Você está na página 1de 11

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI

(Psidium guajava L.) TERHADAP RESPON RELAKSASI


ISOPROTERENOL PADA RESEPTOR -ADRENERGIK

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :
FEBY FITRIA NOOR
G1F013012

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2017

1
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI
(Psidium guajava L.) TERHADAP RESPON RELAKSASI
ISOPROTERENOL PADA RESEPTOR -ADRENERGIK
EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT OF GUAVA LEAF (Psidium guajava
L.) TOWARDS ISOPROTERENOL RESPONS RELAXATION ON -
ADRENERGIC RECEPTOR

Feby Fitria Noor1), Hanif Nasiatul Baroroh2), Esti Dyah Utami3)


1)2)3)
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman
febychom@ymail.com, 081906076198

ABSTRAK

Daun jambu biji (Psidium guajava) diketahui mempunyai aktivitas


antialergi sehingga berpotensi merelaksasi saluran pernapasan pada penyakit
asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun
jambu biji (EEDJ) terhadap respon relaksasi isoproterenol pada reseptor -
adrenergik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental secara in-vitro dengan
metode organ terisolasi menggunakan organ trakea marmut jantan. Terdapat 4
kelompok uji yaitu kelompok kontrol tanpa pemberian EEDJ dan kelompok
perlakukan yang diberikan EEDJ dengan konsentrasi sebesar 0,1; 0,2 dan 0,4
mg/mL. Masing-masing kelompok diberikan perlakuan induksi kontraksi otot
polos dengan metakolin 10-4 M dan seri konsentrasi isoproterenol log konsentrasi
-7; -6,5; -6; -5,5; -4,5; -4; dan -3 M. Hasil data yang didapatkan adalah data %
relaksasi otot polos trakea dan nilai pD2. Nilai pD2 dianalisis statistik dengan
menggunakan uji ANOVA satu jalan pada taraf kepercayaan 95% dilanjutkan uji
Tukey.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EEDJ mampu meningkatkan respon
relaksasi otot polos trakea dan meningkatkan nilai pD2 isoproterenol. Nilai pD2
isoproterenol dengan penambahan EEDJ konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,4 mg/mL
adalah 6,29 0,59; 5,25 0,50; dan 5,78 0,65 dibandingkan kelompok kontrol
sebesar 4,770,50. EEDJ konsentrasi 0,1 mg/mL diketahui dapat meningkatkan
nilai pD2 isoproterenol secara signifikan yang menandakan bahwa EEDJ
konsentrasi 0,1 mg/mL memiliki efek agonis dengan afinitas cukup terhadap
reseptor -adrenergik.

Kata kunci: Psidium guajava, -adrenergik, organ trakea marmut, pD2,


isoproterenol.

1
ABSTRACT
Guava leaf (Psidium guajava L.) is known as efficacious antiallergy so
that it is potential to relaxe respiratory tract in asthma. This study aimed to know
the effect of ethanolic extract of Psidium guajava leaf (EEDJ) towards
isoproterenol respons relaxation on -adrenergic receptor.
This is in-vitro experimental study with isolated organ method by using
male guinea pigs trachea. There were 4 groups which were group control without
giving EEDJ, and three other treatment groups were given EEDJ with dose of 0,1;
0,2 and 0,4 mg/mL. Each group was given treatment of induction contraction of
smooth muscle with metacholin 10-4 M and series concetration of isoproterenol
with log dose -7; -6,5; -6; -5,5; -4,5; -4; dan -3 M. The result was % data of
tracheal smooth muscle relaxation and pD2 value. Value of pD2 was analyzed
using one-way ANOVA with a level of 95% then followed by Tukey test.
The results showed that EEDJ could increase relaxation respons of trachea
smooth muscle and pD2 isoproterenol value. pD2 value of isoproterenol with
added of EEDJ dose 0,1; 0,2 and 0,4 mg/mL are 6,29 0,59; 5,25 0,50; and 5,78
0,65 compared with control 4,770,50. EEDJ dose 0,1 mg/mL could increase
significantly the value of pD2 isoproterenol. It showed that EEDJ dose 0,1 mg/mL
has agonist effect with enough affinity towards -adrenergic receptor.

