Você está na página 1de 49

PEMBAHASAN

ANALISIS SKL, SK DAN KD MATA PELAJARAN AL-QURAN HADIST

A. Pengertian al-quran dan hadist

Kata al-aquran berasal dari bahasa arab yang arti nya bacaan.

Makna al-quran secara istilah ialah kalamullah yang diturunkan kpd nabi

muhammad saw, membaca nya merupakan ibadah, susunan kata dan isi

nya merupakan mujizat. Termaktub dalam mushaf dan di nukil secara

mutawatir.

Al-qura merupakan pedoman bagi setiap muslim. Oleh karena itu ,

setiap muslim hendak nya tidak jemu dan bosan untuk mempelajarai

ajaran yang terkadang di dalam nya. Dengan memahami kandungan nya,

kita akan dapat menjalani hidup ini sesuai dengan perntah allah swt.

Dengan demikian, kita akan selamat dunia dan akhirat. Seperti halnya al-

quran, hadis pun juga sangat penting bagi kehidupan umat islam. Islam

mengatakan , bahwa al-quran adalah klam allah yang diturunkan kepada

nabi muhamad saw. Melalui malaikat jibril al-quran ini jugadi pandang

sebagai ke agungan dan penjelasan. Juga sering di sebut petunjuk dan

buku (kitab). Al-quran berisi segalahal mengenai petunjuk yang membewa

hidup manusia bahagia di dunia dan akhirat kelak. Kandungan yang ada

di dalam al-quran meliputi segala hal sebagai mana allah berfirman dalam

surah anam ayat 38.

B. Kurikulum al-quran hadist


Pada dasar nya kurikulum al-quran hadis ini masih terkait dengan

standar isi dalam permendiknas no 22. Penyusunan kurikulum al-quran

hadis dengan memperhatikan hal-hal berikut.

a. Kurikulum al-quran hadist yang tertuang dalam permen 22 pada jenjang

sebelum nya (sd/mi)


b. Kebutuhan siswa pada usia mts yang pada dasar nya mulai di kenakan

hukum sebagai mukalaf.


Kurikulum al-quran hadis merupakan kelanjutan dan kesinambungan

dengan kurikulum al-quran hadist pada jenjang mi dan ma, terutama pada

kemampuan membaca al-quran hadis, pemahaman surat pendek dan

mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.


Tujuan pembelajaran al-quran hadist.
a. Meningkatakan kecintaan siswa terhadap quran dan hadist.
b. Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-quran dan

hadist sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan.


c. Meningkatkan kekhusukan siswa dalam beribadah terlebih sholat, dengan

menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan ayat yang mereka

baca.
Ruang lingkup.
a. Membaca atau menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid.
b. Menterjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan

pemahaman,interprestai ayat dan hadist dalam memperkaya khazanah

intelektual.
c. Menerapkan isi kandungan ayat atau hadist yang merupakan unsur

pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

C. Ruang lingkup SKL mata pelajaran al-quran hadist

Ruang lingkupnya adalah bagaimana mengsingkronisasikan antara

kurikulum dan materi pembelajran al-quran hadist dengan hasil yang di


capai siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru sebagai

pendidik terhadap standar kompetensi lulusan yang telah direncanakan

pemerintah.

Adapun standar kompetensi lulusan (SKL) antara lain

1. Memahami dan mencintai al-quran dan hadist sebagai pedoman hidup

umat islam.
2. Meningkatakan pemahaman surat al-fatehah, dan surat pendek pilihan

melalui upaya menerapkan cara membaca nya, menamgkap makna nya

memahami kandungan isi nya dan mengaitkandengan fenomena

kehidupan.
3. Menghapal dan memahami makna hadist yang terkait dengan tema isi dari

skl tersebut dapat diketahui bahwa siswa/ peserta didik harus bisa dan

mampu untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut sehingga

dalam jangka panjang mampu untuk meng aplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

D. SK dan KD al-quran hadist

Kelas VII

Semester 1

SK: memahami al-quran dan hadist sebagai pedoman hidup.


KD:1. menjelaskan pengertian dan fungsi aL-quran dan hadist
2. Mejelaskan cara memfungsikan al-quran dan hadist
3. Menerapkan al-quran dan hadis sebagai pedoman hidup umat islam.

Semester 2

SK : membaca al-quran surat pendek pilihan


KD : 1. Menerapkan hukum bacaan mim sukun dalam Q.S. al-bayinah dan

al-kafirun
Kelas VIII
Semester 1
SK : membaca al-quran surat pendek pilihan
KD : menerapkan hukum bacaan qalqalah,tafkhim dalam al-quran.

Semester 2

SK : membaca al-quran surah pendek pilihan


KD : menerapkan hukum bacaan lam dan ro dalam Q.S al-humazah dan

at-takasur.

E. Analisis SKL, SK dan KD

a. Aspek filosofis
Dari penjelasan materi al-quran hadis madrasah tsanawiyah diatas maka

dapat di analisis dari aspek filosofis adalah manusia merupakan makhluk

sosial yang pasti nya membutuhkan orang lain. Bagi anak usia sanawiyah,

matri ini adalah materi yang dapat untuk diberikan pada mereka.

Kurikulum al-quran hadist mts ini merupakan kelanjutan dan

kesinambungan dengan kurikulum al-quan hadis pada jenjang mi dan ma,

terutama penekanan kepada kemampuan membaca al-quan dan hadis,

pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan denga kehidupan sehari-

hari.
b. Aspek piskologis
Dilihat dari aspek psikologis , penjelasan materi mata pelajaran alquran

dan hadis diatas adalah anak pada usia sanawiyah ini merupakan jenjang

dimana seorang anak sedang menuju ketahap remaja. Kecendrungan

para remaja adalah tampil mempesona terutama ketika di lingkungan

orang banyak. Dengan demikian cara berpakaian dan berhias harus

diarahkan sesuai dengan cara berpakaian dan berhias sesuai dengan

tuntutan agama islam sifat yang selalu ingin tahu akan menimbulkan anak
mecoba hal-hal baru. Lingkungan sekolah dan masyarakat rawan

terhadap prilaku menyimpang. Materi ini akan membuat anak tahu lebih

banyak dari sisi ke agamaan, tentang mana yang baik dan mana yang

buruk sesuai dengan perintah allah yang tertuang didalam al-quran dan

perintah nabi muhamad yang tertuang dalam hadis nabi.


c. Aspek sosiologis
Dalam penjelasan di atas dampak sosial yang ditimbulkan akan sangat

baik ketika siswa memahami dan mau ,mengaplikasikan dalam kehidupan

nyata. Karena hakikat nya materi al-quran hadist mts erat kaitan nya

dengan hubungan manusia dengan manusia. Sebagai contoh, memahami

al-quran dan al-hadist sebagai pedoman hidup. Mencintai al-quran dan

hadist, merupkan al-quran suratsurat pendek pilihan tentang rububiyah

dan uluhiyah dalam kehidupan memahami hadist tentang ciri-ciri iman.

