Você está na página 1de 15

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

SISTEM HORMON VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA


PADA UDANG DAN IKAN MAS

DOSEN PEMBIMBING:

Dra. TITRAWANI, M.Si

OLEH:

HUSNA AULA PUTRI 1503113117

KARTIKA TRI PURNAMA 1503115310

MAYA SARI 1503113174

PUTRI MAISARAH 1503113106

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

1
2017

DAFTAR ISI

Daftar Isi............................................................................................................................. 2

Kata Pengantar .................................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan............................................................................................................. 4

1.1 Latar belakang ........................................................................................................... 4


1.2 Tujuan......................................................................................................................... 4

BAB II Tinjauan Pustaka..................................................................................................... 5

2.1 Pengertian Hormon................................................................................................... 5

2.2 Sistem Hormon......................................................................................................... 5

2.3 Fungsi Sistem hormon.............................................................................................. 7

BAB III Pembahasan .......................................................................................................... 8

3.1 Sistem Hormon pada Ikan Mas................................................................................. 8

3.2 Sistem Hormon pada Udang.................................................................................... 12

BAB IV Penutup.................................................................................................................. 14

4.1 Kesimpulan............................................................................................................... 14

4.2 Saran ........................................................................................................................ 14

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 15

2
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Fisiologi Hewan, terimakasih juga
kami ucapkan kepada seluruh pihak terkait yang telah membantu dan membimbing kami, sehingga
laporan ini bisa terselesaikan dengan baik dan memenuhi ketentuan tugas yang diberikan oleh
dosen Fisiologi Hewan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu baik kritik maupun saran yang
membangun kami terima untuk perbaikan laporan yang lebih baik kedepannya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mata kuliah Fisiologi Hewan ini dapat bermanfaat
untuk pembaca dan dapat memberikan inspirasi untuk laporan di kemudian hari.

Pekanbaru, 5 Maret 2017

Penulis

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu zat yang dapat mempengaruhi dari kerjanya suatu
sel-sel dalam tubuh yang disebut Hormon .
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang
mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri
dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. sisanya merupakan steroid, yaitu zat
lemak yang merupakan derivat dari kolesterol (Nelson, 1976) ..

1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana sistem hormon dan hormon-hormon apa saja yang
terdapat pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana sistem hormon dan hormon-hormon apa saja yang
terdapat pada Udang (Macrobrachium).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1 Pengertian Hormon

Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ,
yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.sebagian besar hormon merupakan protein yang
terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. sisanya merupakan steroid,
yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol.

Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat
luas.hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. ikatan antara hormon dan
reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. pada akhirnya hormon
mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan (Nelson, 1976) .

2.2 Sistem Hormon

Sistem hormon (endokrin) terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon
secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.

Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran
khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon
berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas
pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh
(Alamsjah, 1974).

Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya
dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja
antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi
kimia.
2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf.

Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik,
tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi,
berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam

5
waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah
kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan
waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.

Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia
perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak
hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut
bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu (Lagler dkk, 1977) .

Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai
penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut
memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin.
Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh
karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar
berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat
endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah
(cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai
sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering
menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska.
Kelenjar endokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multi sel.

Sistem hormon (endokrin) dan saraf dahulu dianggap sebagai pengatur fisiologi yang
terpisah. Tetapi pandangan tersebut berubah setelah ditemukannya neuron-neuron termodifikasi
yang dapat mensekresi hormon. Beberapa di antara neuron-neuron tersebut menunjukkan
mekanisme pengaturan terhadap kelenjar-kelenjar khusus yang menghasilkan hormon. Sekresi
neuron-neuron termodifikasi tersebut dipengaruhi neuron-neuron biasa, dan banyak kelenjar
penghasil hormon (kelenjar endokrin) yang secara langsung diinervasi oleh neuron yang
mempengaruhi aktivitas sekretorinya (Lagler dkk, 1977) .

