Você está na página 1de 8

ANALISIS MASALAH

1. physical hazard ***

a.Gergaji besar(Block Cutter Machine). Gergaji besar digerakkan oleh tenaga listrik dengan
cara kerja pemotongan awal pada bagian atas dari block marmer sehingga didapatkan bagian
yang rata.

ii) Managemen resiko hazard ( tatalaksana)?2

Administrative control : safety briefing sebelum bekerja, warning sign penggunaan


APD lengkap
Engineering control :pemasangan handrail di sepanjang jalan mendaki

c. mesin pembagi (Multi Blades splitting machine) Mesin ini berfungsi membagi hasil
pemotongan lembaran marmer menjadi dua bagian.

ii)Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Administrative control : safety briefing sebelum bekerja, warning sign penggunaan


APD lengkap
Engineering control :pemasangan handrail di sepanjang jalan mendaki

e. Pengeringan, pendempulan dan pemanasan (Plastering Line). Proses ini terdiri dari tiga
tahapan dimana lembaran marmer yang ada telah melewati proses penghalusan kemudian
dikeringkan dengan menggunakan angin yang berasal dari blower.Kemudian lubang didempul
dengan tenaga manusia, setelah itu lembaran marmer melewati dua buah oven yang bertujuan
untuk mempercepat proses pengerasan.

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Administrative control : safety briefing sebelum bekerja, warning sign penggunaan


APD lengkap
Engineering control :pemasangan handrail di sepanjang jalan mendaki

g.mesin potong pas(Double hydraulic squaring machine) Proses ini dilakukan dengan dua
tahapan yaitu tahap pertama pemotongan untuk panjang yang diinginkan kemudian masuk
ketahap kedua yaitu pemotongan untuk lebar yang diinginkan.

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Administrative control : safety briefing sebelum bekerja, warning sign penggunaan


APD lengkap
Engineering control :pemasangan handrail di sepanjang jalan mendaki
i. Didalam proses produksinya,pabrik menggunakan boiler 1000 c untuk melakukan
pemanasan.

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi


Mengurangi beban panas radiasi
Mengurangi temperatur dan kelembaban
Meningkatkan pergerakan udara
Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas
Memakai pakaian pelindung

k. PT ARWN memiliki noise rata-rata 90 dB dan di dalam pabrik bisa mecapai 120dB.

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Menurut Pramudianto yang dikutip oleh Babba (2007), pada prinsipnya pengendalian kebisingan di
tempat kerja terdiri dari:

1 Pengendalian secara teknis

Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang dilalui bising dan jarak
sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada sumbernya merupakan pengendalian yang
sangat efektif dan hendaknya dilakukan pada sumber bising yang paling tinggi.

Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain :

a Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak,
menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat
yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih baik.

b Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara dan
melumasi semua bagian yang bergerak.

c Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari pekerja/penerima,


menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.

d Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi
getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke dalam
bak maupun pada sabuk roda.

e Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang kerja.
Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan bising.

Pada Active Noise Control dapat dilakukan dengan Kontrol pada Sumber. Pengontrolan kebisingan
pada sumber dapat dilakukan dengan modifikasi sumber, yaitu penggantian komponen atau
mendesain ulang alat atau mesin supaya kebisingan yang ditimbulkan bisa dikurangi. Program
maintenance yang baik supaya mesin tetap terpelihara, dan penggantian proses. Misalnya mengurangi
faktor gesekan dan kebocoran suara, memperkecil dan mengisolasi elemen getar, melengkapi peredam
pada mesin, serta pemeliharaan rutin terhadap mesin. Tetapi cara ini memerlukan penelitian intensif
dan umumnya juga butuh biaya yang sangat tinggi (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003).

Jika kita berada pada lingkungan kerja dengan kebisingan >100 dB A, maka usaha kontrol pada
sumber kebisingan harus dilakukan. Menurut Standard Basic Requirement OSHA, rekayasa mesin
harus dilakukan pada kondisi ini, dengan beberapa teknik berikut :

Cladding, adalah teknik untuk mengurangi pancaran bising dari pipa akibat
aliran fluida di dalamnya. Cladding terdiri atas lapisan penyerap suara dan
bahan impermeable. Lapisan ini ada berbagai jenis dengan tingkat atenuasi
yang bervariasi.

