarta, Sumedong
West Jaw, Pat; Middle Java and Jombong East Java). Descriptive analysis
was conducted in this study.
The results of this shrdy showed that the effifency of ourput
measured hy BOR. LOS. RTO, TO1 were increased as well as the mmber
of outpatient visits, inpatient admissions and supportingfacilities visits. The
everage of the hospital staff income w* increased particularly affer it was
added by non material incentives. Afrer heing se(fmrtonomous,the quality of
services, physic01 peq%ormancesand satisfbction of patiens were better than
before.

K q Word :hospital, selfautonomous.

*. Puslitbang Pelayanan Kesehataa, Badan Litbangkes Depkes.


**. Dit. Rumah Sakit Swasta Ditjen Binkesmas Depkes.
L PEDAHULUAN
R d sa aimatan
longsi nrwa.,,-ynep dan pemu.,. .-nah s k i t ini berssma dcngrm
as melalui jalur rujukw diba mpu m a n b e d m pclayanan
n ~ a r i ~ u mba e mav=aka t ideal ini tidak seluruhnya
bqarw stbagaimma yang diharapkan musumya bagi nrmsh sakit penyerap
dana. Penyelenggaraan rumah sakit pemerintah membutuhkan subsidi yang
telah mencapai ambang kemampuan pemerintah. Dilain pihak membutuhkan
minimal biaya operasioanal dan pemeliharaan, baru dapat dipenuhi 50-60
persen saja Biaya operasional dan pemeliharaan sehmmya membutuhkan
dana sebesar Rp. 359,3 milyar pada tahun 198511986 baru dapat terpenuhi
sebesar Rp. 141,l milyar atau sebesa~39.3 pnsen. Sedangkan biaya non
belanja pegawai hanya dapat dipenuhi sekitar 60,75 pmen dari kebutuhan
minimal pada tahun anggaran 199011991 (Brotowasisto, 1992). Situasi
demikim cendenmg mendorong umuk dilakukmnya terobosao dan
dereguIa.4 di bidang pelayanan kmhatm khususnya pdayauaa rujukan
rumah skit (Depkeq 1991).
Dalam rangka meayerap demand masyarakat yang scmakin
mmhgkat maka altematif swadana merupakan langkah maju yang harus
dilaksanakan. Pada tahun pertama pelaksanaan swadana bagi rumah sakit
telah disiapkan 4 rumah sakit vertikal dan I 1 rumah sakit daerah. Pada tahun
kedua telah disiapkan 75 rumah sakit, tetapi kenyataannya operasionalisasi
dari rumlah sakit !wadana banyak mengalami masalah khusumya kesiapan
tentang !Slunber
... . drma maupun sumber daya manusianya Mengingat tujuan
umum dtlaksanakannya unit swadana adalah meningkatkan cakupan dan
mutu pelayanan melalui manajemen mdiri yang efisien efektif
@epkes,1991) maka diharapkan proporsi subsidi pemerintah akan semakin
kecil, walaupun absolut tetap meningkat.

U TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengkaji masukan proses
dan hasil implementasi nunah sakit pemerintah daerah sebagai unit swadana
yang meliputi makanisme pemgelolaan, peningkatan cakupan, efesiensi luaran
dan pendapat karyawan dan pemderita mengmai swadana
Ill. METODOLOCI

Penelitian ini menrpakan studi eksplorasi dirnana akan dikaji hasil


kegiatan, proses pengelolaan dan masukan yang ada di rumah sakit swadana.
Disamping itu juga dilakukan kajian pendapat masyarakat dan karyawan
tentang kondisi dan pelayanan setelah menjadi swadana lndikasi yang
dipakai untuk mengkaji keberhasilan implementasi swadana adalah kualitas
pelayanan, peningkatan cakupan, efisiensi output (BOR, LOS, BTO dan T01)
serta keadaan menajerial rwnah sakit swadana sebelum dan sesudah rnenjadi
swadana.

2. J E N E DATA

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah (1) data output dan
pembiayaan selama 5 tahun terakhir (1989 d d 1993) yang meliputi
sumberdaya, hasil luaran serta keuangan, (2) data proses implementasi m a h
sakit menjadi unit swadana (3) data pendapat karyawan rnengenai
perubahan kesejahteraan dan disiplin keja serta (4) data pendapat masyarakat
mengenai perubahan pelayanan, biaya dan kepuasan yang dirasakan pendenta
setelah m a h sakit menjadi unit swadana.

