Você está na página 1de 15

BAB I

PENDAHULUAN

Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang


cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi yang
semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang
terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu Rumah Sakit.
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang kesehatan
membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan
yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah
dalam pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah menggunakan
metode komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode komputerisasi, proses
penginputan data, proses pengambilan data maupun proses pengupdate-an data
menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer
(Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir
dekade 80an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan
komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen
Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan
Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu
oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang per-
rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih disebabkan
dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu
keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem informasi tersebut
kurang lengkap dan menyeluruh.
Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di
dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan
dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-
perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak terhadap sistem
pelayanan kesehatan.
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas
dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-bidang
dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang
piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain
juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah
dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan
melalui media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar
untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun
teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang
menggunakannya.
Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang
ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang
disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandainya adanya
peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya upaya kesehatan.
Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut, infrastruktur
pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari tingkat nasional,
propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok.
Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program
dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap
jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait mulai dari
pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.
Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem informasi yang
saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang
dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi
dan di kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem
informasi kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan
informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana
mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar
jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi
pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan


Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat,
prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara
sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam
literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan
informasi kesehatan di semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan
terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Informasi kesehatan selalu diperlukan
dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan
prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan
pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan program-program
kesehatan.
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan
yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota.
Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya
hanya memandang sistem informasi kesehatan dari sudut padang menejemen
kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi informasi serta tidak
berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi informasi dan komunikasi
juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak tepat dan
tidak tepat waktu. Berikut adalah beberapa definisi dari system informasi
manajemen, yaitu :
1. Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya
diterapkan dalam suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan
informasi yang dihasilkan dibutuhkan olehsemua tingkatan manajemen
(Kristianto,2003).
2. SIM adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama
antara satu bagian dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan
fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian
mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi
sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna danmempunyai nilai nyata
yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun dimasa
mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi
dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dantersedia bagi fungsi
tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)

B. Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan

Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6


building block atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara.
Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan
teknologi kesehatan)
3. Health worksforce (tenaga medis)
4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
5. Health information system (sistem informasi kesehatan)
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)

Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program


kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif
solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses
evaluasi. Subsistem dalam system informasi kesehatan secara umum meliputi :
a. Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi
lingkungan dan factor resiko)
b. Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah,
gudang farmasi, praktek swasta.
c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi,
HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertical
d. System administrative, meliputi system pembiayaan, keuangan, system
kepegawaian, obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain
e. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi

Jika dicermati, komponen tersebut tidak hanya tanggung jawab sektor


kesehatan semata, tetapi juga lintas sector lainnya seperti statistik vital
kependudukan, data kelahiran, data kematian. Sistem pelaporan informasi
kesehatan rutin dari fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan baik. Teknologi
informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di segala
bidang. Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan
didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini
mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam
berbagai kegiatan.
World Health Organization menilai bahwa investasi sistem informasi
menuai beberapa keuntungan, antara lain :
Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan
masalah kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif,
evaluasi, dan inovasi melalui penelitian.
Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas,
cara yang digunakan

Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang komprehensif


berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis dan lokasi
tenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang diberikan
di tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator
penduduk, seperti sebaai demografi dan status social ekonomi. Sebagaimana
gambar diatas, informasi kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang
berbeda, yaitu :
1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan,
lingkungan, social ekonomi dan demografi.
2. Input system kesehatan, yang meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber
daya, dan organisasi.
3. Output system kesehatan meliputi, informasi kemampuan pelayanan
dan kualitas.
4. Hasil system kesehatan meliputi, pemanfaatan pelayanan.

Status kesehatan meliputi, angka kematian, kesakitan atau


ketidakmampuan, dan kesejahteraasn. Sedangkan di dalam tatanan Sistem
Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada
sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem
manajemen dan informasi kesehatan merupakan subsistem yang mengelola
fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi
kesehatan dan hokum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang
penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna,
dan mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai
satu kesatuan yang terpadu.
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia,
yaitu:
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat.
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun
komitmen setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem
Informasi kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting
menggunakan teknologi komputer dalam mengimplementasikan Sistem
Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).
Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka diharapkan dapat
menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan
standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan
bersifat interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan
mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di
dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta
sebagai komponen sistem di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan
kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel
universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien
sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi
yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang
komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders.
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website
dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat
dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka
memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat
dicapai sebaik-baiknya.
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan
pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen,
penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian
dan pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit
organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat
yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi
kesehatan dan kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan
organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan
kompetitif.
11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

C. Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan
sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasaryang harus dipahami
oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer).
Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi
komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi
Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi
adalah sistem informasi yang berbasis komputer.
Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau
teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. Dinamika
sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah
menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki
umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi
tersebut ditentukan diantaranya oleh perkembangan organisasi tersebut
dan perkembangan teknologi informasi.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri. Sistem informasi yang terpadu (integrated)
mempunyai daya guna yang tinggi, jika dibandingkan dengan sistem
informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi sistem
yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh
merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan harus
dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada
dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat
mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada
dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras,
yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer).
Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan
mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem
informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek
komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di
akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari
pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para
pengguna sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait
dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut. Strategi yang
dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada
besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi
tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat
kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti:
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan
Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.
6. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik). Pada
banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka
mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang
mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam
mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi
tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-
fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam
organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan
organisasi tersebut.
7. Informasi telah menjadi aset organisasi. Dalam konsep manajemen
modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi,
selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal
dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan kompetitif
(competitive advantage),
8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang
mudah dipahami. Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep
sistem, hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi
yang cukup luas cakupannya.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas


Penyelenggara layanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas
merupakan kegiatan yang dibutuhkan suatu sistem informasi yang dapat
menangani berbagai macam kegiatan operasional puskesmas mulai dari
pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan,
hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Berbagai laporan
eksekutif yang dihasilkan oleh puskesmas dengan bantuan sistem informasi
sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan kualitas layanan kesehatan
masyarakat. Secara umum , SIMPUS terdiri dari beberapa subsistem sebagai
berikut :
a. Registrasi Pasien Registrasi merupakan subsistem yang menangani data
registrasi kunjungan pasien, baik kunjungan pemeriksaan umum, gigi,, gizi,
KIA, imunisasi, KB. Kegiatannya meliputi : 1) Pengolahan data pasien 2)
Pengolahan data registrasi kunjunan pasien, terdapat beberapa macam
klasifikasi registrasi yaitu, pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi, kunjungan
gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB, pemeriksaan
laboratorium
b. Pemeriksaan/Pemberian Tindakan Medis Hal ini merupakan subsistem
yang menangani data yang terkait dengan keiatan pemeriksaan/pemberian
tindakan terhadap pasien oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan jenis
pemeriksaannya, subsistem ini diklasifikasin menjadi pemeriksaan umum,
pemeriksaan gigi, kunjungan gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA,
kegiatan KB, pemeriksaan laboratorium. Kegiatannya meliputi : 1)
Pengolahan data kondisi pasien 2) Pengolahan data anamnesis 3) Pengolahan
data diagnosis 4) Pengolahan data terapi 5) Pengolahan data
pemeriksaan/tindakan medis/penggunaan lab. 6) Pengolahan data obat 7)
Pengolahan data rujukan.
c. Farmasi Farmasi merupakan subsistem yang menangani data yang terkait
dengan obat. Fungsionalitasnya meliputi : 1) Pengolahan data master obat 2)
Pengolahan data stok obat baru 3) Pengolahan data persediaan obat 4)
Pengolahan data pelayanan/pemberian resep pasien
d. Pemantauan Data Register Pemantauan data register merupakan
pemantauan data yang terjadi di puskesmas secara harian/bulanan maupun
periode tertentu. Kegiatannya meliputi : 1) Register pemeriksaan umum 2)
Register pemeriksaan gigi 3) Register pemeriksaan gizi 4) Register
pemeriksaan imunisasi 5) Register pemeriksaan KIA 6) Register pemeriksaan
KB
e. Laporan Laporan merupakan subsistem untuk membuat laporan/
rekapitulasi. Laporan manajemen ini meliputi 1) Laporan kunjungan pasien
2) Laporan 10 penyakit terbanyak 3) Laporan pengguanaan obat 4) Laporan
tindakan medis terbanyak 5) Laporan metode pembayaran oleh pasien 6)
Laporan billing f. Pemetaan Pemetaan wilayah meliputi kunjungan pasien,
penyakit terbanyak, penggunaan obat, riwayat KLB, dan lain sebagainya.
Akan tetapi mapping data kesehatan sangat jarang dilakukan.

B. Identifikasi Masalah Sistem Informasi Kesehatan Di Puskesmas
1. Peran SIK di Puskesmas Pembantu Anjir Serapat Tengah belum ada karena SIK
yang digunakan dalam program promosi kesehatan masih menggunakan SIK
Manual.
2. Tipe SIK yang digunakan promosi kesehatan di Puskesmas Pembantu Anjir
Serapat Tengah adalah sistem pengolahan data manual, yaitu pengelolaan
informasi yang dilakukan secara manual atau paper based melalui proses
pencatatan sampai dengan pembuatan laporan program promosi kesehatan. Hal
ini terjadi oleh karena adanya keterbatasan infrastruktur, dan dana.
3. Pengelolaan data promosi kesehatan (Promkes) di Puskesmas Anjir Serapat masih
secara manual. Kendala dalam sistem manual selain tidak efisien juga
menghambat dalam proses pengambilan keputusan manajemen dan proses
pelaporan yang nantinya akan dikirim ke Puskesmas Induk yang selanjtnya data
tersebut akan dikirim ke Dinas Kesehatan.
4. Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Puskesmas Anjir Serapat pun belum
terintegrasi dengan baik karena Dinas Kesehatan Kapuas sendiri pun belum
menerapkan sistem informasi kesehatan nasional.
5. Di Puskesmas Anjir Serapat belum ada implementasi dari model SIK yang ada
sekarang karena masih menggunakan sistem SIK manual.
6. Penggunaan Telemedicine dan Mhealth di Puskesmas Anjir Serapat program
Promosi Kesehatan (Promkes) sampai saat ini masih belum menggunakan
Telemedicine dan mHealth karena SIK yang digunakan pengelolaan masih SIK
manual.

