Você está na página 1de 8

Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662

Vol.8, No.3, Juli 2005, hal 91-98

METODA BARU UNTUK DEKONTAMINASI BAKTERI


DENGAN PLASMA NON TERMIK PADA TEKANAN
ATMOSFER
(New Method for Bacterial Decontamination by Using Atmospheric Non Thermal Plasma)

Muhammad Nur1,2, M.G. Isworo Rukmi3, dan Komariyah1


1. Devisi Aplikasi Fisika Plasma, Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir, Jurusan Fisika FMIPA
UNDIP
2. Pusat Studi Aplikasi Radiasi dan Rekayasa Bahan, LEMLIT UNDIP
3. Laboratorium Mikrobiogentika, Jurusan Biologi FMIPA UNDIP

Abstract
New method for bacteria decontamination by using glow discharge corona non-thermal atmospheric
plasma has been developed and tested. Plasma was generated in a reactor plasma positive corona with
electrodes geometry point to plan configuration. Point electrode. This plasma has been generated in air with
threshold corona voltage was 3.0 kV inter electrodes distance was 0.4 cm and current was 1.5 mA. Sterilitization
test has been done by bacteria Escherichia coli decontamination. These bacteria were planted in EA (Merck)
medium glass cup with diameter of 10 cm. Corona glow discharge plasma decreased number of microorganism
coloni (CFU/ml) in the surface of cup. The result shown that this system killed 96.8 % of bacteria population
after 100 second of plasma radiation. The energy comsumtion of plasma decontamination system was smaller
than energy consumtion of UV decontamination.

Intisari
Suatu metoda baru untuk melakukan dekontaminasi bakteri dengan menggunakan plasma pijar non
termik pada tekanan atmosfer telah dikembangkan dan diuji, plasma dibangkitkan dalam sebuah reactor korona
positif dengan konfigurasi elektroda titik-bidang. Plasma tersebut dibangkitkan di udara dengan tegangan
ambang korona sebesar 3.0 kV, jarak antar elektroda 0,4 cm dan arus sebesar 1,5 mA. Pengujian sterilisasi
telah dilakukan dengan menggunakan dekontaminasi bakteri Escherichia coli. Baktei-baktei ini dibiakkan dalam
medium EA(merck) berbentu mangkuk yang diameternya 10 cm. plasma lucutan pijar korona menurunkan
jumlah koloni mikroorganisme (CFU/ml) pada permukaan mangkuk. Hasilnya menunjukkan bahwa system
sterilisasi ini mampu membunuh 96,8% dari populasi bakteri setelah radiasi plasma selama 100 detik. Hasil lain
juga diperoleh bahwa konsumsi energi dari system dekontaminasi dengan plasma jauh lebih kecil dibandingkan
dengan energi untuk dekontaminasi UV.

PENDAHULUAN rendah yang mampu membasmi bervariasi


Sejak penghujung dasawarsa 90-an, mikroorganisme yang tergolong dalam gram
kebutuhan akan suatu pendekatan baru negative bacteria, gram positive bacteria dan
terhadap metoda sterilisasi yang bekerja pada yeast. Bidang medis inilah bidang yang setiap
temperatur rendah dan mumpunyai tingkat saat mengalami kontaminasi oleh berbagai
disinfeksi yang tinggi sangat terasakan jenis bakteri dan yeast. Mikroorganisme ini
(Young, 1997; Montie et al, 2000). Kebutuhan menempati permukaan peralatan medis (health
ini sangat terasa pada bidang kesehatan care facilities) pada hampir semua tempat di
(medis), industri makanan, ventilasi, dan rumah sakit. Peralatan-peralatan tersebut kini
industri air condition (AC). Bidang-bidang ini banyak yang terbuat dari bahan-bahan yang
merupakan bidang yang sangat dinamis tidak tahan terhadap termik seperti plastik,
mencari peningkatan-peningkatan pasteurisasi, kertas, dll.
disinfeksi dan teknologi-teknologi sterilisasi. Teknik dekontaminasi konvensional
Teknologi yang dicari adalah teknologi yang yang selama ini dan umum digunakan adalah
mampu bekerja dengan baik pada suhu yang dengan pemanasan diatas suhu 150o C,
rendah dan tidak merusak material-material sehingga sangat terbatas penggunaannya.
yang sangat sensitif terhadap pengaruh termik. Teknik lain yang dikenal adalah dengan
Dalam bidang medis misalkan, masih menggunakan arus listrik d.c. dan a.c., namun
dibutuhkannya sistem sterilisasi termperatur sel yang terbunuh oleh pulsa medan listrik