2.3 Fungsi Sistem Hormon (Endokrin)

6
Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang,
menstimulasi urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduktif, memelihara lingkungan
internal optimal.

Empat tujuan/kegunaan paling penting dari Sistem Endokrin, yaitu :


1. Homeostasis (temperatur/thermoregulation, metabolisme, nutrisi, keseimbangan asam basa)
2. Combating stress (infeksi, trauma, shock)
3. Growth & development (mengembangkan jumlah sel/hyperplasia, dan mengembangkan ukuran
sel/hypertrophy).
4. Reproduction (mensekresikan hormon sex pada laki-laki dan perempuan/ mengembangkan
karakteristik organ sex primer dan sekunder (Moyle dkk, 1988) .

BAB III PEMBAHASAN

3.1 SISTEM HORMON PADA IKAN MAS

7
1. Kelenjar Pituitary

Kelenjar disebut juga hypophysa terletak di bawah dienchephalon. Suatu tangkai yang
menghubungkan atara kelenjar ini dengan dienchepalon disebut Infundibulum. Kelenjar ini
walaupun kecil, fungsi dan strukturnya merupakan organ tubuh yang sangat rumit dan sulit.

Pada stadia embrionik, kelenjar ini berasal dari gabungan elemen neural yang tumbuh ke
bawah dari diencephalon dan elemen epithel (kantung Rathke) yang tumbuh ke atas dari bagian
dorsal rongga mulut. Pertumbuhan dari hypophysa, berasal dari dua macam organ, yaitu:
Neurohypophyse dan Adenohypophyse. Neurohypofise dibentuk dari bagian alas dienchephalon
(Infundibulum) sedangkan Adenohypophyse, terbentuk dari perlekukan bagian ektodermal dari
rongga mulut embrio (stomodaeum), disebut kantong hypophyse atau kantung Rathke.
Hubungannya dengan rongga mulut akan hilang setelah pertumbuhannya selesai (Nelson, 1976)

Neurohypophyse memiliki struktur berupa serabut-serabut yang sejajar, berasal dari


hypothalamus di dalam otak. Fungsi dari bagian hypophysa ini mengeluarkan horman ke dalam
hypothalmus dan diteruskan ke neurohypophyse oleh sel-sel neorosekresi dan masuk ke dalam
aliran darah. Adenohypophyse terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: pars distalis atau lobes
anterior, merupakan bagian yang terbesar, lebih konstan dan aktif dari yang lain. Pars intermedia
kehadirannya bervariasi dan fungsinya diketahui mengontrol melanophora dan mungkin juga
dalam melanogenesis.

Neurosekresi dari hypothalamus (oxytocyn dan vasetocyn) disimpan dan dikeluarkan oleh
neurohypofise. Sekeresi ini berperan dalam osmoregulasi dan reproduksi. Adenohypophyse
mengandung beaneka sel pembuat hormon. Hormon hormon yang disekresikan oleh pars distalis
adalah prolactin ikan (penting dalam pengaturan Na ikan air tawar), hormon pertumbuhan,
carticothropyn (ACTH), gonadothropyn dan thyrotropyn. Kelenjar pituitary sering diberi gelar
kelenjar induk (master gland) karena banyak menpengaruhi kegiatan kelenjar lainnya (Rahardjo,
1980) .

2. Kelenjar Thyroid

Semua vertebrata mempunyai kelenjar thyroid. Sebagian besar ikan bertulang sejati dan
Cyclostomata terdiri dari folikel-folikel yang relatif menyebar di dekat aorta ventral, arteri
branchialis affarent, jantung, insang, kepala ginjal, limp, otak atau mata. Pada Elasmobranchii dan

8
beberapa ikan bertulang sejati thyroid merupakan kelenjar tersendiri yang dikelilingi oleh jaringan
pengikat.

