Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM : 4415120305
MK : Filsafat Sejarah
___________________________________________________________________
Sebuah Essai
Adapun istilah pisau bedah yang saya gunakan pada essai ini merupakan
perumpamaan untuk penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam menguak substansi (isi)
1 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005), hlm. 109
dan makna dari suatu pengkajian sejarah, dan juga mempertajam insight (pengertian
yang mendalam) sejarawan2.
Dari hal itulah karenanya dalam pengkajian sejarah dibutuhkan peralatan analitis
(pisau bedah) yang dapat dioperasionalkan fungsinya, sehingga relevan dengan
permasalahan yang sedang dianalisis. Peminjaman peralatan analitis dari ilmu-ilmu
sosial adalah wajar, oleh sebab sejarah konvensional miskin akan hal itu.
Reapproachment antara ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial sudah tentu akan
mengarah pada integrasi antara pengkajian sejarah dengan ilmu-ilmu sosial,
sekaligus juga mendorong terjadinya pengkajian sejarah yang interdisipliner.
(2) Suatu teori sosial ilmiah, mengadakan hubungan antara berbagai variabel,
dapat mendorong sejarawan untuk meneliti aspek masa lampau beserta
hubungannya dengan aspek-aspek lainnya.
(4) Teori-teori dalam ilmu sosial, biasanya berkaitan dengan struktur umum
dan supraindividual dalam kenyataan sosio-historis. Oleh sebab itu, teori-
teori itu bisa menganalisis perubahan-perubahan yang berjangkauan luas.
(5) Penggunaan teori-teori dalam ilmu sosial yang dapat diandalkan dan
dipercaya akan melepaskan pengkajian sejarah dari tuduhan subjektivitas.
Secara konvensional, sejarah politik dalam hal ini banyak menampilkan segi
politik secara menonjol. Dalam hubungannya dengan kedua disiplin ini melahirkan
apa yang disebut pendekatan ilmu politik, dan pendekatan institusional, pendekatan
legalistis, pendekatan kekuasaan, pendekatan nilai dan pengaruh, pendekatan
kelompok, dan sebagainya.
a) Perang Diponegoro
Selain itu, rupanya dengan pembangunan jalan itu Belanda tepat melintasi
makam leluhur Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang di antaranya membuat
Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata
melawan Belanda. Rasa tersinggung Pangeran Diponegoro didasari pemahaman
mengenai begitu pentingnya makam leluhur. Ditinjau dari secara antropologis,
makam leluhur di kalangan rakyat Jawa dapat dibilang penting karena merupakan
tempat yang sakral, jika ada yang mengusik atau merusaknya berarti telah
mengganggu peninggalan leluhur.
________________
Daftar Pustaka