Você está na página 1de 15

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI PSLU

KASIYAN DAN DI DESA MAYANG BERDASARKAN PENGEMBANGAN


PRECEED PROCEDE MODEL
RINGKASAN
Peningkatan usia harapan hidup dan tingginya ekspektasi terhadap lanjut usia
mampu meningkatkan perhatian terhadap kesejahteraan dan kesehatan lanjut usia
serta berbagai cara untuk mencapainya. Menua dengan sukses menjadi tujuan
perawatan lanjut usia. Inti dari proses menua dengan sukses meliputi kesehatan
fisik, kesejahteraan psikologis serta keberfungsian dan partisipasi sosial.
Kualitas hidup (Quality of Life/QoL) merupakan ukuran kesejahteraan hidup
seorang individu. Kualitas hidup merupakan konsep yang luas dan dinamis.
Menurut WHO, kualitas hidup merupakan persepsi seseorang tentang posisi yang
dimilikinya dalam kehidupan, harapan, standar dan prioritas (Pernambuco et al,
2011). Kualitas hidup telah digunakan sebagai parameter ilmiah dalam
menerangkan kondisi suatu populasi atau kelompok target secara keseluruhan.
Konsep kualitas hidup bisa saja bervariasi, namun secara umum konsep ini
memiliki domain dasar yang sama. Domain tersebut antara lain: fisik, materi,
sosial, produksi, emosional maupun kesejahteraan.
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktorpokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan(nonbehavior
causes). Dan untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan pengelolaan
manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi sampai
dengan penilaian dan evaluasi.
Penelitian ini adalah penelitian cross sectional yang dilakukan di PSLU Kasiyan
dan Desa Mayang. Lansia yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah lansia
60 75 tahun yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif sebanyak 100
lanjut usia. Uji analisis untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia di
PSLU Kasiyan dan Desa mayang dilakukan uji independent t-test.
BAB 1. PENDAHULUAN

Populasi lanjut usia mengalami peningkatan. Pada tahun 2025 populasi lansia di
seluruh dunia akan meningkat dua kali lipat, dari 542 juta jiwa di tahun 1995
menjadi 1,2 milyar jiwa (WHO, 2010). Populasi lanjut usia yang tinggal di negara
berkembang juga akan mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat pada tahun
2025 menjadi 850 juta jiwa. Sekitar 1 juta jiwa penduduk dunia akan mencapai
usia 60 tahun setiap bulannya, dan 80% diantaranya tinggal di negara
berkembang.

Di tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan akan mencapai angka


sekitar 248 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini, Indonesia menduduki
peringkat ke -4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.

Penduduk Indonesia selama kurun waktu 40 tahun sejak 1970 telah mengalami
perubahan struktur. Proporsi penduduk usia di bawah 15 tahun mengalami
perubahan menjadi mengecil walaupun jumlahnya masih bertambah. Seiring
dengan membaiknya kondisi kesehatan, struktur umur penduduk Indonesia juga
mengalami peningkatan sebagai dampak meningkatnya angka harapan hidup. Hal
ini mempengaruhi jumlah dan persentase penduduk lanjut usia yang terus
meningkat. Persentase penduduk lanjut usia mencapai 8,37% dari keseluruhan
penduduk.

Jika dilihat dari sebaran penduduk lanjut usia menurut provinsi, persentase
penduduk lanjut usia di atas 10% berada di provinsi D.I Yogyakarta (14,02%),
Jawa Tengah (10,99%), Jawa Timur (10,92%), dan Bali (10, 79%).

Peningkatan usia harapan hidup dan tingginya ekspektasi terhadap lanjut usia
mampu meningkatkan perhatian terhadap kesejahteraan dan kesehatan lanjut usia
serta berbagai cara untuk mencapainya. Menua dengan sukses menjadi tujuan
perawatan lanjut usia. Inti dari proses menua dengan sukses meliputi kesehatan
fisik, kesejahteraan psikologis serta keberfungsian dan partisipasi sosial.

