Você está na página 1de 18

MANFAAT ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UNSUR HARA

PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium acalonicum. L)

OUTLINE

OLEH

ERWITA ANGGRENI

160304057

AGRIBISNIS II A

LABORATURIUM DASAR AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017
MANFAAT ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UNSUR HARA
PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum. L)
OUTLINE
OLEH
ERWITA ANGGRENI
160304057
AGRIBISNIS II A
Outline sebagai salah satu syarat untuk dapat membuat
paper di laboraturium Dasar Agronomi Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Diketahui oleh
Dosen Penanggun Jawab Praktikum

(Ir. Rosita Sipayung, MP)

NIP : 195803257985032002

Diketahui oleh
Asisten Koordinator

(Rionaldo Pauli Siregar, SP)


Diperiksa oleh Diperiksa oleh
Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Beatrix S. Napitupulu) (Nanda Raja)


NIM : 130301227 NIM : 140301110
LABORATURIUM DASAR AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper mata kuliah Dasar Agronomi
dengan judul Manfaat Zat Pengatur Tumbuh Dan Unsur Hara Pada Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonicum. L)
Adapun tujuan penyusunan paper ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Dasar Agronomi dan Praktikum. Penyusunan paper ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga sehingga penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Dasar Agronomi, yaitu Ir.
Rosita Sipayung, MP , Ir. Asil Barus, MS , Ferry Ezra T. Sitepu, SP, Msi , Ir.
Mariati, MSc , Ir. Revandy I.M Damanik, MSc , Dra. Meiriani Br. Sembiring , SP,
MP serta kepada abang dan kakak asisten laboraturium dan juga teman-teman
yang telah memberi dukungan.
Penulisan menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mohon kritik dan sarannya dari semua pihak yang bersifat
membangun, serta menjadi pelajaran baru bagi penulis sendiri demi tercapainya
kesempurnaan paper ini.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih dan semoga paper ini
dapat memberi informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
kita semua.

Medan, Mei 2017


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum. L)
Syarat Tumbuh
Tanah
Iklim

MANFAAT ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UNSUR HARA PADA


TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum. L)

Jenis-jenis Zat Pengatur Tumbuh Tanaman Bawang Merah.


Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Bagi Tanaman Bawang Merah.
Kandungan Unsur Hara Yang Diperlukan Untuk Pertumbuhan Bawang
Merah.
Fungsi Kandungan Unsur Hara Pada Tanaman Bawang Merah.
Hubungan Zat Pengatur Tumbuh Dengan Unsur Hara Bagi Tanaman
Bawang Merah.

DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum. L) merupakan salah satu komoditas


tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu
masak setelah cabe. Selain sebagai campuran bumbu masak, bawang merah juga
dijual dalam bentuk olahan seperti ekstrak bawang merah, bubuk, minyak atsiri,
bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol,
gula darah, mencegah penggumpalan darah, menurunkan tekanan darah serta
memperlancar aliran darah. Sebagai komoditas hortikultura yang banyak
dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan bawang merah masih terbuka
lebar tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga luar negeri (Suriani,
2012).

Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput,


berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti
pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh
karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah
mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena
kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram inilah
tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol pada
ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah berbunga
sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga ruangan
dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak
tahan terhadap sinar matahari. (Sunarjono, 2004)

Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan
optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini umumnya
peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang tinggi serta
keadaan cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah membutuhkan penyinaran
cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32C
serta kelembaban nisbi yang rendah. (Sutaya et al, 2000)

Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu bahantanam


berupa biji botani dan umbi bibit. Pada skala penelitian, perbanyakan bawang
merah dengan biji mempunyai prospek cerah karena memiliki beberapa
keuntungan (kelebihan) antara lain : keperluan benih relatif sedikit 3 kg/ha,
mudah didistribusikan dan biaya transportasi relatif rendah, daya hasil tinggi serta
sedikit mengandung wabah penyakit. Hanya saja perbanyakan dengan biji
memerlukan penanganan dalam hal pembibitan di persemaian selama 1 bulan
setelah itu bisa dibudidayakan dengan cara biasa. ( Rukmana, 2002)

Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara


mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan
inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat
bawang. Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan
dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu
bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara
memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut
melem). (Prabowo, 2007)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui serta memahami


prosedur kerja dalam kegiatan budidaya tanaman bawang merah terhadap manfaat
zat pengatur tumbuh dan unsur haranya.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah sat komponn
penilaian praktikum di laboraturium Dasar Agronomi Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta sebagai
informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum. L)

Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman


sayuranyang diklasifikasikan dalam kelas Monocotyledonae, ordo Aspergales,
familyAlliaceae dan genus Allium ( Brewster, 1979). Bawang merah termasuk
kedalamgenus Allium yang terdiri lebih dari 500 spesies dengan 250 spesies
tergolongjenis bawang-bawangan. (Rubatzky dan Yamaguchi, 2006).