Keywords: Psidium guajava, -adrenergic, guinea pigs trachea, pD2,


isoproterenol.

PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh
inflamasi, peningkatan reaktivitas terhadap stimulus atau alergi, dan sumbatan
saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai.
Salah satu terapi asma adalah dengan menggunakan obat-obat simpatomimetik
salah satunya agonis 2 seperti isoproterenol, salmeterol, pirbuterol dan terbutalin
berkerja pada reseptor adrenergik menghasilkan efek bronkodilatasi (Katzung,
1997).
Daun jambu biji (Psidium guajava) adalah salah satu tanaman obat
tradisional yang berpotensi dikembangkan sebagai agen fitoterapi alergi. Ekstrak
daun jambu biji dilaporkan memiliki aktivitas anti alergi dengan mekanisme
penghambatan pelepasan histamin dari sel mast (Seo et al., 2005), menghambat
respon alergi dengan mengeblok FcRI signaling (Han et al., 2011), dan
degranulasi sel mast (Baroroh et al., 2016), serta menimbulkan relaksasi pada
cincin trakea yang sebelumnya mengalami induksi oleh carbachol (Mahaseth et
al., 2015). Namun, belum pernah dilakukan uji aktivitas ekstrak etanol daun
jambu biji (EEDJ) (P. guajava) terhadap reseptor -adrenergik menggunakan
metode organ trakea terisolasi yang diinduksi relaksasi oleh isoproterenol.

2
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama 6 bulan di laboratorium biologi farmasi
Jurusan Farmasi UNSOED dan laboratorium penelitian dasar yang berada di
Fakultas FKIK UMY.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang akan digunakan yaitu simplisia daun jambu biji
(Psidium guajava), marmut jantan (Cavia porcellus), etanol 96%, gas karbogen
(PT. Aneka Gas Industri Semarang), asam askorbat (Merck, Jerman), metakolin,
isoproterenol, fentolamin (Sigma, USA), DMSO, NaCl, KCl, MgSO4, CaCl2,
EDTA, NaHCO3, NaH2PO4, glukosa, dan aquades.
Alat-alat yang digunakan yaitu seperangkat alat gelas dan alat membuat
simplisia, waterbath, timbangan digital, alat untuk preparasi organ (Bio Dynamic),
isolated organ bath volume 20 ml (Ugo Basile), rekorder, amplifier yang
dihubungkan dengan Power Lab System dari AD instruments, tranducer isotonic.
Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan in-
vitro organ terisolasi yang dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu; pembuatan
EEDJ, uji identifikasi kualitatif, uji pendahuluan, uji farmakodinamik terhadap
reseptor -adrenergik, dan analisis data.
1. Variabel bebas adalah Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu biji sebesar 0,1;
0,2; 0,4 mg/ml.
2. Variabel tergantung adalah % respon relaksasi dan nilai pD2.
3. Variabel terkendali adalah jenis kelamin hewan uji dan panjang trakea
marmut, suhu, volume organ bath serta tranducer organ bath dan pH buffer
Krebs.
Jalannya Penelitian
1. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (EEDJ)
Daun jambu biji dicuci dan dikeringkan. Kemudian sebanyak 1kg serbuk
simplisia di maserasi dengan 5 L etanol 96% (1:5) selama 3x24 jam. Hasil
penyarian diuapkan dengan waterbath hingga didapatkan ekstrak kental
etanol daun jambu biji.
2. Uji Identifikasi Kualitatif
a. Flavonoid
Ekstrak etanol daun jambu biji dilarutkan dalam 15 ml metanol,
kemudian ditambah serbuk Mg 50 mg dan HCl pekat sebanyak 6-7 tetes.
Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah jingga
atau merah ungu (Harborne, 1987).
b. Saponin
Uji saponin dilakukan dengan metode Forth. EEDJ 2 mL
dimasukan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 mL akuades
lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang terjadi. Hasil positif
ditunjukan oleh adanya busa 10 ml yang bertahan walau dengan
penambahan HCl 2 tetes (Depkes RI, 1989).

