Você está na página 1de 2

Ada Delapan Masalah Olahraga di Indonesia

Pembangunan olahraga di Indonesia masih perlu peningkatan dan pengembangan


lebih lanjut. Karena, di samping harus mengejar ketinggalan dengan negara-negara lain,
Indonesia juga masih memiliki berbagai kendala dalam pembinaannya. Bahkan, ada delapan
masalah yang dihadapi dunia olahraga Indonesia dalam meningkatkan prestasi atletnya.

Menurut M Furqon, masalah yang dihadapi dunia olahraga Indonesia, pertama belum
optimalnya kemauan politik pemerintah dalam menangani olahraga. Kedua, pembinaan
olahraga belum terarah. Ketiga, lemahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) olahraga.
Keempat, belum optimalnya peran lembaga pendidikan tinggi olahraga. Masalah kelima, kata
M Furqon, lemahnya peran lembaga/bidang penelitian dan pengembangan olahraga. Keenam,
masih terbatasnya sarana dan prasarana olahraga. Ketujuh, masih sulitnya pemanfaatan
fasilitas olahraga karena masih terbatas. Kedelapan, masih kaburnya pemahaman dan
penerapan pendidikan jasmani dan olahraga.

Sedangkan, pemakalah Anuar Suun mengatakan, dalam membangkitan dunia olahraga


yang lebih maju, Pemerintah Malaysia mendatangkan ratusan pelatih dari luar negeri guna
membina para atlet di dalam negeri. Di samping itu, akibat pembangunan yang pesat, maka
sarana dan prasarana olahraga ikut dibangun dengan fasilitas yang lebih lengkap. Bahkan,
pendidikan jasmani menjadi ujung tombak di Malaysia. Di sisi lain, guru olahraga di
Malasyia tidak hanya di sekolah, tetapi menjadi juru latih multifungsional
Pembinaan Olahraga Belum Terarah

Bicara mengenai tingkat kompetitif tim nasional kita di ajang sepakbola sebenarnya
kita akan membicarakan banyak hal. Permasalahan yang akan penulis soroti adalah masalah
pembinaan karena sebanyak apapun dana yang mampu dikucurkan untuk membiayai
sepakbola Indonesia saat kualitas pembinaan rendah, sepak bola hanya akan menjadi ladang
basah yang diperbutkan kekuasaannya. Pembinaan sepak bola idealnya dimulai sejak dini.
Maka laga pertandingan U-12 yang kini ada memang membantu kaderisasi pemain sepak
bola profesional ke depannya. Maraknya berdiri klub-klub sepak bola, baik yang berskala
kecil hingga klub besar dengan budget besar tentu menjadi wadah pembinaan atlit.

Hal yang sebenarnya perlu disoroti adalah keberadaan pembinaan selepas kategori
usia U-12 hingga seseorang cukup umur untuk memasuki kategori pemain profesional.Bicara
normatif, seharusnya pembinaan ini dilakukan dengan interval jenjang yang tidak terlalu
panjang antara U-12 hingga U-19. Padahal dalam rentang usia ini fisik seseorang sedang
dalam pertumbuhan ideal yang menyesuaikan dengan aktifitasnya.

Saat rentang usia ini terlalu panjang dan membuat seorang anak dalam usia tanggung,
misal 14 tahun, tidak bisa terpompa kekuatan fisiknya lalu kembali bergabung beberapa tahun
kemudian dan akhirnya masuk pemain profesional, maka potensi fisik yang sebenarnya bisa
dioptimalkan akan menjadi sia-sia. Yang akan kita lihat adalah stamina Tim Nasional yang
jomplang dengan klub dan tim negara lain. Berbeda apabila pembinaan ini dijenjang dengan
limit yang lebih pendek sehingga transisi usia akan disertai dengan pembinaan fisik yang
lebih matang, maka bukan sekedar permainan handal yang bisa diperoleh namun juga
stamina fisik yang baik. Maka, kunci membentuk competitiveness sepak bola Indonesia
adalah menciptakan sistem pembinaan dengan jenjang usia yang lebih baik. Kelak, bukanlah
suatu hal yang mustahil Indonesia akan berlaga di ajang Piala Dunia.

Você também pode gostar