Kualitas hidup (Quality of Life/QoL) merupakan ukuran kesejahteraan hidup


seorang individu. Kualitas hidup merupakan konsep yang luas dan dinamis.
Menurut WHO, kualitas hidup merupakan persepsi seseorang tentang posisi yang
dimilikinya dalam kehidupan, harapan, standar dan prioritas (Pernambuco et al,
2011). Kualitas hidup telah digunakan sebagai parameter ilmiah dalam
menerangkan kondisi suatu populasi atau kelompok target secara keseluruhan.
Konsep kualitas hidup bisa saja bervariasi, namun secara umum konsep ini
memiliki domain dasar yang sama. Domain tersebut antara lain: fisik, materi,
sosial, produksi, emosional maupun kesejahteraan (Felce, 1997).

Di negara berkembang peningkatan populasi lanjut usia membawa permasalahan


baru tentang aspek kesejahteraan lanjut usia. Kualitas hidup dan domain spesifik
yang terkait (semisal variabel subjektif yang berhubungan dengan kepuasan
hidup), telah menjadi prediktor spesifik untuk status kesehatan individu lanjut
usia. Kepuasan hidup telah menjadi prediktor bebas untuk angka mortalitas lanjut
usia selama 20 tahun terakhir. Bowling dan Grundy dalam Bilota (2011)
menjelaskan hubungan antara kepuasan hidup dan mortalitas. Kesejahteraan
subjektif dapat menjadi buffer yang mampu menurunkan dampak negatif dari
lingkungan yang buruk dan mampu memfasilitasi proses adaptasi terhadap proses
menua.

Penelitian yang dilakukan oleh Apidechkul (2011) menyebutkan bahwa terdapat


perbedaaan signifikan pada kualitas hidup lanjut usia di daerah perkotaan dan
daerah pedesaan di Thailand. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Matsuo
(2003) di Jepang menyebutkan bahwa lanjut usia yang tinggal bersama orang
terdekat memiliki nilai VAS- H yang lebih tinggi dibandingkan lanjut usia yang
tinggal sendiri.

Kualitas hidup lanjut usia perlu diperhatikan karena kualitas hidup


menggambarkan status kesehatan lanjut usia. Berbagai upaya preventif dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Kualitas hidup yang baik
menurunkan resiko penyakit kronis pada lanjut usia. Pada akhirnya, lanjut usia
dengan kualitas hidup yang baik dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan
masyarakat, mematahkan berbagai mitos negatif tentang lanjut usia dan dapat
menghemat biaya perawatan yang dibutuhkan ketika lanjut usia menjadi
tergantung pada orang lain.
1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan pertanyaan masalah


sebagai berikut :

a. Bagaimanakah kualitas hidup lanjut usia di PSLU Kasiyan?


b. Bagaimana kualitas hidup lanjut usia di Kecamatan Mayang?
c. Adakah perbedaan kualitas hidup lanjut usia di PSLU Kasiyan dan lanjut
usia di Kecamatan Mayang?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengukur kualitas hidup lanjut usia di PSLU Kasiyan.


b. Mengukur kualitas hidup lanjut usia di kecamatan Mayang.
c. Menganalisis perbedaaan kualitas hidup lanjut usia di PSLU Kasiyan dan
lanjut usia di Kecamatan Mayang.

1.4 Luaran Penelitian

a. Mengetahui perbedaan kualitas hidup lanjut usia yang tinggal di panti wredha
dan lanjut usia yang tinggal di komunitas.
b. Booklet Hidup Aktif dan Mandiri di Usia Senja untuk membantu
peningkatan kualitas hidup lanjut usia.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Hidup Lanjut Usia

Kualitas hidup merupakan konsep yang dinamis. Kualitas hidup merupakan


persepsi seseorang tentang posisi yang dimilikinya dalam kehidupan, harapan,
standar dan prioritas (Pernambuco et al, 2011). Sedangkan menurut Ballesteros
(2009) kualitas hidup didefinisikan sebagai kesejahteraan pada domain sosial,
status kesehatan dalam ranah biomedik dan kepuasan hidup dalam ranah
psikologis. Kualitas hidup tidak sama dengan kualitas lingkungan, tidak sama
dengan kuantitas harta yang dimiliki, tidak sama dengan kualitas kesehatan fisik
atau kualitas pelayanan yang diterima oleh individu lanjut usia. Kualitas hidup
merupakan interaksi dinamis antara kehidupan eksternal individu dan persepsi
internal individu tentang kehidupan.