98
Muhammad Nur dkk Metode baru Untuk Dekontaminasi.

tidak hancur, dan spora bakteri, lumut relatif (1986) menyatakan bahwa E. coli merupakan
tidak sensitif untuk pulsa tegangan tinggi bakteri gram negatif berbentuk batang pendek
(Brimingham, 2000). dan biasanya tunggal atau berpasangan. E. coli
Selain itu teknik dekontaminasi ada yang bergerak menggunakan flagel yang
dengan menggunakan radiasi dan sejumlah peritrik tetapi ada pula yang tidak bergerak.
unsur anti jasad renik. Radiasi dan unsur anti Sejumlah strain memiliki kapsula dan ada yang
jasad renik tersebut berfungsi untuk merusak berupa mikrokapsula. E.coli mudah tumbuh
DNA. Teknik ini meliputi radiasi pengion dalam medium nutrien sederhana. Koloni pada
(sinar Gamma), sinar ultra ungu dan zat-zat medium agar tampak halus, cekung, basah dan
kimia reaktif DNA. Kerusakan DNA yang permukaannya berkilat. Sifat bakteri ini aerob
ditimbulkan karena penyinaran atau secara atau fakultatif aerob dan tumbuh pada
kimiawi, mematikan sel terutama karena pembenihan biasa, suhu optimum yaitu 37C,
mengganggu replikasi DNA. Akan tetapi, pH mendekati netral yaitu 4 sampai 8. E. coli
teknik sterilisasi tersebut memiliki beberapa termasuk famili Enterobacteriaceae. Bakteri
kelemahan antara lain; terjadi denaturasi dalam kelompok ini tumbuh pada kondisi
protein, mempengaruhi cita rasa makanan dan aerobik maupun anaerobik. Pada kondisi
bentuk-bentuk spora bakteri (gram positive aerobik bakteri ini mengoksidasi asam amino,
bacteria) masih ada. Selain itu radiasi Gamma sedangkan jika tidak terdapat O2
yang menggunakan zat radioaktif, tidak dapat metabolismenya menjadi bersifat fermentatif.
digunakan secara meluas karena diperlukan Energi diproduksi dengan cara memecah gula
prosedure standar yang agak rumit dalam hal menjadi asam organik. Hampir semua spesies
keamanannya. Desinfeksi kimia hanya berhasil dalam kelompok ini dapat tumbuh pada
dalam batas-batas kelembaban yang relatif medium sederhana pada kisaran pH dan suhu
sempit (Jawetz et al., 1996, Herrmann, 2002). yang luas, yaitu pada suhu kurang dari 10oC
Brimingham (2000) melaporkan sampai lebih dari 40oC (Fardiaz, 1992).
bahwa dekontaminasi mikroorganisme dengan E. coli merupakan organisme yang
plasma non termik pada temperatur ruang dan terdapat secara normal dalam alat pencernaan
tekanan kamar, dapat mengurangi jumlah manusia dan hewan. E. coli yang
pembentukan koloni per unit dari beberapa menyebabkan penyakit pada manusia disebut
mikroorganisme pada permukaan. Entero Pathogenic Escherichia coli (EPEC).
Plasma lucutan pijar korona adalah Ada dua golongan E. coli penyebab penyakit
salah satu jenis plasma non termik dan pada manusia. Golongan pertama disebut
merupakan sumber ion, electron dan radikal Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC)
bebas (Nur, 1997; Nur, et al., 1996). Ketika ion yang mampu menghasilkan entertoksin dalam
yang dihasilkan oleh plasma lucutan pijar usus kecil dan menyebabkan penyakit seperti
korona mengenai suatu sel bakteri maka akan kolera. Waktu inkubasi penyakit ini 8-24 jam
terbentuk radikal bebas hidrogen, gugus dengan gejala diare; muntah-muntah dan
hidroksil yang radikal dan beberapa peroksida dehidrasi serupa dengan kolera. Golongan
yang dapat menyebabkan beberapa jenis kedua disebut Entero Invasive Escherichia coli
kerusakan dalam sel (Black,1999). Setiap (EIEC). Sel-sel E. coli ini mampu menembus
molekul reaktif tersebut mampu menurunkan dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang
dan merubah biopolimer seperti asam usus besar) atau gejala seperti disentri. Waktu
deoksiribonukleat (DNA/deoxcyribonucleid inkubasi 8-44 jam (rata-rata 26 jam) dengan
acid) dan protein. Ion dapat berinteraksi gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan
langsung dengan DNA sehingga menyebabkan demam berdarah.
pecahnya ikatan polimer. Ionisasi dan Makalah ini membahas pengaruh
penurunan (degradasi) molekul penting dalam waktu penyinaran spicies plasma lucutan pijar
materi biologi seperti DNA dan protein enzim korona pada tekanan atmosfer dan temperatur
memicu terjadinya kematian pada sel (Parker, ruang untuk dekontaminasi bakteri E. coli pada
1997). permukaan gelas (cawan petri) dan sel bakteri
Bakteri yang digunakan dalam ditanam pada medium Endo Agar (Merck).
penelitian ini adalah bakteri E. coli. Morfologi Juga dibahas keunggulan teknik
bakteri E. coli berbentuk batang pendek dekontaminasi dengan menggunakan plasma
berukuran 2,4 m x 0,4 - 0,7m. Pelczar