3. PENGUMPULAN DATA

Untuk data keadaan saran4 pembiayaan, hasil kegiatan, dilakukw


dengan pencatatan dari data sekunder (1989 sfd 1993). sedangkan untuk
proses implernentasi m a h & i t mmjadi swadana dilakukan dengan
kuesioner kepada Direkhx Rurnah Sakit. Data sellrma 5 tahun tersebut
dimaksudkan untuk melihat keadaan sebelum swadana (1989 sfd 1992) dan
data s e l m a uji coba swadana (1993). yang kemudian diarnbil rata-ratanya.
Data pendapaf karyawan dilakukan dengem rnengisi kuesioner dengan
petunjuk pengisiannya sedangkan data pendapat penderita dilakukan dengan
wawancara oleh tim peneliti. tdadap pendet-ita yang pemah dirawatmerobat
sebelum dan sesudah swadana
4. SAMPLING

Samplmg dilakukaa mmgunaksn metode "prrrposive sampling" di


empat propinsi di Jawa (DKI JakmQ Jabar, Jateng dan Jatim) dengw kriteria
sudah Imenjadi nedana lelbih dari 1 dun, nmnah sakit tipe C, dan dukungan
Pemda baik. Ernpat RSUC1 tersebut indalah RS'UD Pasar Rebo Jakarta RSUD
Sumedh g , RSIJD RAA Soewonc lo Pati dlan RSUD Jombang. Jumlah
.. .... . . .-
karyawan yang dlp111h sebanyak 50 orang seam purposive yang mewakili
tenaga medis. paramedis, dan Tata Usaha. Untuk penderita rawat nginap dan
rawat jalan masing-masing dipilih sebanyak 50 orang, dengan syarat yang
benangkutan pemah dirawatlberobat selama dua kali, yakni saat sebelum dan
sesudah menjadi swadana. Penderita dipilih secara puposive dari sehap UPF
dan Polildinik.

5. PENGELOLAAN DAN ANALlSlS DATA.

Data inventarisasi diolah seana manual, sedangkan data kuesioncr


dan wawwcllra diolah dengan pal.et spssnPC. Analisi! lkanseam
deskripbf non inferens dimana penampil:a datanya ~tifikasikan
berdasarkan nun& sakitnya

IV. LlMITASI STUD1


Limitasi dari stodi ini adatah bahwa data yang dipemleh b e d dari
RR dan bagian k e u a n g d l T dan bukan dihitung biaya
I mendapatkan data riil merupakan salah sahl kendala dari
peneltnan ml. ~ n i m a sdan
i pendapat karyawdpenderita mengenai swadana
diperoleh saat swadana ini sedang diuji wbakan, sedangkan data sebelum
swadana diperoleh dari catatan yang ada. Kelemahan lain adalah
subyektifitas pendapat karyawan dan penderita relafif tinggi serta daya ingat
mengenai kejadian sebelum swadana dilaksanakan. Diharapkan limitasi ini
dapat diantisipasi pada penelitian swadana yang lain dimasa mendatang.

ImpkMntai mil .wadans - W n * B ,dkk.


V. HAS& PENELFTIAN

1. KETENAGAAN RUMAH SAKIT SWADANA

Keadaan ketenagaan yang tercemin pada rasio tenaga d m tempat


tidur nampak pada tabel 1. Dari tabel tersebut nampak bahwa komposisi
tenaga di RS Pasar Rebo relatif lebih baik diantara lainn% sedangkan kondi-
si yang kurang menguntungkan terdapat di RS Jombang. S e w a umum kon-
disi tersebut cukup baik karma sudah melebihi standar yang ditetapkan.
Sesuai dengan Kep.Menkes No.262 Th.1979 standar tenaga medis di RS
adalah 1:9 sedangkan untuk paramedis perawaran adalah 1:l ( Soeprapto,
1985 ).

Tabel 1. Rasio Tenaga dengan Tcmpat Tidur


(1 tenaga :TT)

Jenis Tenaga Ps.Rebo Sumedang Pati Jombang


I

Hasil kepiatan m a h sakit setelah swadana dapat dilihat dari


perkembangan antara sebelum malaksanakan uji w b a Hasil kegiatan ditinjau
dari aspek efisiensi keluarga yang diukur dari perkembangan BOR,LOS,BTO
dan TOL pcrkembangfm @ah kunjungw ( rawat jalan dan rawat inap).
Perkembrmgrm k e l q a rumah sakit swadana tampak pada tabel 2.
BOR ymg merupkan ukurw pemanfaatw tempat tidur twtpaknya meningkat
sedangkan TO1 nya relatif menurun. Hal tersebut menunjukkan adanya
~ ~ ~ ~ g k efesiensi
a t a n pernanfaatan rumah sakit oleh rnasyarakat. Sebenarnya
LOS rumah sakit yang relatif kecil ( penderita keluar sembuh) akan lebih
baik, dan hal tersebut ditunjukkan oleh menurunnya LOS di RS Sumedang
sedang unhlk BTO akan lebih baik jika meningkat.