3
c. Tanin
Filtrat EEDJ sebanyak 5ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditetesi dengan larutan FeCl3. Perubahan warna menjadi hijau
kehitaman menandakan adanya tanin (Lau et al., 1989).
d. Terpenoid/Steroid
EEDJ sebanyak 50 mg dilarutkan dalam 1 ml kloroform, kemudian
ditambahkan 1 mL anhidrida asetat dan menetesi campuran dengan 2 ml
H2SO4 pekat sehingga terbentuk warna hijau sampai biru (Harborne,
1987).
3. Uji Farmakodinamik pada Reseptor- Adrenergik (Vogel, 2002; Anas,
2012)
a. Uji Pelarut DMSO
Uji pengaruh DMSO dilakukan dengan menambahkan DMSO
sebanyak 100 L dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian seri
konsentrasi metakolin. Kurva hubungan konsentrasi metakolin terhadap %
respon tanpa dan dengan perlakuan DMSO kemudian dibandingkan.
b. Uji Farmakodinamik EEDJ pada Reseptor- Adrenergik
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode organ terisolasi
dengan menggunakan organ otot trakea marmut (n=5). Agonis reseptor 2
adrenergik berupa isoproterenol diberikan setelah trakea dikontraksi
dengan metakolin pada konsentrasi optimum. Sebelum percobaan
dilakukan, asam askorbat 1,0 g/L ditambahkan ke dalam larutan bufer
Krebs.
Kontrol negatif dilakukan dengan meletakkan trakea marmut yang
telah dipreparasi ke dalam organ bath yang telah berisi larutan buffer
Krebs 20 ml dengan temperature 37oC dan terus menerus dialiri gas
karbogen dan dilakukan ekuilibrisasi selama 30 menit. Pengeblok reseptor
-adrenergik (fentolamin 6,7 x 10-7 M) ditambahkan ke dalam organ bath
dan dibiarkan selama 2 menit. Selanjutnya otot polos trakea di
kontraksikan dengan penambahan metakolin pada konsentrasi10-4 M.
Ketika dicapai kontraksi maksimum, trakea direlaksasikan dengan
penambahan isoproterenol konsentrasi bertingkat (10-73x10-4) M sampai
diperoleh respon relaksasi maksimum (100%).
Selanjutnya organ dicuci dengan penggantian larutan bufer Krebs
setiap 5 menit selama 45 menit atau sampai otot polos trakea kembali ke
kondisi semula. Asam askorbat 1,0 g/L ditambahkan ke dalam larutan
bufer Krebs. Pengeblok reseptor -adrenergik (fentolamin 6,7 x 10-7 M)
ditambahkan ke dalam organ bath dan dibiarkan selama 2 menit. Otot
polos trakea kembali dikontraksikan dengan metakolin pada konsentrasi
optimum. setelah dicapai kontraksi maksimal, EEDJ sebanyak 200L
diijeksikan kedalam organ bath dan dibiarkan selama 5 menit kemudian
dilanjutkan dengan pemberian isoproterenol (10-7-3x10-4) M.
Analisis Data
Hasil rekaman dalam rekorder selanjutnya diubah menjadi data dalam
bentuk persen (%) dan disajikan dalam bentuk kurva hubungan logaritma
konsentrasi terhadap % respon otot polos trakea dengan atau tanpa pengaruh
EEDJ atau DMSO. Berdasarkan kurva hubungan logaritma konsentrasi terhadap