97
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.8, No.3, Juli 2005, hal 91-98
dibandingkan dengan teknik penyinaran tekanan 2 atm pada suhu 120o C selama 15-
dengan Ultra Violet. 20 menit.
d) Penghitungan jumlah sel/ml
Bakteri E. coli dari kultur induk pada
METODE PENELITIAN medium Nutrien Agar diinokulasikan pada
Plasma lucutan pijar korona sebagai media miring Nutrient Agar, diinkubasi
sumber ion dan radikal yang dapat digunakan pada suhu kamar selama 24 jam. Satu ose
untuk dekontaminasi bakteri dan dibangkitkan biakan bakteri ini selanjutnya
dalam reaktor konfigurasi geometri titik- diinokulasikan pada 50 ml medium Nutrient
bidang (Nur. Dkk. , 2004). Elektroda titik Broth dan diinkubasi pada suhu kamar
dikenakan tegangan positif dan elektroda selama 10 jam. Kerapatan sel diukur dengan
bidang dikenakan tegangan negatif, sehingga spektrofotometer pada panjang gelombang
korona yang terbentuk adalah korona positif 620 nm sampai diperoleh transmisi 70 %
(tegangan sebesar 3,0 kV dan jarak antar (1,0 x 108 sel/ml).
elektroda 0,4 cm). Elektron yang bergerak dari Fardiaz (1992) mengatakan bahwa
katoda (elektroda bidang) menuju anoda akan untuk menghitung jumlah bakteri dapat
menumbuk atom-atom gas diantara elektroda, digunakan beberapa cara. Cara pertama yaitu
sehingga atom-atom gas akan terionisasi. Ion- penghitungan Jumlah bakteri secara
ion yang dihasilkan akan bergerak menuju keseluruhan (total cell count) baik bakteri yang
katoda karena adanya medan listrik, sedangkan hidup maupun mati. Cara kedua yaitu
elektronnya akan mengalir menuju anoda. penghitungan Jumlah bakteri yang hidup
Bakteri E. coli yang ditanam dengan medium (viable count).
Endo Agar (Merck) pada cawan petri dan Penghitungan jumlah mikroorganisme
diletakkan di katoda, sehingga ion akan masuk dengan cara viable count atau disebut juga
ke dalam substrat dan menimbulkan kematian. standard plate count didasarkan pada asumsi
bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam
a. Sterilisasi peralatan penelititian suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni
Penelitian ini diawali dengan sterilisasi alat- setelah diinkubasikan dalam media biakan dan
alat yang terbuat dari kaca seperti cawan lingkungan yang sesuai. Setelah masa
petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung
pipet ukur, kaca pengaduk. Seluruh alat dan merupakan perkiraan atau dugaan dari
disterilkan di dalam oven pada suhu 180C jumlah mikroorganisme dalam suspensi
selama 2 jam. Alat-alat seperti jarum tersebut. Penghitungan jumlah
preparat dan ose disterilkan dengan mikroorganisme hidup (viable count) adalah
pembakaran langsung di atas lampu jumlah minimum mikroorganisme. Hal ini
spiritus. Akuades dan medium ditempatkan disebabkan koloni yang tumbuh pada
di dalam erlenmeyer dalam jumlah tertentu lempengan agar merupakan mikroorganisme
disumbat dengan kapas, di bungkus dengan yang dapat tumbuh dan berbiak dalam media
kertas dan diikat dengan karet. Disterilkan dan suhu inkubasi tertentu.
dengan autoklaf pada suhu 121oC selama Koloni yang tumbuh tidak selalu
15-20 menit dengan tekanan 2 atm. Gelas berasal dari satu sel mikroorganisme, karena
penutup dan gelas benda disterilkan secara beberapa mikroorganisme tertentu cenderung
kimia dengan menggunakan larutan alkohol untuk berkelompok atau berantai. Bila
90 % dan dipanaskan di atas lampu spirtus. ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang
b. Medium pembiakan bakteri sesuai kelompok bakteri ini hanya akan
Medium yang digunakan pada menghasilkan satu koloni. Berdasarkan hal
penelitian yaitu medium Nutrient Agar tersebut sering kali digunakan istilah colony
(Merck), medium Nutrient Broth (Merck), forming units (CFU/ml) untuk penghitungan
dan medium Endo Agar (Merck). Bahan jumlah mikroorganisme hidup. Lempeng agar
medium ditimbang dan dilarutkan dalam yang mengandung 30-300 koloni saja yang
akuades menurut komposisi dari masing- memenuhi syarat untuk digunakan dalam
masing medium, lalu dipanaskan di atas hot perhitungan. Lempeng agar dengan jumlah
plate. Selanjutnya semua medium koloni yang tinggi (>300 koloni) sulit untuk
disterilkan di dalam autoklaf dengan dihitung sehingga kemungkinan kesalahan