Hormon thyroid mempunyai beberapa fungsi fisiologik dan beberapa fungsi lainnya yang
belum diketahui, namun terbukti bahwa ia mampu mempengaruhi laju konsumsi oksigen,
membantu pengendapan guanin dalam kulit, dan mengubah metabolisme nitrogen dan
karbohidarat. Ia juga telah diketahui mempengaruhi sistem dan fungsi saraf dan proses
osmoregulasi (Alamsjah, 1974).

3. Kelenjar Parathyroid .

Bagian sekresi dari kelenjar parathyroid berdiferensiasi dari epithel kantong farings ketiga dan
keempat. Ini berarti kantong-kantong farings mempunyai andil dalam pembentukan jaringan
kelenjar. Hormon parathyroid adalah polipetida yang dinamakan parathormon yang berfungsi
mengatur kadar kalsium, dan sedikit menentukan kadar fosfor di dalam darah. Kalsium akan
menghilang jika dari darah dan terjadi kejang otot jika hormon ini tidak ada. Jaringan kelenjar
pada Cylostomata dan bangsa ikan, yang homolog dengan parathyroid telah ditemukan, namum
fungsinya belum diketahui pasti (Alamsjah, 1974).

4. Jaringan Interrenal (Adrenal Cortex)

Pada ikan Osteichthyes, jaringan yang ekivalen atau homolog dengan adrenal cortex atau pada
vertebrata tingkat tinggi. Strukturnya sama dengan gonad dalam hal produksi hormonnya yang
mengandung steroid, dan asal-usul embriologinya. Jaringan korteksnya merupakan derivat dari
mesoderm yang membatasi rongga solom dekat tempat berasalnya pematang genital.

Pada Elasmobranchia, jaringan ini bentuknya memanjang terletak pada bagian belakang ginjal.
Sedangkan pada kelompok-kelompok sel yang tersebar di sepanjang vena cardinalis. Sel-sel yang
menyerupai sel adrenocortical didapatkan pada dinding vena cardinalis ikan lamprey. Jaringan
interrenal mensekresikan hormon adrenocorticosteroid yang mengontrol proses osmoregulasi
dengan cara mempengaruhi ginjal, insang dan saluran gastrointestinal, dan mempengaruhi
metabolisme protein dan karbohidrat.

9
Jaringan interrenal pada Cyclostomata, tersebar sepanjang vena cardinalis posterior dan vena
lainnya. Pada Teleostei jaringan interrenal menyebar, tetapi selalu membentuk bintik-bintik noda
yang terdapat di dekat atau pada kepala ginjal (Alamsjah, 1974).

5. Jaringan Chromaffin

Jaringan ini banyak tersebar di dalam badan beberapa vertebrata. Sel-sel chromaffin pada ikan
bertulang sejati tersebar di sepanjang vena poscardinalis dan dimungkinkan perluasannya
tercampur dengan sel interrenal. Jaringan chromaffin pada Elasmobranchii menyatu dengan saraf
simpathetic dan aorta dorsalis, terletak di depan jaringan interrenal.

Khromaffin dan jaringan medulla dimasuki serabut preganglion dari sistem saraf otonom.
Saraf ini dan kelenjar endokrin Adrenal medulla, keduanya sebagai derivat endokterm dari neural
krest embrio, dan semuanya menggetahkan adrenalin dan non adrenalin. Jaringan ini
mensekresikan adrenalin mengadakan respon terhadap hormon ini dalam berbagai cara, seperti
menaikkan kadar gula dalam darah dan menaikkan tekanan darah, konsentrasi melanin dalam
melanophora, serta merintangi otot polos. Kerja hormon ini menyerupai sistem kerja saraf
simpathetic, yang mana hormon ini sangat erat hubungannya. Distribusi jaringan khromaffin di
dalam tubuh dapat terletak di dekat tetapi terpisah dari jaringan organ interrena, dapat juga
tercampur dengan jaringan interrenal atau korteks adrenal (Alamsjah, 1974).