Kualitas hidup diterima menjadi salah satu indikator dari kesuksesan proses
menua. Kualitas hidup pada lanjut usia digunakan sebagai instrumen dalam
pengukuran keefektifan kebijakan sosial, kesejahteraan dan kesehatan (Mc Gee et
al, 2010). Kualitas hidup seseorang akan meningkat saat berusia 50 tahun dan
akan mencapai puncakknya pada usia 68 tahun, selanjutnya kualitas akan
mengalami penurunan secara gradual untuk kemudian meningkat kembali
mencapai jenjang yang sama dengan usia 50 tahun pada usia 80 tahun.

Wallace (2008) menyebutkan bahwa kualitas hidup dikarakteristikkan dengan dua


atribut, multdimensional dan individual. Konsep multidimensional berfokus pada
aktivitas atau pekerjaan yang dipelajari. Spitzer et al dalam Wallace (2008)
mengeksplorasi konsep multidimensional dari kualitas hisup lanjut usia sebagai
aktivitas, kehidupan sehari hari, kesehatan, dukungan dan penampilan. Gurland
dan Katz dalam Wallace (2008) menyebutkan terdapat 15 komponen yang harus
dievaluasi untuk mengetahui kualitas hidup seorang lanjut usia. Komponen
tersebut adalah :

1. Mobilitas
2. Aktivitas sehari hari (Activity of Daily Living/ADL)
3. Kemampuan organisasi
4. Kemampuan orientasi
5. Komunikasi reseptif
6. Komunikasi ekspresif
7. Kesehatan dan manfaat kesehatan
8. Alam perasaan
9. Hubungan sosial dan interpersonal
10. Otonomi
11. Manajemen finansial
12. Kesehatan lingkungan
13. Gratifikasi, gambaran masa depan
14. Kesejahteraan umum
15. Koordinasi efektif

Sedangkan Ferrans dalam Wallace (2008) berhasil melakukan review tentang


definisi kualitas hidup dan kemudian merumuskan domain kualitas hidup menjadi
5 domain utama, yaitu :
1. Hidup normal
2. Kebahagiaan
3. Kepuasan
4. Pencapaian tujuan hidup
5. Keberfungsian sosial

Banyak penelitian tentang kualitas hidup yang berusaha mengevaluasi konsep


kualitas hidup secara individual berdasarkan perbedaan budaya, usia dan kondisi
kesehatan. Definisi kualitas hidup bisa saja berubah. Namun secara individual
dimensi kehidupan yang mempengaruhi kualitas hidup tidaklah berubah. Model
kualitas hidup lebih terfokus pada empat area fungsi dan kesejahteraan spesifik
yaitu aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Hasil penelitian terkini tentang
kualitas hidup yang dilakukan oleh Bergland et al pada tahun 2007 menyebutkan
bahwa kualitas hidup didefinisikan oleh aspek kontinuitas, pemberdayaan dan
penemuan arti kehidupan (Wallace, 2008).

TILDA, sebuah lembaga penelitian tentang lanjut usia di Irlandia,


mengkonsepkan kualitas hidup sebagai sebuah kebutuhan akan kepuasan dalam
hidup. Model ini mengklasifikasikan 4 domain kualitas hidup sebagai berikut :

1. Kontrol, merupakan kemampuan berpartisipasi aktif dalam lingkungan


(contoh : Usia saya menghambat saya melakukan hal hal yang saya
ingin lakukan)
2. Otonomi, merupakan hak individu untuk bebas dari campur tangan pihak
lain (contoh : Saya bebas melakukan apa yang saya inginkan)
3. Kesadaran diri, merupakan pemenuhan potensial atau kemampuan
seseorang (contoh : Saya merasa hidup yang saya jalani penuh dengan
kesempatan)
4. Kesenangan, merupakan perasaan kegembiraan atau kemampuan
menikmati hidup (contoh : Saya gembira menjalani setiap hari dalam
kehidupan saya).

