Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusunoleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaKuasa atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Small Group Discussion mengenai Gangguan Ablasio Retina dan
Retinoblastoma.
Keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah banyak
memberikan dorongan dan bimbingan kepada kami. Pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak yang telah memberikan sumbangsih pemikiran, bantuan materi
maupun moril.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami mengalami banyak kesulitan
maupun hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kepada para
pembaca untuk senantiasa memberi masukan, kritik dan saran guna kesempurnaan
makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat
berguna bagi perkembangan dunia pendidikan baik di masa sekarang maupun
yang akan datang.
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 4
1.2 Tujuan Umum................................................................................... 5
1.3 Tujuan Khusus.................................................................................. 5
1.4 Manfaat............................................................................................. 5
Bab II Tinjauan Pustaka
1
2.1 Ablasio Retina................................................................................... 7
2.1.1 Definisi....................................................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi............................................................................... 7
2.1.3 Etiologi....................................................... 10
2.1.4 Patofisiologi........................................ 11
2.1.5 Manifestasi Klinis....................................................................... 11
2.1.6 Penatalaksanaan ......................................................................... 11
2.1.7 WOC... 19
2.2 Retinoblastoma.................................................................................. 20
2.2.1 Definisi....................................................................................... 20
2.2.2 Klasifikasi............................................................................... 20
2.2.3 Etiologi....................................................... 21
2.2.4 Patofisiologi........................................ 21
2.2.5 Manifestasi Klinis....................................................................... 22
2.2.6 Penatalaksanaan ......................................................................... 22
2.2.7 WOC... 27
Bab III Asuhan Keperawatan
3.1 Ablasio Retina.. 28
3.1.1 Pengkajian .................................................................................. 28
3.1.2 Pemeriksaan Fisik... 28
3.1.3 Analisa Data 29
3.1.4 Diagnosis Keperawatan ............................................................. 32
3.1.5 Intervensi dan Rasional .............................................................. 32
3.2 Retinoblastoma..... 40
3.2.1 Pengkajian .................................................................................. 40
3.2.2 Pemeriksaan Fisik... 41
3.2.3 Analisa Data 42
3.2.4 Diagnosis Keperawatan ............................................................. 45
3.2.5 Intervensi dan Rasional .............................................................. 45
Bab IV Kesimpulan.. 52
Daftar Pustaka............................................................................................. 53
2
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia di dunia ini dianugrahi oleh tuhan yang disebut dengan panca
indera,seperti contohnya; indra penciuman (hidung), indra pendengaran (telinga),
indra penglihatan (mata), dan salah satunya disini yang akan dibahas ialah
mengenai gangguan yang terjadi pada indera penglihatan (mata), salah satu
gangguan mata yang terjadi ialah Ablasio Retina dan Retinoblastoma.
3
retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara
awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13
bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus
unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan
evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan
anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia
dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 )
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit retinablastoma dan ablasio retina untuk lebih mengetahui lebih
luas lagi dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien.
4
7. Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan pada Gangguan Ablasio
Retina dan Retinoblastoma
1.4 Manfaat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Robekan atau lubang pada retina dapat meluaskan pemisahan saat cairan
dari rongga vitreus menyusup melalui lubang dan mengalir ke belakang retina,
selanjutnya meningkatkannya menjauh dari epitelium pigmen dan koroid. Pada
waktu robek, sel-sel darah dan pigmen dilepaskan ke dalam viteus. Tidak
6
terdapat nyeri atau kemerahan pada mata yang sakit. Pelepasan retina dapat
unilateral atau bilateral, tergantung pada faktor penyebab. Pembedahan
diperlukan untuk menyatukan kembali retina.
2.1.2 Klasifikasi
7
yang dijahitkan pada daerah robekan retina. Teknik ini juga mengatasi traksi
vitreoretina dan menyingkirkan cairan subretina dari robekan retina. Angka
keberhasilannya adalah 92-94% pada kasus-kasus tertentu yang sesuai.
Komplikasi lainnya antara lain perubahan kelainan refraksi, diplopia akibat
Fibrosis atau terganggunya otot-otot ekstraokular oleh eksplan, ekstrusi
eksplan, dan kemungkinan peningkatan risiko vitreoretinopati proliferative.
Vitrektomi pars plana memungkinkan pelepasan traksi vitreo retina,
drainase internal caairan subretina jika diperlukan dengan penyuntikan
perfluorocarbon atau cairan berat, dan penyuntikan udara atau gas yang dapat
memuai untuk mempertahankan retina pada posisinya, atau penyuntikan dengan
minyak jika dibutuhkan tamponade retina yang lebih lama. Teknik ini digunakan
bila terdapat robekan retina multiple, di superior, atau di posterior; bila
visualisasi retina terhalang, misalnya oleh perdarahan vitreus; dan bila ada
vitreoretinopati proliferatif yang bermakna. Vitrektomi menginduksikan
pembentukan katarak dan mungkin dikontraindikasikan pada mata fakik.
Mungkin diperlukan pengaturan posisi pasien pascaoperasi.