Tabel 2. K e a d m Muarga Rumah Sakit Swadana.

%kensikan

% kenaikan
Bed turn o v a (kali) :

Turn over int (hr):


Kondisi BOR sudah cukup baik h a BOR ideal adalah 60-85%
(Soejadi, 1985),demikian pula LOS nya dimana kondisi ideal LOS adalah 6-9
hari. Untuk persyaratan swadana BOR lebih besar 60/0 dan LOS kurang dari
10 hari. BTO dianggap baik yakni antara 40-50 kali per tahun sedangkan TOI
ideal adalah 1-3 hari.
Kenaikan jumlah kunjungan dan hari rawat penderita dari sebelum
swadana dengan sesudahnya tampak pada tabel 3. Dari tabel tersebut
tampak bahwa kenaikan tertinggi untuk kunjungan rawat jalan terdapat di RS
Pasar Rebo sedangkan untuk hari rawat inap di RS Jombang. Secara obsolut
kunjungan rawat jalan di RS Pasar Rebo cukup tinggi, tetapi untuk rawat
inapnya relatif sedikit. Untuk RS Pati dan Jombang kondisinya relatif tidak
jauh berbeda

Tabel 3. Kenailcan Jumlah Kunjungan dan Had Rawat

Kunj. Rawat Jalan :

% kenaikan

Oh kenaikan

3. KONDISI KEUANGAN

Keadaan keuangan nunah sakit swadana yang ditinjau dari aspek


penerimaan, pengeluaran maupun cost recovernya dapat dilihat pada tabel 4.
Dari tabel tersebut tampak bahwa kenaikan penerimaan f u n g s i d
dan non fungsional cukup besar di Sumedang d m Pati (100 pefien)
sedwgkan di Jombang hanya sekitar 30 persen. Unhlk pengeluam
tampalay juga mengalami kenaikan cukup besar. sedangkan di Pasar Rebo
jusbu mengalami penurunan dalam pengelurn. Jika dilihat cost recoveq
nya nampahya kondisis tersebut jauh diatas yang telah di persyaraikan
(diatas 60 persen). tetapi kenaikannya sangat sedikif dan di Jombang jusm
mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan jumlah penerimaan yang
besar diikuti oleh pengelwan yang jauh lebih besar.

Tabel 4. Kensikan Penerimaan d m Pengeluaran ( jufa Rp.)


serm Keadaan Cwt Recovery

. %kenaikan

P e n g e l m anggaran

. %kenaktm

Cost Recovery ( % ) :

. %kenaktm

K e t m g a n : *) tidak diperoleh data pra uji wba.


4. KESUAITITRAAN KARYAWAN.

Dengan adanya uji coba swadana di m a h sakit tampaknya


mengakibatkan peningkataa kesejahtenm baik peningkatan tambahw
pendapatan, kesejahteraan non materi maupun peningkatan kepuasaa kerja
Di Pasar Rebo kenaikan pendapatan rata-rata per karyawan non dokter
sebanyak Rp. 36.100,-, di Surnedang sebesar Rp. 76.800,-, di Pati sebesar
Rp. 54.200,-, dan te-rcndah di Jombang sebesar Rp. 14.600,-. Tambahan
Kesejahteraan non materi yaitu peningkatan pendidikan formal (4.5%).
tambahan b d p c l a t i h a n (26.5%). seminarilokakarya (20.5%). tambahan
makanan minuman ekstra (27,0%) dan wisata (21.5%). Sebagian be=
karyawan mmyatakan p u s (7444%) dengw adimya swadana

5. KUALlTAS PELAYANAN.

Untuk mendapadcan infonnapi mcngenai hulitas pclayanm nnnah


saki& dilakukan dengan melakukan pengecekw mtuadap kartu status
penderita yang disettai dengan wawancara. Kualitas pelayanan ditinjau dari
macam pemeriksaan kesehatan yang diterima penderita

