Você está na página 1de 8

PENENTUAN KONSENTRASI NATRIUM DALAM URIN MENGGUNAKAN

FLAME ATOMIC EMISSION SPECTROSCOPY

I. Tujuan

Menentukan konsentrasi natrium dalam urin menggunakan Flame Atomic Emission


Spectroscopy

II. Prinsip
II.1Na
Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit
ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk
mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi
impuls saraf.Nilai normal dalam urin 40 - 220 mEq/L/24 jam (Morris et all,
2006).

II.2AES

Atomic Emission Spectrophotometr (AES) atau Spektrofotometri Emisi Atom


adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk analisa logam secara
kualitatif maupun kuantitatif yang didasarkan pada pemancaran atau emisi
sinar dengan panjang gelombang yang sesuai untuk unsur yang akan dianalisa
(Khopkar, 1999)

II.3Urin

Urine merupakan hasil dari ekskresi ginjal yang kemudian dikeluarkan oleh
tubuh dengan proses yang dinamakan urinalisasi. Didalam urin terdapat
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga
homeostatis cairan tubuh dan membuang kelebihan cairan tubuh (Corwin,
2000).

III. Reaksi
-
IV. Teori Dasar

Natrium yang difiltrasi seluruhnya di ginjal di bagian glomerulus, 98-99%


akan direabsorpsi secara aktif di tubulus. Sebagian natrium 67% direabsorpsi di
tubulus proksimal, 25% direabsorpsi di lengkung Henle, dan 8% di tubulus distal dan
tubulus pengumpul. Natrium yang direabsorpsi sebagian ada yang kembali ke
sirkulasi kapiler dan dapat juga berperan penting untuk reabsorpsi glukosa, asam
amino, air, dan urea (Gardner et all, 2002).

Spektrometri Serapan Atom(SSA) adalah suatu alat yangdigunakan pada


metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang
pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang
tertentuoleh atom logam dalam keadaan bebas. Metode ini sangattepat untuk analisis
zat padakonsentrasi rendah. Teknik inimempunyai beberapa kelebihan di-bandingkan
dengan metode spek-troskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode
serapan atom,unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan
fotometri nyala, akan tetapi fotometrinyala tidak cocok untuk unsur-unsurdengan
energy eksitasi tinggi.Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada panjang
gelombang400-800 nm, sedangkan AAS memilikirange ukur optimum pada
panjanggelombang 200-300 nm (Skoog et al.,2000).

Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan


sumber eksitasi selainnyala api seperti busur listrik atau bunga api. Belakangan ini
sumber eksitasi yang sering digunakanadalah plasma argon. Metode ini bersifat
spesifik dan peka. Metode memerlukan persiapan sampel yang minimum, seperti
sampel dapat langsung diletakkan pada sumber eksitasi. Gangguan unsur-unsur lain
pada temperatur eksitasi lebih tinggi, namun semuanya tidak berarti. Karena pada saat
yang sama dapatdiambil spektrum dari dua unsur atau lebih. Keterbatasannya adalah
perekaman yang dilakukan padakertas fotografi, yang perlu dicetak dan
diinterprestasi. Intensitas radiasi tidak selalu reprodusibel dankesalahan relatif
melebihi (Willard et all ,1989).

Prinsip dasar dari analisa Atomic Emission Spectrometer (AES) ini yaitu:
Apabila atom suatu unsur ditempatkan dalam suatu sumber energi kalor (sumber
pengeksitasi), maka elektron di orbital paling luar atom tersebut yang tadinya dalam
keadaan dasar atau groud state akan tereksitasi ketingkat-tingkat energi elektron yang
lebih tinggi. Karena keadaan tereksitasi itu merupakan keadaan yang sangat tidak
stabil maka elektron yang tereksitasi itu secepatnya akan kembali ke tingkat energi
semula yaitu ke keadaan dasarnya (ground state).( Anshori , 2005).

