Você está na página 1de 14

1.

Pendahuluan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Revisi 2007 adalah standar


akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang mengatur tentang
perlakuan akuntansi aset tetap, yang terakhir kali diubah pada tahun 2007 dan mulai
berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2008. Pernyataan-pernyataan dalam PSAK 16
harus diterapkan dalm perlakuan akuntansi aset tetap kecuali ada pernyataan lain yang
menetapkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda dengan standar ini.
Misalnya aset tetap seperti hak penambangan dan reservasi tambang seperti minyak
bumi atau gas alam, dan sumber daya lain, tidak diatur dalam pernyataan ini tetapi
melaui pernyataan lain yang khusus mengatur tentang aset tersebut. Perlakuan lain
misalnya sewa-menyewa diatur dalam PSAK lain, tetapi hal-hal perlakuan akuntansi
tertentu seperti penyusutan diatur dengan pernyataan ini.

Di dalam PSAK 16 yang dimaksud dengan aset tetap adalah aset berwujud yang:

1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Nilai yang dapat diakui sebagai aset tetap dalam standar ini yaitu nilai wajar.

Menurut PSAK No.16 (revisi 2007) tentang Aset Tetap, nilai wajar
didefinisikan sebagai Jumlah yang dipakai mempertukarkan suatu aset antara
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan yang memadai
dalam suatu transaksi dengan wajar.
Menurut IAS No.16 tentang Property, Plant and Equipment, yang diadopsi
menjadi PSAK No.16 (revisi 2007), nilai wajar didefinisikan sebagai The
amount for wich and asset could be exchanged between knowleadgeable,
wiling parties in an arms length transaction.
Pengukuran aset tetap dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:

2. Pengukuran awal ketika aset tersebut diperoleh

Aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk dikategorikan sebagai aset tetap pada
awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset adalah jumlah biaya
yang dikeluarkan oleh entitas dan diperlukan untuk menyiapkan aset tetap tersebut
agar dapat digunakan sebagaimana mestinya sebuah aset tetap. Biaya perolehan aset
tetap menurut PSAK Nomor 16 Revisi Tahun 2007 meliputi:

1. biaya perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi dengan diskon pembelian dan potongan lain.
2. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
adalah:

a. biaya penyiapan lahan untuk pabrik.


b. biaya penanganan dan penyerahan awal.
c. biaya perakitan dan instalasi.
d. biaya pengujian aset apakah dapat beroperasi dengan baik, setelah dikurangi
hasil penjualan dari produk yang dihasilkan atas pengujian tersebut.
e. komisi profesional.

3. estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset.

Pada umumnya nilai perolehan suatu aset tetap sama dengan jumlah biaya (bisa berupa
kas maupun nonkas) untuk memperoleh aset tersebut. Selain hal tersebut, aset tetap
dapat diperoleh dari pertukaran aset nonmoneter. Prinsip utama pada pengukuran aset
tetap yang diperoleh dari pertukaran aset tetap ini adalah dengan menggunakan nilai
wajarnya. Dalam hal nilai wajar aset tetap yang dipertukarkan tidak diketahui, nilai
buku dari aset tersebut dapat digunakan.
3. Pengukuran setelah pengakuan awal

Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada
periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 Revisi 2007 terdapat
perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang
pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. PSAK 16 Revisi 2007 mengakui adanya
dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode itu adalah:

Metode Biaya Historis

Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset tetap tersebut
dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai aset

Metode Revaluasian

Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap yang
nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi atas aset tetap harus
dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah
tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca.

Penentuan nilai aset dengan menggunakan nilai wajar pada umumnya dilakukan
melalui penilai yang memiliki kualifikasi profesional. untuk melakukan penilaian
terhadap tanah dan bangunan biasanya penilai menggunakan bukti pasar. Sedangkan
untuk penilaian aset tetap lain seperti pabrik dan peralatan penilai akan menentukan
sendiri nilai pasar wajarnya. Dalam hal tidak ada pasar yang memperjualbelikan aset
tetap yang serupa, penentuan nilai pasar wajar dapat dilakukan dengan pendekatan
penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost
approach). Frekuensi pelaksanaan revaluasi sendiri tergantung pada perubahan niali
wajar suatu aset. Jika nilai wajar yang tercatat berbeda secara material dengan nilai
revaluasi, maka revaluasi lanjutan perlu dilaksanakan. Untuk aset tetap yang
mempunyai perubahan nilai wajar secara fluktuatif dan sifatnya signifikan, revaluasi
dapat dilaksanakan tiap tahun. Sedangkan untuk beberapa aset lain yang tidak
mengalami perubahan secara fluktuatif dan signifikan, revaluasi tidak perlu
dilaksanakan setiap tahun. Untuk aset seperti itu revaluasi dapat dilakukan setiap tiga
tahun atau lima tahun.