98
Muhammad Nur dkk Metode baru Untuk Dekontaminasi.

perhitungan sangat besar. Pengenceran sampel Terjadinya plasma lucutan pijar


membantu untuk memperoleh penghitungan korona ditandai dengan adanya bunyi berdesis
jumlah yang benar, namun pengenceran yang diantara elektroda disertai pancaran (emisi)
terlalu tinggi akan menghasilkan lempeng agar cahaya tampak. Warna lucutan yang terjadi di
dengan jumlah koloni yang rendah (<300 udara bebas adalah warna ungu kebiruan (ungu
koloni). Lempeng demikian tidak absah secara muda). Tegangan yang diperlukan untuk mulai
statistik untuk digunakan dalam penghitungan terjadinya plasma lucutan pijar korona disebut
(Fardiaz,1992). tegangan ambang korona. Tegangan ambang
Penghitungan jumlah bakteri yang paling ini dipengaruhi oleh jarak antar elektroda.
umum adalah dengan cara pengenceran. Cara Semakin jauh jarak antar elektroda, maka
ini dipakai untuk menentukan jumlah bakteri tegangan ambang juga semakin besar.
yang hidup saja. Dasar perhitungan yaitu Berdasarkan penelitian Guntoro (1999)
mengencerkan suatu bahan sejumlah volume diketahui bahwa pada jarak 0,4 cm diperlukan
tertentu secara bertingkat kemudian tegangan ambang korona sebesar 3,0 kV.
diinokulasikan ke dalam medium dan Tegangan ambang yang digunakan dalam
diinkubasi, selanjutnya diamati ada tidaknya penelitian ini sama dengan penelitian Guntoro
pertumbuhan koloni bakteri (Volk dan (1999), yaitu sebesar 3,0 kV dengan jarak antar
Wheller, 1988). elektroda 0,4 cm.
e) Uji dekontaminasi Pembentukan plasma lucutan pijar
Satu ml kultur bakteri E. coli berumur 48 korona pada jarak antar elektroda tertentu
jam dengan kerapatan 1,0 x 108 sel/ml memerlukan tegangan ambang tertentu, karena
diinokulasikan pada medium EA dalam elektron-elektron harus mempunyai energi
cawan petri, sebanyak 24 cawan. yang cukup untuk mengionisasi atom-atom gas
Penyinaran plasma 0 (kontrol), 20, 40, 60, yang ada diantara elektroda. Semakin jauh
80, dan 100 detik dengan masing-masing 4 jarak antar elektroda, maka semakin besar beda
petri untuk setiap perlakuan. Semua cawan tegangan yang diberikan pada elektroda agar
diinkubasi pada suhu 37,1C selama 48 terjadi plasma lucutan pijar korona.