Hasil akhir penglihatan pasca bedah ablation retinae regmatogenosa
terutama tergantung dari status praoperasi macula. Apabila macula terlepas,
pengembalian penglihatan central biasanya tidak sempurna. Oleh karena itu,
tindakan bedah harus segera dilakukan selagi macula masih melekat. Bila
macula sudah terlepas, penundaan tindakan bedah hingga 1 minggu tidak
mengubah hasil penglihatan.
b) Ablatio retinae akibat traksi
Ablatio retinae akibat traksi adalah jenis tersering pada retinopati diabetic
proliferatif. Kelainan ini juga dapat menyertai vitreoretinopati proliferative,
retinopati prematuritas, atau trauma mata. Dibandingkan dengan ablation retinae
akibat traksi memiliki permukaan yang lebih konkaf dan cenderung lebih
terlokalisasi, biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya-gaya traksi menarik
retina sensorik menjauhi epitel pigmen dibawahnya secara aktif, menuju basis
vitreus. Traksi ini disebabkan oleh pembentukan membrane vitreosa, epiretina,
atau subretina yang terdiri atas fibroblast dan sel glia atau sel epitel pigmen
retina. Pada mulanya, pelepasan mungkin terlokalisasi di sepanjang arcade-
arkade vascular, tetapi dapat meluas hingga melibatkan retina midperifer dan
macula. Traksi fokal dari membrane-membran selular dapat menyebabkan
8
robekan retina dan menimbulkan kombinasi ablatio retinae regmatogenosa-
traksional
Vitreoretinopati proliferative merupakan komplikasi ablatio retinae
regmatoenosa dan penyebab tersering kegagalan tindakan bedah pada mata
tersebut.
Terapi
Vitrektomi pars plana memungkinkan pengangkatan unsur penyebab traksi
diikuti dengan penyingkiran membrane-membran fibrotik. Mungkin perlu
dilakukan retinotomi dan atau penyuntikan perfluorokarbon atau cairan berat
untuk meratakan retina. Dapat digunakan tamponade gas, minyak silicon, atau
scleral buckling.
c) Ablatio retinae serosa dan hemoragik
Ablatio retinae serosa dan hemoragik dapat terjadi walaupun tidak terdapat
pemutusan retina atau traksi vitreoretina. Ablasi ini adalah hasil darin
penimbunan cairan di bawah retina sensorik dan terutama disebabkan oleh
penyakit epitel pigmen retina dan koroid. Penyakit-penyakit degeneratif,
inflamasi, dan infeksi, serta neovaskularisasi subretina akibat bermacam-macam
hal mungkin berkaitan dengan ablatio retinae jenis ini. Ablasi jenis ini juga
dapat menyertai penyakit peradangan dan penyakit vaskuler sistemik.
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu
atau kedua mata.
Retinoblastoma adalah tumor masa kanak-kanak yang jarang namun bisa
fatal. Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga, kasus- kasus yang
jarang dilaporkan hampir di segala usia. Tumor bersifat bilateral pada sekitar
30% kasus. Umumnya, hal ini merupakan suatu tanda dari penyakit herediter,
tetapi lebih dari sepertiga kasus-kasus keturunan terjadi unilateral (Vaughan dan
Ashburry, 2010).
Gangguan ini merupakan tumor ganas utama intra okuler yang terjadi pada
anak-anak terutama pada umur di bawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis
antara usia 6 bulan dan 2 tahun. Sebagian besar adalah mutasi sporadis tetapi
hampir 10% herediter. Retinoblastoma dapat terjadi unilateral (70%) dan
bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan
melalui kromosom. Insiden gangguan ini 1 dalam 15.000 bayi lahir hidup.
2.1.3 Etiologi
9
Beberapa penyebab terjadinya ablasio retina adalah :
a) Miopia, pada miopia berat ukuran anteroposterior mata membesar dan
mengakibatkan desakan pada retina.
b) Trauma atau penggunaan fisik yang kuat dan mendadak akan menyebabkan
robekan pada retina.
c) Afakia, afakia menyebabkan pergerakan vitreus ke depan.
d) Degenerasi retina atau vitreus, menyebabkan terikan pada retina, inilah yang
biasanya menyebabkan robekan retina.
2.1.4 Patofisiologi
Retina terdiri atas dua lapisan. Robekan atau pelepasan retina terjadi jika
kedua lapisan tersebut terpisah karena akumulasi cairan atau tarikan kontraksi
badan vitreus. Tarikan vitreus pada retina menyebabkan klien melihat sinar kilat.
Klien juga mengeluh melihat titik-titik hitam di depan mata, yang terjadi karena
lepasnya sel-sel retina dan putusnya kapiler yang mengalirkan sel darah merah
ke dalam vitreus. Sel darah merah ini menghasilkan bayangan pada retina yang
diterima sebagai titik-titik hitam tersebut. Lepasnya retina juga menyebabkan
gangguan penerimaan rangsangan visual yang mengakibatkan konversi
rangsangan kebentuk yang tidak dapat diinterpretasikan otak dan menyebabkan
klien mengalami penurunan atau hilangnya pandangan. Hilangnya lapang
pandang bergantung pada area lepasnya retina. Retina temporal lebih sering
terkena sehingga klien mengeluh gangguan pada area nasal dari pada
pandangan.Gangguan penglihatan sentral terjadi jika macula lutea terkena.
10
Pasien yang dicurigai mengalami ablasio retina harus dirujuk ke spesialis
retina segera untuk penanganan kedaruratannya. Pupil perlu didilatasi, dan
fundus diperiksa dengan oftalmoskop indirek dan lensa pembesar. Metoda lebih
luas sehingga seluruh retina dapat diperiksa dan setiap robekan teridentifikasi.
2.1.6 Penatalaksanaan
11
proses keperawatan, perawat melakukan kontak dengan banyak pasien dirumah
sakit, oleh karena itu perawat harus menyadari dan mengetahui akan prinsip-
prinsip aseptik medis sebagai upaya untuk menghindari transfer kuman dari
pasien ke perawat, dari perawat ke pasien, dari perawat ke perawat lain atau
petugas kesehatan lain, serta dari satu pasien ke pasien lainnya.