Dan ibadah yang diterima allah dan sebagai nya. Berburuk sangka

kepada orangalainkan membawa dampak yang kondusip terhadap

tercipta nya hubungan antara individu satu dan yang lain.


d. Aspek metodologi
Sebagai media refleksi umat islam, harus diakui bahwa dunia pendidikan

islam masih diselimuti mendung dan aneka problematika yang belum

terurai dari masa kemasa diantara problematika dan indikator stagnasi

yang selama ini menghantui pendidikan islam adalah dalam hal

penerapan metode dalam peroses pembelajaran berbagai pendapat

tentang stagnasi dan ketidak efektivan metode pedmbelajaran agam

aislam bermunculan. Diantara pendapat tersebut adalah amin abdulah,

pakar keislaman, menyoroti kegiatan pendidikan agama yang selama ini


berlangsung di sekolah. Ia mengatakan bahwa pendidikan agama kurang

konsen terhadap persoalan bagamana mengubah pengetahuan agama

yang kognotif menjadi makna dan nilai yang perlu di internalisasikan

dalam diri siswa lewat berbagai cara, media dan porum. Pembelajaran

lebih menitik beratakan pada aspek korespondensi tekstual yan lebih

menekankan hapalan teks keagamaan. Penerapan metode yang tepat

dan cepat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar

mengajar. Sebaliknya, kesalan dalam menerapkan metode akan berakibat

fatal. Penerapan metode pembelajran akan selalu di pergunakan dalam

setiap proses belajra mengajar selama dunia pendidikan

berlangsung.dalam dunia pendidikan, guru tidak bisa lepas dari yang

nama nya metode dalam mengajar.metode pembelajaran dapat diartikan

sebagai suatu cara yang digunakan seorang guru dalam melaksanakan

tugas mengajar. Peranan metode dalam proses pembelajaran sangat

penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

ANALISIS MATERI ASPEK HADITS DI SMP DAN SMA

A. Pendahuluan
Materi Aspek Hadits di SMP dan SMA adalah salah satu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari materi Hadits yang
dipelajari oleh peserta didik di SMP dan SMA. Peningkatan tersebut dilakukan
dengan cara mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian materi Hadits
terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, dalam perspektif materi Hadits
sebagai persiapan untuk hidup bermasyarakat.
Secara substansial, materi aspek Hadits diharapkan memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan
mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam hadits sebagai
sumber utama kedua dalam ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan
pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan
mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Proses, yang antara lain perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar,
dan penilaian hasil belajar1[1]. Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber
belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan materi
pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dan acuan pembelajaran.
Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai
kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti
maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), baik
dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan
erat dengan kemampuan guru. Dalam Kompetensi guru mata pelajaran PAI pada
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK/MAK dijabarkan menginterprestasikan
materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan
pembelajaran PAI. Menganalisa materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran PAI2[2].

2
Buku bahan ajar meski bukan satu-satunya penentu keberhasilan mengajar
namun berperan penting sebagai sumber belajar baik bagi guru terlebih lagi bagi
siswa. Buku ajar yang baik adalah buku ajar yang mampu merangsang semangat
guru dan siswa untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta mampu
memberikan modal awal yang berguna sebagai fondasi berpikir dan
pengembangan pengayaan pengetahuan melalui sumber-sumber belajar lainnya.
Selain itu buku yang baik juga harus mempertimbangkan kemudahan bahasa,
cakupan materi dan keragaman daya nalar kritis di masing-masing satuan
pendidikan.

B. Materi Aspek Hadits di SMP dan SMA


1. Materi aspek hadits di SMP
Merujuk pada silabus rumpun mata pelajaran PAI di SMP aspek hadits mulai
diajarkan pada kelas IX (sembilan) pada semester 1 materi pokoknya adalah
hadits tentang menuntut ilmu3[3]. Sedangkan pada semester 2 materi pokoknya
adalah hadits tentang kebersihan4[4].
2. Materi aspek hadits di SMA
Setelah kami melihat materi hadits pada buku ajar Pendidikan Agama Islam (PAI)
1, 2, dan 3 untuk kelas XI, XI, dan XII materi hadits hanyalah bersifat pelengkap
dari materi aspek PAI yang lain (akhlak, al-quran, tarih, dan fiqh). Atau dengan
kata lain sebagai dalil pendukung.

3. Materi esensial di SMP kelas IX semester 1 dan 2


a. Semester 1, hadts tentang menuntut ilmu

4














( )

Artinya: dari Anas r.a bersabda rasulullah SAW: carilah ilmu walaupun sampai kenegeri
cina, karena sesungguhnya mencari ilmu diwajibkan atas setiap muslim,
sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu
karena rida kepada apa yang dicarinya.5[5]

Hadits tersebut menegaskan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, baik bagi
laki-laki dan perembpuan. Sebagai seorang muslim, hendaklah berupaya
semaksimal mungkin untuk menuntut ilmu meskipun harus ke negeri cina. Karena
itu bagi sapa saja yang ridha dengan ilmu yang dicarinya dan memberikan
manfaat baginya, para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya sebagai
naungan. Allah swt mengankat derajat orang-orang yang berilmu.
Kewajiban seorang muslim dalam memahami sebuah hadits tidak hanya
dalam membaca. Akan tetapi, kita juga wajib mempelajari dan mengamalkannya.
Sebagaimana halnya hadits tentang menuntut ilmu tidak hanya dilakukan dengan
membaca, tetapi juga harus diamalkanya.
Hadits merupakan sumber hukum islam kedua setelah Al-Quran juga sebagai
pedoman bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Aturan hukum yang
terkandung dalam hadits berupa penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan bebagai
penguat hukum yang tersurat didalamnya serta menetapkan hukum yang tidak
terdapat dalam Al-Quran.

5
b. Semester 2, hadts tentang kebersihan














:

:











( )

Artinya: Abu Malik Al Harits bin Ashim Al Asyari r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda:
bersuci itu sebagian dari iman, ucapan alhamdulillahi memberatkan timbangan
(kebaikan).6[6]

Betapa pentingnya menjaga kebersihan karena agama islam adalah agama


yang suci. Orang yang selalu bersih dan suci pertanda bahwa ia telah
melaksanakan sebagian dari perintah agama dan merupakan salah satu
perwujudan iman.

Rasulullah saw mengajarkan kepada seluruh umat islam untuk menjaga


kebersihan, karena Allah swt mahasuci dan mencintai kesucian, kebersihan, serta
keindahan. Dengan kebersihan kesehatan akan terpelihara dan kita dapat
melakukan ibadah dan aktifitas lainnya dengan khusu dan nyaman.

Keberishan dalam Islam meliputi kebersihan jasmani dan rohani. Kebersihan


jasmani, seperti kebersihan badan, pakaian, lingkungan sekolah, tempat ibadah,
dan lingkungan umum lainnya. Hal ini berguna untuk menghindarkan diri dari
terjangkitnya penyakit. Kebersihan rohani adalah dengan menjaga diri kita dari
perbuatan-perbuatan dosa, seperti berjudi, sombong, ria, dan nifak. Menjaga
kebersihan rohani akan berpengaruh pada tingkat keimanan kita.

C. Analisis

6
Materi Aspek Hadits merupakan bagian dari rumpun mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Secara umum seperti yang tertera dalam struktur
kurikulum (silabus), standar minimal susunan mata pelajaran di tingakat SMP dan
SMA sangat global. Nilai-nilai yang terkandung dalam materi aspek Hadts
sebenarnya hampir sama dengan pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti.
Tujuan materi aspek Hadts tersebut tidak jauh dari tujuan pendidikan itu sendiri,
yaitu membentuk peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Pada tingkat satuan pendidikan SMP dan SMA materi aspek Hadits kelas
IX sesuai dengan Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar memuat dua
komponen hidup yang harus dimiliki oleh setiap manusia, yaitu menuntut ilmu
dan kebersihan.

1. Materi aspek hadits di SMP


Pada SMP materi hadits mulai diajarkan pada kelas IX dan penjabarannya
masuk pada SK dan KD.
a. Semester satu, hadits tentang menuntut ilmu














( )

Artinya: dari Anas r.a bersabda rasulullah SAW: carilah ilmu walaupun sampai kenegeri
cina, karena sesungguhnya mencari ilmu diwajibkan atas setiap muslim,
sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu
karena rida kepada apa yang dicarinya.7[7]

7
Hadits diatas menerangkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, baik laki-laki
maupun perempuan. Sebagai siswa muslim, hendaklah berupaya semaksimal
mungkin untuk menuntut ilmu walaupun sangat jauh. Karena bagi siapa saja yang
rida dengan ilmu yang dicaarinya dan memberikan manfaat baginya, para
malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya sebagai naungan.
Kewajiban seorang muslim dalam memahami dalam memahami sebuah hadits
tidak saja dalam hal membaca. Akan tetapi, kita juga wajib mempelajari dan
mengamalkannya. Sebagaimana halnya hadits tentang menuntut ilmu tidak hanya
dilakukan dengan membaca, tetapi juga harus diamalakan.
Sedangkan kandungan hadits tersebut adalah mencakup tentang pengertian
menuntut ilmu, hukum menuntut ilmu, dan jenis-jenis ilmu.
1. Pengertian menuntut ilmu
Menuntuntut ilmu adalah suatu usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan baik
dengan cara melihat, menelaah, mendengar, maupun menanyakan.
2. Hukum menuntut ilmu
Hukum menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan
3. Jenis-jenis ilmu
Ilmu meliputi ilmu yang sifatnya fardu ain dan fardu kifaya. Yang termasuk dalam
ilmu fardu ain adalah ilmu-ilmu agama (tauhid, fiqh, dan muamalah), sedangkan
yang termasuk dalam ilmu fardu kifayah adalah ilmu umum atau yang bersifat
duniawi.
b. Semester dua, hadits tentang kebersihan














:

:











( )

Artinya: Abu Malik Al Harits bin Ashim Al Asyari r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda:
bersuci itu sebagian dari iman, ucapan alhamdulillahi memberatkan timbangan
(kebaikan)8[8].