Aspek kontrol dan otonomi merupakan syarat yang dibutuhkan oleh lanjut usia
untuk mampu terlibat dalam kehidupan sosial di masyarakat. Sedangkan
kesadaran diri dan kesenangan dibutuhkan agar lanjut usia mampu merasakan
kebahagiaan dalam hidupnya (Mc Gee, 2010).
Selain model yang telah disebutkan di atas, ada pula model lain tentang kualitas
hidup yang dirumuskan oleh Hughes dan Flanagan. Menurut Hughes dalam
Ballesteros (2009), domain kualitas hidup meliputi :

1. Karakteristik individual (aktivitas fungsional, kesehatan fisik dan mental,


kemandirian, dll)
2. Faktor lingkungan fisik (fasilitas, kenyamanan, keamanan, dll)
3. Faktor lingkungan sosial (aktivitas rekreasional, keluarga dan jaringan
sosial, dll)
4. Faktor sosio ekonomi (pendapatan, status sosial ekonomi, dll)
5. Faktor otonomi personal (kemampuan untuk mengambil keputusan,
pengendalian aktivitas, dll)
6. Kepuasan subjektif
7. Faktor psikologis (kesejahteraan psiko;ogis, moral, kebahagiaan hidup,
kepuasan hidup, kegembiraan, dll).

Model kualitas hidup yang dirumuskan oleh Flanagan dalam Ballesteros (2009)
terdiri dari 5 domain utama yaitu :

1. Kesejahteraan fisik dan materi (kesejahteraan materi dan finansial)


2. Hubungan dengan orang lain (hubungan dengan pasangan, memiliki dan
membesarkan anak; hubungan dengan orang tua, saudara kandung, dan
keluarga lain; hubungan dengan teman)
3. Aktivitas sosial dan masyarakat (aktivitas yang berhubungan dengan
membantu atau mendukung orang lain, aktivitas yang berhubungan
dengan pemerintahan lokal dan nasional)
4. Perkembangan dan pemenuhan kebutuhan personal (perkembangan
intelektual, pemahaman dan perencaan personal, peran okupasional,
kreativitas dan ekpresi personal)
5. Rekreasi (bersosialisasi, aktivitas pasif dan observasional, aktivitas
rekreasional aktif)

Dari sekian banyak model yang diajukan oleh para ahli, WHO pun merumuskan
domain spesifik kualitas hidup yang meliputi: kesehatan fisik, kesehatan
psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial dan lingkungan.

Dari berbagai konsep di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup merupakan
konsep multidimensional, yang terdiri atas persepsi subjektif individu tentang
kesehatan fisik dan psikologisnya, fungsi sosial dan lingnkungan, serta status
kehidupannya secara umum. Pengertian kualitas hidup meliputi domain fisik,
emosional, sosial, lingkungan dan materi. Seorang individu yang mengevaluasi
kualitas hidupnya berarti sedang mensintesa pengalaman dan persepsinya tentang
hidup yang telah dijalani.

Kematangan emosional menggambarkan kualitas hubungan interpersonal,


kenyamanan atas keramahan, meningkatkan aksi dan dan mendemonstrasikan
bahwa seseorang tidak hanya diharuskan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri,
tapi juga harus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Memiliki perasaan
bahwa kepuasan seksual harus dibagi dengan seorang pasangan, termasuk
menukar perhatian dan persahabatan (Pernambico, 2012).

