Você está na página 1de 3

Bacalah artikel ini untuk memperdalam materi kuliah: aplikasi

bioteknologi dalam bidang kesehatan/kedokteran!

Teknik Diagnosa Penyakit Flu Babi (H1N1)


Selasa, 13 Maret 2012
oleh : drh. Wisnu Jaka Dewa

Pada awal tahun 2009 publik dunia dikejutkan oleh kemunculan suatu
epidemik penyakit saluran pernafasan pada manusia yang diduga sumber
penularannya berasal dari ternak babi di Meksiko. Penyakit tersebut telah
menyebabkan kematian pada beberapa penduduk lokal yang pernah kontak
dengan babi. Penyakit tersebut terutama menyerang anak-anak atau orang
muda. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, para ilmuwan berhasil
mengidentifikasi penyebab penyakit tersebut yaitu virus Influenza subtipe
H1N1. Virus influenza H1N1 diduga ditularkan dari babi ke manusia
(zoonosis) sehingga orang-orang menyebutnya sebagai flu babi atau swine
flu. Virus ini memiliki sifat penularan yang sangat cepat sehingga dalam
waktu beberapa bulan mampu menyebar hampir di seluruh negara-negara di
Amerika. Walaupun kasus penularan penyakit flu dari babi ke manusia masih
dipertanyakan kejadiannya, namun hal ini telah menjadi perhatian publik di
Indonesia, yang sebelumnya pernah terjadi epidemik serupa oleh virus flu
burung atau H5N1.
Ada beberapa hal yang menjadi pemicu masuknya agen penyakit ke
dalam suatu negara, yaitu kurang ketatnya sistem pengawasan lalu lintas
hewan atau produk asal hewan yang keluar atau masuk dari suatu negara ke
negara lainnya, adanya penyeludupan (smuggling) dan juga rendahnya
kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap suatu hal yang dapat
meningkatkan resiko masuknya agen penyakit seperti membawa barang
yang berpotensi mengandung agen penyakit tanpa melalui proses
pemeriksaan maupun tanpa dokumen yang tidak lengkap. Balai Karantina
Hewan Pertanian, adalah salah satu lembaga pemerintahan yang
menjalankan proses pengawasan dan pemeriksaan terhadap lalu lintas
hewan dan produk asal hewan, memegang peranan penting dalam
pencegahan penularan dan terjadinya wabah (outbreak) dari virus H1N1.
Peranan tersebut dijalankan salah satunya melalui proses pemeriksaan
terhadap hewan yang masuk terhadap kemungkinan terjangkitnya virus flu
babi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi surat keterangan hewan sehat
yang dikeluarkan dokter hewan yang berwenang dari negara asal hewan,
pemeriksaaan klinis secara umum yang dilanjutkan dengan pemeriksaan
laboratorium jika hewan yang diperiksa menunjukkan gejala klinis penderita
flu babi.
Pemeriksaan laboratorium terhadap hewan yang dicurigai terjangkit virus
H1N1 harus dilakukan dengan perlindungan yang memadai karena sifat virus
tersebut yang sangat mudah menginfeksi dan menyebabkan penyakit.
Sampel yang diambil dapat berupa usapan dengan menggunakan kapas
pengulas (cotton swab) pada daerah hidung, tenggorokan, rektum/anus atau
dengan pengambilan serum darah. Sampel ditaruh dalam media khusus dan
kemudian disimpan dalam pendingin sebelum dilakukan pemeriksaan.
Setelah dilakukan pengambilan sampel terhadap hewan yang masuk,
dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus H1N1. Di
dunia kedokteran hewan, ada beberapa macam cara untuk mendeteksi virus
H1N1 diantaranya adalah dengan metode isolasi virus, metode serologis dan
Polymerase Chain Reaction (PCR).
Metode isolasi virus yang sering digunakan adalah dengan
menggunakan sel hidup. Sample darah yang didapat dari hewan yang di uji
ditanamkan ke dalam sel dan dikembangkan dalam suatu wadah (plate)
yang kemudian diwarnai dan diidentifikasi di bawah mikroskop. Keunggulan
dari metode ini adalah selain dapat mengidentifikasi dengan tepat, juga
dapat mengisolasi virus dari hewan jika terbukti positif mengandung virus
H1N1. Namun metode ini memiliki kelemahan diantaranya membutuhkan
tenaga yang sangat terlatih dikarenakan prosesnya yang harus steril, biaya
yang sangat besar untuk pengadaan alat-alat dan bahan serta waktu yang
lama (minimal 15 hari) dalam mendeteksi virus.
Ada beberapa metode serologis yang dapat digunakan dalam
pendeteksian virus H1N1. Metode yang umum digunakan adalah dengan
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Prinsip dari uji ini adalah
