Você está na página 1de 8

Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di Indonesia

dalam kehidupan penegakan hukum. Praperadilan bukan lembaga pengadilan yang

berdiri sendiri. Pada hakekatnya merupakan suatu sistem, hal ini dikarenakan dalam

proses peradilan pidana di Indonesia terdiri dari tahapan-tahapan yang merupakan

satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Tahapan-tahapan dalam proses

peradilan pidana tersebut merupakan suatu rangkaian, dimana tahap yang satu

mempengaruhi tahapan yang lain. Rangkaian dalam proses peradilan pidana di

Indonesia meliputi tindakan penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan

di sidang pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum.

Dalam proses peradilan pidana di Indonesia yang memiliki kewenangan

melakukan tindakan penyelidikan dan penyidikan ada pada kepolisian, sedangkan

yang memiliki kewenangan untuk melakukan penuntutan adalah kejaksaan,

sementara kewenangan mengadili dalam pemeriksaan di sidang pengadilan ada

pada hakim. Kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh hakim, kejaksaan, dan

kepolisian meskipun berbeda, tetapi pada prinsipnya merupakan satu kesatuan utuh

yang tidak dapat dipisahkan.

Penegakan hukum dalam hukum pidana pada dasarnya merupakan proses

pelaksanaan hukum untuk menentukan tentang apa yang menurut hukum dan apa

yang bertentangan atau melawan hukum. Hal ini dapat berarti bahwa penegakan

hukum pidana juga menentukan tentang perbuatan mana yang dapat dihukum atau

dipidana menurut ketentuan hukum pidana materiil dan petunjuk tentang bertindak

serta upayaupaya yang diharuskan untuk kelancaran berlakunya hukum baik

sebelum maupun sesudah perbuatan melanggar hukum tersebut terjadi sesuai

dengan ketentuan hukum pidana formil.


1. Pengertian Praperadilan
Praperadilan hanya suatu lembaga baru yang ciri dan eksistensinya berada

dan merupakan kesatuan yang melekat pada Pengadilan Negeri, dan sebagai

lembaga pengadilan, hanya dijumpai pada tingkat Pengadilan Negeri sebagai

satuan tugas yang tidak terpisah dari Pengadilan Negeri,dengan demikian,

Praperadilan bukan berada di luar atau disamping maupun sejajar dengan

Pengadilan Negeri, tetapi hanya merupakan divisi dari Pengadilan

Negeri,administratif yustisial, personil, peralatan dan finansial bersatu dengan

Pengadilan Negeri dan berada di bawah pimpinan serta pengawasan dan

pembinaan Ketua Pengadilan Negeri, tata laksana fungsi yustisialnya

merupakan bagian dari fungsi yustisial.

Menurut R. Soeparmono bahwa diadakannya lembaga praperadilan

bertujuan demi tegaknya hukum, kepastian hukum dan perlindungan hak

asasi tersangka, sebab menurut system KUHAP setiap tindakan seperti

penangkapan, penggeledahan, penyitaan, penahanan, penuntutan, dan

sebagainya yang dilakukan bertentangan dengan hukum dan perundang-

undangan adalah suatu tindakan perkosaan atau perampasan hak asasi

tersangka.1
Menurut M. Yahya Harahap, ditinjau dari struktur dan susunan peradilan,

praperadilan bukan lembaga yang berdiri sendiri. Praperadilan hanya suatu

lembaga yang ciri dan eksistensinya :2

1 R. Soeparmono, Op Cit, hlm 16

2 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP


Pemeriksaan Sidang Pengadilan Banding Kasai dan Peninjauan Kembali, Jakarta :
Sinar Grafika 2006, hlm. 1.
a. Berada dan merupakan kesatuan yang melekat pada Pengadilan Negeri

dan sebagai lembaga pengadilan hanya dijumpai pada tingkat Pengadilan

Negeri sebagai satuan tugas yang tidak terpisah dari Pengadilan Negeri.
b. Praperadilan bukan berada diluar atau disamping maupun sejajar dengan

Pengadilan Negeri tapi hanya merupakan divisi dari Pengadilan Negeri.


c. Administrasi yustisial, personil, peralatan dan finansial bersatu dengan

Pengadilan Negeri dan berada dibawah pimpinan serta pengawasan dan

pembinaan Ketua Pengadilan Negeri.


d. Tata laksana fungsi yustisialnya merupakan bagian dari fungsi yustisial

Pengadilan Negeri itu sendiri.

Mengutip pendapat Andi Hamzah, Praperadilan adalah salah satu jelmaan

dari Habeas Corpus sebagaiprototype, yaitu sebagai tempat untuk mengadukan

pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dalam suatu proses pemeriksaan perkara

pidana.

Menurut Oemar Seno Adji, lembaga rechter commissaris (hakim yang

memimpin pemeriksaan pendahuluan) muncul sebagai perwujudan keaktifan hakim,

yang di Eropa Tengah mempunyai posisi penting yang mempunyai kewenangan

untuk menangani upaya paksa (dwang mid-delen), penaha, penyitaan,

penggeledahan badan, rumah, dan pemeriksaan surat-surat. 3 Jadi praperadilan

adalah pemeriksaan pendahuluan yang dimana hakim tidak berwenang

memutuskan perkara.