Tabd 5. R a b m h Frcbensi Pew- Kescha~


yang Ditwhna Penderih Rawat h a p (id)
Dari tabel tembut terlihat bahwa s&p pendcrita mcapnnyai
keceadenmgan pcriksa laboratonurn sebanyak 1,s kaliipcnderita dan
tindakan medik sebsnyak 1,2 kalilpenderita per episode sakit.Dari gambenm
tersebut tampak bahwa dsri segi kualitas peaegakan diagnosa relatif lebih
baik. Tetapi bila dikaji pendapat penderita tentang beban biaya yang h
ditangguogoya d l a n meningkat, khususlya biaya tindakan rnedik operasi
dan obat-obatan. Walaupun tidak ada kenaikan tarif dengan adanya swadaw
penin* ~tmembaikan dam1pak pada Itenaikan tiaya yang
harus di

VL P E M B A R A S A N
Nancy 0 Graham (1990) menyatakan bahwa su
sikan mutu layanan rumah sakif dimana baik b W y a rumah .&at
tergantung pada siapa yang menilainya. S. Jacobalis (1989) mengemukakan
bahwa muhl layanan rumah sakit adalah produksi akhir dari interaksi d m
ketergantungan yang m i t antara berbagi komponen atau aspek rumah sakit
sebagai suatu sistem.Jika dilihat dari struktur ketenagaannyq tampaknya
rumab sakit swadana relatif cukup baik, demikian pula jika dilihat dasi aspek
efisiensi outputnya dimana BOR,LOS,BTO dan TO1 nya sudah diatas
kondisi ideal.
Jika kita lihat data tahun 1990 dimana BOR rumah sakit milik
Depkes adalah tertinggi yakni 65.8% RS swasta 55,4%, RS Pemda 53,0%,
RS Dep. lain 47,7% dm RS ABRl 42.1% maka kondisi RS swadana sudah
melampui angka-angka tersebut . Demikian pula jika dibandingkan rumah
sakit berbagai kelas, dimana pada tahun yang sama BOR untuk RS kelas A
sebesar 72,5% ; kelas B sebesar 60,6% ;kelas C sebesar 57,7% dm kelas D
mdah ( BIrotowasist0,1993), maka RS swadana m~asihsangiIt baik.
S e b e nya~ yang dimaksud efisiensi adalah rasio antara c)utput damI
input dlalam nm
-seaang~an
. . rasio outcome -
dengan output mempakan effecr per UIU~pe~aym
~ ~.-
mm ghasilkan suatu produkhasi.1 .dari 2 ..keadaan.--

dan rasio antara outcome dan input merupakan cost effectivenss (William
Reinke, 1988).
K d i * pela~ananYang dilihat dari pemanfaatim layanan peouajang
rnenegakkan diagnosa dapat dikatakm cukup baik yu untuk
laboratoriwn mja per penderita untuk sat11 episode &t d&kukan
d ~ s a a n laboratorium 1,s kali dan pemeriksaan radio djagnoshk
]yak 0.4 kali.
Realisasi pimerimaan fimgsional di Jombang yang baru mencapai
Rp. 0.5 milyar tampaknya jauh terbinggi dibanding nunah sakit di luar Jatim
lainnya. Proporsi tertinggi adalah obat tindakan operasi dan rawat inap.
Pengawasan dan pengendalian oleh Ihvilkab terhadap pengelolaan dana
iumah sakit belum sepenuhnya dijalwkan. Hal tersebut dimaksudkan agar
kewenangan Direkhu dalam penggunaan dana dapat terkendali, tetapi dilain
pihak rumah sakit swadana mampu bersaing melalui penampilan fisik,
pelayanm dan kualitas yang kompetitip. Sistem akuntansi cash basis. hams
sudah digantikan dengan sistem accrual basis. Dengan perhitungan unit cost
yang tepat dapat dipakai sebagai dasar menetapkan tarif yang layak yakni
sesuai dengan nilai jasa yang diberikan kepada penderita ditambah dmgan
profit yang I qrak (Ascolbat Gani,1995). Bagairnanapiun pula hams disadari
bahwa rumah :;skit meru~pakan'socio econatmic unit' yang juga memperha-
tikan kemampuan membayar masyarakat.
Hal ymg hams dijaga adalah bahwa h g s i m a h sakit hams tetap
sebagai unite h g 5 i sosialnya, sehingga bukan penerimaan saja yang
menjadi citik senn;llnva letapi juga harus memperhatikan golongan
mwarakat ymg tidak mampu. Kecenderungan untuk hanya m e n h a
pasien kelas 1 dan VIP dan membatasi jumlah pasein kelas 111 sangat tidak
dibenarkan. Disamping itu fungsi kartu sahat dengan pengawasan yang ketat.
mzih relevan untuk dilaksanakan. Hal tersebut d i m u n & n h n karena bay*
pemanfaatan kartu sehat yang 'tepat sasaran'.