Suatu objek dikatakan terkontaminasi bila objek tersebut menjadi tidak
steril atau bersih. Dalam aseptik medik suatu area atau objek dikatakan
terkontaminasi bila terdapat atau objek dicurigai mengandung kuman pathogen,
misalnya tempat tidur (badpan) yang telah dipakai, lantai dan kasa basah yang
telah dipakai. Mata rantai infeksi yang paling mudah untuk di putus adalah cara
penularannya. Dalam lingkungan perawatan kesehatan lingkungan, mencuci
tangan adalah merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengontrolan penularan infeksi nosokomia. Menurut Larson dalam Dwi
Handayani (2003), Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara
bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang
kemudian di bilas dibawah air mengalir. Oleh karena itu, mencuci tangan
menjadi metode pencegahan dan pengendalian infeksi yang paling penting.
Tujuan mencuci tangan adalah menurunkan Bioburden(jumlah
mikroorgsnisme) pada tangan dan untuk mencegah penyebaranya ke area yamg
tidak terkontaminasi. Mencuci tangan yang kurang tepat menempatkan baik
pasien dan tenaga perawatan kesehatan pada resiko terhadap infeksi atau
penyakit. Tenaga perawatan kesehatan yang mencuci tangan kurang adekuat
dapat memindahkan organisme-organisme sepertistaphylococcus, escheria coli,
pseudomonas dan klebisellasecara langsung ke pada hospes yang rentan, yang
menyebabkan infeksi nasokomial dan endemik disemua jenis lingkungan pasien.
Adapun teknik cuci tangan yang efektif sesuai prosedur cuci tangan
menurut WHO (2007) yaitu sebagai berikut ;
1) Dimulai cuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan bersih.
2) Menggunakan sabun cair atau sabun batangan, menggosokan sabun
tersebut sampai berbusa banyak.
3) Menggosokan ke bagian punggung tangan dengan jari tangan menjalin
secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.
12
4) Mengepalkan salah satu tangan dan menggosokan ke permukaan tangan
lainnya dimulai dengan menggosokan buku-buku jari tangan, kuku
tangan, dan ujung-ujung jari tangan secara bergantian, sebanyak 3 (tiga)
kali.
5) Memutar-mutar ibu jari tangan dengan salah satu tangan yang dilakukan
secara bergantian, sebanyak 3 (tiga) kali.
6) Membilas tangan dengan air mengalir mulai dari permukaan tangan
sampai dengan sikut tangan.
7) Mengeringkan tangan.
b. Aseptik bedah
Aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme. Setelah objek menjadi tidak steril maka objek
tersebut telah terkontaminasi, misalnya alat-alat perawatan luka yang telah
dipakai atau tersentuh objek yang tidak steril. Pada aseptik bedah, suatu area
atau objek dinyatakan terkontaminasi jika disentuh oleh setiap objek yang tidak
steril. Teknik steril sering dilakukan dalam berbagai tindakan keperawatan di
ruang keperawatan, seperti dalam perawatan luka operasi (mengganti balutan).
Keefektifan tindakan pencegahan luka operasi bergantung pada motivasi
perawat dalam menggunakan teknik aseptik. Perawat yang bekerja dengan
lingkungan yang steril atau dengan peralatan yang seteril harus mengerti bahwa
kegagalan sekecil apapun dalam teknik ini mengakibatkan kontaminasi yang
akan membuat pasien beresiko terkena infeksi luka operasi yang dapat
menghambat proses penyembuhan ( Schaffer dkk, 2004).
Kulit yang sehat dan utuh serta memberan mukosa dapat memberikan
suatu barier yang efektif terhadap mikroorganisme, tetapi jaringan yang di
bawahnya merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Oleh karena itu saat jaringan bawah kulit terbuka akibat luka
karena prosedur operasi, maka untuk melindungi daerah tersebut dari
mikroorganisme harus digunakan teknik steril. Adapun prosedur-prosedur steril
perawatan luka menurut Ellis, et al (1999) adalah sebagai berikut:
a). Menata area steril
1. Mencuci tangan.
13
2. Pililah permukaan yang datar, kuat dan kering untuk menyiapkan alat
steril, dengan luas kurang lebih 12x12 inci.
3. Sebelum dilakukan sterilisasi, alat-alat dibungkus rapat agar tidak
terkontaminasi , sehingga saat dibuka alat-alat yang sudah steril tersebut
tidak akan terkontaminasi.
4. Apabila ingin menambah ala-alat yang steril, tempatkan ke sisi area yang
steril.
14
e). Menggunakan sarung tangan steril
1) Cuci tangan secara menyeluruh.
2) Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati menyibakkannya
ke samping.
3) Pegang kemasan bagian dalam dan letak pada permukaan yang datar dan
bersih tepat diatas ketinggian pergelangan tangan. Buka kemasan, pertahankan
sarung tangan pada permukaan dalam pembungkus.
4) Identifikasi tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai
manset kurang lebih 5 cm, kenakan sarung tangan pada tangan dominan terlebih
dahulu.
5) Dengan ibu jari dan 2 jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi
manset sarung tangan untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan
dalam sarung tangan.
6) Dengan hati-hati tarik sarung tangan pada tangan dominan, lebarkan
manset dan pastikan bahwa manset tidak menggulung pada pergelangan tangan.
Pastikan juga bahwa ibu jari dan jari-jari pada posisi yang tepat.
7) Dengan tangan dominan yang telah menggunakan sarung tangan, masukan
jari-jari tangan manset sarung tangan kedua.