jam, selanjutnya dihitung jumlah koloni Lucutan pijar yang terjadi diujung-
bakteri yang muncul. Tahap perlakuan ujung jarum kurang serempak dan mempunyai
diulang 3 kali. intensitas yang berbeda. Hal ini disebabkan
oleh posisi antara jarum (elektroda titik) dan
HASIL DAN PEMBAHASAN plat besi (elektroda bidang) tidak benar-benar
Proses dekontaminasi bakteri E. coli saling tegak lurus. Penambahan tegangan
dengan plasma lucutan pijar korona dilakukan setelah tercapai tegangan ambang
dengan 6 perlakuan dan 4 pengulangan. Pada mengakibatkan tegangan yang terbaca pada
masing-masing perlakuan, dilakukan variasi voltmeter menurun dan arus meningkat dengan
waktu lamanya penyinaran plasma. Variasi tajam. Tegangan pada penelitian ini menurun
waktu penyinaran plasma dimulai dari 0, 20, sampai 0.8 kV dan arus meningkat dengan
40, 60, 80, dan 100 detik. Pada perlakuan 0 tajam melebihi 2 mA. Angka ini menandakan
detik bakteri tidak disinari plasma tetapi telah terjadi lucutan arc.
bakteri hanya dimasukkan dalam reaktor
plasma, perlakuan ini merupakan perlakuan Dekontaminasi E. coli dengan Penyinaran
kontrol. Bakteri E. coli yang akan disinari Plasma Lucutan Pijar Korona
plasma ditanamkan pada medium Endo Agar Hasil uji dekontaminasi E. coli dengan
(Merck) pada cawan petri yang terbuat dari plasma lucutan pijar korona dapat ditunjukkan
gelas, sebanyak 1 ml suspensi E.coli berasal pada Gambar 1. Grafik tersebut menunjukkan
dari suspensi kultur bakteri dengan kerapatan bahwa jumlah bakteri yang hidup semakin
106/ml. berkurang sejalan dengan penambahan waktu
Sumber tegangan tinggi yang penyinaran plasma.
digunakan adalah sumber tegangan d.c. Lama waktu penyinaran plasma
Besarnya tegangan pembangkit plasma yang berkorelasi positif dengan pengurangan jumlah
digunakan tetap/stabil untuk setiap perlakuan bakteri. Perlakuan penyinaran plasma 0, 20,
yaitu sebesar 3,0 kV. 40, 60, 80 dan 100 detik mengakibatkan
pengurangan jumlah bakteri E. coli secara

97
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.8, No.3, Juli 2005, hal 91-98
linier berturut-turut sebesar 0, 80.6, 87.1, 87.1, mengalami pengurangan 96.8 % pada
93.5 dan 96.8 %. Jumlah bakteri yang hidup penyinaran plasma selama 100 detik.

