Você está na página 1de 2

Shoe Power Generator

Menanggapi isu global warming dan masalah energi masa depan, saat ini inovasi-inovasi di
bidang energi terbarukan mulai banyak dikembangkan. Mulai dari yang berskala besar seperti
pembangkit tenaga nuklir, geotermal, angin, surya yang diharapkan dapat menggantikan
bahan bakar minyak hingga inovasi yang bersifat kecil-kecilan untuk pemanfaatan energi
sehari-hari.

Dr. Ville Kaajakari, seorang asisten profesor Departemen Teknik Elektro di Universitas
Louisiana Tech, memiliki ide untuk memanfaatkan kegiatan yang paling sering dilakukan
manusia yaitu berjalan untuk menghasilkan energi. Inovasi yang dikembangkan oleh
Kaajakari adalah sebuah prototipe generator piezoelektrik yang cukup kecil sehingga dapat
dipasang pada sol sepatu yang didesain dapat menghasilkan cukup energi untuk
mengoperasikan perangkat ringan seperti GPS, sensor lari (running sensors), RF Transponder,
hingga telepon selular. Inovasi tersebut dinamakan Shoe Power Generator.

Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar berikut :

(Credit: Image courtesy of Louisiana Tech University)

Pada prototipe ini digunakan tranduser piezoelektrik, piezoelektrik akan menghasilkan


muatan listrik ketika diberi gaya (contohnya ditarik, ditekan). Pieoelektrik ini dipasang pada
bagian sol sepatu, sehingga ketika seseorang berjalan, tekanan yang diterima oleh sepatu
dapat menghasilkan energi listrik melalui tranduser piezoelektrik tersebut. Piezoelektrik
sangat cocok digunakan untuk menghasilkan energi pada prototipe ini dikarenakan
piezoelektrik tidak memerlukan tegangan bias untuk beroperasi.

Pada umumnya material yang digunakan untuk tranduser piezoelektrik bersifat keras
sehingga tidak cocok untuk dipakai pada prototipe sepatu yang didesain Dr. Kaajakari karena
akan menyebabkan perasaan tidak nyaman bagi pengguna sepatu. Tidak seperti tranduser
keramik pada umumnya, tranduser yang digunakan oleh Dr. Kaajakari berbahan dari polymer
yang memiliki permukaan metal untuk kontak elektrikal. Dikarenakan berbahan dari plastik,
tranduser tersebut bersifat lembut sehingga dapat menggantikan absorber getaran pada sepatu
biasa tanpa menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi pengguna sepatu tersebut.

Tantangan yang dihadapi dalam penghasilan energi melalui piezoelektrik yaitu material
piezoelektrik optimum untuk menghasilkan tegangan tinggi tetapi hanya memberikan arus
output yang kecil. Polymer yang digunakan pada prototipe sepatu ini menghasilkan lebih dari
5 mJ energi tiap langkahnya namun pada tegangan yang terlalu besar (lebih dari 50 V) untuk
langsung digunakan pada perangkat bertenaga rendah.

Suatu terobosan dalam generasi piezoelektrik yaitu sirkit regulasi tegangan yang
dikembangkan di Universitas Lousiana Tech yang dapat mengkonversi tegangan yang
dihasilkan piezoelektrik menjadi tegangan yang dapat digunakan secara effisien. Sirkit
tersebut mengkonversi tegangan yang tinggi menjadi tegangan output 3 V yang dapat
digunakan untuk men-charge baterai ataupun digunakan langsung untuk menjalankan
perangkat elektronik ringan dengan efisiensi konversi lebih dari 70 %. Kemudian
dikombinasikan dengan tranduser polimer, sirkit regulasi tersebut dapat menghasilkan daya
rata-rata sebesar 2 mW per sepatu saat berjalan biasa. Dengan daya tersebut, prototipe ini
mampu memberikan cukup daya untuk menjalankan perangkat yang hanya membutuhkan
daya dengan skala mW, seperti sensor MEMS (Micro Electro Mechanical Systems) dan alat
pendeteksi lokasi seperti GPS.

Dr. Ville Kaajakari menyebutkan bahwa teknologi ini dapat menguntungkan, misalnya
pendaki gunung yang membutuhkan enregi untuk perangkat penanda lokasi. Sedangkan
untuk penggunaan yang lebih umum, teknologi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan
perangkat portabel tanpa memboroskan baterai. Pada akhirnya teknologi ini diharapkan dapat
dikembangkan hingga mencapai level tertentu dimana kita dapat menggunakan daya yang
dihasilkan untuk men-charge ataupun menjalankan perangkat portabel seperti telepon
genggam.

Você também pode gostar