4
% respon, dihitung Nilai ED50 yang selanjutnya ditransformasikan ke dalam nilai
pD2. DMSO dikatakan tidak menimbulkan bias terhadap peningkatan respon
kontraksi metakolin apabila memiliki garis kurva-respon, ED50 dan nilai pD2 yang
mirip dengan profil tanpa penambahan DMSO. Data pD2 metakolin dianalisis
menggunakan Kolmogorov Spirnov untuk melihat bahwa data terdistribusi secara
normal dilanjutkan dengan analisis uji T-independent.
Ekstrak daun jambu biji dikatakan memiliki pengaruh terhadap reseptor
2-adrenergik apabila ekstrak daun jambu biji mampu menggeser garis kurva-
respon ke arah kiri, memperkecil nilai ED50 dan memperbesar nilai pD2. Data pD2
dianalisis menggunakan Kolmogorov Spirnov untuk melihat bahwa data
terdistribusi secara normal dilanjutkan dengan analisis ANOVA satu jalan. Data
yang dianalisis dengan ANOVA satu jalan dilanjutkan dengan analisis Post Hoc
uji Tukey.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pembuatan EEDJ
Daun jambu biji yang telah dikeringkan, dihaluskan (pulverisasi) untuk
digunakan sebagai bahan baku ekstrak dengan proses maserasi. Proses maserasi
akan mengakibatkan pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang berada
di dalam sitoplasma dapat terlarut ke dalam pelarut organik (Agoes, 2009).
Dari 1000 gram serbuk simplisia yang dimaserasi diperoleh ekstrak kental
sebanyak 186,07 gram dengan rendemen sebesar 18,61%. Hasil rendemen pada
penelitian ini telah sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia yang menyatakan
bahwa ekstrak etanol P. guajava memiliki rendemen tidak kurang dari 12,3%
(Depkes RI, 2012).
2. Uji Identifikasi Kualitatif
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (EEDJ)
Uji Hasil Uji
No.
Fitokimia Pustaka Pengamatan Kesimpulan
1. Flavonoid Terbentuk warna merah jingga atau Terbentuk warna merah (+)
merah ungu setelah penambahan jingga
serbuk Mg dan HCl pekat
(Harborne, 1987).
2. Saponin Ada busa yang bertahan 10 menit Terbentuk busa yang (+)
setinggi 1-10 cm, dengan bertahan selama 10 menit.
penambahan HCl 2 N busa tidak Dengan penambahan HCl
hilang (Depkes RI, 1989). 2 N busa tidak hilang.
3. Tanin Terbentuk warna hijau kehitaman Terbentuk warna hijau (+)
setelah penambahan FeCl3 (Lau et kehitaman
al., 1989).
4. Terpenoid/ Terbentuk warna hijau sampai biru Terbentuk warna hijau- (+) steroid
steroid untuk steroid dan coklat kemerahan biru.
untuk terpenoid setelah
penambahan kloroform, anhidrida
asetat dan H2SO4 (Harborne, 1987).
Keterangan: (+)= mengandung senyawa yang dimaksud; (-)= Tidak mengandung senyawa yang
dimaksud.
Hasil identifikasi kandungan kimia EEDJ pada penelitian ini terbukti
memiliki kandungan kimia yaitu flavonoid, saponin, tanin dan steroid (Tabel 1).
Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa

5
EEDJ mengandung senyawa tanin, plobatanin, saponin, flavonoid, steroid,
terpenoid, triterpenoid, karbohidrat, polifenol dan glikosida (Thenmozhi dan
Rajan, 2014).
3. Uji Farmakodinamik pada Reseptor-
Sebelum dilakukan penelitian terhadap EEDJ, dilakukan uji pendahuluan
terhadap DMSO
120,00

100,00
%respon kontraksi

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00
-8,0 -7,5
-6,5 -7,0
-6,0 -5,5 -5,0 -4,5 -4,0 -3,5
Logaritma konsentrasi Metakolin (M)
Kontrol (Tanpa penambahan DMSO) DMSO
Gambar 4.1 Kurva hubungan logaritma konsentrasi metakolin (x) terhadap %respon
kontraksi otot polos trakea terisolasi (y) dengan atau tanpa pemberian DMSO. - - -:
menunjukkan titik log ED50
Tabel 2. Perbandingan nilai ED50 dan pD2 metakolin dengan atau tanpa pemberian DMSO
Perlakuan LogED50(M) ED50(M) pD2
kontrol -6,26 2,60 x10-06 6,26 0,99
DMSO -7,05 8,46 x10-07 7,05 1,58