3.5
Kurva lama waktu penyinaran plasma terhadap pertumbuhan E. coli
3.1
3
Jumlah bakteri (x 107)

2.5

1.5

1
0.6
0.5 0.4 0.4
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100
waktu penyinaran plasma (detik)

Gambar 1: Kurva lama waktu penyinaran plasma terhadap pertumbuhan E. coli.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada mengakibatkan mikroorganisme mudah


waktu penyinaran plasma 100 detik hanya diserang oleh lucutan reaktif plasma. Parker
3,2% bakteri yang masih hidup. Terjadinya (1997) mengemukakan bahwa setiap molekul
mekanisme dekontaminasi diduga karena reaktif tersebut mampu menurunkan dan
lingkungan udara plasma menghasilkan cahaya merubah biopolimer seperti asam
ultraviolet, molekul oksigen aktif dan beberapa deoksiribonukleat (DNA) dan protein. Ion
spesies radikal aktif yang mempunyai dapat berinteraksi dengan DNA sehingga
kemampuan untuk membunuh sel bakteri. Hal menyebabkan pecahnya ikatan polimer.
ini sesuai dengan pendapat Brimingham dan Ionisasi dan penurunan (degradasi) molekul
Hammerstrom (2000) yang menyatakan bahwa penting dalam materi biologi seperti DNA dan
lingkungan udara plasma menghasilkan cahaya protein enzim memicu terjadinya kematian sel
ultraviolet, molekul oksigen aktif dan beberapa bakteri.
spesies radikal aktif yang memungkinkan Perbedaan pengurangan jumlah bakteri
terjadinya mekanisme dekontaminasi. dari tiap-tiap penyinaran plasma diduga
Plasma lucutan pijar korona merupakan disebabkan oleh spesies ion aktif yang
sumber ion. Penyinaran berkas ion yang dihasilkan plasma lucutan pijar korona tidak
dihasilkan plasma ke dalam suatu bahan dapat seragam pada tingkat tenaga, arus dan laju ion
merubah struktur mikro bahan, sehingga aktif yang dihasilkan rendah untuk beberapa
merubah sifat-sifat fisik dan kimia bahan aplikasi (Montie, 2000). Selain itu, lucutan
tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan pijar korona yang terjadi di ujung-ujung jarum
pendapat Laroussi (2000) yang menyatakan kurang serempak dan mempunyai intensitas
bahwa mikroorganisme yang terkena plasma yang berbeda-beda karena posisi antar
mengalami kebocoran materi internal. Hal ini elektroda yang tidak benar-benar tegak lurus.
dapat disimpulkan bahwa pada membran Irradiasi UV dapat membunuh bakteri
terluar sel juga mengalami kebocoran oleh secara efektif. Spektrum cahaya dengan
plasma. Kerusakan membran terluar ini akan intensitas tinggi mempunyai pengaruh yang