Thaharah merupakan syarat sahnya ibadah dan perlambang kecintaan Allah


swt. Rasulullah telah menjelaskan bahwa thaharah yang dilakukan oleh orang-
orang mukmin terhadap badan dan pakaiannya adalah refleksi dari keimanannya.

Hadits tersebut juga menegaskan kepada umat Islam untuk senantiasa menjaga
kebersihan karena agama Islam adalah agama yang suci. Orang yang selalu bersih
dan suci pertanda bahwa ia telah melaksanakan sebagian dari perintah agama dan
merupakan salah sati perwujudan iman

2. Materi aspek hadits di SMA


Pada jenjang SMA materi aspek hadits hanyalah sebagai pelengkap dalil di
setiap materi aspek pendidikan agama islam (aspek fiqh, aspek al quran, aspek
akhalah, aspek tarih), maka analisis kami adalah materi aspek hadits di SMA
sangatlah tepat karena untuk pengayaan hadits bagi siswa SMA. Sedangkan sisi
kekurangannya adalah tidak ada pembahasan secara detail mengenai hadits-hadits
tersebut.

D. Relevansi Materi Aspek Hadits Di SMP Dan SMA


1. Materi aspek hadits di SMP
Bahwa uraian materi aspek hadits kelas IX tersebut sudah sesuai dengan SK
dan KD, dalam pengertian bahwa di bab tersebut sudah mencantumkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai. Adapun yang menyangkut
kelengkapan materi berupa keluasan materi dan kedalaman materi dinilai cukup

8
bagus atau cukup memadai setidaknya dapat memberikan informasi/modal awal
bagi guru dan siswa untuk dikembangkan berikutnya. Namun untuk level SMP
yang tingkat penalaran dan daya kritis nya masih tergolong biasa, materi ini cukup
membantu memberikan pemahaman singkat dan straight to the point.

2. Materi aspek hadits di SMA


Pada SMA kerelevansiannya untuk tarap pelengkap dalil pada setiap aspek
pendidikan agama islam sudah cukup layak untuk disampaikan. Namun dalam
segi pendalaman materi aspek hadits belum cukup relevan, karena pendalamannya
bersifat melengkapi dan tercantum dalam SK dan KD. Maka dalam analisis kami
untuk materi aspek hadits di SMA hanyalah bersifat mendukung aspek PAI
lainnya.

Adapun tentang akurasi materi berupa acuan sumber materi di tiap-tiap bab
dan sub bab memang tidak dicantumkan secara khusus, dalam pengertian hadits
pada SMA ini tidak menerangkan secara terperinci kandungan hadits tersebut
karena memang tidak ada dalam SK dan KD. Adapun penentuan pokok bahasan
dan sub pokok bahasan sudah cukup bagus dan akurat, setidaknya dari sudut
sistematika uraian materi sudah cukup sinkron antara pembahasan bab utama
dengan sub pokok bahasannya.

E. Kesimpulan
Materi aspek hadits pada SMP, menekankan pada kemampuan baca tulis yang
baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta
mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan materi aspek hadits pada SMA, bersifat anjuran, penunjang, dan
pelengkap dalil dari setiap materi aspek Pendidikan Agama Islam.

ANALISA METODE PEMBELAJARAN TERHADAP MATERI


AL-QURAN HADITS MA KELAS X SEMESTER I
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Devinisi Metode Pembelajaran


Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani,
yaitu methodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata,yaitu metha yang berarti
melalui atau melewati,dan hodos yang berarti jalan atau cara.Maka metode
memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.Dalam bahasa
Inggris dikenal term method dan way yang terjemahkan dengan metode dan
cara,dan dalam bahasa Arab,kata metode diungkapkan berbagai kata seperti kata
al-thariqah,al-manhaj,dan al-wasilah.al-thariqah berarti jalan,al-manhaj berarti
sistem,dan al- wasilah berarti mediator atau perantara.Dengan demikian,kata Arab
yang paling dekat dengan arti metode adalah al-thariqah.9[1]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah
ditentukan. Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk
mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat
dimaknai sebagai jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan
tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu
pengetahuan dan lainnya. 10[2]
Metode juga merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan
olrh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru

10
tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara
tepat.11[3]

B. Landasan Metode Pembelajaran


Pembelajaran sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari
landasan dan mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu.landasan dan asa tersebut
sangat penting, karena pembelajaran merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat. Ada beberapa landasan pembelajaran,
yaitu sebagai berikut12[4]:
1. Landasan Religious Islami berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
a) Al-Quran
Al-Quran adalah Kalam Allah yang menjadi sumber segala hukum dan
menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang
pembelajaran. Dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang berhubungan dengan
pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat pertama (lima ayat yang merupakan
wahyu pertama)berbicara tentang keimanan dan pembelajaran. Yaitu yang artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan [1] Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah [2] Bacalah, dan Tuhanmulah
yang paling sempurna [3] yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam [4]
dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya [5]
Lima ayat tersebut merupakan ayat pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad, yang diantaranya berbicara tentang perintah kepada semua manusia
untuk selalu menelaah, membaca, belajar dan observasi ilmiah tentang penciptaan
manusia sendiri.

b) Sunnah
Ada sebuah hadis, yang diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya:

11

12
Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari Amasy, dari Abi Wail, dari Ibn
Masud yang mengatakan: bahwa Nabi SAW selalu mengatur waktu ketika
member nasihat-nasihat kepada kita dalam beberapa hari karena kuatir kita
menjadi bosan. (HR. Bukhari)
Maksudnya, dalam member nasihat-nasihat kepada para sahabatnya,
Rasulullah sangat berhati-hati dan memperhatikan situasi dan keadaan para
sahabat. Nasehat itu diberikan pada waktu-waktu tertentu saja, tidak dilakukan
setiap hari agar tidak membosankan.
Hadis tersebut berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa
pembelajaran itu harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang
akan belajar.
c) Sunnah
Ada sebuah hadis, yang diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya:
Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari Amasy, dari Abi Wail, dari Ibn
Masud yang mengatakan: bahwa Nabi SAW selalu mengatur waktu ketika
member nasihat-nasihat kepada kita dalam beberapa hari karena kuatir kita
menjadi bosan. (HR. Bukhari)
Maksudnya, dalam member nasihat-nasihat kepada para sahabatnya,
Rasulullah sangat berhati-hati dan memperhatikan situasi dan keadaan para
sahabat. Nasehat itu diberikan pada waktu-waktu tertentu saja, tidak dilakukan
setiap hari agar tidak membosankan.
Hadis tersebut berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa
pembelajaran itu harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang
akan belajar.
Filsafat dalam pembelajaran berupaya menjawab secara kritis dan mendasar
berbagai pertanyaan pokok sekitar pembelajaran,seperti apa, mengapa, ke mana,
bagaimana dan sebagainya dari pembelajaran itu. Kejelasan berbagai hal tersebut
sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang
dilakukan dalam pembelajaran. Hal ini sangat penting karena hasil pembelajaran
tidak segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan
kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.
2. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pembelajaran, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti:
Apakah pembelajaran itu, mengapa pembelajaran itu diperlukan, apa yang
seharusnya menjadi tujuannya,dan sebagainya. Landasan filosofis merupakan
landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat
(philosophy) bersumber dari bahasa Yunani. Philein berarti mencintai, dan sophos
atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana.
Terdapat kaitan yang erat antara pembelajaran dengan filsafat karena filsafat
mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan
pembelajaran berusaha mewujudkan citra tersebut. Rumusan tentang harkat dan
martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara
penyelenggaraan pembelajaran. Dan dari sisi lain, pembelajaran merupakan
proses memenusiakan manusia.
Filsafat dalam pembelajaran berupaya menjawab secara kritis dan mendasar
berbagai pertanyaan pokok sekitar pembelajaran,seperti apa, mengapa, ke mana,
bagaimana dan sebagainya dari pembelajaran itu. Kejelasan berbagai hal tersebut
sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang
dilakukan dalam pembelajaran. Hal ini sangat penting karena hasil pembelajaran
tidak segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan
kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan. 13[5]