8) Dengan hati-hati tarik sarung tangan kedua pada tangan non dominan.
Jangan biyarkan jari-jari dan ibu jari sarung tangan dominan menyentuh bagian
tangan non dominan yang terbuka. Pertahankan ibujari tangan non dominan
abduksi ke belakang.
9) Manakala sarung tangan kedua telah terpasang, cakupkan kedua tangan
anda. Manset biasanya terlepas setelah pemasangan. Pastikan untuk hanya
menyentuh bagian yang steril.
15
2) Mencegah terjadinya infeksi pada luka
3) Apsorbsi cairan eksudat
4) Mempertahankan kelembaban daerah sekitar luka
5) Melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut
6) Melindungi daerah sekitar luka dari infeksi dan trauma
16
3) Masukan tangan yang tidak memegang sarung tangan dengan hati-hati
tanpa menyentuh bagian luar sarung tangan.
4) Ambil sarung tangan kedua dengan tangan yang sudah terpasang
sarung tangan pada bagian luar pada lipatan.
5) Masukan tangan yang kedua tanpa terkontaminasi
6) Atur sarung tangan yang sudah terpasang agar pas ditangan
7) Menjaga tangan yang sudah terpasang sarung tangan steril agar tidak
terkontaminasi, dan selalu berada di atas pinggang.
17
2.1.7 WOC Ablasio Retina
Akumulasi cairan/
tarikan konstriksi
Lepasnya
Retina
Gangguan Visual
Post OP Keberhasilan
Operasi
Hilangnya
penglihatan
MK.
MK. TAKUT
GANGGUAN
RASA
MK. MK.
NYAMAN
ANSIETAS RESIKO
MK. RESIKO
TINGGI
Perubahan
pola hidup
MK.
GANGGUAN
18
2.2 Retinoblastoma
2.2.1 Definisi
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu
atau kedua mata.Retinoblastoma adalah tumor masa kanak-kanak yang jarang
namun bisa fatal. Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga, kasus-
kasus yang jarang dilaporkan hampir di segala usia. Tumor bersifat bilateral
pada sekitar 30% kasus. Umumnya, hal ini merupakan suatu tanda dari penyakit
herediter, tetapi lebih dari sepertiga kasus-kasus keturunan terjadi unilateral
(Vaughan dan Ashburry, 2010).
Gangguan ini merupakan tumor ganas utama intra okuler yang terjadi pada
anak-anak terutama pada umur di bawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis
antara usia 6 bulan dan 2 tahun. Sebagian besar adalah mutasi sporadis tetapi
hampir 10% herediter. Retinoblastoma dapat terjadi unilateral (70%) dan
bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom. Insiden gangguan ini 1 dalam 15.000 bayi lahir
hidup.
2.2.2 Klasifikasi
a Golongan I
Tumor soliter/ multipel kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau di belakang ekuator.
Prognosis sangat baik.
b Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4- 10 diameter papil.
Prognosis baik.
c Golongan III
Tumor ada di depan ekuator atau tumor soliter berukuran > 10 diameter
papil.
Prognosis meragukan.
d Golongan IV
Tumor multipel sampai ora serata.
Prognosis tidak baik.
19
e Golongan V
Setengah retina terkena dengan benih di badan kaca.
Prognosis buruk.
2.2.3 Etiologi
2.2.4 Patofisiologi
Jika letak tumor di makula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang makin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda
peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor masuk ke
segmen anterior mata, akan menyebabkan glaukoma atau tanda peradangan
berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan
metastasis dengan invasi tumor melalui : nervus optikus ke otak, sklera ke
jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang
melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen ke kelenjar
limfe pre aurikuler dan sub mandibula serta secara hematogen ke sumsum
tulang dan visera, terutama hati.
Retinoblastoma dapat tumbuh ke luar (eksofitik) atau ke dalam (endofitik)
atau kombinasi keduanya. Dapat terjadi penyebaran sel- sel tumor ke dalam
vitreus. Kedua jenis retinoblastoma, secara bertahap, akan mengisi mata dan
20
meluas bersama nervus opticus ke otak dan, lebih jarang, di sepanjang saraf dan
pembuluh-pembuluh emisari di sklera ke jaringan orbita lainnya. Tumor ini
terkadang tumbuh secara difus di retina, melepaskan sel-sel ganas ke dalam
vitreus dan bilik mata depan; dengan demikian, menimbulkan proses
pseudoinflamasi yang dapat menyerupai retinitis, vitritis, uveitis, atau
endoftalmitis. Secara mikroskopis, sebagian besar retinoblastoma terdiri atas
sel-sel kecil, tersusun rapat, bundar atau poligonal dengan inti besar berwarna
gelap dan sedikit sitoplasma. Sel-sel ini kadang- kadang membentuk rosette
Flexner-Wintersteiner yang khas, menandakan adanya diferensiasi fotoreseptor.
Kelainan- kelainan degeneratif sering dijumpai, disertai dengan nekrosis dan
kalsifikasi. Sejumlah kecil kasus akan sembuh secara spontan.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol,
dilakukan enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas
21
di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksenterasi, radioterapi dan kemoterapi.
Klien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% klien retinoblastoma
bilateral kan menderita tumor ganas primer terutama osteosarkoma.
1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara
membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 ajm
(rooming in).
2. Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk
melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak
antarmereka.
3. Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat
seperti di rumah, dinataranya dengan membuatdekorasi ruangan yang
bernuansa anak.
4. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, diantaranya dengan
memfasilitasi pertemuan dengan guru, teman sekolah dan membantunya
melakukan serat-menyurat dengan siapa saja yang anak inginkan.