DMSO tidak memberikan efek penurunan ataupun peningkatan kontraksi


otot polos trakea terisolasi akibat induksi metakolin (Gambar 4.1), serta tidak
meningkatkan nilai pD2 metakolin secara signifikan (Tabel 4.2). Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa DMSO memiliki profil yang sama seperti larutan buffer
Krebs. Sehingga efek yang ditimbulkan pada uji aktivitas merupakan efek yang
benar-benar diakibatkan oleh perlakuan berupa pemberian EEDJ. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian Anas (2012), yang melaporkan bahwa pelarut DMSO
yang digunakan untuk melarutkan marmin, suatu senyawa isolat tanaman maja
(Angle marmelos Correa) tidak mempengaruhi respon kontraksi pada otot polos
trakea marmut terisolasi yang diinduksi metakolin.

6
160,00
140,00
120,00
% respon relaksasi

100,00
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
-7,0 -6,5 -6,0 -5,5 -5,0 -4,5 -4,0 -3,5
Logaritma konsentrasi Isoproterenol (M)
tanpa pemberian EEDJ EEDJ 0,1 mg/mL
EEDJ 0,2 mg/mL EEDJ 0,4 mg/ml
Gambar 4.2 Kurva hubungan logaritma konsentrasi isoproterenol (x) terhadap %respon
relaksasi otot polos trakea terisolasi (y) dengan atau tanpa pemberian EEDJ konsentrasi 0,1;
0,2 dan 0,4 mg/ml. : menunjukkan arah pergeseran; - - -: menunjukkan titik log ED50.
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa EEDJ dengan konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,4
mg/mL memiliki profil kurva respon relaksasi yang bergeser ke arah kiri atau
lebih tinggi dibandingkan kurva respon relaksasi isoproterenol konsentrasi
bertingkat tanpa pemberian EEDJ (Gambar 4.2). Hal tersebut menunjukkan
bahwa EEDJ dengan berbagai konsentrasi, memiliki potensi dan aktivitas untuk
meningkatkan respon relaksasi otot polos trakea yang diinduksi oleh seri
konsentrasi isoproterenol (Katzung, 1997).
Tabel 4.3 Perbandingan nilai ED50 dan pD2 isoproterenol dengan atau tanpa pemberian
ekstrak etanol daun jambu biji dengan konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,4 mg/ml
logED50
Perlakuan pD2 ED50 (M)
(M)
Isoproterenol 4,77 0,5 -4,77 1,69 x 10-5
EEDJ 0,1 mg/ml + Isoproterenol 6,29 0,59* -6,29 5,13 x 10-7
EEDJ 0,2 mg/ml + Isoproterenol 5,25 0,5 -5,25 5,62 x 10-6
EEDJ 0,4 mg/ml + Isoproterenol 5,78 0,65 -5,78 1,66 x 10-6
Ket. *: signifikan
EEDJ berbagai konsentrasi juga menurunkan nilai ED50 dan meninngkatkan
nilai pD2. Ketiganya, yaitu peningkatan % respon relaksasi yang menyebabkan
pergeseran kurva ke arah kiri, penurunan nilai ED50 dan peningkatan nilai pD2
isoproterenol menunjukkan aktivitas agonis terhadap reseptor adrenergik (Anas,
2012; Offermanns dan Rosenthal, 2008). Dengan EEDJ konsentrasi 0,1 mg/mL
memiliki sifat agonistik dengan afinitas yang signifikan terhadap reseptor -
adrenergik. Sedangkan EEDJ konsentrasi 0,2 dan 0,4 mg/mL menunjukkan hasil
statistik yang tidak signifikan, yang mungkin disebabkan Hal afinitas yang lemah
terhadap reseptor 2-adrenergik, sehingga peningkatan efek relaksasi otot polos
trakea terisolasi karena pemberian seri konsentrasi isoproterenol belum terlihat
signifikan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap nilai pD2 isoproterenol setelah
dilakukan pemberian EEDJ, dapat disimpulkan bahwa pemberian EEDJ dapat
meningkatkan efek relaksasi trakea marmut terisolasi yang diinduksi oleh