V. Alat dan Bahan


V.1 Alat
a. Botol cuci
b. Kaca arloji
c. Labu ukur 100 ml
d. Labu ukur 500 ml
e. Neraca analitik
f. Pipet volume
g. Vial polyethylene
h. Wadah plastik
V.2 Bahan
a. Air deionisasi (H2O)
b. Air suling
c. Natrium Klorida (NaCl)
d. Urin
V.3 Gambar Alat
VI. Prosedur dan Hasil
No. Prosedur Hasil
Preparasi Larutan
1. Larutan Stok Natrium Standar 100 ppm
Menimbang 0,1271 g garam NaCl
menggunakan plastik ringan.
Memasukkan ke dalam labu volumetrik 500
mL, semprotkan plastik dengan air deionisasi Didapatkan larutan
hingga semua bahan masuk ke dalam labu stok natrium standar
volumetrik (0.100 g Na/L=100 mg/=100 100 ppm.
g/mL = 100 ppm Na)
Add hingga 100 mL, kocok beberapa kali
hingga selurug garam terlarut. Tambahkan
air deionisasi hingga batas volume
2. Larutan Kalibrasi Natrium Standar Didapatkan larutan
Meggunakan air deionisasi sebagai blanko.
kalibari natrium
Memipet 1, 2, 4 8, dan 16 ml larutan natrium
standar dengan variasi
standar 100 ppm ke dalam labu ukur 100 mL
konsentrasi 4 ppm, 8
1, 2, 3, 4, dan 5
Add dengan air deionisasi, kocok hingga ppm, 16 ppm, 32 ppm
tercampur. dan 64 ppm.
Pembuatan Larutan Sampel
1. Meletakkan sampel urin sebanyak 1 mL ke Sampel urin 10 mL
dalam tabung reaksi. dengan pengenceran 10
Mengencerkan sampel denagn 9 mL aquades. kali
Prosedur
1. Menyiapkan alat AES dengan menyalakan Jarum pada alat F-AES
flame, menstabilakn flame fotometer. Dan telah stabil dan
melakukan pengukuran awal selama 15 menit menunjukkan angka
menggunakan air deionisasi untuk memastikan
0,00
alat telah stabil.
2. Memastikan seluruh alat yang akan digunakan Alat telah bersih, stabil,
telah dicuci menggunakan air suling, kemudian dan jarum
dibilas manggunakan air deionisasi. menunjukkan angka
0,00
3. Aspirasi air deionisasi hingga meter Alat telah bersih, stabil,
pembacaannya stabil (sekitar 30-90 detik). dan jarum
Gunakan tombol blanko untuk mengatur meter menunjukkan angka
pembacaan menjadi 0,00. 0,00
4. Aspirasi larutan standar mulai dari konsetrasi Jarum menunjukkan
rendah hingga konsentrasi tinggi secara pembacaan pada
berurutan. Mulai dari 4 ppm, 8 ppm, 16 ppm, konsentrasi 4 ppm, 8
32 ppm, hingga 64 ppm. ppm, 16 ppm, 32 ppm,
dan 64 ppm masing-
masing 5,00; 3,30; 1,80;
0,90; dan 0,30.
5. Cuci aspirator menggunakan air deionisasi jika Alat telah bersih, stabil,
pada saat aspirasi air deionisasi terdapat sinyal dan jarum
Na yang signifikan. menunjukkan angka
0,00
6. Aspirasi sample urin hingga meter Hasil pembacaan
pembacaannya stabil sampel urin kelompok 4
adalah 20,00; 2,00;
20,00; 15,00; 1,50; 7,00;
12,00; 20,00; dan 20,00.
10. Setelah pembacaan selesai, aspirasi air Alat telah bersih, stabil,
deionisasi untuk membersihkan dan jarum
aspirator/burner. menunjukkan angka
0,00
11. Cuci semua alat yang digunakan dengan air Semua alat telah dicuci
deionisasi, keringkan dan letakkan kembali bersih dan diletakkan
pada tempatnya. di tempatnya kembali
Data Baku Na

C Intensitas
%
4 0.3
8 0.3
16 0.7
32 0.9
64 2

Kurva Baku
2.5

2
f(x) = 0.03x + 0.14
1.5 R = 0.98
% Intensitas 1 Linear ()

0.5

0
0 10 20 30 40 50 60 70

Konsentrasi Na (ppm)

Pengukuran Sampel
Sampel Pengukura ppm F*ppm mEq/L
n (g/L)
Sampel 2.4 79.947 799.47 34.75956
1
Sampel 1.1 34.0106 340.106 14.78722
2
Sampel 1.7 55.21201 552.1201 24.00522
3
Sampel 1 30.47703 304.7703 13.25088
4
Sampel 2 65.81272 658.1272 28.61423
5
Sampel 1 30.47703 304.7703 13.25088
6
Sampel 1.5 48.14488 481.4488 20.93255
7
Sampel 3 101.1484 1011.484 43.97757
8
Sampel 1.8 58.74558 587.4558 25.54156
9

Perhitungan Sampel nomor 1

y = 0.0283x + 0.1375

2.4 = 0.0283x +0.1375

0.0283x= 2.2625

X = 79.947 ppm

Konsentrasi sesungguhnya = faktor pengenceram x konsentrasi yag


terukur

= 10 x 79.947

= 799.47 mg/L

mg. Valensi
Meq = Ar Na
799.47 x 1
= 23

= 34.75956 mEq/L
VII. Simpulan

Dengan menggunakan metode flame atomic emission spectroscopy, kadar natium


dalam urin dapat diketahui untuk sampel nomor 1 yaitu sebesar 34.75956 mEq/L .
Kadar yang didapat menunjukan hasil normal dimana menurut literatur kadar normal
natrium dalam urin adalah 40 - 220 mEq/L/24 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Anshori JA. 2005. Spektrometri Serapan Atom . Pelatihan Instrumentasi Analisa


Kimia. Universitas Padjajaran.

Corwin, E.J.2000.Buku Saku Patofisiologi.EGC: Jakarta

Gardner DG, and Shoback D. 2011. Greenspans basic and clinical endocrinology,
ninth ed. San Fransisco: Lange Clinical Medicine McGraw-Hill Medical.

Khopkar, S. M.. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Penerbit Universitas
Indonesia. Hal. 216-217.

Morris RC, Jr, Schmidlin O, Frassetto LA, Sebastian A. Relationship and interaction
between sodium and potassium. J Am Coll Nutr. 2006;25(3 Suppl):262s7

Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler, Stanley R. Crouch, 2000.


Fundamentals of Analytical Chemistry .Hardcover: 992 pages, Publisher:
Brooks Cole

Willard H.H, Merrit L, and Settle J.F.A. 1989. Instrumental Methods of Analysis.
Wadswort Publishing Company. California

Você também pode gostar