22
pertahankan kontak antara orang tua dan anak terutama pada bayi dan anak
toddler untuk mengurangi stress.
2. Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan, bermain, dan aktivitas
lain dalam perawatan untuk menghadapi perubahan kebiasaan/kegiatan
sehari hari.
3. Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi
ketergantungan dengan cara memberi kesempatan anak mengambil
keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan asuhan
keperawatan.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dapat
dilakukan dengan cara:
23
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi pada anak, dengan cara :
Pada tahap sebelum masuk rumah sakit dapat dilakukan: 1) Siapkan ruang
rawat sesuai dengan tahapan usia anak dan jenis penyakit dengan peralatan
yang diperlukan; 2) Apabila anak harus secara berencana, 1-2 hari sebelum
dirawat diorientasikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniature
bangunan rumah sakit.
24
identias pada anak, misalnya dengan papan nama anak; 5) Jelaskan aturan
rumah sakit yang berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti; 6)
Laksanakan pengkajian riwayat keperawatan 7) Lakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan lainnya sesuai dengan yang diprogramkan.
Faktor Keturunan
RETINOBLASTOMA
25
Post OP
Perawatan Visus
rumah sakit menuru
Terdapa MK.
Orang asing MK. t luka RESIKO
yang DEFISIT
merawat PERAWATA
(Petugas
Kesehatan) Pemulihan
MK.
KURANG
MK. NYAMAN
Perlindung
RESIKO
an luka
CIDERA
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengumpulan Data
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur untuk mengetahui angka kejadian pada usia
keberapa, jenis kelamin untuk membandingkan angka kejadian antara laki-
laki dan perempuan, pekerjaan untuk mengetahui apakah penderita sering
menggunakan tenaga secara berlebihan atau tidak.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada penglihatan
seperti penglihatan kabur, melihat kilatan-kilatan kecil, adanya tirai hitam
yang menutupi area penglihatan, adanya penurunan tajam penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
26
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan
dengan timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi, retinopati,
trauma pada mata.
4. Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang
dialami pasien dan miopia tinggi.
5. Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan
lingkungan ssekitar sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien
mengalami kecemasan, rasa takut, kegelisahan karena penyakit yang
dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping mekanisme untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
27
a. Corpus vitreum ada kelainan atau tidak.
b. Ada atau tidak pupil syaraf optiknya.
28
melakukan peran dan Hilangnya Penglihatan
fungsi sebagaimana
mestinya. Terjadi perubahan pola
- Ungkapan hidup pada diri pasien
mengkritik diri
sendiri, mengejek Adanya gangguan
dan menyalahgunakan konsep diri pada pasien
diri sendiri.
DO :
- Kontak mata
kurang, sering
menunduk
- Mudah marah dan
tersinggung.
- Menarik diri.
- Menghindar dari
orang lain.
4. DS : Pasien Akumulasi cairan Takut berhubungan
mengatakan takut dengan kehilangan
untuk dioperasi. Sel-sel darah merah dan control dan hasil yang
DO : sel-sel retina lepas tidak dapat diperkirakan,
- Pasien tampak takut sekunder akidan hasilnya.
dan gelisah Dilakukkan tindakan
- Ekspresi tegang
operasi
-Klien selalu bertanya
tanya tentang
Keberhasilan operasi
penyakitnya.
yang belum pasti
Pasien Takut
Post OP
DS : Klien mengeluh Akumulasi cairan Gangguan rasa nyaman
1.
nyeri pada mata (nyeri) berhubungan
(daerah yang sudah Sel-sel darah merah dan dengan dampak
dioperasi. sel-sel retina lepas pembedahan
29
DO :
- Pasien tampak Dilakukkan tindakan
meringis operasi
- Adanya luka operasi
pada daerah mata
Luka Post OP
- Skala nyeri 4-6
- TTV tidak normal
Adanya Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
DS : - Akumulasi cairan Resiko tinggi infeksi
2.
DO : Tampak luka berhubungan dengan
insisi pada mata yang Sel-sel darah merah dan peningkatan kerentanan
ditutup perban. sel-sel retina lepas sekunder terhadap
gangguan akibat
Dilakukkan tindakan pembedahan mata
operasi
Luka Post OP
4. Takut berhubungan dengan kehilangan control dan hasil yang tidak dapat
diperkirakan, sekunder akibat operasi dan hasilnya.
Post Op
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan.
30
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
31
yang dapat
menyebabka
n cidera pada
pasien
Cidera akan
Mengurangi
memperparah
resiko cidera
prognosis
2 Ansietas Tujuan: Kaji tingkat
Untuk
berhubungan Kecemasan ansietas :
mengetahui
dengan ancaman berkurang atau ringan,
sampai sejauh
kehilangan hilang. sedang,
mana tingkat
penglihatan. berat, panic
kecemasan
Kriteria Hasil:
DS:Terus klien sehingga
- Klien mampu
menanyakan kapan memu-dahkan
menggambarkan
pelaksanaan penanganan/
ansietas dan pola
operasinya serta pemberian
kopingnya.
keadaan matanya. askep se-
- Klien mengerti
DO: Gelisah selalu lanjutnya.
tentang tujuan
Agar klien
bertanya, tidak
perawatan yang Berikan
tidak terlalu
menuruti anjuran
diberikan/ kenyaman
memikirkan
untuk bedrest total,
dilakukan. dan
penyakitnya.
berdebar-debar.