Seperti yang telah disampaikan di atas, konsep kualitas hidup mengalami


perkembangan eksponensial. Pengukuran kualitas hidup sangat diperlukan dengan
alasan sebagai berikut (1) untuk memahami penyebab dan konsekuensi perbedaan
kualitas hidup individu dan sekelompok individu; (2) untuk mengkaji pengaruh
kondisi lingkungan dan kondisi sosial terhadap kualitas hidup; (3) mengestimasi
kebutuhan populasi; (4) untuk mengevaluasi efisensi dan efektifitas intervensi
kesehatan dan/atau kualitas pelayanan kesehatan; dan (5) meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan klinis.

Kualitas hidup merupakan konsep yang dinamis. Kualitas hidup merupakan


persepsi seseorang tentang posisi yang dimilikinya dalam kehidupan, harapan,
standar dan prioritas (Pernambuco et al, 2011). Sedangkan menurut Ballesteros
(2009) kualitas hidup didefinisikan sebagai kesejahteraan pada domain sosial,
status kesehatan dalam ranah biomedik dan kepuasan hidup dalam ranah
psikologis. Kualitas hidup tidak sama dengan kualitas lingkungan, tidak sama
dengan kuantitas harta yang dimiliki, tidak sama dengan kualitas kesehatan fisik
atau kualitas pelayanan yang diterima oleh individu lanjut usia. Kualitas hidup
merupakan interaksi dinamis antara kehidupan eksternal individu dan persepsi
internal individu tentang kehidupan.
Kualitas hidup diterima menjadi salah satu indikator dari kesuksesan proses
menua. Kualitas hidup pada lanjut usia digunakan sebagai instrumen dalam
pengukuran keefektifan kebijakan sosial, kesejahteraan dan kesehatan (Mc Gee et
al, 2010). Kualitas hidup seseorang akan meningkat saat berusia 50 tahun dan
akan mencapai puncakknya pada usia 68 tahun, selanjutnya kualitas akan
mengalami penurunan secara gradual untuk kemudian meningkat kembali
mencapai jenjang yang sama dengan usia 50 tahun pada usia 80 tahun.

Wallace (2008) menyebutkan bahwa kualitas hidup dikarakteristikkan dengan dua


atribut, multdimensional dan individual. Konsep multidimensional berfokus pada
aktivitas atau pekerjaan yang dipelajari. Spitzer et al dalam Wallace (2008)
mengeksplorasi konsep multidimensional dari kualitas hisup lanjut usia sebagai
aktivitas, kehidupan sehari hari, kesehatan, dukungan dan penampilan. Gurland
dan Katz dalam Wallace (2008) menyebutkan terdapat 15 komponen yang harus
dievaluasi untuk mengetahui kualitas hidup seorang lanjut usia. Komponen
tersebut adalah :

Bagi seorang tenga kesehatan, meningkatkan kemandirian seorang lanjut usia


sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Banyak penelitian yang
menyebutkan bahwa dengan melibatkan lanjut usia secara fisik, mental, sosial dan
emosional dalam suatu aktivitas dapat membantu lanjut usia mempertahankan
fungsi kognitifnya, tetap sehat dan mandiri dalam waktu yang lama.

2.2 Precede Proceede Model

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat


kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua
faktorpokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar
lingkungan(nonbehavior causes). Dan untuk mewujudkan suatu perilaku
kesehatan, diperlukan pengelolaan manajemen program melalui tahap pengkajian,
perencanaan, intervensi sampai dengan penilaian dan evaluasi. Proses
pelaksanaannya Lawrence Green menggambarkan dalam bagan berikut ini:
PRECEDE

PROCEED
Gambar 2.2 Precede Proceed Model

Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian


dan penindaklanjutan (Precede Proceed Model) yang diadaptasi dari konsep
Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha
mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih
positif. Proses pengkajian atau pada tahap Precede dan proses penindaklanjutan
pada tahap Proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki perilaku
kesehtan adalah penerapan keempat proses pada umumnya ke dalam model
pengkajian dan penindaklanjutan.

1. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang


pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat
kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin
tinggi.Kkualitas hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat
kesehatan. Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas
hidup juga semakin tinggi.
2. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang
kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah
kesehatan yang sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap
derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.
3. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang
langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
4. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena
adanva aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya.
Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup
merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang
dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam
kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor:

Predisposing Factor: Enabling factors: Reinforcing factors:


Knowledge Availibility of health resources Family
Beliefs Accessibility of health resources Peers
ValuesCommunity/goverment laws, proirity, and commitment toTeachers
health
Attitudes Health-related skill Employers
Confidence Health provider
Community leaders
Decision makers

Specific behavior by individuals or by organizations


Enviroment (conditions of living)

Health
Gambar 2.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor


internalyang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat
yangmempermudah individu untuk berperilaku yangterwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dansebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkunganfisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-saranakesehatan.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor
yangmenguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugaskesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok
referensi dariperilaku masyarakat.
Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor
penyuluhan dan faktor kebijakan, peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor
tersebutmerupakan ruang lingkup promosi kesehatan.

Faktor lingkungan adalah segala faktor baik fisik, biologis maupun sosial budaya
yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan


ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya
dariorang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan
fasilitas,sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional yang
bertujuan mencari perbedaan antara kualitas hidup lanjut usia yang tinggal di
PSLU Kasiyan dan Lanjut usia yang tinggal di Kecamatan Mayang.
3.2 Populasi, Sampel, dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia berusia 60 75 tahun
yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif yang tinggal di PLU Kasiyan
dan di Kecamatan Mayang. Sampel dipilih secara purposive sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 100 orang lanjut usia.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di PSLU Kasiyan dan di Kecamatan Mayang
selama 10 bulan
3.4 Pengumpulan Data Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kualitas hidup lanjut usia adalah
Older people Quality of Life Questionnaire (OPQOL) yang berisi 35
pertanyaaan berbentuk skala likert.
3.5 Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian melalui tahapan sebagai berikut:


1. Editing, proses ini merupakan proses untuk melakukan pemeriksaan
kembali hasil pengumpulan data. Koreksi akan dilakukan jika ada
jawaban yang kurang jelas.
2. Skoring, pemberian skor masing-masing jawaban berdasarkan criteria
yang sudah ditetapkan
3. Coding, merupakan pemberian kode-kode berupa angka pada hasil
pengkatagorian
4. Entry, memasukkan hasil pengkodean ke dalam computer
5. Cleaning, pengecekan kembali hasil entry ke dalam computer. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa data-data yang dimasukkan ke
dalam computer sudah benar.
Analisis data
1. Analisis univariat
Data-data yang didapatkan merupakan data katagori, sehingga
tampilan datanya nanti berupa proporsi (table distribusi frekuensi).
2. Analisis bivariat
Untuk mengetahui perbedaan antara kualitas hidup lanjut usia yang
digunakan uji independent t-test dengan = 0,05

BAB 4. ANGGARAN DAN BIAYA PENELITIAN


Daftar pustaka

Andersson, M., 2007. Caring Older Adult Holistically. Philadelphia: FA Davis


Company.

Anon., 2012. Pernambuco, Carlos; Rodrigues Bernardo. Health, IV(2), pp.88 - 93.

Apidechkul, T., 2011. Comparison Of Quality of Lifeand Mental Health Among


Elderly People in Rural and Sub Urban Area. Geriatric Journal, 42(5),
pp.1282 - 1292.

Kim, H. & Kollak, I., 2006. Nursing Theories Concept and Philosophical
Foundation. New York: Springer Publishing Company.

Matsuo, M. et al., 2003. Effect of Activity Participation of The Elderly on Quality


of Life. Yonago Acta Medica, 17(5), pp.17 - 24.

Tomey & Alligod, 2010. Conceptual Model of Nursing. Philadelphia: Moby Year
Company.

Wallace, M., 2008. Essential of Gerontological Nursing. New York: Springer


Publishing Company.

Você também pode gostar