Silencer, Attenuator, Muffler. digunakan untuk mereduksi bising fluida


dengan meletakkannya di daerah atau jalur aliran fluida. Metode lain untuk
meredam bising seperti penggunaan alat peredam bising silencer yang
diletakkan padavent gas. Silencer dapat digunakan untuk mengurangi
kebisingan dengan frekuensi tinggi, kompresor, blower, dan pompa vakum.
Alat ini didisain sedemikian rupa sehingga aliran udara melewati tabung
akustik berlubang yang dikelilingi oleh lapisan tebal dari material penyerap
suara yang akan menurunkan kebisingan denganrange frekuensi tinggi
dengan penurunan tekanan minimum. Silencer terbuat dari konstruksi baja
dimana permukaan luar dilapisi dengan baik. Alat ini didisain untuk
menangani udara kering dengan temperatur di bawah 93 oC. Untuk temperatur
tinggi digunakan kemasan fiberglass.
Secara praktis di lapangan, pengendalian bising pada sumber dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain dengan cara pemeliharaan mesin-mesin secara kontinu, penempatan mesin-mesin pada
ruangan khusus dan jauh dari kegiatan masyarakat atau karyawan, serta melengkapi mesin-mesin
dengan penutup mesin sehingga dapat mengurangi kebisingan.

2 Pengendalian secara administratif

Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan intensitas
tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara mengurangi paparan bising dan melindungi
pendengaran.

3 Pemakaian alat pelindung telinga

Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat kebisingan
tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan. Jenis-jenis alat pelindung telinga (Roestam, 2004) :

a Sumbat telinga (ear plugs), dimasukkan dalam telinga sampai menutup rapat
sehingga suara tidak mencapai membrane timpani. Sumbat telinga dapat mengurangi
bising s/d 30 dB. Ear plugs, digunakan untuk tingkat kebisingan sedang (80-95 dB),
dengan waktu paparan 8 jam. Terdapat berbagai macam earplugs, baik bentuk padat
maupun berongga. Bahannya terbuat dari karet lunak, karet keras, lilin, plastik atau
kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Pengunaan ear plugs mempunyai beberapa
keuntungan, selain mudah dibawa karena bentuknya yang kecil, tidak membatasi
gerakan kepala, lebih nyaman digunakan pada tempat panas, juga lebih murah
(dibandingkan ear muff), Ear Plug juga lebih mudah dipakai bersama dengan
kacamata dan helm. Sedangkan kekurangan ear plugs adalah atenuasinya lebih kecil,
sukar mengontrol atau diawasi, resiko infeksi pada saluran telinga.

b Tutup telinga (ear muff), menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk
mengurangi bising s/d 40-50 dB. Ear muff, terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs
bisa digunakan untuk intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga,
ukurannya bisa disesuaikan untuk berbagai ukuran telinga, mudah diawasi dan
walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai. Kekurangannya,
penggunaan ear muff menimbulkan ketidaknyamanan, rasa panas dan pusing, harga
relatif lebih mahal, sukar dipasang pada kacamata dan helm, membatasi gerakan
kepala dan kurang praktis karena ukurannya besar. Ear muff lebih protektif daripada
ear plugs jika digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif jika penggunaannya kurang
pas seperti pada pekerja menggunakan kaca mata.
Helmet (enclosure), menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi bising maksimum
35dB

2.chemical hazard***

a) Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat(CaCO3) dengan
kandungan mineral minor lainnya yaitu kuarsa,mika,klorit,tremolit dan silikat lainnya seperti
graphit,hematite dan limonit.