Untuk metode revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi penyusutan aset tetap pada
tanggal revaluasi dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut:

1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah tercatat


secara bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan jumlah revaluasian, metode ini sering digunakan apabila aset
direvaluasi dengan cara memberi indek untuk menentukan biaya pengganti
yang disusutkan (depreciated replacement cost).
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto
setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.

Pengakuan terhadap kenaikan atau penurunan nilai akibat revaluasi dilakukan


langsung pada kenaikan atau penurunan akibat revaluasi, kecuali jika revaluasi
dilakukan pada tahun-tahun berikutnya. Apabila revaluasi dilakukan untuk yang kedua
kali dan seterusnya, terdapat perlakuan yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah:

Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut


langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun kenaikan
tersebut harus diakui di dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah
penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah dilakukan sebelumnya dalam
laporan laba rugi.
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui
dalam laporan laba rugi. Namun penurunan nilai akibat revaluasi tersebut
langsung didebit ke dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama
penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset
tersebut.
Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan
karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan harga
perolehan. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah. Ketika perusahaan melakukan penilaian kembali atas aset-asetnya, laporan
keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di
dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap
gambaran keuangan perusahaan. Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai
tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan nama Selisih Penilaian
Kembali Aktiva Tetap.

Kualifikasi Aktiva Tetap

Aktiva yang diperoleh perusahaan dan memenuhi kualifikasi untuk digolongkan


sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.
Komponen biaya perolehan sendiri terdiri dari:

1. harga belinya, termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi
(non-refundable), setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga
pembelian.
2. biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva
tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung adalah:

1. biaya persiapan tempat

2. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar-
muat (handling costs)

3. biaya pemasangan (installation costs) dan

4. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.

Perolehan aktiva tetap selain dengan pembelian tunai juga dapat dilakukan secara
kredit. Jika pembayaran terhadap aktiva tetap tersebut dalam jangka waktu kurang dari
satu periode, bunga atas hutang tersebut diakui sebagai beban bunga dan tidak
dikapitalisasikan dalam nilai aktiva tetap. Pengkapitalisasian bunga dalam perolehan
aktiva tetap diatur dalam PSAK 26 Revisi 1994 tentang Akuntansi Bunga untuk
Periode Konstruksi.

Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap (subsequent expenditures)


dikapitalisasikan jika menambah masa manfaat atau kemungkinan memberikan
manfaat ekonomis di masa depan bagi perusahaan. Pengeluaran setelah perolehan awal
aktiva tetap (subsequent expenditures) yang tidak menambah masa manfaat atau tidak
memberikan manfaat ekonomis di masa depan diakui sebagai beban pada periode
tersebut.

Aktiva tetap disajikan pada pada nilai bukunya. Nilai buku aktiva tetap merupakan
nilai perolehan dari aktiva tetap tersebut dan dikurangi dengan akumulasi
depresiasinya.

Penyusutan Aktiva Tetap

Jumlah dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara
sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metode penyusutan harus mencerminkan pola
pemanfaatan ekonomi aktiva (the pattern in which the assets economic benefits are
consumed by the enterprise) oleh perusa-haan. Penyusutan untuk setiap periode diakui
sebagai beban untuk periode yang bersangkutan, kecuali termasuk sebagai jumlah
tercatat aktiva lain.

Masa manfaat suatu aktiva tetap harus ditelaah ulang secara periodik dan, jika harapan
berbeda secara signifikan dengan estimasi sebelumnya, beban penyusutan untuk
periode sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan.

Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap ditelaah ulang secara periodik
dan jika terdapat suatu perubahan signifikan dalam pola pemanfaatan ekonomi yang
diharapkan dari aktiva tersebut, metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan
perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai
suatu perubahan kebijakan akuntansi dan dilaporkan sesuai dengan PSAK No.25 dan
beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus
disesuaikan. Apabila manfaat keekonomian suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar jumlah
tercatatnya maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan
dengan nilai manfaat keekonomian yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tetap
tersebut dilaporkan sebagai kerugian.

1. B. IAS No.16 pencatatan akuntansi untuk komponen aktiva tetap

IAS 16 mengharuskan adanya pencatatan akuntansi untuk komponen aktiva tetap.


