Você está na página 1de 4

AWAS...SIHIR!

dan mereka mengikuti apa (Kitab-Kitab sihir) yang dibaca oleh syaitan-
syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).
mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".
Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu,
mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang
tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan
Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 102)

Syaikh As Sa'diy menerangkan dalam kitab Tafsirnya, bahwa sudah menjadi ketentuan dan
hikmah ilahiyyah, barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang memberinya manfaat dan ia bisa
mengambil manfaat itu, tetapi malah meninggalkannya, maka ia diuji dengan kesibukan-kesibukan
yang memadharatkannya. Barang siapa yang tidak beribadah kepada Allah, maka ia ditimba
musibah dengan beribadah kepada selain-Nya, barang siapa yang meninggalkan cinta kepada Allah,
takut dan berharap kepada-Nya, maka ia akan ditimpakkan musibah dengan cinta kepada selain
Allah, takut dan berharap kepada selain-Nya, barang siapa yang tidak menafkahkan harta untuk
keta'atan kepada Allah, maka ia akan menafkahkan hartanya karena menta'ati setan, barang siapa
yang tidak menghinakan dirinya kepada Tuhannya, maka akan ditimpa musibah dengan
menghinakan diri kepada sesama hamba, dan barang siapa yang meninggalkan kebenaran, maka ia
akan ditimpa musibah dengan sesuatu yang batil. Seperti inilah keadaan orang-orang Yahudi, ketika
mereka meninggalkan kitab Allah, mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan dan apa
yang mereka buat berupa perkara sihir di masa kerajaan Sulaiman. Setan-setan mengeluarkan ilmu
sihir dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman juga mempelajari sihir sehingga ia memperoleh
kerajaan yang besar. Namun apa yang mereka katakan adalah dusta, Sulaiman tidaklah mempelajari
ilmu sihir, Allah menyatakan "wa maa kafara Sulaimaan" (Sulaiman tidaklah kafir), yakni tidak
mempelajari sihir.
Ibnul Qudamah mengatakan, Sihir adalah jampi atau mantra yang memberikan pengaruh,
baik secara zhohir maupun batin, semisal membuat orang lain menjadi sakit, atau bahkan
membunuhnya, memisahkan pasangan suami istri, atau membuat istri orang lain mencintai dirinya
(pelet). (Al Kaafi fi Fiqh Al Imam Ahmad, Ibnu Qudamah Al Maqdisi)
Sihir memiliki hakikat dan pengaruh terhadap orang yang terkena sihir. Inilah keyakinan
yang benar, banyak sekali kejadian, baik di masa Rasulullah atau pun masa-masa setelahnya yang
menunjukkan secara kasat mata bahwa sihir memiliki hakikat dan pengaruh. Bukankah Rasulullah
pernah disihir oleh Lubaid bin Al Ashom Al Yahudi hingga beliau jatuh sakit? Kemudian karenanya
Allah menurunkan surat al Falaq dan surat An Naas (al muawidaztain) sebagai obat bagi
Rasulullah (Tafsir Ibnu Katsir ).
Imam Al Qurthubi mengatakan, Menurut ahlu sunnah wal jamaah, sihir itu memang ada
dan memiliki hakikat, dan Allah Maha Menciptakan segala sesuatu sesuai kehendak-Nya,
keyakinan yang demikian ini berbeda dengan keyakinan kelompok Mutazilah. (Tafsir Ibnu
Katsir ).
Abu Abdillah Ar Rozi dalam tafsirnya menjelaskan ... Adapun ahlu sunnah wal jamaah,
meyakini bahwa mungkin saja ada orang yang bisa terbang di angkasa, bisa merubah manusia
menjadi keledai, atau sebaliknya. Akan tetapi meskipun demikian ahlu sunnah meyakini bahwa
segala kejadian tersebut atas izin dan taqdir dari Allah. Allah berfirman (yang artinya), Dan
mereka itu (para tukang sihir) tidak akan memberikan bahaya kepada seorang pun melainkan
dengan izin dari Allah (QS. Al Baqarah : 102)
Namun tidaklah dipungkiri, bahwa ada jenis-jenis sihir yang tidak memiliki hakikat, yaitu
sihir yang hanya sebatas pengelabuan mata, tipu muslihat, sulapan, dan yang lainnya. Jenis-jenis
sihir yang demikian inilah yang dimaksudkan oleh perkataan beberapa ulama yang mengatakan
bahwa sihir tidaklah memiliki hakikat. (Haqiqatus Sihri wa Hukmuhu fil Kitabi was Sunnah, Syaikh
Dr. Iwaad bin Abdillah Al Mutiq)
Orang-orang Yahudi juga mempelajari sihir dari dua malaikat bernama Harut dan Marut di
negeri Babil di Irak, padahal ia merupakan cobaan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan
kedua malaikat itu tidaklah mengajarkan sihir kepada seorang pun kecuali setelah memberinya
nasehat dan mengingatkannya untuk tidak mempelajari sihir serta mengatakan, "Janganlah kamu
kafir" akibat mempelajri sihir dan menta'ati setan. Namun mereka malah mempelajarinya.
Dengan demikian, setan mengajarkan sihir kepada manusia dengan tujuan melakukan tadlis
(penyamaran) dan penyesatan, ditambah lagi dengan penisbatannya kepada Nabi Sulaiman, padahal
beliau tidak seperti itu. Adapun malaikat, mengajarkan sihir sebagai ujian sambil memberikan