3. Landasan Sosiologis
Manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk
hidup lainnya, yaitu hewan. Meskipun demikian, pengelompokan manusia jauh
lebih rumit dari pengelompokan hewan. Kehidupan social manusia tersebut
dipelajari oleh filsafat, yang berusaha mencari hakikat masyarakat yang

13
sebenarnya. Filsafat social sering membedakan antar manusia sebagai individu
dan manusia sebagai masyarakat.
Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses interaksi
antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda
mengembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga
sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. 14[6]
4. Landasan Psikologis
Banyak factor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas hasil pembelajarn siswa. Namun diantara factor-faktor
rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa
b. Sikap siswa
c. Bakat siswa
d. Minat siswa
e. Motivasi siswa
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah diperolehnya perubahan tingkah
laku individu. Perubahan tersebut merupakan akibat perbuatan belajar.15[7]
C. Tujuan Metode Pembelajaran
Metode yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan
pembelajaran. Metode harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif
berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bias menyelesaikan
segala permasalahan yang dihadapinya.dipilihnya beberapa metode tertentu dalam
suatu pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi
pelaksanaan dan kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks
lain, metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun
data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini,

14

15
metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran
sehingga apa yang telah direncanakan bias diraih dengan sebaik dan semudah
mungkin.
Dengan demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Perlu juga menjadi pertimbangan bahwa ada
materi yang berkenaan dengn dimensi afektif dan psikomotorik, dan ada materi
yang berkenaan dengan dimensi afektif, yang kesemuanya itu menghendaki
pendekatan metode yang berbeda-beda.16[8]
D. Metode-metode yang digunakan dalam pembelajara Al-Quran dan Hadits
pada siswa MA kelas X semester I
1. Metode Debat
Metode Debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting
untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun
menjadi paket Pro dan Kontra. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan
setiap kelompok terdiri dari empet orang. Didalam kelompoknya, siswa (dua
orang mengambilposisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra)
melakukan perdebatan tentang topic yang ditugaskan. Laporan masing-masing
kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi
yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa
terlibat dalam prosedur debat.17[9]
2. Metode picture and picture
Metode picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan
gambar dan dipasangkan/ diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajika materi sebagai pengantar.

16

17
c. Guru menunjukan/ memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi.
d. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tesebut.
f. Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpilan/ rangkuman.
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan Metode picture and picture adalah guru lebih mengetahui kemampuan
masing-masing siswa, melatih berfikir logis dan sistematis.
Kekurangan metode picture and picture adalah memakan banyak waktu, banyak
siswa yang pasif.18[10]
3. Metode numbered heads together
Metode numbered head together adalah suatu metode belajar dimana setiap
siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan
Kelebihan dan kelemahan
a. Kelebihan

18
- Setiap siswa menjadi siap semua
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan
- Kemungkian nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.19[11]
4. Metode investigasi kelompok
Metode investigasi kelompok dipandang sebagai metode yang paling
kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topic
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang
menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas mejadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik
yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan
berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topic tertentu. Para siswa memilih
topic yang ingin dipelajari, mengikuti investasi mendalam terhadap berbagai
subtopic yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan
didepan kelas secara keseluruhan.
Langkah-langkah
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopic dalam suatu wilayah masalah umum
yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama

19
Para siswa besera guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas
dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topic dan subtopic yang telah
dipilih dari langkah (a) diatas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah (b).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktifitas dan ketrampilan dengan fariasi
yang luas dengan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber
baik yang terdapat didalam maupun diluar sekolah. Guru secara terus-menerus
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan Sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh
pada langkah (c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai
topic yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan
mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topic tersebut. Presentasi
kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok
terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup
setiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.20[12]
5. Metode Student Teams Achievent Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai
menjelaska anggota lain sampai mengerti.
Langkah-Langkah
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.

20
d. Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis
tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Penutup.
Kelebihan dan Kelamahan
a. Kelebihan
- Seluruh siswa menjadi lebih siap.
- Melatih kerjasama dengan baik.
b. Kelemahan
- Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
- Membedakan siswa.21[13]
6. Metode examples non examples
Metode examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah
a. Guru mempersiapkan ganbar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan/ menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas.
e. Setiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
Kebaikan dan Kekurangan
a. Kebaikan
- Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
- Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
- Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Kekurangan
- Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
- Memakan waktu yang lama.
7. Metode internalisasi
Sesuatu yang telah diketahui dapat saja sekedar diketahui, tempatnya di otak.
Untuk mengetahui apakah murid sudah tahu, guru dapat memberikan soal ujian
atau ulangan. Jika jawabannya benar, berarti murid sudah tahu, murid mampu
bahkan terampil melaksanakan yang diketahui itu. Tempatnya di anggota badan.
Nah, yang di otak dan yang di badan itu boleh jadi menetap saja disitu; dua-
duanya itu masih berada di luar kepribadian, masih berada di daerah ekstern,
21
belum berada di daerah dalam kepribadian (intern). Karena itu pengetahuan dan
keterampilan harus dimasukkan ke daerah intern. Proses memasukkan inilah yang
disebut internalisasi.22[14]
BAB III
ANALISIS PEMBAHASAN

A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Al-Quran Hadits MA Kelas X


Semester I

N STANDAR KOMPETENSI DASAR MATERI METODE


O. KOMPETEN PEMBELAJARAN
SI
1. Memahami 1.1 Menjelaskan pengertian Pelajaran 1: 1. Metode
pengertian Al- al-Quran menurut para internalisasi
Al-Quran bukti
Quran dan ahli 2. Metode Numbered
otentik.
bukti 1.2Membuktikan Heads Together.
otentiknya keotentikan al-Quran 1. Pengertian Al- 3. Metode Resitasi.
ditinjau dari segi Quran 4. Metode
keunikan redaksinya, 2. Nama-nama Al- Pemahaman.
kemukjizatannya dan Quran 5. Metode Diskusi
sejarahnya 3. Pengertian Ijazul
1.3 Menunjukkan prilaku Al-Quran
orang yang meyakini 4. Aspek-aspek
kebenaran al-Quran kemukjizatan A-
Quran
2. Memahami isi2.1 Mengidentifikasi isi .Pelajaran2 : 1. Metode
pokok ajaran pokok ajaran Al-Quran internalisasi.
al-Quran 2. Metode Resitasi.
2.2 Menunjukkan ayat yang Memahami isi 3. Metode Numbered
terkait dengan isi pokok pokok ajaran Heads Together.
ajaran al-Quran
Al-Quran 4. Metode Diskusi
2.3 Menjelaskan kandungan
ayat yang terkait dengan1. Isi kandungan Al-
isi pokok ajaran al- Quran meliputi:
quran a. Akidah
b. Ibadah dan
2.4 Menerapkan kandungan muamalah
ayat yang terkait dengan c. Akhlaq
isi pokok ajaran al- d. Hukum
quran e. Sejarah
f. Dasar-dasar IPTEK
3. Memahami 3.1 Mendiskripsikan fungsi Pelajaran 3: 1. Metode
fungsi Al- Al-Quran internalisasi.
Memahai fungsi
Quran dalam 2. Metode Student
3.2 Menunjukkan peilaku Al-Quran dalam
kehidupan Teams-
orang yang kehidupan.
Achievement
memfungsikan al-quran
1. Fungsi dan tujuan Division.
Al-Quran: 3. Metode