Component accounting is the first challenge in IASKomponen akuntansi adalah
tantangan pertama dalam IAS 16. Many companies are accustomed to Banyak
perusahaan yang terbiasa aggregating fixed assets into large units of accountperhaps
accounting for a building, menggabungkan aktiva tetap menjadi unit-unit besar-
mungkin akuntansi account untuk membangun, sebuahaircraft, or an oil production
facility as a single asset. pesawat, atau fasilitas produksi minyak sebagai aset tunggal.
Paragraph 9 of IAS 16 reads: Ayat 9 dari IAS 16 berbunyi:

This Standard does not prescribe the unit of measure for recognition, ie what
constitutes Standar ini tidak menetapkan satuan ukuran untuk pengenalan, yaitu apa
yang merupakan an item of property, plant and equipmesuatu aset tetap. Thus,
judgement is required in applying the Jadi, penilaian diperlukan dalam menerapkan
recognition criteria to an entitys specific circumstanckriteria pengakuans khusus
untuk keadaan suatu entitas. It may be appropriate to Ini mungkin cocok untuk
aggregate individually insignificant items, such as moulds, tools and dies, and to
apagregat secara individual tidak signifikan item, seperti cetakan, alat-alat dan mati,
dan untuk menerapkan the criteria to the aggregate valukriteria dengan nilai agregat.

However, and this is more significant to fixed-asset record-keeping systems,


paragraphs 43 and

Namun, dan ini lebih signifikan untuk aset tetap pencatatan sistem, paragraf 43 dan 44
re44 membaca:

Each part of an item of property, plant and equipment with a cost that is significant
in Setiap bagian dari suatu aset tetap dengan biaya yang signifikan dalam

relation to the total cost of the item shall be depreciated separately Sehubungan
dengan total biaya barang harus disusutkan secara terpisah
There is little point in allocating the cost of an asset to components if the effAda
gunanya mengalokasikan biaya perolehan aset untuk komponen jika pengaruhdoing so
is not material. melakukannya tidak material. Still, some assets have components with
useful lives that aNamun, beberapa aset memiliki komponen dengan masa manfaat
yang significantly different from one another, and some jurisdictions already separate
assets insecara signifikan berbeda dari satu sama lain, dan yurisdiksi sudah beberapa
aset terpisah menjadi components. komponen. For example, a buildings, elevators,
and heating/air conditioning plant may have Sebagai contoh, sebuah gedung itu, lift,
dan pemanas / AC pabrik mungkin lives that are shorter than that of the building shell.
hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan shell bangunan. In a manufacturing
facility, custom-built

1. C. IAS 16 requires an explicit estimate of residual value IAS 16


membutuhkan perkiraan eksplisit dari nilai sisa

Paragraph 6 of IAS 16 defines residual value as: Ayat 6 dari IAS 16 mendefinisikan
nilai sisa sebagai:

The residual value of an asset is the estimated amount that an entity would
currentlNilai sisa aset adalah jumlah diperkirakan entitas saat ini akan obtain
from disposal of the asset, after deducting the estimated costs of disposal, if
tdiperoleh dari penjualan aset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan,
jikaasset were already of the age and in the condition expected at the end of its
useful life. aset sudah usia dan dalam kondisi yang diharapkan pada akhir masa
manfaatnya.

Definisi tersebut dapat kembali sebagai pertanyaan sederhana. If the asset was at the
end of its useful life Jika aset itu pada akhir masa manfaatnya today, and was in the
condition expected at the end of its useful life, what would the compahari ini, dan
berada di kondisi yang diharapkan pada akhir masa manfaat nya, apa yang akan
perusahaan receive today from selling the asset (net of disposal costsmenerima hari ini
dari penjualan aktiva (setelah dikurangi biaya penjualan)? IAS 16 also requires that the
residual value of assets must be reviewed annually. IAS 16 juga mensyaratkan bahwa
nilai sisa aset harus ditinjau setiap tahun. If an assets Jika asets residual value is
greater than its net carrying amount, then there is no charge for depreciationilai sisa
lebih besar dari nilai tercatat, maka tidak ada biaya untuk penyusutan.

Does this require management to make an annual detailed review of its fixed asset
records? Apakah ini mengharuskan manajemen untuk membuat kajian rinci tahunan
aktiva tetap catatannya? Probably not in many situationMungkin tidak dalam banyak
situasi. Again, judgement is required. Sekali lagi, penilaian diperlukan. The residual
value of some Nilai sisa dari beberapa assets, such as aircraft, may change
significantly from period to perioaset, seperti pesawat terbang, dapat berubah secara
signifikan dari periode ke periode. Other assets, suchAktiva lain, seperti those used in
manufacturing facilities, may have residual values that do not change from periyang
digunakan dalam fasilitas manufaktur, dapat memiliki nilai sisa yang tidak berubah
dari periode to perke periode berikutnya. Management should have a policy for
identifying and monitoring changes in assets. Manajemen harus memiliki kebijakan
untuk mengidentifikasi dan monitoring perubahan aktiva.