Semua tanaman bawang membentuk daun dengan cara yang sama


meskipun bentuk daun berbeda. Batang yang sebenarnya kita lihat dalam bentuk
daun adalah batang palsu (false stem), batang yang sebenarnya adalah yang
terletak pada pangkal batang tempat bergabungnya semua daun (true stem) yang
bentuknya seperti cakram. (Ranjitkar, 2000)

Bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal


danbercabang terpencar antara kedalaman antara 15-30 cm di dalam tanah.
Bawangmerah memiliki batang sejati yang berbentuk seperti cakram, tipis dan
pendeksebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), di atasnya
terdapatbatang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semu
yangberada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis.
(Brewster, 2001).

Daun berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, bagian ujung
daunnyameruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan
membengkak,sehingga jika dipotong melintang dibagian ini akan terlihat lapisan-
lapisan yangberbentuk seperti cincin. (Rubatzky dan Yamaguchi, 2006).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang


bertangkai. Tangkai daun keluar dari titik tumbuh dan di ujungnya terdapat 50
200 kuntum bunga yang tersusun seolah-olah berbentuk payung. Pada ujung dan
pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti
pipa yang berkubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang
mencapai 30-50 cm. Kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm.
(Brewster, 2001).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji


berjumlah 2 3 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna
bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji biji bawang merah dapat
dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. (Rubatzky
dan Yamaguchi, 2006).

Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat,
bundar, sampai pipih, sedangkan ukuran umbi meliputi besar, sedang, dan kecil.
Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda sampai merah tua. Umbi
bawang merah sudah umum digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
(Shrestha, H. 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran


tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl, dengan ketinggian optimalnya pada
0400 m dpl, dukungan iklim meliputi suhu udara 25-32C (iklim kering), curah
hujan 300-2500 mm/tahun, kelembaban udara 80-90 %, tempat terbuka tanpa
naungandengan pencahayaan 70 %, intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14
jam/harikarena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari
cukuppanjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap
lajufotosintesis dan pembentukan umbi. (Delahaut and Newenhouse, 2003).

Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman bawang merah berkisar antara


60-70F (15-20C) dan 70-80F (20-27C) untuk pertumbuhan dan perkembangan
umbi. Meskipun tanaman bawang merah dapat membentuk umbi bila ditanam di
daerah yang rata-rata suhu udaranya 22C, namun hasil umbinya tidak akan
optimal seperti bila ditanam di daerah yang memiliki suhu udara yang lebih panas.
Bawang merah akan membentuk umbi yang lebih besar bilamana ditanam di
daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam (12-13 jam). Di bawah suhu 22C,
tanaman bawang merah tidak berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah
lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah. (Valenzuela,
et al., 2000)

Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan


bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut. Pada dataran tinggi,
bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi, namun demikian umur
tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan serta hasil umbinya lebih rendah.
(Anshar, 2012).

Perbedaan ketinggian tempat dari permukaan laut secara langsung


menyebabkan perbedaanfaktor-faktor lingkungan, terutama suhu udara. Seperti
dikemukakan Lockwood,(1974 dalam Goldsworthy dan Fisher, 1984) bahwa
tinggi tempat merupakan faktor utama yang mengubah keseragaman panas dan
suhu rata-rata berkurang dengan pertambahan tinggi dengan laju rata-rata kira-kira
0,6C/100 m. Semakin tinggi tempat dari permukaan laut, ada kecenderungan
diikuti pula dengan curah hujan dankelembaban udara relatif lebih tinggi, namun
intensitas sinar matahari dan suhu yangsemakin rendah; perubahan faktor
lingkungan ini akan berpengaruh terhadappertumbuhan dan perkembangan, hasil
dan kualitas umbi bawang merah. (Anshar, 2012).