- Klien ketentraman
memahami tujuan hati
operasi, Agar klien
Berikan
pelaksanaan mengetahui/
penjelasan
operasi, pasca memahami
mengenai
operasi, bahwa ia
prosedur
prognosisnya benar sakit
perawatan,
(bila dilakukan dan perlu
perjalanan
operasi). dirawat
penyakit &
progno-
sisnya
32
Agar klien
Berikan/
merasa aman
tempatkan
dan
alat
terlindungi
pemanggil
saat
yang mudah
memerlukan
dijangkau
bantuan
oleh klien
Untuk
Gali
mengetahui
intervensi
cara mana
yang dapat
yang efektif
menurunkan
untuk
ansietas
menurunkan/
mengurangi
ansietas
Agar klien
Berikan
dengan senang
aktivitas
hati
yang dapat
melakukan
menurunkan
aktivitas
kecemasan/
karena sesuai
ketegangan
dengan
keinginan-nya
dan tidak
bertentangan
dengan prog-
ram
perawatan.
3. Gangguan konsep Tujuan: Interaksi yang
Dorong klien
diri berhubungan Konsep diri klien mencobat
untuk
dengan efek mengarah ke meningkatkan
mengungkap
perubahan pada positif (adaptif). konsep diri
kan
gaya hidup, dimulai
perasaannya
sekunder akibat Kriteria Hasil: dengan
33
kehilangan fungsi - Konsep diri mengkaji
tubuh. yang tentang apa
diekspresikan yang
DS: - Klien cemas
klien nonverbal dirasakan
dan sering
dan verbal yang klien tentang
mengatakan
konstruktif. penyakit dan
motivasi diri yang
- Reaksi pembedahan.
kurang
Hal ini
terhadap
- Mengeluh tidak Bantu klien
membantu
perubahan gaya
mampu untuk
klien untuk
hidup ke arah
melakukan peran mengidentifi
mengubah
positif
dan fungsi kasi tingkat
fokus dari
- Klien mau
sebagaimana mekanisme
perubahan
menerima
mestinya. koping yang
penampila ke
keadaan dan
- Ungkapan dimiliki
semua aspek
pasrah.
mengkritik diri
yang positif
sendiri, mengejek
yang
dan menyalahgunak
menunjang
an diri sendiri.
konsep diri
Mempertahan
DO: - Kontak mata Berikan
kan kotrak
kurang, sering support
sosial
menunduk sistem
kekuatan
- Mudah marah dan (keluarga,
moral klien
tersinggung. teman dekat
dalam
- Menarik diri. dan lainlain)
mengahdapi
- Menghindar dari
masalahnya
orang lain. Ajarkan Meminimalka
klien untuk n perubahan
beradaptasi yang ada ke
terhadap arah
perubahan konstruktif
penampilann
ya
34
4. Tujuan: Ciptakan Mengungkapk
Takut berhubungan
Klien tidak takut suasana an perasaan
dengan kehilangan
dalam manjalani lingkungan dan
control dan hasil
operasinya. yang kekawatiran
yang tidak dapat
kondusif dan meningkatkan
diperkirakan,
Kriteria Hasil: saling kewaspadaan
sekunder akibat
- Klien akan percaya diri klien dan
operasi dan
mengekspresikan membantu
hasilnya.
kekawatiran nya klien dalam
mengenai operasi mengidentifik
DS: Pasien yang akan asi masalah
mengatakan takut Dengarkan Validasi
dijalani selama
untuk dioperasi dengan aktif memberi
dialog (banyak
- DO: Pasien tampak dan validasi keyakinan
informasi yang di
takut dan gelisah ketakutan meningkatkan
- Ekspresi tegang cari klien).
Klien selalu klien harga diri dan
- Klien mau dan
bertanya tanya membantu
bekerja sama
tentang mengurangi
dalam tindakan
penyakitnya. ansietas.
operasi setelah
Sajikan Stimulasi
mengerti tentang
informasi simultan
prosedur
dengan berbagai
pembedahan,
menggunaka indera
resiko, serta
n metode meningkatkan
manfaatnya.
model proses belajar
- Klien tenang
anatami atau mengajar
dan tak gelisah.
- Tensi 130/80, contoh
35
cairan ) sehingga
memungkinka
n klien mau
berpartisipasi
jelaskan Informasi
aktivitas dapat
yang meningkatkan
diperbolehka kepatuhan dan
n setelah memfasilitasi
operasi proses
(berbaring, perencanaan
ambulasi, pulang.
latihan nafas
dalam)
POST OP
1. Gangguan rasa Tujuan: Pengetahuan
Identifikasi
nyaman (nyeri) Nyeri berkurang yang
klien dlam
berhubungan atau rasa nyaman mendalam
membantu
dengan dampak terpenuhi tentang nyeri
menghilangka
pembedahan. dan
n rasa
Kriteria Hasil: kefektifan
nyerinya
DS:Klien mengeluh - Lokasi nyeri tindakan
nyeri pada mata minimal. penghilangan
(daerah yang sudah - Keparahan nyeri.
Berikan Informasi
dioperasi nyeri berskala 0.
informasi mengurangi
- Indikator nyeri
tentang ansietas yang
DO: verbal dan
penyebab dan berhubungan
-Pasien tampak nonverbal (tidak
cara dengan
meringis menyeringai).
mengatasinya sesuatu yang
- Adanya luka
diperkirakan.
operasi pada
Tindakan Tindakan ini
daerah mata
- Skala nyeri 4-6 penghilangan memungkink
36
dan non mendapatkan
farmakologis rasa kontrol
(posisi, terhadap
balutan (24- nyeri
48 jam),
distraksi dan
relaksasi.
Terapi
Terapi
farmakologi
analgetik
diperlukan
untuk
memberikan
peredam
nyeri.