1. D. IAS 16 membutuhkan perkiraan eksplisit masa manfaat

Paragraph 6 of IAS 16 defines useful life as: Ayat 6 dari IAS 16 mendefinisikan umur
manfaat sebagai:

a. the period over which an asset is expected to be available for use by an entity;
or periode dimana aset diharapkan akan tersedia untuk digunakan oleh entitas;
atau

b. (b) the number of production or similar units expected to be obtained from the
assejumlah atau mirip unit produksi diharapkan diperoleh dari aktiva oleh an
entisuatu entitas.

Masa manfaat suatu aktiva didefinisikan dalam hal aset yang diharapkan utilitas untuk
entitas. Oleh karena itu, masa manfaat suatu aktiva mungkin lebih pendek dari umur
ekonomisnya. The estimation estimasi of the useful life of the asset is a matter of
judgement based on the experience of the entity with dari masa manfaat aset tersebut
adalah masalah penilaian berdasarkan pengalaman dari entitas dengan similar assets.
aset yang serupa.
E. IAS 16 memungkinkan berbagai metode depresiasi

Of all IAS 16s requirements, the selection of depreciation methods can have the
largest effect on Dari semua IAS 16 kebutuhan, pemilihan metode depresiasi dapat
memiliki pengaruh terbesar untuk reported profit or losmelaporkan laba atau rugi. Yet
the standard devotes only a few paragraphs to the topic. Namun standar mencurahkan
hanya beberapa paragraf dengan topik. Paragraph Ayat 60 captures the principle:60
menangkap prinsip:

The depreciation method used shall reflect the pattern in which the assets future
Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan pola di mana asset
masa depan economic benefits are expected to be consumed by the entitymanfaat
ekonomi diharapkan untuk dikonsumsi oleh entitas.

The requirement, then, is simple. Persyaratan, kemudian, adalah sederhana. IAS 16


requires a depreciation method that is consistent with IAS 16 membutuhkan metode
penyusutan yang konsisten dengan the pattern of consumption of economic benefits, to
the extent possible within the limits of pola konsumsi manfaat ekonomi, sejauh
mungkin dalam batas-batas apapun accounting allocation methmetode akuntansi
alokasi. Selection of a method is not a free choice.Tujuan dari metode penyusutan,
then, is to approximate the pattern in which the bundle of economic benefits
diminishes ovkemudian, adalah untuk perkiraan pola di mana bundel manfaat ekonomi
berkurang selama tiwaktu.

Manfaat ekonomi masa depan aset tetap dikonsumsi oleh entitas terutama through its
umelalui penggunaannya. However, other factors, such as technical or commercial
obsolescence Namun, faktor lain, seperti atau komersial usang teknis and wear and
tear while an asset remains idle, often result in the diminution of dan keausan saat
aktiva tetap siaga, sering mengakibatkan penurunan dari economic benefits that might
have been obtained from the asset. manfaat ekonomi yang mungkin telah diperoleh
dari aset tersebut. Consequently, all the following factors are considered in
determining the useful life ofAkibatnya, semua faktor berikut dipertimbangkan dalam
menentukan masa manfaat dariasset: aset:

1. expected usage odiharapkan penggunaan aset tersebut. Usage is assessed by


reference to thPenggunaan dinilai dengan mengacu pada asset expected
capacity or physical outdiharapkan kapasitas atau output fisik.
2. diharapkan fisik dan keausan, yang tergantung pada faktor-faktor operasional
sepertithe number of shifts for which the asset is to be used and the repair and
jumlah pergeseran penggunaan aset yang akan digunakan dan perbaikan dan
maintenance programme, and the care and maintenance of the asset while
idlpemeliharaan program, dan perawatan dan pemeliharaan aset sementara
menganggur.

3. teknis atau komersial usang yang timbul dari perubahan atau perbaikan in
production, or from a change in the market demand for the product or
serviproduksi, atau dari perubahan permintaan pasar untuk produk atau jasa
output of the assetoutput dari aset tersebut.

4. atau serupa batasan hukum atas penggunaan aset tersebut, seperti tanggal
berakhirnya related leases.terkait sewa.