nasehat. Hal ini untuk menegakkan hujjah kepada mereka. Namun, orang-orang Yahudi lebih
mengutamakan ilmu sihir yang diajarkan oleh setan dan diajarkan oleh dua malaikat sebagai
cobaan, mereka tinggalkan ilmu agama yang diwariskan oleh para nabi dan rasul beralih kepada
ilmu yang diajarkan oleh setan. Mirip dengan apa yang mereka lakukan adalah orang-orang di
zaman sekarang, yang meninggalkan ilmu agama; meninggalkan kitab Allah (al-Quran),
meninggalkan sabda Rasulullah (al-hadits) beralih kepada filsafat yang diajarkan oleh orang-orang
Yunani, ilmu kalam dan selain keduanya, ini pun sama termasuk bisikan setan. Padahal mereka
mengetahui barang siapa yang yang lebih memilih ilmu sihir dan meninggalkan kebenaran (ilmu
agama), niscaya ia tidak akan memperoleh keuntungan di akhirat.
Diharamkan bagi seorang muslim untuk mempelajari dan bermain-main dengan sihir, karena
kebanyakan dari macam-macam sihir tidak didatangkan kecuali dengan kesyirikan dan bertawassul
dengan arwah-arwah syetan, maka tidak sempurna tauhid seorang hamba sampai dia meninggalkan
sihir sediit atau banyak.
Ketahuilah bahwa sihir termasuk salah satu dari dosa-dosa besar, sebagaimana disebutkan
oleh Rasulullah dari shahabat Abu Hurairah, beliau bersabda, Jauhilah dari kalian tujuh perkara
yang membinasakan! Para shahabat bertanya, Wahai Rasulullah, Apakah tujuh perkara tersebut?
Rasulullah menjawab, menyekutukan Allah, sihir, membunuh seorang yang Allah haramkan untuk
dibunuh, kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat, mengkonsumsi riba, memakan harta anak
yatim, kabur ketika di medan perang, dan menuduh perempuan baik-baik dengan tuduhan zina
(HR. Bukhari dan Muslim).
Maka orang-orang yang bermain-main dengan sihir, mempelajarinya dan mempraktekannya
sungguh dia telah jatuh kepada kekufuran, sebagaimana Allah berfirman, Dan Nabi Sulaiman
tidaklah kafir, akan tetapi para syaitan lah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia
(Al Baqarah : 102)
Imam Adz Dzahabi berdalil dengan ayat di atas untuk menegaskan bahwa orang yang
mempraktekkan ilmu sihir, maka dia telah kafir. Karena tidaklah para syaitan mengajarkan sihir
kepada manusia melainkan dengan tujuan agar manusia menyekutukan Allah.( Syarah Al Kabaair
Lil Imam Adz Dzahabi, Ibnu Utsaimin, Cet. Dar Al Kutub Ilmiyah, hal. 20)
Ilmu sihir dapat dikategorikan sebagai kesyirikan dari dua sisi.
Pertama : orang yang mempraktekkan ilmu sihir adalah orang yang meminta bantuan kepada
para syaitan dari kalangan jin untuk melancarkan aksinya, dan betapa banyak orang yang terikat
kontrak perjanjian dengan para syaitan tersebut akhirnya menyandarkan hati kepada mereka,
mencintai mereka, ber- taqorrub kepada mereka, atau bahkan sampai rela memenuhi keinginan-
keinginan mereka.
Kedua: orang yang mempelajari dan mempraktekkan ilmu sihir adalah orang yang
mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib. Dia telah berbuat kesyirikan kepada Allah dalam
pengakuannya tersebut (syirik dalam rububiyah Allah), karena tidak ada yang mengetahui perkara
ghaib melainkan hanya Allah semata.
Syaikh Ibnu Utsaimin merinci bahwa orang yang mempraktekkan sihir, bisa jadi orang
tersebut kafir, keluar dari Islam, dan bisa jadi orang tersebut tidak kafir meskipun dengan
perbuatannya tersebut dia telah melakukan dosa besar.
Pertama : Tukang sihir yang mempraktekkan sihir dengan memperkerjakan tentara-tentara
syaitan, yang pada akhirnya orang tersebut bergantung kepada syaitan, ber-taqarrub kepada mereka
atau bahkan sampai menyembah mereka. Maka yang demikian tidak diragukan tentang kafirnya
perbuatan semacam ini.
Kedua : Adapun orang yang mempraktekkan sihir tanpa bantuan syaitan, melainkan dengan
obat-obatan berupa tanaman ataupun zat kimia, maka sihir yang semacam ini tidak dikategorikan
sebagai kekafiran. (Al Qoulul Mufid ala Kitabit Tauhid, Syaikh Ibnu Utsaimin)
HUKUMAN BAGI TUKANG SIHIR
Umar bin Khattab pernah suatu ketika, di akhir kekhalifahan beliau, mengirimkan surat
kepada para gubernur, sebagaimana yang dikatakan oleh Bajalah bin Abadah, Umar bin Khattab
menulis surat (yang berbunyi): Hendaklah kalian (para pemerintah gubernur) membunuh para
tukang sihir, baik laki-laki ataupun perempuan. (HR. Al-Bukhari)
dari kisah Umar di atas memberikan pelajaran bagi kita, bahwa menjadi kewajiban
pemerintah dan aparatur Negara tatkala melihat benih-benih kekufuran, hendaklah pemerintah
menjadi barisan nomor satu dalam memerangi kekufuran tersebut dan memperingatkan masyarakat
tentang bahayanya praktek kekufuran tersebut, dan menjatuhan hukuman bagi tukang sihir dan
antek-antek-nya dengan hukuman mati. Terlebih lagi terdapat sebuah riwayat, meskipun riwayat
tersebut diperselisihkan oleh para ulama tentang status ke-shahihan-nya, Rasulullah bersabda,


Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang (Hadits diriwayatkan oleh
Tirmidzi, Hakim, dan lain-lain. Adz Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini shahih ghorib
sebagaimana taliq Adz Dzahabi dalam At Talkhish. Sedangkan Syaikh Al Albani menyatakan
bahwa hadits ini dhoif (lemah) sebagaimana disebutkan dalam Dhoiful Jaami no. 2699)
Dan bagi seorang muslim hendaknya senantiasa menjaga diri dan keluarga agar tidak
terkena sihir dengan cara membiasakan diri dengan membaca al-quran, dzikir setelah sholat dan
wirid pagi dan sore.
Jika ada saudara yang terkena sihir maka jauhilah dari pengobatan yang mengandung
kesyirikan. Obatilah dengan ruqyah (pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur-an dan
zikir-zikir dari sunnah Rasulullah), taawwudzaat (zikir-zikir meminta perlindungan dari Allah yang
bersumber dari Al Qur-an dan sunnah Rasulullah) yang disyariatkan, dan pengobatan-pengobatan
(lain) yang diperbolehkan (dalam agama), maka ini boleh dilakukan dan inilah pengobatan yang
diridhai Allah, serta benar-benar bisa diharapkan kesembuhannya dengan izin-Nya.
FAIDAH AYAT DAN HADITS:
1; Sesungguhnya sihir termasuk perbuatan syetan. Sehingga mempelajarinya dan
mengajarkannya termasuk perbuatan kufur.
2; Penetapan tentang hakikat sihir dan pengaruhnya bagi korban dengan izin Allah.
3; Segala kemaksiatan kepada Allah merupakan sebab kehancuran dan kecelakaan baik di
dunia maupun di akhirat.
4; Tujuh dosa besar yang menyebabkan kebinasaan dan kecelakaan:
a; menyekutukan Allah,
b; sihir,
c; membunuh seorang yang Allah haramkan untuk dibunuh, kecuali dengan alasan
yang dibenarkan syariat,
d; mengkonsumsi riba,
e; memakan harta anak yatim,
f; kabur ketika di medan perang,
g; dan menuduh perempuan baik-baik dengan tuduhan zina
5; penetapan tentang hukuman mati bagi tukang sihir
6; Larangan mengobati sihir dengan sihir. Dan disyariatkannya pengobatan sihir dengan
ruqyah baik dari al-Quran atau dengan dzikir-dzikir dari sunnah Rasulullah.

Você também pode gostar