22
3.3 Menerapkan fungsi al- a. Petunjuk bagi Pemahaman.
quran dalam kehidupan manusia
sehari- hari b. Sumber pokok
agama islam
c. Peringatan dan
pelajaran bagi
manusia

4. Memahami 4.1 Mendeskripsikan fungsi Pelajaran 4: 1. Metode


cara-cara al-quran internalisasi.
Mencari surat dan
mencari surat 2. Metode Metode
4.2 Menunjukkan perilaku ayat dalam
dan ayat Student Teams-
orang yang
dalam Al- Al-Quran Achievement
memfungsikan al-quran
Quran Division.
4.3 Menerapkan fungsi al- 3. Metode
quran dalam kehidupan Pemahaman.
sehari-hari

5. Memahami 1.1 Mengartikan QS. Al- Pelajaran 5: 1. Metode


ayat-ayat Al- Mukminun: 12-14, QS. Tugas manusia internalisasi.
Quran Al-Nahl: 78, QS. Al- sebagai Khalifah 2. Metode Metode
tentang Baqarah: 30 dan QS. Fil Ardhi Student Teams-
manusia dan Adz-Dzariyat: 56 Achievement
tugasnya 1.2Menjelaskan kandungan Division.
sebagai QS. Al-Mukminun: 12- 3. Metode
khalifah 14, QS. Al-Nahl: 78, QS. Pemahaman.
dibumi Al-Baqarah: 30 dan QS. 4. Metode resitasi
Adz-Dzariyat: 56
1.3 Menerapkan perilaku
sebagai khalifah dibumi
seperti terkandung dalam
QS. Al-Mukminun: 12-
14, QS. Al-Nahl: 78, QS.
Al-Baqarah: 30 dan QS.
Adz-Dzariyat: 56

6. Memahami 6.1 Mengartikan QS. Ali Pelajaran 6: 1. Metode


ayat-ayat al- Imran 159 dan QS. Asy- internalisasi.
Demokrasi:
quran tentang Syura: 38 2. Metode Metode
Demokrasi 1. Mengartikan ayat Student Teams-
6.2 Menjelaskan kandungan
tentang Demokrasi Achievement
QS. Ali Imran 159 dan
Division.
QS. Asy-Syura: 38 Menjelaskan 3. Metode
kandungan ayat
6.3 Menerapkan perilaku Pemahaman.
tentang Demokrasi 4.
hidup demokrasi seperti Metode resitasi
terkandung dalam QS.
Ali Imran 159 dan QS.
Asy-Syura: 38 dalam
kehidupan sehari-hari

B. Ringkasan Materi Al-Quran Hadits MA Kelas X Semester I


I. Al-Quran Bukti Otentik
a) Pengertian Al-Quran
Secara etimologi (bahasa) kata al-quran artinya bacaan atau yang
dibaca (bermakna isim maful) menurut ahli bahasa, Al-Lihyani (wafat 215
H). Kata Al-Quran adalah isim masdar dengan arti isim maful, yaitu yang
dibaca. Karena di dunia ini tidak ada bacaan buku atau kitab seperti al-
quran yang senantiasa dibaca, dimusabaqohkan (diperlombakan) dan
dikaji oleh berjuta-juta manusia. Hal tersebut juga diperkuat oleh Prof.
Chotibul Uman bahwa Al-Quran adalah kitab yang paling banyak dibaca
orang diseluruh dunia baik dari umat islam sendiri maupun non muslim.
Kata Al-Quran dan maknanya, ada Ulama yang berpendapat lain
diantaranya:
Imam SyafiI (105-204 H) bahwa Al-Quran tidak merupakan musyitaq (kata
bentukan) dari apapun. Merupakan nama yang secara khusus diberikan
oleh Allah untuk kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Imam Al-Farra (wafat 207 H) kata Al-Quran adalah musyitaq (kata
bentukan) dari kata yang merupakan isim jama yang berarti petunjuk atau
indikator. Alasan pendapat ini adalah karena pada kenyataannya sebagian
ayat-ayat al-quran itu satu dengan yang lainnya berfungsi sebagai
hubungan atau petunjuk indikator.
Al-Asyari (wafat 324 H) tokoh aliran Sunni berpendapat bahwa kata Al-
Quran adalah musytaq. Alasan pendapat ini karena dalam kenyataannya
surat-surat yang berjumlah 114 dan ayat-ayat yang jumlahnya lebih dari
6600 dihimpun dan digabung dalam satu mushaf.
Pengertian Al-Quran menurut istilah (terminologi) terdapat banyak
definisi. Hal demikian karena diakibatkan oleh sudut pandang dari disiplin
ilmu yang berbeda dan juga panjang pendeknya definisi yang dibuat.
Beberapa definisi yang telah dikemukakan para Ulama antara lain:
Syaikh Muhammad Khudari Baik
Beberapa sifat dan unsur Al-Quran yang dikemukakan:
1) Al-Quran adalah berbahasa Arab.
2) Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
3) Disampaikan dengan jalan mutawatir.
4) Ditulis dalam mushaf.
5) Dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
Syaikh Muhammad Abduh
Definisinya yaitu:
1) Al-Quran merupakan bacaan.
2) Tertulis dalam mushaf-mushaf.
3) Terjaga dalam hafalan-hafalan umat Islam.
b) Nama lain AL-quran, antara lain: Al-Furqon, Al-Kitab, Adz-Dzikir.

c) Pengertian Ijazul Al-Quran


Secara etimologi (bahasa) mujizat mempunyai arti: melemahkan,
mengalahkan lawan,atau musuh.
Sedangkan menurut terminologi (istilah), mujizat adalah sesuatu
yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat dari
perlawanan.
Contoh: mujizat nabi Muhammad yaitu Al-Quran, mujizat nabi
Musa yaitu berupa tongkat, dll.
d) Aspek-aspek kemujizatan Al-Quran adalah gaya bahasa, susunan kalimat,
simple, berita tentang hal-hal yang ghaib, sejalan dengan ilmu
pengetahuan modern.23[15]

II. Memahami Isi Pokok Ajaran Al-Quran


Al-Quran Al-Karim adalah kitab Allah yang diturunkan Allah SWT
kepada Rasul-Nya Muhammad SAW berisi petunjuk guna menjadi pedoman
hidup umat manusia.
Isi kandungan Al-Quran itu dapat digali dan dikembangkan menjadi
berbagai bidang. Isi kandungan Al-Quran secara garis besar yaitu meliputi:
a. Aqidah

23
Aqidah adalah keyakinan, kepercayaan. Aqidah Islam adalah suatu
kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh orang
Islam.
Pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini menjadi aqidah
orang muslim ada enam yang disebut rukun iman.
b. Ibadah dan Muamalah
Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi, berbakti dan
beribadah kepada-Nya. Manusia adalah makhluk sosial, dalam
kehidupannya memerlukan berbagai kagiatan dan hubungan atau
komunikasi. Komunikasi dengan Allah yang disebut hablun min Allah yang
tata hubungan manusia dengan Tuhan-Nya. Seperti shalat, membayar
zakat dan ibadah lainnya. Hubungan manusia dengan manusia lain serta
alam sekitarnya yang disebuut hablun minannas, seperti jual beli,
silaturrahmi, dan kegiatan kemasyarakatan lain yang disebut muamalat.
c. Akhlaq
Nabi Muhammad SAW ditugaskan Allah adalah untuk membangun
akhlak mulia. Meningkatkan derajat manusia dari lembah hina menjadi
mulia, dari kehidupan yang gelap menjadi cemerlang.
Nabi mmuhammad SAW berakhlak mulia. Menjadi suri tauladan
dan panutan umat manusia yang mendambakan kebahagiaan dan rahmat
Allah.
d. Hukum
Al-Quran merupakan sumber pokok hukum islam guna mengatur
tata kehidupan yang aman damai, sejahtera, bahagia, adil makmur,
selamat didunia dan akhirat.
Secara garis besar Al-Quran mengatur beberapa ketentuan tentang
hukum-hukum perkawinan, perceraian, waris, perjanjian, pidana, dan masih
banyak lagi.
e. Sejarah
Pada dasarnya Al-Quran adalah pedoman hidup. Disamping berisi
pokok-pokok ajaran dan hukum Islam, Al-Quran juga mengandung banyak
peristiwa sejarah, kisah para Nabi dan umat manusia pada zaman dahulu.
Fungsi dari sejarah adalah untuk menjadi pelajaran yang baik ditiru
dan yang tidak baik ditinggalkan.

f. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan manusia,
memerlukan pengetahuan dan tekhnologi. Namun ilmu pengetahuan dan
teknologi saja tidak cukup memberikan jaminan bagi kesejahteraan dan
keamanan manusia serta kebahagiaannya. Ilmu pengetahuan dan
teknologi harus dilandasi dengan agama, karena tanpa agama dapat
membinasakan umat manusia itu sendiri, seperti penggunaan hasil
teknologi untuk penghancuran manusia dan mengancam kehidupannya. 24
[16]
III. Memahami Fungsi Al-Quran dalam kehidupan
Fungsi dan Tujuan Al-Quran:
a. Petunjuk bagi manusia.
b. Sumber pokok ajaran Islam.
c. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.25[17]

IV. Mencari Surat dan Ayat dalam Al-Quran


Al-Quran sebagai kitab suci dan mukjizat Nabi Muhammad SAW
yang terbesar telah mengundang para ilmuan baik dari kalangan muslim
sendiri maupun dari non-muslim, untuk menggali dan mengkaji isinya dari
berbagai sudut disiplin ilmu yang berbeda-beda. Salah satu kajiannya

24

25
adalah mengklasifikasikan surat dan ayat Al-Quran berdasarkan topik,
masalah atau pokok bahasan.26[18]

V. Tugas Manusia sebagai Khalifah Fil Ardhi


a. QS. Al-Mukminun: 12-14:
Artinya:
(12) Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13) Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). (14) Kemudian air maniKami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Sucilah Allah
Pencipta Yang Paling Baik.

b. QS. Al-Nahl: 78
Artinya:
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

c. QS. Al-Baqarah: 30
Artinya:
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi. mereka berkata: Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal

26
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

d. QS. Adz-Dzariyat: 56
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.27[19]

VI. Demokrasi

a. QS. Ali Imran 159:


Artinya:
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah
dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu
Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.

b. QS. Asy-Syura 38:


Artinya:
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka

27
menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada
mereka.28[20]
C. Analisis Metode Pembelajaran Terhadap Materi PAI Al-
Quran Hadits MA Kelas X Semester I
Dalam makalah kami, mendapatkan beberapa metode sebagai berikut:
a. Metode Debat
b. Metode Picture and Picture
c. Metode Numbered Heads Together
d. Metode Student Teams- Achievement Division
e. Metode Investigasi Kelompok
f. Model Examples Non Examples
g. Metode Internalisasi
Menurut analisis kami, metode yang tepat digunakan dalam materi
Alquran Hadits MA kelas X semester I adalah:
i. Metode Numbered Heads Together
Metode Numbered Heads Together dapat diterapkan dalam materi Alquran
Hadits, karena metode ini sangat membantu bagi guru untuk dapat
memahamkan materi dengan baik. Sesuai dengan sifat materi tersebut
(bersifat baku).
ii. Metode Student Teams- Achievement Division
Metode Student Teams- Achievement Division dapat diterapkan dalam
materi Alquran Hadits, sama halnya pada Metode Numbered Heads
Together, akan tetapi sebagian siswa berperan sebagai guru. Dan guru
hanya mengawasi dan memberikan komentar.
iii. Metode Internalisasi
Begitu juga dengan Metode Internalisasi, yang intinya adalah
tersampaikannya materi Alquran Hadits terhadap para murid.
Sedangkan metode yang tidak tepat dalam pembelajaran materi Alquran
Hadits MA kelas X semester I adalah:
a. Metode Debat

28
Pada Metode Debat tidak tepat digunakan karena metode tersebut
materinya bersifat pro dan kontra. Sehingga tidak tepat dalam pembelajara
Alquran Hadits, karena alquran dan hadits adalah suatu materi yang
sudah pasti (sebagai dasar dalam agama islam), adapun akan
menerapkan metode ini adalah pada pengembangan hukumnya, itu pun
bagi mereka yang telah dianggap mampu untuk ber ijtihad.

b. Metode Picture and Picture


materi Alquran Hadits tidak cocok diterapkan dengan metode Picture and
Picture, karena materi Alquran Hadits adalah sebuah catatan hukum,
sedangkan metode menggunakan media gambar sebagai proses
pembelajaran.
c. Metode Investigasi Kelompok
Begitu juga dengan metode Investigasi Kelompok, metode ini tidak cocok
diterapkan proses pembelajaran materi al-quran dan hadits, karena
metode ini meramu sebuah materi dari awal sampai dengan akhir,
sedangkan materi al-quran dan hadits adalah sebuah materi yang sudah
jadi, dengan tinggal menerapkan materi yang sudah ada kepada para
siswa.
d. Model Examples Non Examples
Model Examples Non Examples yang titerapkan dengan menggunakan
media gambar dan penggambaran sebuah kasus, maka tidak dapat
diterapkan untuk materi al-quran dan hadits, tetapi ketika menggunakan
sebuah cerita yang ada dalam hadits atau al-quran, maka akan bisa
diterapkan. Itu pun dengan catatan bahwa hukum yang terkandung
didalamnya belum diganti.

Analisa silabus
PENDAHULUAN

Keluarnya Peraturan Menteri Agama (Permenag) RI No. 2 Tahun 2008


menandai berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk mata
pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah yang berada dibawah
naungan Kementrian Agama (Kemenag).29[1] Permenag ini menjadi menjadi
acuan bagi stakeholder pendidikan, terutama guru untuk merumuskan kurikulum
seluruh mata pelajaran yang berada dalam rumpun PAI di madrasah dalam
berbagai jenjang dan satuannya. Keseluruhan mata pelajaran yang dimaksud
dalam Permenag diatas meliputi mata pelajaran Al-Quran Hadiht, Akidah
Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
KTSP PAI pada dasarnya merupakan kelanjutan atau penyempurnaan dari
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan secara operasional disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah, yang
penekananannya pada standar isi dan kompetensi. Banyak hal yang telah
dilakukan oleh Depag (Kemenag) untuk menyukseskan program KTSP, namun
pada kenyataannya sampai sekarang masih banyak sekolah yang merasa sulit
untuk mengimplementasikannya.
Pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru agar siswa terlibat
aktif belajar dalam pembelajaran tentunya memerlukan langkah-langkah yang
jelas, sistematis dan tepat sasaran. Perencanaan pembelajaran yang tidak
sistematis dapat berakibat proses pembelajaran tidak mencapai sasaran yang tepat.
Oleh sebab itu sangatlah penting bagi seorang guru dalam mempersiapkan
pembelajarannya juga menganalisa kembali kekurangan-kekurangan dalam
silabusnya.
Berikut ini akan disajikan kajian mengenai Analisis Silabus mata pelajaran
al-Quran Hadith dan Strategi Pengembangan Silabus al-Quran Hadith yang
sesuai dengan Prinsip-prinsip KTSP sebagai bahan ajar yang akan menjadi salah
satu referensi bagi para guru.