2. Resiko tinggi Tujuan: Tingkatkan
Nutrisi dan
infeksi Infeksi tak Penyembuhan
hidrasi yang
berhubungan terjadi. luka :
optimal
dengan peningkatan - diit
meningkatka
kerentanan Kriteria Hasil: seimbang
n kesehatan
sekunder terhadap - Drainase baik. - menjaga
umum.
gangguan akibat - Suhu dalam kebersihan
Mempercepat
pembedahan mata. batas normal. luka
kesemubuhan
- Nilai
DS:-
luka
DO: Tampak luka laboratorium sel
insisi pada mata darah putih Tindakan Regangan
yang ditutup perban normal. untuk pada jahitan
mencegah dapat
regangan pada menimbulkan
jahitan gangguan,
emmbuat
jalan masuk
mikroorganis
me
Teknik
Tindakan
37
aseptik
perawatan
menimimalka
luka aseptik
n masuknya
dan antiseptik
mikroorganis
me dan
mengurangi
risiko infeksi
Terapi Anti kuman
antibiotika atau babteri
berspektrum
luas.
3.2 Retinoblastoma
3.2.1 Pengkajian
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola
mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata
tersebut sebelum meminta pertolongan.
38
5. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula
memperburuk keadaan klien
8. Usia penderita
9. Riwayat Psikologi
b. Mekanisme koping
39
Terdiri dari pemeriksaan terhadap posisi dan kesejajaran mata, alis mata
(distribusi penyebaran alis mata, kesejajaran, dan gerakannya), kelopak mata
(pembengkakan, warna, masa, kemampuan mengedip, serta posisinya terhadap
kornea), apparatus lakrimal dan duktus nasolakrimal (pembengkkan dan warna
serta nyeri saat palpasi), bola mata (terlihat menonjol atau tidak), konjungtiva
(warna, masa, benda asing), sclera (warna, perdarahan), kornea (kejernihan), iris
(warna, dan bentuk), pupil (warna, bentuk, reaksi terhadap cahaya dan
kesimetrisan ukuran), dan lensa (warna)
40
menangis, rewel
ketika Pertumbuhan sel daerah
dilakukannya retina tidak terkontrol
tindakan oleh
petugas kesehatan Gangguan penerimaan
sensori pada fotoreseptor
Anak Takut
2. DS: Klien Adanya faktor keturunan Defisit perawatan diri
mengatakan tidak berhubungan dengan
dapat melakukan Mutasi Gen ketidakberdayaan akibat
personal higiene penurunan visus pada
sendiri. Pertumbuhan sel daerah mata
DO: Klien terlihat retina tidak terkontrol
kesusahan untuk
personal higiene Gangguan penerimaan
sendiri. Klien sensori pada fotoreseptor
selalu meminta
tolong. Visus Menurun
41
retina yang
berkelok kelok Ketajaman penglihatan
menurun
Post OP
DS: Klien Adanya faktor keturunan Gangguan rasa nyaman
1.
mengatakan nyeri (nyeri) berhubungan
DO: Wajah klien Mutasi Gen dengan luka post
meringis menahan operasi ablasio retina.
nyeri, keringat Pertumbuhan sel daerah
dingin, takikardi retina tidak terkontrol
Dilakukan tindakan
operasi
42
pada mata
Dilakukan tindakan
operasi
Dilakukan tindakan
operasi
Pemulihan dengan
menggunakan penutup
mata dan adanya batasan
43
Post Op
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post operasi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder
akibat trauma bedah.
3. Resiko cedera berhubungan dnegan keterbatasan penglihatan, berada
dilingkungan yang tidak dikenal, dan adanya penutup mata pasca operasi.
44
hukuman atau
upaya memaksa
anak untuk
mengatasi
ketakutannya.
Dengan melihat
Beri anak
secara
kesempatan
langsung, anak
untuk
akan lebih
mengamati
mendapatkan
bagaimana anak-
keberanian,
anak yang lain
bahwa yang
berhasil
ditakutinya,
menghadapi hal-
merupakan hal
hal yang
yang bisa
dianggapnya
dihadapi.
menakutkan.
2. Defisit Tujuan: Kewaspadaan
Latih pasien
perawatan diri Perawatan diri akan memberi
untuk
berhungan pasien keamanan pada
menggunakan
dengan terpenuhi pasien itu
objek-objek
ketidakberdayaa sendiri
yang
n akibat Kriteria Hasil:
memerlukan
penurunan visus - Kien tidak
kewaspadaan
pada mata. kotor
seperti
- Klien tenang
DS: Klien penggunaan
- Klien
mengatakan pisau dan minum
merasa nyaman
tidak dapat dengan sedotan
Bantu perawatan Perawatan
melakukan
diri klien secara teratur
personal higiene
teratur memberikan
sendiri.
pola hygiene
DO: Klien
yang baik dan
45
terlihat tertata
Menurunkan Partisipasi tidak
kesusahan untuk
kelelahan dan akan membuat
personal higiene
meningkatkan pasien merasa
sendiri. Klien
partisipasi dalam dirinya sendiri
selalu meminta
perawatan diri
tolong.
pasien
Meminimalisir Tidak
trauma yang memperparah
diakibatkan trauma yang
objek-objek sudah ada
yang berbahaya
3. Resiko cidera Tujuan: Meminimalisir
Ciptakan
berhungan Tidak terjadi trauma
lingkungan yang
dengan kecelakaan atau
nyaman bagi
penurunan tajam cedera pada
klien
penglihatan. pasien.