1. F. Kondisi-kondisi perusahaan menjual aktiva tetap

Kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan perusahaan menjual aktiva tetapnya,


antara lain:

1. Karena perusahaan kekurangan supply dana, sehingga perusahaan dengan


terpaksa menjual aktiva tetapnya untuk memperoleh tambahan dana entah
untuk modal kerja, atau untuk memenuhi kewajiban (bayar hutang) jangka
pendek/jangka panjangnya.
2. Karena perusahaan berganti jenis product, sehingga mesin-mesin dan
peralatan tertentu tidak diperlukan lagi (tidak member manfaat lagi). Hal ini
biasanya terjadi pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang memproduksi
fast moving product, misalnya: Perusahaan Apparel, perubahan trend mode
akan membuat perusahaan tidak mempergunakan mesin untuk jenis pengerjaan
bagian tertentu lagi.
3. Karena perusahaan berganti technology, misalnya: perusahaan menjual
semua komputer ber spesifikasi Pentium III, karena perusahaan akan membeli
komputer yang berspesifikasi Pentium IV. Atau perusahaan menjual monitor
non-flat karena akan menggunakan flat-monitor.

4. Karena perusahaan akan ditutup (berhenti beroperasi) karena alasan


tertentu.

1. G. Prosedur dan perlakuan Akuntansi atas penjualan Aktiva Tetap

Pada garis besarnya prosedur dan jurnal penjualan aktiva tetap hanya terdiri dari 2
langkah saja, yaitu:

Step-1: Update Buku Aktiva yang dijual

Step-2: Hapus Aktiva Tetap

Contoh kasus:

Pada tanggal 18 April 2008, PT. ROYAL BALI CEMERLANG menjual salah satu
mesin produksinya seharga Rp. 15.000.000. Dahulunya dibeli pada tanggal 22
February 2005 dengan harga perolehan sebesar Rp. 25.000.000.

Catatan:
PT. Royal Bali Cemerlang menggunakan metode garis lurus untuk menghitung
penyusutan aktiva tetapnya, tanpa Salvage Value (nilai residu), umur ekonomis (life
time) mesin diperkirakan 8 Tahun. Posisi Aktiva Tetap Mesin PT. Royal Bali
Cemerlang per 31 Des 2007 adalah sebagai berikut:

Perolehan = Rp. 25.000.000

Accum Deprec = (Rp. 8.854.167)

Nilai Buku = Rp. 16.145.833

Prosedur dan Perlakuan-nya:


Step-1: Update Buku Aktiva Tetap

Hitung Penyusutan 01 January 18 Maret 2008:


Karena mesin dijual pada tanggal 18 April 2008, dimana tanggal 18 sudah melewati
tengah bulan, oleh karenanya untuk bulan April dianggap mesin telah dipergunakan
selama satu bulan penuh (jika dibawah tanggal 15 maka dianggap belum
dipergunakan), maka penyusutan 01 Jan 18 Apr 2008:

4/12 x (25.000.000/8) = Rp. 1.041.667.

Bebankan Penyusutan dengan jurnal:

[Debit].Depreciation Rp1,041,667
[Credit]. Accum Deprec Rp 1,041,667

catatan: Jurnal diatas akan menambah Depreciation Cost dan menambah Accum
Deprec mesin sebesar Rp. 1.041.667. sehingga Accum Deprec Mesin per tanggal
18 April 2008 adalah:

Accum Deprec per 31 Dec 2007 = Rp 8,854,167


Accum Deprec per 18 Apr 2008 = Rp 1,041,667
-
Accum Deprec per 18 April 2008 = Rp 9.895,833

Dan nilai Buku Aktiva Tetap Mesin per 18 April 2008 adalah:

Rp 25,000,000 Rp 9,895,833 = Rp 15,104,167

Langkah berikutnya adalah penghapusan

Step-2: Penghapusan Aktiva tetap Mesin

Aktiva Tetap Mesin dihapus dengan jurnal:

[Debit]. Kas/Piutang = Rp. 15.000.000,-

[Debit]. Accum Deprec Mesin = Rp. 9.895.833,-


[Debit]. Rugi Penjualan Aktiva = Rp. 104.167,-

[Credit]. Aktiva Tetap Mesin = Rp. 25.000.000,-

Catatan:

Jurnal diatas akan:

Menghapus aktiva tetap mesin dan akumulasi penyusutannya. Penghapusan


terjadi karena posting aktiva tetap mesin di masukkan di credit (berlawanan
dengan perolehan aktiva tetap mesin yang berada di debit) dan Deprec Accum
di masukkan ke sisi debit (berlawanan dengan saldonya yang berada di sisi
credit).
Mencatat kas masuk atau mengakui piutang sebesar nilai penjualan.

Mengakui rugi penjualan aktiva tetap sebesar selisih antara harga perolehan
dengan (Kas+Accum Deprec), dengan kata lain selisih antara nilai buku aktiva
tetap setelah di-update dengan nilai penjualan.

Você também pode gostar