98
Muhammad Nur dkk Metode baru Untuk Dekontaminasi.

paling utama dalam kematian sel. Irradiasi UV Perbandingan teknik dekontaminasi


ini dapat menyebabkan kerusakan DNA. Basa plasma pada tekanan atmosfer dengan
purin dan pirimidin sebagai materi dasar DNA dekontaminasi sinar UV dapat dilihat pada
menyerap radiasi UV yang terbanyak, dan Tabel 1. Dekontaminasi plasma pada
penyerapan maksimum untuk DNA dan RNA penelitian ini dilakukan dengan tegangan
terjadi pada panjang gelombang UV 260 nm ambang 3,0 kV. Cawan petri yang digunakan
(Anderson, 2000). Gangguan pada DNA ini berdiameter 10 cm. Energi plasma yang
dapat menyebabkan kematian sel. Penyinaran digunakan tiap satuan luas permukaan adalah
UV juga dapat menyebabkan beberapa efek 0,21 mJ/cm2. Jumlah rata-rata E. coli mula-
kerusakan lain seperti aliran ion yang mula 3,1x 107. Jumlah bakteri tersebut
abnormal, peningkatan permeabilitas membran berkurang menjadi 0,1 x 107 setelah disinari
dan depolarisasi membran sel. plasma selama 100 detik. Disimpulkan bahwa
dengan penyinaran plasma selama 100 detik
Perbandingan Teknik Dekontaminasi jumlah bakteri berkurang sebesar 97,32 %.
Plasma dengan Penyinaran UV

Tabel 1. Perbandingan teknik dekontaminasi plasma dengan sinar ultraviolet (UV)


1)
Dekontaminasi plasma Dekontaminasi sinar UV2)
Energi = 0,21 mJ/cm2 Energi = 16 mJ/cm2
tegangan 3 kV E. coli 5 x 108 disinari selama 60
7
E. coli 3,1 x 10 disinari selama 100 detik menjadi 2 x 104 bakteri.
7
detik menjadi 0,1x 10 bakteri.
Sumber : 1) Penelitian ini
2) McDonald (2000)
membutuhkan energi yang sangat kecil
Energi dekontaminasi plasma jauh dibandingkan dengan dekontaminasi sinar UV
lebih kecil dibanding dekontaminasi sinar UV. (0,013 vs 1). Sangat disayangkan bahwa
Penelitian McDonald (2000) menunjukkan sampai laporan ini dibuat belum ditemukan
bahwa penyinaran sinar UV selama 60 detik pembanding untuk teknik dekontaminasi sinar
yang membutuhkan energi sebesar 16 mJ/cm2 UV dengan energi yang sama bagi teknik
dapat mengakibatkan pengurangan jumlah E. dekontaminasi plasma. Apabila energi yang
coli sebesar 99,99%. diberikan pada kedua teknik dekontaminasi
Perbandingan energi (E), waktu tersebut sama maka hampir dapat dipastikan
penyinaran (t) dan selisih jumlah bakteri (B) bahwa dekontaminasi dengan plasma jauh
antara dekontaminasi plasma dengan sinar UV lebih baik dibanding dengan dekontaminasi
disajikan dalam Tabel 4.2. Dekontaminasi E. UV, baik ditinjau dari lama penyinaran
coli dengan plasma pada penelitian ini maupun jumlah bakteri yang terdekontaminasi.

Tabel 2. Perbandingan energi (E), waktu penyinaran (t) dan selisih jumlah bakteri (B) antara
dekontaminasi plasma dengan sinar UV
plasma t plasma plasma
uv t uv uv

0,013 1,667 0,060

SIMPULAN atmosfer. Dari hasil pengujian dapat


Dalam penelitian ini telah dilakukan disimpulkan bahwa :
uji dekontaminasi bakteri E. coli dengan 1. Penyinaran plasma pada tegangan
plasma lucutan pijar korona pada tekanan ambang 3,0 kV dengan arus 1,5 mA
dan jarak antar elektroda 0,4 cm