Namun demikian, menurut Siahaan, tidak semua perkara harus melalui Judge

d Instruction. Hanya perkara-perkara besar dan yang sulit pembuktiannya yang

ditangani olehnya. Selebihnya yang tidak begitu sulit pembuktiannya pemeriksaan

3 Oemar Seno Adji, Hukum, Hukum Pidana, Jakarta: Erlangga. 1980. Hlm. 88
pendahuluannya dilakukan sendiri oleh polisi di bawah perintah dam petunjuk-

petunjuk jaksa.4

Tugas praperadilan di Indonesia terbatas, Dalam Pasal 78 yang berhubungan

dengan Pasal 77 KUHAP dikatakan bahwa yang melakanakan wewenang

pengadilan negri memeriksa sebagai berikut: 5

1. Sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian oenyedikan atau

penghentian penuntutan.
2. Ganti kerugian dan/atau rehabilotasi bagi seorang yang perkra pidananya

dihentikan pada tingkat penyedikan atau penuntutan, adalah praperadilan.

Praperadilan dimpimpin oleh hakim tunggal yang ditujuk oleh ketua

pengadilan negri dan dibantu oleh seorang panitera.


Dalam Pasa 79, 80, 81 diperinci tugas praperadilan itu yang meilputi tiga hal

pokok, yaitu sebagai berikut:


a. Permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan

atau penahanan yang diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasanya

kepada ketua pengadilan negri dengan menyebutkan alasannya.


b. Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian

penyidikan, atau penunututan dapat diajukan oleh penyelidik atau

penunutut umum, pihak ketiga yang berkepentingan kepada ketua

pengadilan negri dengan menyebutkan alasannya.

Gugurnya praperadilan
4 Lintong Oloan Siahaan, Jalnnya Peradilan Prancis Lebih Cepat dari Peradilan Kita,
Jakarta, Ghlia Indonesia, 1981, hlm. 92-94

5 Andi Hamzah, Hukum Acara Oidana Indonesia, Sinar Grafika, 2010, hlm 187
Pemeriksaan praperadilan bisa gugur. Artinya pemeriksaan praperadilan dihentikan

sebelum putusan dijatuhkan atau pemeriksaan dihentikan tanpa putusan. Hal ini

diatur dalam Pasal 82 ayat (1) huruf d KUHAP yang menyatakan, dalam hal suatu

perkara sudah mulai diperiksa oleh Pengadilan Negeri sedang pemeriksaan

mengenai permintaan kepada praperadilan belum selesai, maka permintaan

tersebut gugur.

Memerhatikan ketentuan itu gugurnya pemeriksaan praperadilan terjadi apabila:

a. perkaranya telah diperiksa oleh Pengadilan Negeri; dan


b. pada saat perkaranya diperiksa Pengadilan Negeri, pemeriksaan

Praperadilan belum selesai.


1. Pra peradilan adalah wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan

memutus:
a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan;
b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan;
c. Permintaan ganti rugi atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau

pihak lain atau kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

(Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77 KUHAP);


d. Sah atau tidaknya penyitaan barang bukti (Pasal 82 ayat 1 huruf b KUHAP).
2. Yang dapat mengajukan Pra peradilan adalah:
a. Tersangka, yaitu apakah tindakan penahanan terhadap dirinya bertentangan

dengan ketentuan Pasal 21 KUHAP, ataukah penahanan yang dikenakan

sudah melawati batas waktu yang ditentukan Pasal 24 KUHAP;


b. Penyidik untuk memeriksa sah tidaknya penghentian penuntutan;
c. Penuntut Umum atau pihak ketiga yang berkepentingan untuk memeriksa sah

tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. Yang

dimaksud dengan pihak ketiga yang berkepentingan misalnya saksi korban.


3. Tuntutan ganti rugi, rehabilitasi yang diajukan oleh tersangka, keluarganya atau

penasihat hukumnya, harus didasarkan atas:


a. Penangkapan atau penahanan yang tidak sah;
b. Penggeledahan atau penyitaan yang pertentangan dengan ketentuan

hukum dan undang-undang;


c. Kekeliruan mengenai orang yang ditangkap, ditahan atau diperiksa.
4. PROSES PEMERIKSAAN PRA PERADILAN
1) Pra peradilan dipimpin oleh Hakim Tunggal yang ditunjuk oleh Ketua

Pengadilan Negeri dan dibantu oleh seorang Panitera (Pasal 78 ayat (2)

KUHAP).
2) Pada penetapan hari sidang, sekaligus memuat pemanggilan pihak pemohon

dan termohon pra peradilan.


3) Dalam waktu 7 (tujuh) hari terhitung permohonan pra peradilan diperiksa,

permohonan tersebut harus diputus.


4) Pemohon dapat mencabut permohonannya sebelum Pengadilan Negeri

menjatuhkan putusan apabila disetujui oleh termohon. Kalau termohon

menyetujui usul pencabutan permohonan tersebut, Pengadilan Negeri

membuat penetapan tentang pencabutan tersebut.


5) Dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan sedangkan

pemeriksaan pra peradilan belum selesai maka permohonan tersebut gugur.

Hal tersebut dituangkan dalam bentuk penetapan.


5. UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PRAPERADILAN
1) Putusan pra peradilan tidak dapat dimintakan banding (Pasal 83 ayat (1),

kecuali terhadap putusan yang menyatakan tidak sahnya penghentian

penyidikan dan penuntutan (Pasal 83 ayat (2) KUHAP).


2) Dalam hal ada permohonan banding terhadap putusan pra peradilan

sebagaimana dimaksud Pasal 83 ayat (1) KUHAP, maka permohonan

tersebut harus dinyatakan tidak diterima.


3) Pengadilan Tinggi memutus permintaan banding tentang tidak sahnya

penghentian penyidikan dan penuntutan dalam tingkat akhir.


4) Terhadap Putusan pra peradilan tidak dapat diajukan upaya hukum kasasi.

Sumber: Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Pidana Umum dan

Pidana Khusus, Buku II, Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, 2008, hlm. 54-56.

Você também pode gostar