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Mesin
Saat dilakukan pemotongan batu marmer lakukan pembasahan dengan air ketika mesin
menyala dan beroperasi
Manusia

Gunakan masker, pelindung mata, sepatu khusus, sarung tangan, dan pakaian pelindung ketika berada
di dalam lingkungan kerja

b) PT ARWN tidak memiliki fasilitas air dari perusahaan air, PT ini membuat sumur sendiri,
mengandalkan air tanah yang mengandung Ferum(Fe) dan Manganese(Mn) dan penampung
dari air hujan untuk mereka yang tentu saja terdapat kandungan bakteri alami di air tanah ini

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Penghilangan Besi (Fe) dan Mangan (Mn)

Baik besi maupun mangan, dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam
bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk kolloid atau dalam keadaan
bergabung dengan senyawa organik. Oleh karena itu cara pengolahannya pun harus
disesuaikan dengan bentuk senyawa besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Pada
proses penghilangan besi dan mangan, prinsipnya adalah proses oksidasi, yaitu menaikkan
tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan merubah bentuk bentuk besi terlarut
menjadi bentuk besi tidak terlarut (endapan). Endapan yang terbentuk dihilangkan dengan
proses sedimentasi dan filtrasi.

Pada umumnya metode yang digunakan untuk menghilangkan besi dan mangan adalah
metode fisika, kimia, biologi maupun kombinasi dari masing masing metode tersebut.
Metode fisika dapat dilakukan dengan cara filtrasi, aerasi, presipitasi, elektrolitik, pertukaran
ion (ion exchange), adsorpsi dan sebagainya. Metode kimia dapat dilakukan dengan
pembubuhan senyawa khlor, permanganat, kapur soda, ozon, polyphosphat, koagulan,
flokulan, dan sebagainya. Metode biologi dapat dilakukan dengan cara menggunakan
mikroorganisme autotropis tertentu seperti bakteri besi yang mampu mengoksidasi senyawa
besi dan mangan.

Pemilihan proses tersebut dipilih berdasarkan besarnya konsentrasi zat besi atau mangan serta
kondisi air baku yang digunakan. Untuk menghilangkan zat besi dan mangan di dalam air
yang paling sering digunakan adalah dengan cara proses oksidasi secara kimiawi kemudian
dilanjutkan dengan pemisahan endapan/ suspensi/ dispersi atau (suspended solid) yang
terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan atau filtrasi. Untuk meningkatkan efisiensi
pemisahan endapan tersebut maka dapat digunakan proses koagulasi-flokulasi yang
dilanjutkan dengan sedimentasi dan filtrasi.

d) Berdasarkan hasil analisa bakteri ditemukan coliform.

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Manajemen risiko air yang terkontaminasi coliform , dengan cara:

a Merebus

Merebus adalah cara yang telah lama dikenal masyarakat, tapi masih banyak ibu yang salah melakukan
perebusan air. Seharusnya, air yang sudah mendidih tidak langsung diangkat atau api jangan langsung
dimatikan. Ini supaya kuman yang mati lebih banyak lagi.

b Klorinisasi

Yaitu pemberian zat klorin pada air setelah diambil dari sumbernya. Tujuannya sama, untuk
membunuh kuman agar air dapat dikonsumsi. Klorin cukup dicampurkan dalam air sesuai takaran
yaitu 1,25% (misalnya 20 liter air (1 galon) = 3 tetes klorin).kemudian aduk/kocok dan diamkan
selama 30 menit. Setelah itu air sudah bisa dikonsumsi, namun baunya masih tajam. Untuk
menghilangkan baunya, diamkan air selama semalaman dengan ditutupi kain kasa agar baunya
menguap. Air yang dimurnikan dengan cra ini bisa menurunkan risiko diare sebesar 40-80%. Cara ini
aman digunakan dalam jangka waktu lama karena tidak menimbulkan pengendapan klorin dalam
tubuh. Selain itu, air minum dengan klorin ini lebih kecil beresiko terpapar bakteri dibandingkan cara
lainnya.

c Sodis (solar water desinfectant)