C. Pemecahan Masalah
Dengan melihat hal-hal yang menghambat pelaksanaan komputerisasi data di
puskesmas ini, maka dicoba mencari jalan keluar dengan menganalisa hambatan-
hambatan yang ada.
1. Keterbatasan tenaga

Proses entri data pasien ke computer di bagian pendaftaran dapat berjalan


setiap hari dengan jumlah petugas 5 orang. Tetapi hal tersebut tidak dapat
dilaksanakan di poliklinik oleh sebab petugas operator data yang dilatih
juga adalah tenaga fungsional yang melayani pasien. Bila jumlah petugas
di ruangan mencukupi, data dapat dimasukkaan, tetapi bila ada petugas
yang tidak hadir, atau tugas luar gedung, maka data pasien hari itu tidak
dapat dimasukkan. Melihat kondisi yang demikian maka diambil
kebijakan untuk menugaskan satu orang operator computer untuk
memasukkan data pasien yang di poliklinik baik Poli Umum, Poli Gigi,
dan KIA. Kepada operator ini tidak lagi dibebankan tugas-tugas lainnya
dengan harapan waktunya atau jam kerjanya keseluruhan dapat digunakan
untuk mengentri data pasien. Tetapi perlu waktu untuk belajar lagi
menginput data pasien, karena item data yang dimasukkan di masing-
masing poli berbeda-beda., Dan karena petugas operator ini tidak
memiliki latar belakang pendidikan medis, maka perlu sedikit waktu
pembelajaran untuk membiasakan diri dengan kode-kode dan istilah-
istilah medis dalam program tersebut.
2. Minimnya jumlah petugas yang bisa menjalankan komputer

Beberapa petugas di puskesmas sudah berusia lanjut, dan mereka tidak


lagi tertarik untuk mempelajari pengetahuan yang baru seperti bagaimana
mengoperasikan komputer. Maka kita memberikan pelatihan computer
kepada petugas yang relatif berusia muda. Selain pelatihan
mengoperasikan computer, kita juga mengundang vendor untuk melatih
petugas untuk menjalankan program aplikasi yang ada di puskesmas.
Dengan diberikannya pelatihan ini, diharapkan ada banyak petugas yang
siap untuk menjalankan program tersebut.
3. Beban tugas yang terlalu banyak

Keterbatasan jumlah petugas di puskesmas dibandingkan dengan beban


pekerjaan yang harus dilaksanakan setap hari, membuat puskesmas
sementara ini mengambil kebijakan menugaskan satu orang petugas untuk
mengentri data pasien di poliklinik. Ke depannya diharapkan petugas di
poliklinik sendirilah yang memasukkan data pasien di poliklinik tersebut,
sehingga mereka dapat juga memanfaatkan fasilitas yang terdapat di
program tersebut untuk menjadi laporan bulanan.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat, prosedur
dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara
sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu
dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Enam komponen (building block) sistem kesehatan yaitu : Service delivery
(pelaksanaan pelayanan kesehatan) Medical product, vaccine, and
technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan) Health
worksforce (tenaga medis) Health system financing (system pembiayaan
kesehatan)m Health information system (sistem informasi kesehatan)
Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
Konsep-Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan antara lain:
a. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
b. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
c. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus
hidup sistem
d. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat
integritas sistem informasi itu sendiri.
e. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat
bergantung pada strategi yang dipilih untuk pengembangan
sistem tersebut.
f. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus
menggunakan pendekatan fungsi dan dilakukan secara
menyeluruh (holistik).
g. Informasi telah menjadi aset organisasi.
h. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur
hirarkis yang mudah dipahami.

B. Saran
1. Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan SIK
2. Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya SIK
yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik daerah

DAFTAR PUSTAKA

Kapita, selekta. 2006. Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta:


Unioversitas Gadja Mada Wulandari, R. 2009.

Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Puskesmas Berbasis Komputer.


Semarang: Universitas Diponegoro Website : Prposal

simkahttp://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/20_makalah.pdf final.pdf
http://kamerad69.blogspot.com/2010/04/simkes-sistem-informasimanajemen.html

Você também pode gostar