mengetahui adanya ikatan zat kebal (antibodi) yang terdapat dalam serum
darah hewan yang diperiksa dengan zat penginfeksi (antigen) dari virus.
Adanya ikatan antigen dan antibodi akan dibaca oleh mesin ELISA. Karena
mekanisme itulah uji ini memiliki keunggulan dalam menghitung jumlah virus
yang menyerang hewan, sehingga dapat diketahui tingkat keparahan dari
penyakit. Kelemahan dari uji ini adalah kurang sensitif dalam menentukan
serotipe dari virus flu karena sering terjadi reaksi silang antar antibodi dari
setiap serotipe dari virus flu. Selain itu dibutuhkan kit khusus untuk tiap
serotipe yang harganya sangat mahal dan jarang dijual di Indonesia.
Metode yang paling banyak digunakan dalam mendeteksi suatu
penyakit adalah dengan PCR. Uji ini sangat sensitif dalam mendeteksi virus,
spesifik dalam menentukan serotipe dari virus dan tidak mengkonsumsi
biaya yang besar dan waktu yang lama. Selain digunakan dalam
laboratorium diagnostik, PCR juga banyak digunakan dalam lembaga
penelitian dan pengembangan di bidang mikrobiologik, genetik,
epidemiologi, klinik dan forensik serta di rumah sakit. Hal ini juga disebabkan
oleh pengaplikasiannya yang mudah, karena hanya membutuhkan beberapa
zat pereaksi, mesin yang mudah dioperasikan serta metode kerja yang
singkat.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai cara kerja PCR maka kita
harus memaparkan sebelumnya mengenai virus, dalam hal ini adalah virus
influenza H1N1. Virus adalah partikel infeksius yang tidak mampu melakukan
reproduksi sendiri. Virus membutuhkan sel inang agar dapat melakukan
reproduksi, dengan cara menginfeksi sel inang. Sifat virus yang mudah
menginfeksi tersebut terkandung dalam suatu materi genetik yang disebut
asam riboksinukleat (RNA), yang terdapat dalam inti sel dan bertanggung
jawab atas sifat infeksi, tingkat keparahan infeksi, daya hidup virus dan lain
sebagainya. Sementara itu, prinsip utama dari PCR adalah memperbanyak
(amplifikasi) potongan materi genetik asam deoksiribonukleat (DNA) menjadi
jutaan potongan dengan menggunakan bantuan enzim sehingga mudah
untuk dideteksi jenisnya. Karena jenis materi genetik dari virus adalah RNA
maka sebelumnya dilakukan dulu proses pembalikan dari RNA menjadi DNA
sebelum dilakukan proses amplifikasi. Proses pembalikan ini dapat dilakukan
dalam satu reaksi bersama proses amplifikasi di dalam mesin thermal cycler,
sehingga proses ini dinamakan reverse transcriptase PCR.
PCR disebut sebagai metode deteksi yang paling sensitif, karena
dengan hanya sedikit sampel sudah dapat mendeteksi penyakit. Dengan
hanya 200 mikroliter sampel serum darah hewan sudah cukup untuk
mendeteksi ada atau tidaknya agen penyakit. Sementara itu salah satu
bahan yang digunakan dalam uji yang berperan dalam membuat PCR
menjadi uji yang paling sensitif adalah adanya penggunaan primer. Primer
adalah DNA buatan yang digunakan untuk memicu terjadinya amplifikasi
DNA, sehingga hanya spesifik untuk uji tertentu. Sebagai contoh, kita hendak
melakukan pendeteksian terhadap virus flu babi maka yang harus kita
gunakan adalah primer spesifik flu babi. Jika dalam sampel hewan terdapat
virus flu babi maka primer tersebut hanya akan menempel pada DNA virus
flu babi sehingga yang teramplifikasi menjadi jutaan copy hanyalah DNA
virus flu babi.
Selain itu, dengan PCR kita dapat menjalankan banyak sampel
sekaligus dalam satu waktu sehingga sangat menghemat waktu dan biaya.
Kemudahan aplikasi dan waktu pendeteksian yang cepat inilah yang menjadi
keunggulan utama dari proses PCR. Ibarat peribahasa, tak ada gading yang
tak retak, maka proses ini juga memiliki kelemahan diantaranya adalah
harus dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian karena menggunakan
beberapa zat kimia yang berbahaya serta reagen yang digunakan cukup
mahal. Namun kelemahan tersebut tidak terlalu signifikan jika dibandingkan
dengan kegunaannya yang sangat luas. Karena itu sangat tepat jika
pendeteksian virus H1N1 pada hewan-hewan yang melalui lalu lintas
Karantina Hewan dilakukan dengan metode PCR, karena dengan
pengaplikasian PCR sebagai alat deteksi yang cepat, sensitif, spesifik dan
tidak terlalu mahal, akan meminimalisasi kemungkinan masuknya virus flu
babi ke Indonesia.

Você também pode gostar