29
PEMBAHASAN

Studi Kasus Silabus Mata Pelajaran al-Quran Hadith Untuk mengetahui


kemampuan guru dalam merumuskan silabus, maka makalah ini mengambil salah
satu contoh hasil yang dirumuskan oleh guru mata pelajaran al-Quran Hadith di
Madrasah. Namun, makalah ini hanya mengambil satu contoh format silabus
sebagai studi kasus yang hendak dipergunakan sebagai bahan analisis. Silabus
adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.30[2] Sedangkan menurut Salim yang
dikutip oleh Masnur Muslich, mengatakan bahwa silabus dapat didefinisikan
sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi
pelajaran. Dan istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk
pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi
yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar.31[3] Dari gambaran tersebut dapat dinyatakan bahwa silabus
merupakan pedoman awal bagi pengembangan pembelajaran selanjutnya, seperti
pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pengelolaan kegiatan
pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian.
Landasan pengembangan silabus tersebut mengacu kepada peraturan
pemerintah RI No 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 Ayat
(2) yang berbunyi: Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite
madrasah, mengembnagkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan SKL, dibawah supervise dinas

30

31
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan untuk SD, SMP,
SMP, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintah dibidang
agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.32[4]

Dan pada pasal 20 yang menegaskan: Perencanaan proses pembelajran


meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
kurang nya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar,
dan penilaian hasil belajar.33[5]
Contoh Kasus Silabus Al-Quran Hadiht Madrasah Di Sumenep. lampiran 1.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah silabus diatas sudah mengacu


atau memenuhi prinsip-prinsip dasar pengembangan. Sebagaimana dipahami,
kebijakan KTSP hanya memberikan pedoman umum berisi: Standar Kompetensi
(SK) Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan Materi Pokok. 34[6]
Kemudian guru-guru di madrasah dan sekolah mengembangkannya menjadi
silabus yang lebih rinci. Silabus yang dikembangkan oleh guru harus dapat (1)
menjawab kompetensi yang harus dikuasai siswa (SK, KD, dan materi pelajaran),
(2) menjabarkan cara mengerjakannya (pengalaman belajar, metode, media), dan
(3) mengetahui cara pencapaiannya (evaluasi atau sistem penilaian).35[7]
Selain itu pengembangan tersebut juga harus sesuai dengan prinsip-prinsip
pengembangan silabus diantaranya:36[8] Pertama, Ilmiah, mengandung arti bahwa
keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar,
logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Kedua, Relevan,

32

33

34

35

36
mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
Ketiga, Sistematis, yang berarti seluruh komponen-komponen silabus saling
berhubungan secara fungsonal dalam mencapai kompetensi. Keempat, Konsisten,
mengandung arti bahwa SK, KD, indicator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar dan sistem penilaian memiliki hubungan dalam membentuk
kompetensi peserta didik. Kelima, Memadai, artinya cukup indikator, materi
pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Keenam, Aktual dan
Kontekstual, yang berarti cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nayata, dan peristiwa yang terjadi.
Ketujuh, Fleksibel, mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta
didik dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak yang
berarti komponen silabus mampu mengakomodasi keragaman dan dinamika
perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan mansyarakat. Kedelapan,
Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, psikomotorik) seperti yang dikemukakan oleh Bloom.
Kesembilan, Efektif, mengandung arti yakni memperhatikan keterlaksanaan
silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi
sesuai dengan SK yang telah ditetapkan. Dan kesepuluh, efisien, yang berarti
dalam silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat
penggunaan, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar
yang ditetapkan.37[9]
Sebelum menyusun silabus guru harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik mata pelajaran yang akan diampunya. Misalnya mata Quran Hadiht
pada tingkat Madrasah Tsanawiyah. Pada lampiran 3b bab VII Permenag No 2
tahun 2008 menyebutkan bahwa Al-Quran Hadiht di MTs merupakan salah satu
mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan Qurdiht
pada masyarakat Islam
37
Secara substansial, mata pelajaran Qurdiht memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati al-Quran dah Hadiht sebagai pegangan ummat Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Berdasarkan uraian
tersebut penyusunan silabus mata pelajaran Qurdiht dapat dikembangkan menjadi
beberapa komponen yang bertujuan untuk (a) Meningkatkan pengenalan dan
kemampuan mengambil ibrah terhadap pengertian al-Quran (b) mengamalkan
apa yang ada dalam al quran dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan
sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan (c) Meneladani nilai-nilai
yang ada dalam al quran dan hadiht.
Analisis Silabus Mata Pelajaran al-Quran dah Hadiht,Dari format silabus
yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini, secara garis besar
didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat tabel):
lampiran 2.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang


dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi
rujukan dalam merancang bangun dapat digambarkan sebagai berikut.
Pertama, dari aspek prinsip ilmiah menunjukkan materi dan kegiatan yang
termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Pengembangan indilkator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian,
alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi
dasar dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada
dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh Permenag No 2 tahun
2008.
Kedua, dari aspek relevansi materi indikator dan teknik penilaian
pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar,
namun akan lebih baik jika siswa juga melakukan eksplorasi terhadap potensi-
potensi belajar lain. Seperti mengaitkan prestasi-prestasi khulafaur rasyidin
dengan perkembangan masa sekarang.
Ketiga, dari aspek sistematis silabus terlihat adanya hubungan fungsional
antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi.
Keempat, dari aspek konsisten di dalam komponen-komponen silabus
tersebut telah ada hubungan yang ajek antara kompetensi dasar, indikator, materi
pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.
Kelima, dari aspek memadai cakupan indikator, materi
pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
Keenam, dari aspek aktual dan kontekstual cakupan indikator dan sistem
penilaian kurang memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir
dalam kehidupn nyata dengan peristiwa yang terjadi.
Ketujuh, dari aspek fleksibel komponen silabus indikator dan penilaian
kurang dapat mengakomodasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan
yang terjadi di sekolah dan masyarakat. Karena tidak muncul keterkaitan antara
peristiwa yang dipelajari dengan aktualisasi pada kehidupan sekarang.
Kedelapan, dari aspek menyeluruh silabus belum menunjukkan
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam
taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut tujuan kognitif lebih banyak
ditonjolkan, sedangkan tujuan afektif (yang terdiri dari penerimaan, respons,
menghargai, mengorganisasi, dan pola hidup) dan tujuan psikomotorik (yang
terdiri dari meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi)
belum terpenuhi.38[10]
Kesembilan, dari aspek efektif komponen-komponen silabus cukup
menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran.
Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum menunjukkan
efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan
materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran yang telah
dilakukan.39[11] Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai hasil

38

39
belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu penilaian tentang
tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan.
Kesepuluh, dari aspek efisien daya dan waktu dapat diperkecil, namun
belum tentu dapat mencapai hasil atau standar kompetensi yang ditetapkan karena
silabus tersebut belum menggambarkan bagaimana tujuan afektif dan
psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru.
Demikian uraian analisis dari silabus mata pelajaran al- Quran hadiht
yang ditampilkan. dan sebagai perbandingan dibawah ini akan ditampilkan silabus
yang telah disusun kembali. Lampiran
PENUTUP
Pengembangan silabus secara substansi bertujuan untuk merealisasikan
Standar Isi yang telah ditetapkan oleh Permenag no 2 tahun 2008. Namun dalam
prakteknya kendala-kendala berupa kurangnya pemahaman terhadap prinsip-
prinsip pengembangan silabus seringkali menyebabkan isi silabus kurang relevan
dan memadai. Pada akhirnya isi silabus sama sekali tidak menggambarkan
potensi-potensi yang dimiliki pendidik, peserta didik, dan lingkungan
pembelajaran.
Analisis silabus mata pelajaran al-Quran dah Hadiht bertujuan untuk
menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang dibutuhkan untuk memenuhi
tujuan kompetensi sesuai alokasi waktu yang ditentukan dengan menggunakan
prinsip-prinsip pengembangan silabus. Jika melihat perkembangan dan perubahan
anak didik pada zaman modern ini, penyempurnaan silabus tersebut harus selalu
diperbarui.