6. Kelenjar Ultimobranchial

Kelenjar ini homolog dengan kelenjar parathyroid pada mammalia. Pada ikan bertulang sejati
kelenjar ini terletak di bawah esophagus dekat sinus venosus. Pada Elasmobranchii kelenjar ini
terletak pada sisi kiri bawah pharynx. Kelenjar ini mensekresikan hormon calcitonin, yang
berperan dalam metabolisme kalsium. Ultimobranchial yaitu derivat dari sepasang kantong farings
yang paling belakang, dan corpusculus stanus terletak pada bagian posterior dari ginjal Teleostei
(Alamsjah, 1974)..

7. Gonad

Dari struktur dan pertumbuhannya, gonad merupakan kelenjar endokrin. Kelenjar seks ikut
dalam sekresi steroid, hal ini sangat penting dalam pemijahan, pembuatan sarang, dan aspek-aspek

10
tingkah laku reproduksi lainnya. Estrogen mengontrol pertumbuhan dan perkembangan dari sistem
genital betina, dan mengatur sifat-sifat seksual sekunder.

Sel-sel interstisial dari testis menghasilkan hormon-hormon jantan dan secara keseluruhan
dinamakan Androgen. Androgen diperlukan untuk pertumbuhan diferensiasi, dan berfungsinya
saluran-saluran genitalia jantan, organ kopulasi, dan tingkah laku seksual dan pemijahan. Semua
hormon gonad mempunyai hubungan timbal balik yang kompleks dengan hypophyse. Beberapa
ditujukan terhadap fungsi jaringan interrenal atau jaringan korteks atau terhadap aktivitas thyroid
atau badan pineal (Alamsjah, 1974)..

8. Pulau-pulau Langerhans

Pada ikan bertulang sejati biasanya jaringan ini terdapat di pyloric caeca, usus kecil, limpa dan
empedu. Jaringan ini menghasilkan insulin yang berperan penting dalam metabolisme karbohidrat
dan dalam pengubahan glukosa menjadi glycogen, dan dalam oksidasi glukosa dan pembuatan
lemak (Alamsjah, 1974)..

9. Badan Pineal

Organ pineal pada puncak otak atau pada bagian atas dienchepalon merupakan fotoreseptor.
Sekresi yang dihasilkan oleh badan pineal adalah melatonin yang mengumpulkan melanin. Bila
jaringan ini dihilangkan maka akan membawa perubahan dalam pertumbuhan.

Ikan terutama Teleostei, pada ekornya terdapat pembekakan ventral pada medulla spinalisnya.
Secara histologis, pembengkakan ini mempunyai kesamaan dengan neurohypophyse dan
dinamakan urohypophysa. Pembengkakan ini diperkirakan mempunyai fungsi endokrin, dalam hal
mengatur tekanan osmose di dalam tubuh (Alamsjah, 1974)..

10. Badan Stanius

Kelenjar ini memilik fungsi sebagai kelenjar endokrin yang sekresi sekresinya diduga ikut
dalam proses penyesuaian tekanan osmotik lingkungan dengan tekanan osmotik cairan tubuh pada
ikan (osmoregulasi) (Alamsjah, 1974)..