7
isoproterenol. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahaseth et al. (2015)
yang melaporkan bahwa ekstrak air daun jambu biji dengan dosis 0.2 mg/ml dapat
memberikan efek relaksasi pada cincin trakea tikus yang sebelumnya mengalami
kontraksi diinduksi oleh carbachol.
Mekanisme dari efek bronkodilator yang dihasilkan oleh EEDJ pada
penelitian ini masih belum dapat diketahui secara pasti. Aktivasi -adenoseptor
diketahui dapat menyebabkan relaksasi otot polos dan penurunan amplitude
kontraksi yang diinduksi oleh berbagai stimulus salah satunya penuruan
konsentrasi kalsium di sitoplasma. Berdasarkan penelitian Mahaseth et al. (2015),
relaksasi otot polos trakea kemungkinan besar terjadi diakibatkan aktivasi reseptor
sehingga mengakibatkan reduksi konsentrasi Ca2+ di sitoplasma dan atau akibat
adanya penghambatan interaksi aktin dan myosin akibat forforilasi rantai pendek
myosin kinase.
EEDJ diketahui mengandung berbagai macam golongan senyawa salah
satunya adalah flavonoid. Salah satu senyawa aktif golongan flavonoid yang
ditemukan dalam daun jambu biji dengan jumlah yang besar adalah kuarsetin.
Berdasarkan penelitian Djelili et al. (2012), kuarsetin dilaporkan memiliki efek
relaksasi terhadap organ bronkus manusia terisolasi. Hal tersebut dibuktikan oleh
penambahan agen perelaksasi berupa isoprenalin yang merupakan suatu agonis
dari reseptor kedalam organ bath, dimana kuarsetin dilaporkan dapat
meningkatkan nilai pD2 sekaligus efikasi (Emax) dari isoprenalin. Mekanisme
peningkatan efek relaksasi isoprenalin tersebut kemungkinan besar diakibatkan
adanya penghambatan cAMP-phosphodiesterase.
Berdasarkan penelitian Ko et al. (2002), Metabolit kuarsetin yaitu 3-O-
methylquercetine juga memiliki efek relaksasi dari foskolin dan sodium
nitroprussid (SNP) pada trakea marmut dan secara signifikan menghambat
aktifitas cAMP dan cGMP phosphodiesterase. Peningkatan cAMP-tergantung
protein kinase dan penghambatan rantai ringan myosin akibat fosforilasi akan
mengakibatkan terjadinya penurunan kontraksi.
Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa EEDJ
mengandung berbagai macam kandungan senyawa yaitu flavonoid, steroid,
saponin dan tanin. EEDJ konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,4 mg/ml mampu
meningkatkan respon relaksasi dan nilai pD2 isoproterenol serta menggeser kurva
dosis-respon ke arah kiri dibandingkan dengan kelompok isoproterenol tanpa
perlakuan penambahan EEDJ. Berdasarkan hal tersebut, sehingga dapat dikatakan
bahwa EEDJ memiliki aktivitas agonis terhadap reseptor adrenergik, dengan
konsentrasi 0,1 mg/ml dapat memberikan aktivitas yang signifikan secara statistik.
Oleh karena itu EEDJ berpotensi untuk dikembangkan sebagai anti asma.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Ekstrak etanol daun jambu biji konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,4 mg/mL mampu
menggeser kurva dosis-respon ke arah kiri dan meningkatkan nilai pD2
isoproterenol berturut-turut sebesar 6,29 0.59 ; 5,25 0.59 dan 5.78 0.65.
2. Konsentrasi ekstrak etanol daun jambu biji sebesar 0,1 mg/mL merupakan
konsentrasi minimum ekstrak etanol daun jambu biji yang dapat secara
signifikan bersifat agonis terhadap reseptor -adrenergik.