M. K E S I M P U L A N

Dari beberapa bahasan diatas dapatlah diberikan beberapa k&1-


an sekaligus saran untuk perbaikannyq sebagi berikut :

1. Rasio tenaga dan tempat tidm di rumah sakit swadana cukup mcmadai
dengan efisiensi output yang sudah diatas ideal. Jumlah kunjungan rawat
jalan meningkat cukup bc%aTscdaogkan Jmnlah hari ral leugalmi
peningkatan yang tidalk terlalu besar. F'enerimaal ~nal juga
mengalarm peningkm ,-,- ukup b= . ,
vane n ar. -
vane )ula oleh
meningkamya pengeluanm operasional rumah sakit. Cost recover);rumah
sakit swadana sudah cukup baik (lebih 100%). tetapi angka tersebut tidak
t m a s u k belanja pegawai. Unhlk itu perlu dihitung kembali auggaran dan
biqa operasir--' A- gan mennasukkan belanja pegawai kedalarn
perhi peroleh umlit biaya yi

2. KesejaMcraan Kmyawan baik yang bmrpa tambalm pendapatan maupm


kesejahteraan non mete 1 dirsakau telah rneningkat, sehingga
sebagian besar karyawa akan puas dengan swadana Kualitas
pelayanan kepada pendenra yang dilihat dari fiekuensi pemeriksaan
penunjaug untuk menegakkan diagnosa juga lebih bailg tetapi dampak
biaya yaug hams dibayar penderita lebih mahal. Upaya untuk lebih
memeratakaa pelayanw kepada golongan miskin harus tents dilakukan
seswu dengan fungsi sosial rumah sakit. Ag:ar rumah sakit tetap'survive'
den&an fungsi sosialnya maka kajian tentang pelayamn yang sesuai
an strandar dengan unit wst nya perlu sc:gera dilalcsanakan.

UCAPAN TERIMAKASW

pan kami sirmpaikan kepada Bp.dr.


Brshim, Kapaa maan L~tbangKesDep.Kes. dan Bp.dr.Agus Suwandono,
MPH,h.PH, Kepala Puslitbang Pelayanan Kesehatan yang telah banyak
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan hail penelitian ini. Juga
kepada Direktur RSUD Pasar Rebo, RSUD Sumedang RSUD RAA Soe-
wondo Pati dan RSUD Jombang atas banhuun dan perkenannya malaksa-
nakan penelitian ini. Kepala semua pihak yang membanm pene:litian i ~ ,
kami ucapkan terima kasih.
KEPUSTAKAAN

Brotowasisto, 1989. Kebijaksanaan Departeman Kesehatan di Bidang


Perumahsakitan, Seminar Evaluasi Performance RS dan
Penetapan Kurikulum, Jakarta, 24-25 Januari.

-- , 1993. Tantangan manajemen Rumah Sakit pada PJFT U, Pelatihan


Manajemen Rumah Sakit sebagai Unit Swadana, Jakarta, 20
September.

Gani,Ascobat, 1994. Issue Pokok dalam Peaetapan hrif Pelaynnan


Kesehatan, Materi Pelatihan Metodologi Penetapan tarif
Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Biro Perencanaan Depkes. Royek
HP-111.

Gtaham, Nancy, 1990. Quality A s ~ u r ~ ~in


l cHospitals,
e Maryland Aspcn
Publication

Indonesia. Departemen Kesehatan. Ditjen Yamnedik. 1990. Laporan telrnis


Penyempurnaan ke n Instrumen Penilaian K e j a RSU 1990.
Jakarta

, 1991. Peniapan Implementasi Rumah Sakit Swadana. Jakarta.

--. 1991. IndikntorPenilnian Pelayannn Rumah Sakit. J a k m

Jacobdis, Samsi. 1989. Menjaga Muto Pehyanan Rumah Sakit ,PERSI.


Jakana

-- , 1989. Manajemen Rumah Sakit secara umum d m Beberap.


Masalnh Utamanya, IRSY AM, (14): 15-20.

Reike, William A. 1988. Health Services Progrnm Evnlnation. in : Health


Planning for Effective Managemen, Edited by William A. Reinke,
New York: Oxford University Press.
Swjadi, 1985. Efisiensi Pengelolaan Rumah Snkit , Grafik Barber
Johnson sehagai Salah Satu Indikator. Jakarta : Katiga Bina

.
Soeprapto. A S , 1985. Administrasi Rumah Sakit Surabaya: Barata Java
Offset.

Irnpkrnmtaa unil swadana - Wasis B . dkk.

Você também pode gostar