Metode ini memanfaatkan cahaya matahari, sehingga murah, tetapi sangat tergantung cuaca. Caranya
adalah dengan memasukkan air layak minum kedalam botol plastik yang aman digunakan (dengan
tulisan PET dibawahnya, dan tidak tergores), kemudian air dalam botol ini dijemur dibawah sinar
matahari selama 6 hingga 12 jam, agar panas yang dihasilkan bersinergi dengan sinar UV untuk
membunuh bakteri dalam air.

d. Biosand filter

Metode ini mensterilkan air dengan cara menyaringnya dengan saringan berupa tumpukan pasir halus,
pasir kasar, pecahan genteng, bahan ijuk, dan arang. Cara ini biasanya dilakukan untuk air dalam
wadah berkapasitas besar untuk keperluan mencuci, memasak, atau langsung diminum. Cara ini
terbukti mampu menyaring, mengendapkan, dan mematikan bakteri yang adala dalam air jika
didiamkan hingga 21 hari.
e. Filter keramik
Bahan keramik tertentu dapat mematikan bakteri dalam air. Cara kerja filter keramik ini hampir sama
dengan biosand filter. Filter keramik ini dibuat menyerupai pot dengan keran. Didalamnya terdapat
bahan-bahan penyaring dari bahan pasir, arang, ijuk/gambut, dan sebagainya.
f. Flokulasi/penggumpalan dan disinfeksi
Flokulasi dan disinfeksi adalah metode pengolahan air minum dengan proses penggumpalan untuk
menjernihkan air (menyisihkan kekeruhannya). Pada air baku diberikan bahan kimia tertentu
kemudian diaduk secara mekanis dalam suatu tempat hingga merata. Kemudian air tersebut dialirkan
ke wadah penampuangan lain untuk proses penggumpalan/flokulasi. Di akhir proses akan terbentuk
endapan flok/gumpalan dalam bak pengendap. Untuk lebih amannya kemudian dilakukan disinfeksi
dengan klorin.

b) Proses Packing. Proses ini dilakukan secara manual yang bertujuan untuk meratakan
permukaan serta pinggiran-pinggiran dari marmer untuk mendapatkan hasil yang lebih indah.
Proses selanjutnya adalah pemeriksaan Quality Control dimana proses ini bertujuan untuk
memisahkan marmer berdasarkan kelasnya.

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Administrative control: safety briefing sebelum bekerja, warning sign penggunaan


APD lengkap.
Engineering control: penggunaan alat bantu angkat-angkut yang mempermudah kerja
Metode angkut yang benar
Melakukan pemindahan material yang aman sesuai batasan
Beban kerja tidak melebihi 30-40% kemampuan maksimum bekerja dalam waktu 8
jam sehari
Menentukan waktu kemampuan kerja maksimum menggunakan pengukuran denyut
nadi (tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum bekerja)
Melakukan angkat angkut dengan frekuensi sesuai batasan

b) Shift kerja 8 jam sehari dengan 6 hari dalam satu minggu.

ii) Managemen resiko hazard( tatalaksana)?2

Hindari shift kerja yang permanen


Meminimalkan shift kerja malam yang berturut-turut
Hindari perubahan shift kerja yang singkat
Memberi kesempatan libur pada beberapa akhir minggu
Mengurangi kerja shift lama, middle dan overtime
Pertimbangkan lama kerja dengan beban kerja
Waktu start-end (memulai-mengakhiri) kerja yang fleksibel
Usahakan jadwal kerja yang teratur dan dapat diprediksikan
Perhatikan waktu istirahat

7. Dokter PT ARWN hanya datang pada hari kamis hingga jam 12 siang**

b. apa dampak dari jam kedatangan dr hanya di hari kamis hingga jam 12 siang? 2

Dampak dari kedatangan dokter yang hanya sebentar adalah kurangnya pelayanan kesehatan,
tujuan pelayanan kesehatan tidak tercapai, dan tidak ada upaya promotif preventif oleh dokter
perusahaan sehingga dapat menyebabkan
Peningkatan resiko terjadinya penyakit akibat kerja
Proses penyembuhan penyakit kurang efektif

Você também pode gostar