8
Saran
1. Perlu dilakukan pengujian aktivitas ekstrak etanol daun jambu biji dengan
konsentrasi dibawah 0,1 mg/mL untuk melihat konsentrasi optimum ekstrak
etanol daun jambu biji yang dapat bersifat agonis terhadap reseptor -
adrenergik dengan menggunakan metode organ bath terisolasi.
2. Perlu dilakukan pengujian aktivitas senyawa murni dari daun jambu biji
terhadap respon relaksasi isoproterenol pada reseptor -adrenergik dengan
menggunakan metode organ bath terisolasi.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam, ITB, Bandung
Anas Y., 2012, Pengaruh Marmin, Senyawa Aktif Aegle marmelos Correa
Terhadap Otot Polos Trakea Marmut Terisolasi, Thesis, Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Baroroh, H.N., Utami, E.D., Harwoko, 2015, Inhibitory Effect of Ethanolic
Extract of Psidium guajava Leaves in Rat Active Cutaneus Anaphylaxis
Reaction, IJPCR, 8(1): 1-5.
Departemen Kesehatan RI., 2012, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 549-553.
Djelili, H., Arrar, L., Naline, E., dan Devillier, P., 2012, Relaxant Effects of
Quercetin and Rutin on Human Isolated Bronchus, Chinese Medicine, 3:
94-100.
Han, E.H., Hwang, Y.P., Kim, H.G., Park, J.H., Choi, J.H., HyeIm, J., 2011, Ethyl
acetate extract of Psidium guajava inhibits IgE-mediated allergic
responses by blocking FcRI signaling, Food and Chemical Toxicology,
49(1): 100-108.
Harborne, J. B., 1978, Metode Fitokimia: penuntun cara modern menganalisis
tumbuhan. Ed II, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Katzung, B.G., 1997, Farmakologi Dasar & Klinik, EGC, Jakarta.
Ko, W.C., Wang, H.L., Lei, C.B., Shih, C.H., Chung, M.I., dan Lin, C.N., 2002,
Mechanisms of Relaxant Action of 3-O-Methylquercetin in Isolated
Guinea Pig Trachea, Planta Medica, 68 (1): 30-35.
Lau, W., Shiu-Fai Luk, Hsiao-Lan Huang, 1989, Spectrophotometric
Determination of Tannin in Tea and Beer Samples with Iron(III) and 1,10-
Phenanthroline as Reagents, Analyst 114: 631-633.
Mahaseth R.K., Kumar S., Dutta S., Sehgal R., Rajora P., dan Mathur R., 2015,
Pharmacodynamic Study of Interaction of Aqueous Leaf Extract
of Psidium Guajava Linn. (Myrtaceae) with Receptor Systems Using
Isolated Tissue Preparations, Indian J Pharm Sci, 77(4): 493499.
Offermanns, S. and Rosenthal, W., 2008, Encyclopedia of Molecular
Pharmacology, 2nded., Springer-Verlag, New York.
Seo, N., Ito, T., Wang, N., Yao, X., Tokura, Y., Furukawa, F., Takigawa, M., and
Kinataka, S., 2005, Anti-allergic Psidium guajava extracts exert an

9
antitumor effect inhibition of Tregulatory cells and resultant augmentation
of Th1 cells, Anticancer Research, 25: 37633770.
Thenmozhi S., dan Rajan S., 2014, GC-MS analysis of bioactive compounds in
Psidium guajava leaves, Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry,
3(5): 162-166.
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation, Pharmacological Assays
2nd, Springer, Berlin.

10

Você também pode gostar