97
Muhammad Nur dkk Metode baru Untuk Dekontaminasi.

dapat mengurangi jumlah bakteri E. [8] Dwidjosoeputro, 1989, Dasar-Dasar


coli yang ditanam pada medium Endo Mikrobiologi, Djambatan, Malang.
Agar (Merck) pada cawan petri. [9] Fardiaz, S., 1992, Mikro Pangan I, PT
2. Penyinaran plasma selama 100 detik Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
dengan rata-rata jumlah bakteri yang [10] Goldman, M. and Goldman, A., 1978,
datang 3,1 x 107 bakteri Corona Discharge in Gaseous
mengakibatkan bakteri berkurang Electronics, Edited by M. N. Hirsh and H.
menjadi 0,1x 107 bakteri, jadi bakteri J. Oskam, Chapter 4. Academic, New
mengalami pengurangan 96,8 %. York.
3. Teknik dekontaminasi bakteri dengan
plasma menggunakan energi yang [11] Guntoro, A. N., 1999, Pengerasan
sangat kecil dibandingkan dengan Permukaan Baja Karbon Rendah dengan
teknik dekontaminasi sinar UV. Pendoposisian Ion N2 melalui Metode
Plasma Lucutan Pijar Korona pada
Tekanan Kamar (1atm), Skripsi Fisika
UNDIP, Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmed, N.A., 1987, Ion Platting [12] Herrmann, Hans W., 2002,
Technology Development and Aplication, Decontamination of Chemical Biological
John Wiley and Son, New York. Warfare (CBW) Agents Using an
Atmospheric Pressure Plasma Jet (APPJ),
[2] Anderson, John G., 2000, Inactivation of Los Alomos National Laboratory, Los
Food-Borne Enteropathogenic Bacteria Alomos, NM, 21 Juni 2002.
and Spoilage Fungi Using Pulsed-Light,
IEEE Transaction on Plasma Science, Vol. [13] Jawetz, E., Melnick, Jl. and Adelberg,
28, No. 1, February 2000. G.A., 1996, diterjemahkan oleh H.
Tonang, Mikrobiologi untuk Profesi
[3] Atlas, R. and Richard, B., 1993, Microbial Kesehatan Edisi 16, EGC Penerbit Buku
Ecologi Foundamental and Applications, Kedokteran.
3th edition, Benjamin Cumming
Publishing Company. Inc, California. [14] Konuma, M.,1992, Film Deposition by
Plasma Technique, Springer-Verlag,
[4] Black, J. G., 1999, Microbiology Berlin.
Principles and Exporation, Fourth
Edition, Simon and Schuster/A Viacom [15] Marr, G. V., 1967, Photoionization
Company Upper Saddle River, New Prosses in Gases, Academic Press, New
Jersey 07458. York.
[16] Mc Donald, F. K., 2000, Bacterial
[5] Becker, Kurth H., 1995, Surface-Wafe Decontamination Using Ambient Pressure
Sustained Plasma : Toward a Better Nonthermal Discharge, IEEE Transaction
Understanding of RF and Microwave on Plasma Science, Vol. 28, No. 1,
Discharge, ICPIG XII, New Jersey. February 2000.

[6] Brimmingham, J. G. and Hammerstrom, [17] Nur, M., 1998, Fisika Plasma dan
D. J., 2000, Bacterial Decontamination Aplikasinya, Makalah Stadium General,
Using Ambient Pressure Nonthermal Jurusan Fisika Fakultas MIPA, UNDIP,
Discharge, IEEE Transaction on Plasma semarang.
Science, Vol. 28, No. 1, February 2000.

[7] Bulock, J. and Kristiansen, B., 1987, [18] Parker, M. M., 1997, Biology of
Basic Biotechnology, Academic Press Inc, microorganismis, Eight Edition, Prentice
London. Hall. Inc, New Jersey.

97
Berkala Fisika ISSN : 1410 - 9662
Vol.8, No.3, Juli 2005, hal 91-98
[19] Pelczar, Michael, 1986, diterjemahkan Quantum Electronics Series Book
oleh Adisumarto, Dasar-Dasar Company, New York.
Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.
[20] Sigmon, R. S., 1982, Simple [22] Tchobanoglous, G., 1991, Wastewater
Approximation Treatment of Unipolar Engineering: Treatment Disposal Reuse,
Space Charge Dominated Coronas : The 3th Edition, Metcalf and Eddy Inc, New
Warburg Law and The Saturation York.
Current, J Application Physics, 53 (2),
891-898. [23] Volk, W. and Wheller, M., 1988,
diterjemahkan oleh Markham,
[21] Tanenbaum, B. Samuel, 1967, Plasma Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta
Physics, Mc Graw- Hill Physical and

98

Você também pode gostar