Você está na página 1de 6

ANALIS KESEHATAN

Jumat, 07 Desember 2012


PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN

8.1 Tujuan
Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine.

8.2 Metode yang Digunakan


Tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling.

8.3 Prinsip Pemeriksaan


Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk
Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara kasar
menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa.

8.4 Alat dan Bahan


a. Alat
Tabung reaksi
Api bunsen
Pipet volume
Ball filler

b. Bahan
Sampel urine
Reagen Fehling A dan Fehling B

8.5 Cara Kerja


Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga homogen
(untuk pemeriksaan tiga sampel)

Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi

Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut

Ketiga tabung dipanaskan di atas api bunsen hingga mendidih

Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung.

Interpretasi :
(-) : warna biru / hijau keruh
(+) : larutan keruh dan hijau agak kuning
(++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++) : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
(++++) : merah jingga sampai merah bata

8.6 Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil


Pengamatan Warna
Tabung Komposis
No Sebelum Setelah Interpretasi
ke- i Bahan
pemanasan Pemanasan
Fehling A
+ Fehling
Kuning
1. A B+ Biru tua ++
kehijauan
Sampel
urine 1
Fehling A
+ Fehling
Kuning
2. B B+ Biru tua +++
kemerahan
Sampel
urine 2
Fehling A
+ Fehling
B+
3. C Sampel Biru tua Biru tua -
urine 3
(urine
normal)
Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar yang
berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula kandungan
glukosa yang terdapat dalam sampel urine.

8.7 Pembahasan
Urin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi utama urin adalah untuk
membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari
air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial
(Chernecky and Berger, 2008).
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi
tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin
dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. (Chernecky and
Berger, 2008).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang
penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang
sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring.
Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-
beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen
yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan
reagen fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung
garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan
menggunakan enzim glukosa oxidase (Prasetya, 2011).
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan
dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan
dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik
dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif
dan kuantitatif (Subawa.2010). Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan
fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO 4, sedangkan fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan
kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam
pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap
sebagai larutan CuO (Anonim, 2010).
Pada praktikum ini diketahui bahwa tabung A dan B menunjukkan hasil positif
terkandungnya glukosa dalam sampel urine. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri
menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Perbedaan
intensitas warna merah dari tiap tabung tersebut secara kasar menunjukkan kadar glukosa
dalam urine yang diperiksa. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tabung B
mengandung glukosa dengan kadar tertinggi yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan
warna dari biru tua (warna fehling A dan B) menjadi kuning kemerahan dean terdapat
endapan kuning merah. Dilanjutkan dengan tabung A dengan warna kuning kehijauan dengan
endapan kuning. Sedangkan tabung C tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna, yakni
tetap berwarna biru tua seperti warna larutan fehling A dan B sebelum dipanaskan.
Hal ini telah sesuai secara teoritis, dimana sampel yang digunakan pada tabung ketiga
merupakan sampel urine normal, sehingga tidak terjadi perubahan warna pada uji fehling
yang menunjukkan tidak adanya glukosa dalam sampel tersebut. Berikut ini adalah reaksi
antara aldehid dengan fehling yang menghasilkan endapan merah bata :

Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria dapat
terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum
tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus,
tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau
karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan
sindroma Fanconi (Wirawan dkk, tt).
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Melitus. Hal ini
dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang
disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang
dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa,
pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C.
Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang
terkandung dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang
mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif
dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin
sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Nilai ambang
ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-180 mg % (Wirawan dkk, tt).

Kadar gula yang tinggi dibuang melalui air seni , dengan demikian air seni penderita kencing
manis yang mengandung glukosa sehingga sering dilebung atau dikerebuti semut ,
selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga, muda lelah, emas, mudah haus ,
dan lapar sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal dan sebagainya
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang
dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang
ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti
diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar
glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang
diagnosis diabetes mellitus.

Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD),
peroksidase (POD) dan zat warna.

Diposkan oleh Cun Yuund di 05.22


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
2012 (5)

o Desember (4)

Proses Fagositosis
HISTOTEKNIK - TISSUE PROCESSING

HIPERSENSITIVITAS

PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN

o April (1)

2011 (1)

2010 (1)

Mengenai Saya

Cun Yuund
Lihat profil lengkapku

Monatshoroskope Horoskop
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh selensergen. Diberdayakan oleh Blogger.
http://cunyuund.blogspot.co.id/2012/12/pemeriksaan-glukosa-urin.html

Você também pode gostar