3.2 SISTEM ENDOKRIN PADA UDANG

11
1. Sistem Reproduksi
Hormon-hormon yang mengatur diferensiasi sifat seksual udang jantan dan betina muncul
dari ovari dan kelenjar androgen. Neurosekresi kompleks ganglionik X-organ dan kelenjar sinus
dapat menghambat pemasakan ovari dan aktivitas sekretori kelenjar androgen. Diferensiasi normal
dari ovari dan testis juga dipengaruhi oleh Y-organ dan hormon molting. Perusakan atau
pemotongan tangkai mata dapat mengakibatkan pembesaran ovari dan deposisi kuning telur di
dalam oosit. Pemberian ekstrak yang dibuat dari tangkai mata, ganglionik X-organ, atau kelenjar
sinus dapat menghambat pembesaran ovari pada udang betina yang memasuki periode aktivitas
produksi
Organ X terdapat di dalam tangkai mata (eyestalk). Sedangkan kelenjar sinus merupakan
cadangan untuk penyimpanan dan pencurahan neurohormon yang berasal dari akson-akson
neurosekretori. Kelenjar sinus utamanya terdiri atas terminal akson, dan erat hubungannya dengan
banyak saluran vaskular. Dalam sistem reproduksi, kelenjar sinus menghasilkan Vitellogenesis
Inhibiting Hormone (VIH) dan Mandibular Organ Inibiting Hormone (MOIH) (Nelson, 1976).
2. Sistem Migrasi Pigmen Retina
Mata udang terdiri dari banyak unit yang disebut ommatidia. Secara fungsional,
ommatidium memiliki tiga kelompok pigmen yang berbeda yaitu pigmen retina distal, pigmen
retina proksimal, dan pigmen putih pemantul. Ekstrak tangkai mata yang dibuat dari udang yang
telah diadaptasikan kepada cahaya mengakibatkan adaptasi cahaya pada pigmen distal dan pigmen
pemantuk apabila disuntikkan ke dalam resipien yang telah diadaptasikan dalam kegelapan
3. Sistem Ganti Kulit (Molting)
Pada udang, ganti kulit dapat bersifat musiman atau terus-menerus, tergantung kondisi
lingkungan yang beraneka ragam. Perusakan tangkai mata (eyestalk) dapat mempercepat ganti
kulit dan pertumbuhan prekoks. Ini terjadi karena ganglionik organ X dan kelenjar sinus yang
terdapat di tangkai mata beraksi mencegah ganti kulit. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar sinus
dalam sistem ganti kulit adalah Molt Inhibiting Hormone (MIH). Dalam proses ganti kulit, organ
Y memproduksi suatu hormon yang melakukan peranan positif. Jumlah air yang digunakan pada
saat ganti kulit Water Balance Hormon (WBH) yang dihasilkan oleh tangkai mata

12
4. Sistem Akselerasi Jantung
Frekuensi dan amplitudo denyut jantung bertambah seiring dengan pelepasan neurohormon
oleh organ perikardia.
5. Sistem Kromatoforotrofin dan Perubahan Warna
Kromatoforotrofin merupakan zat pengatur sel pigmen udang di dalam darah. Peran
kelenjar sinus dalam sistem kromatoforotrofin dan perubahan warna adalah menghasilkan Red
Pigment Concentrating Hormone (RPCH) dan Pigment Dispersing Hormone (PDH). Sistem ini
sangat dipengaruhi oleh cahaya.
6. Sistem Metabolisme
Selama siklus ganti kulit, terjadi variasi mencolok di dalam metabolisme jaringan. Hal ini
melibatkan faktor-faktor tangkai mata yang bisa jadi merupakan neurosekresi. Pengambilan
tangkai mata mengakibatkan penurunan kadar gula darah dan peningkatan kandungan glikogen
hipodermis. Pemberian ekstrak tangkai mata atau kompleks organ X kelenjar sinus dapat
menginduksi hiperglikemia . Pada sistem metabolisme, kelenjar sinus berperan dalam
menghasilkan Crustacean Hyperglycemic Hormone (CHH) (Rahardjo, 1980)..

IV. PENUTUP

13
4.1 Kesimpulan

Kerja hormon menyerupai kerja saraf, yaitu mengontrol dan mengatur keseimbangan kerja
organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja saraf lebih cepat dibanding dengan kontrol
endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal adalah protein,
peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang
berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid.

4.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematics. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan
Tinggi. IPB.

Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second Edition.
John Wiley & Sons. New York

Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private
Limited. New Delhi.

Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition.
Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey.

Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons. New York.

Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan IPB

15

Você também pode gostar