Tingkat
Pindahkan
keamanan
DS: -
Kriteria Hasil: benda-benda
pasien terjaga
DO: Visus
- Tidak terjadi berisiko dari
menurun,
cedera pada lingkungan klien
floaters, Keluarga adalah
pasien
pemeriksaan Ajarkan
- Pasien dapat orang terdekat
fundus okuli : keluarga tentang
mengetahui yang bisa ikut
tampak retina faktor risiko
faktor yang bekerja sama
yang terlepas jatuh dan
dapat dalam invensi
berwarna pucat bagaimana
menyebabkan pasien
dengan mengurangi
cedera
pembuluh darah risiko jatuh
Dengan tetap
retina yang Membantu
beraktifitas
berkelok pasien
pasien akan
kelok. beraktivitas
tetap
tanpa terjadi
bersosialisasi
cidera
tanpa resiko
46
Tingkat
Mengetahui
keamanan
benda-benda
pasien terjaga
yang dapat
menyebabkan
cidera pada
pasien
Mengurangi Cidera akan
resiko cidera memperparah
prognosis
POST OP
1. Gangguan rasa Tujuan: Mengukur
Tentukan waktu
nyaman (nyeri) Nyeri berkurang pasien tentang
khusus untuk
berhubungan atau hilang persepsi
berbicara
dengan luka nyerinya
dengan pasien
post operasi. Kriteria Hasil:
tentang nyeri
- Pasien
dan efek
DS: Klien mengungkapkan
psikologis dan
mengatakan perasaan tentang
emosinya
nyeri nyeri
Nyeri akut
DO: Wajah klien - Pasien Kaji aktivitas
menunjukan
meringis mengidentifikasi pasien sehari-
adanya TIO dan
menahan nyeri, sumber-sumber hari pasien dan
perdarahan
keringat dingin, nyeri gejala-gejala
takikardi. - Pasien fisik nyeri ,
mengidentifikasi pantau dan
hubungan antara catat
nyeri dan stress keefektifan dan
atau konflik reaksi tidak
- Pasien diinginkan dari
mengidentifikasi obat dan
factor yang hubungkan
mempengaruhi perilaku pasien
kejadian atau yang terkait
keparahan nyeri nyeri
47
- Pasien Ajarkan teknik Meningkatkan
menggunakan relaksasi dan kualitas
tindakan berikan hidupnya
pengurangan penghargaan
nyeri untuk perilaku
noninvasive yang terkait
seperti distraksi, dengan
relaksasi dan pengurangan
imajiner. nyeri
Beri dorongan Membantu
- Pasien
kepada pasien mengurangi
mengurangi
untuk rasa takut dan
nyeri dengan
menerima meningkatkan
menggunakan
ketrbatasan kerja sama
aktifitas
yang dalam
pengalihan dan
disebabkan pembatasan
rekreasional
oleh nyeri dan yang diperlukan
untuk
menggunakan
aktifitas
pengalihan
Informasi
Diskusikan apa
tentang diri
yang terjadi
pasien akan
pada pasca
meminila takut
operasi tentang
nyeri,pembatas
an aktivitas dan
balutan mata
2. Resiko infeksi Tujuan:
Diskusikan Menurunkan
berhubungan Resiko infeksi
pentingnya jumlah bakteri
dengan tidak terjadi
mencuci tangan pada tangan
peningkatan
sebelum mencegah
kerentanan Kriteria Hasil:
menyentuh dan kontaminasi
48
sekunder akibat - Pasien
mengobati mata area robekan
trauma bedah melaporkan
mata
tanda tanda
DS: - infeksi (kalor, Pantau suhu Suhu yang terus
DO: Ada pus rubor, dolor, dan catat jika meningkat
pada luka post tumor, dan ada menunjukan
op, kadar fungsiolesa) penungkatan tanda-tanda
leukosit - Suhu tetap suhu infeksi
meningkat, suhu dalam rentang Menghindari
Gunakan teknik
tubuh normal penyebaran
steril pada saat
meningkat, - Luka terlihat patogen
merawat luka
adanya tanda- bersih Pantau leukosit Peningkatan
tanda infeksi - Hitung sesuai program leukosit total
leukosit dalam menunjukan
rentang normal adanya infeksi
3 Resiko cedera Tujuan:
Batasi aktivitas Digunakan
berhubungan Tidak terjadi
pasien seperti untuk
dengan resiko cidera
menggerakan melindungi
keterbatasan
kepala tiba- mata dari
penglihatan, Kriteria Hasil:
tiba, cedera dan
berada Pasien akan
menggaruk menurunkan
dilingkungan mengubah
mata. gerakan mata
yang tidak lingkungan yang
Tingkat
dikenal, dan sesuai indikasi Pertahankan
keamanan
adanya penutup untuk perlindungan
terjaga
mata pasca meningkatkan mata sesuai
operasi keamanan indikasi
Menurunkan
Beri pasien
DS:- tekanan pada
posisi pronasi
DO: Terpasang mata yang sakit
dengan kepala
penutup mata dan
menunduk
pasca operasi mengoptimalka
n penyembuhan
pasca operasi
49
BAB IV
KESIMPULAN
a) Ablasia retina juga disebut sebagai suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari
retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului
oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina. (P.N Oka, 1993).
b) Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada satu atau
kedua mata (Suriadi,Rita, 2010)
50
DAFTAR PUSTAKA
Paul, John. 2010. Oftalmologi Umum. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suriadi, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2.Jakarta :Sagung
Seto.
51
Vaughan, D.2010.Oftamologi Umum. Jakarta: Widya Medika.
Yupi Supartini. 2014. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta
:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
52