KTSP dan SILABUS AL-QURAN HADITS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam
penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran
dan penelitian secara mendalam. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu
sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum
suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku
kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat
mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen-komponen
kurikulum yang lain.
Kurikulum merupakan seperangkat/sistem rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Sistem diatas dipergunakan
melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa
kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-
komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai
tujuan.
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
2. Silabus atau RPP seperti apakah yang harus disiapkan?
3. Bagaimanakah proses pengimplementasian atau (KBM)?
4. Bagaimana sistem penilaian dalam KBM?
5. Bagaimana struktur kurikulum 2013?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian KTSP
2. Mengetahui silabus atau RPP yang harus disiapkan
3. Mengetahui proses pengimplementasian atau (KBM)
4. Mengetahui sistem penilaian dalam KBM
5. Mengetahui struktur kurikulum 2013

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006
dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan
oleh BSNP. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan
kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan SI dan SKL.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman
untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:

kerangka dasar dan struktur kurikulum,

beban belajar,

kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan


pendidikan,

kalender pendidikan.40[1]

B. Silabus atau RPP yang Harus Disiapkan


Pada awalnya tentu aspek yang pertama adalah menentukan tujuan (standar
kompetensi) dari pembuatan silabus atau RPP itu sendiri. Contohnya : Silabus

40
yang saya analisis adalah silabus berkarakter milik dari salah guru di SMK
Maarif Al-Munawwir Krapyak dengan mata pelajaran Quran Hadits. Menurut
saya silabus tersebut telah mencakupi keempat aspek dari kurikulum baik dari,
tujuan pembelajaran, materi yang akan diberikan, metode dan cara
mengajarkannya serta penilaian. Pada silabus ini tentunya mempunyai tujuan
dasar yaitu membuat siswa berkarakter sesuai dengan tuntunan Quran dan hadits
dikaitkan dengan filsafat pendidikan Islam itu sendiri, sehingga aspek-aspek
kurikulum yang dimasukan kedalam silabus tersebut harus mengandung nilai-nilai
Islam yang bersumber dari al-Quran dan hadis, serta memperhatikan semua sisi
kepribadian manusia yaitu jasmani, akal dan rohani dan perbedaan individu
tentang bakat dan minat para siswa itu sendiri.
Setelah menentukan standar kompetensi, barulah menyusun indikator,
KKM KD/indikator
KD/indikator,, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode
pembelajaran, penilaian, nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, alokasi
waktu, serta yang terakhir sumber belajar.

C. Proses Pengimplementasian atau (KBM)


Setelah merancang silabus/RPP mulai dari menentukan standar
kompetensi sampai dengan menentukan sumber belajar yang akan digunakan dari
tiap masing-masing materi yang diajarkan, barulah masuk pada proses
pengimplementasian atau sering disebut dengan Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM). Contohnya : kompetensi dasarnya Menjelaskan pengertian al-Quran
dan Wahyu dengan indikatornya Menyebutkan pengertian al-Quran secara
tertulis dan Menyebutkan pengertian wahyu secara tertulis maka KBM nya tanya
jawab tentang pengertian al-Qur'an dan wahyu menurut bahasa dan istilah dan
Mendiskusikan persamaan dan perbedaan pengertian al-Qur'an dan wahyu KBM
tersebut dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah, penugasan dan
diskusi sebagai acuan sumber belajarnya buku pelajaran siswa Memahami
Quran Hadis karya Drs H. Mahrus Asad, Depag. Al-Quran dan
Terjemahannya, Depag. al-Quran dan Tafsirnya, buku di Perpustakaan, Internet,
Dll

D. Sistem Penilaian dalam KBM


Berdasarkan hasil wawancara dari seorang dosen Alma Ata dan juga guru
di SMK Maarif Al-Munawwir Krapyak (Abdus Salam, S.H.I, ME), bahwa setiap
pembelajaran belum berakhir sekiranya 10 menitan, beliau melakukan sebuah
evaluasi dengan cara memberikan post test berupa kuis berkisaran materi yang
disampaikan pada saat itu. Kuisnya bias berbentuk macam-macam tergantung
materi atau tema yang diajarkan. Contohnya : tema tentang bersyukur kepada
Allah pada mata pelajaran Quran dan Hadits, beliau memberikan pertanyaan
kepada siswa ayat apa saja yang berkaitan dengan tema tersebut dan jelaskan
intisarinya. Dengan begitu siswa diharapkan mengemaparkan ilmu yang barusan
telah sampaikan oleh gurunya sekaligus sistem pengulangan juga terdapat dalam
sesi post test ini. Selain itu juga siswa diberi pekerjaan rumah agar pengulangan
ilmu itu dapat sering dilakukan, sehingga siswa hafal dengan Kalam Allah dan
dapat tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut.

E. Struktur Kurikulum 2013


Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum
merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep
ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan
tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan
kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat
penting. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus
menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan
implementasinya pun akan kedodoran.

Pada titik inilah, maka penyampaian struktur kurikulum dalam uji publik
ini menjadi penting. Tabel 1 menunjukkan dasar pemikiran perancangan struktur
kurikulum SD, minimal ada sebelas item. Sementara dalam rancangan struktur
kurikulum SD ada tiga alternatif yang di mesti kita berikan masukan.
Di jenjang SMP usulan rancangan struktur kurikulum
diperlihatkan pada tabel 2. Bagaimana dengan jenjang
SMA/SMK? Bisa diturunkan dari standar kompetensi
lulusan (SKL) yang sudah ditentukan, dan juga perlu
diberikan masukan.
Tiga Persiapan untuk Implementasi Kurikulum 2013
Ada pertanyaan yang muncul bernada khawatir, dalam uji
publik kurikulum 2013? Persiapan apa yang dilakukan
Kemdikbud untuk kurikulum 2013? Apakah sedemikian
mendesaknya, sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang,
kurikulum itu sudah harus diterapkan. Menjawab
kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah
masuk agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum
2013. Pertama, berkait dengan buku pegangan dan buku
murid. Ini penting, jika kurikulum mengalami perbaikan,
sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikulum hanya
sebagai macan kertas.
Pemerintah bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk
pegangan guru dan murid, yang tentu saja dua buku itu
berbeda konten satu dengan lainnya.
Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum
dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru pun
dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas
satu, empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta
kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan
dalam pelatihan pun, berkisar antara 400 sampai 500 ribuan.
Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan
terhadap tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena
tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah.
Sebagai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat
standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka
buku raport pun harus berubah.
Intinya jangan sekali-kali persoalan implementasi
kurikulum dihadapkan pada stigma persoalan yang
kemungkinan akan menjerat kita untuk tidak mau
melakukan perubahan. Padahal kita sepakat, perubahan itu
sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin
terus maju dan berkembang. Bukankah melalui perubahan
kurikulum ini sesungguhnya kita ingin membeli masa depan
anak didik kita dengan harga sekarang.41[2]

41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum


operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah
agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. Standar isi adalah ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu
kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan
konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan
pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola
pelaksanaan kurikulum termasuk pembelajaran dan penilaian pembelajaran dan
kurikulum.
Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat
penting. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus
menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan
implementasinya pun akan kedodoran.

B. Saran

Seandainya memang KTSP akan diganti dengan kurikulum 2013, pastinya


kan silabus dibuat oleh pemerintah bukan guru lagi. Nah kalau menurut saya
walau silabus dibuat secara serentak oleh pemerintah pasti akan menimbulkan
ketidak selarasan antara silabus dengan keadaan atau kesiapan peserta didik
terlebih akan kemampuan yang dimiliki setiap daerah berbeda-beda. Pemerintah
perlu kajian lebih mendalam lagi ke masing-masing sekolah dari setiap daerah
untuk menentukan standar kompetensi karena menurut saya kompetensi dari
masing-masing sekolah berbeda sesuai dengan daerah (lingkungannya).

DAFTAR PUSTAKA
http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-ktsp.html dikutip pada tanggal 5
Januari 2013 pukul 18.30 WIB
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-4 dikutip
pada tanggal 6 Januari 2013 pukul 12.48 WIB

Você também pode gostar