Suhu udara dapat mempengaruhi semua aktivitas biologis tanaman


dengan mengontrol reaksi-reaksi di dalam tanaman. Selain itu, suhu udara juga
dapat mempengaruhi pembungaan dan viabilitas pollen, pembentukan umbi,
keseimbangan hormonal, pematangan dan penuaan tanaman, kualitas dan hasil
tanaman. (Hartmann et al., 2004).

Tanah

Bawang merah tumbuh baik padatanah subur, gembur, banyak


mengandung bahan organik, jenis tanah lempungberpasir. Tanah dengan bahan
organik dan pH yang rendah (5,6) akan berpengaruh negatif terhadap tanah dan
pertumbuhan tanaman. (Karim dan Ibrahim, 2013)

Tanah-tanah yang masam atau basa tidak baik untuk pertumbuhan bawang
merah. Pada tanah alkalis (pH>7,0) tanaman bawang merah sering
memperlihatkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daunnnya menguning,
serta hasil umbinya kecil-kecil yang disebabkan kekurangan besi (Fe) dan
Mangan (Mn). Sebaliknya pada tanah masam (pH<5,0) tanaman bawang merah
juga tumbuh kerdil karena keracunan Aluminium (Al) atau Mangan (Mn). pH
tanah yang sesuai adalah 6.2-6.8 (Karim dan Ibrahim, 2013).

Secara tidak langsung, pH tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan


tanaman. pH tanah berpengaruh terhadap kegiatan organisme tanah terutama
dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara bagi tanaman. Pengapuran
pada tanah masam dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil umbi bawang
merah. (Valenzuela et, al ., 2000)

Bawang merah termasuk tanaman sayuran yang tidak tahan terhadap air
hujan dan cuaca berkabut (Sumarni dan Achmad, 2005). Bawang merah jugadapat
ditanam musim penghujan asal saja pembuangan airnya baik dan pemberantasan
penyakit dilakukan secara teratur. Menurut Dorcas et al., (2012), budidaya
bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan pengaturan air yang
baik yaitu 6 hari sekali. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
bawang merah adalah 300 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari
penuh (Deptan, 2007).
PEMBAHASAN

Jenis-jenis Zat Pengatur Tumbuh Tanaman Bawang Merah

Hormon Auksin banyak ditemukan pada akar, ujung batang, dan bunga.
Fungsi hormon auksin dalam petumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur
pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang ujung meristem.
Auksin berperan penting dalam pertumbuhan, sehingga dapat digunakan untuk
memacu kecepatan pertumbuhan tanaman pada budidaya yang dilakukan secara
intensif. Dengan fungsi dan peran penting hormon auksin tersebut, maka dalam
dunia pertanian sering digunakan seperti dalam membantu proses pertumbuhan
(baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang), untuk memecah masa
dormansi sehingga dapat mempercepat perkecambahan pada biji, membantu
proses pembelahan sel sehingga dapat digunakan untuk mempercepat pembesaran
jaringan tumbuhan, mempercepat pemasakan buah, serta untuk mengurangi
jumlah biji dalam buah. (Sumaryo, 2001)

Hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang


pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal
tanaman., gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau
cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan
sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial
terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat digunakan untuk merangsang
pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah
gugur buah.(yang termasuk Auksin IBA, NAA, 2,4-D). Auksin Golongan NAA
memakai merek dagang antara lain: Altagro, Atonik. Sedang Auksin 2,4 D dijual
dengan nama Premix. Auksin alami banyak terdapat didalam cairan biji jagung
muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi, ujung koleoptil tanaman oat,
umbi bawang merah dan air kelapa. (Hartanto, 2008)

Merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari


Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme, aplikasi untuk memicu
munculnya bunga dan pembungaan yang serempak (Misalnya GA3 yang
termasuk hormon perangsang pertumbuhan golongan gas) merek dagang antara
lain: Top- G.Giberelin alami banyak terdapat didalam umbi bawang merah. Jenis
hormon yang mempunyai kemiripan sifat dengan auksin ini merupakan zat
pengatur tumbuh yang dapat ditemukan pada hampir semua siklus hidup
tumbuhan. Giberelin sering disebut dengan GA (gibberellic acid) atau asam
giberelat. (Karyono, 2007)

Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Bagi Tanaman Bawang Merah

Hormon yang sering disebut juga fitohormon merupakan sekumpulan


senyawa organik, baik yang terbentuk secara alami maupun buatan. ZPT dalam
kadar sangat kecil mampu menimbulkan suatu reaksi atau tanggapan baik secara
biokimia, fisiologis maupun morfologis, yang berfungsi untuk mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, maupun pergerakan taksis tanaman atau tumbuhan
baik dengan mendorong, menghambat, atau mengubahnya. "Kadar kecil" yang
dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per
liter. ZPT berbeda dengan unsur hara atau nutrisi tanaman, baik dari segi fungsi,
bentuk, maupun senyawa penyusunnya. (Rukmana, 2000)

Secara ilmiah, penggunaan istilah hormon tumbuhan sebenarnya


mengadopsi analogi fungsi hormon pada binatang. Dilihat dari cara produksinya,
hormon pada tumbuhan berbeda dengan hormon pada binatang yang dihaslkan
dari jaringan spesifik berupa kelenjar endokrin, tetapi ZPT ini dihasilkan oleh
suatu jaringan nonspesifik, biasanya dari jaringan merismatik, yang dapat
diproduksi jika mendapatkan rangsangan. Penyebaraan hormon pada seluruh
jaringan tumbuhan bisa terjadi dengan sangat mudah, karena penyebarannya bisa
melalui ruang antarsel atau disebut dengan sitoplasma, sehingga dalam
penyebarannya tersebut, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) tidak harus melalui sistem
pembuluh pengangkut. (Sumiana, 2007)

Selain dapat dipengaruhi hormon yang diproduksinya sendiri, tumbuhan


juga dapat dipengaruhi oleh hormon yang diterimanya dari luar. Pemberian ZPT
dari luar sistem individu disebut juga dengan hormon eksogen, yaitu dengan
memberikan bahan kimia sintetik yang dapat berfungsi dan berperan seperti
halnya hormon endogen, sehingga mampu menimbulkan rangsangan dan
pengaruh pada tumbuhan seperti layaknya fitohormon alami. (Ridwan, 2011)

Di sisi lain zat pengatur tumbuh dapat berfungsi sebagai prekursor, yaitu
senyawa yang dapat mendahului laju senyawa lain dalam proses metabolisme, dan
merupakan bagian dari proses genetik tumbuhan itu sendiri. Oleh karena itu,
untuk membedakan pengertian hormon pada tumbuhan dengan hormon pada
binatang, maka dalam dunia pertanian dipakai istilah Zat Pengatur Tumbuh
tumbuhan atau ZPT atau dalam bahasa Inggris disebut plant growth
regulator/substances. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kepentingan intensifikasi dalam budidaya di sektor pertanian,
maka ZPT banyak digunakan terutama untuk meningkatkan kualitas serta
kuantitas hasil produksi. (Tas, 2008)

Kandungan Unsur Hara Yang Diperlukan Untuk Pertumbuhan Bawang


Merah

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh


pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Serapan unsur
hara dibatasi oleh unsurhara yang berada dalam keadaan minimum (Hukum
Minimum Leibig). Status hara terendah akan mengendalikan proses
pertumbuhan tanaman. Untuk mencapai pertumbuhan optimal, seluruh unsur
hara harus dalam keadaan seimbang, artinya tidak boleh ada satu unsur hara
pun yang menjadi faktor pembatas. Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang
diberikan kepada tanaman. Bawang merah memerlukan berbagai macam unsur
hara untuk pertumbuhannya, baik yang berasal dari dalam tanah, pupuk organik,
maupun pupuk anorganik. Aplikasi pupuk anorganik yang umum dilakukan
adalah dengan menyediakan unsur N, P, dan K dengan pupuk tunggal maupun
pupuk majemuk. (Pahan, 2008)
Rekomendasi umum dosis pemupukan pada bawang merah adalah 200 kg
N/ha, 90 P2O5 kg/ha dan 75 kg K2O/ha. Pupuk NPK Mutiara (16-16-16)
mengandung unsur N (16 % N), P (16 % P2O5), dan K (16 % K2O). Pemakaian
pupuk NPK Mutiara (16-16-16) diharapkan dapat mengantisipasi kekahatan hara
N, P, dan K pada tanaman bawang merah. (Samadi, 2009)
Ketersediaan unsur hara bagi tanaman selama pertumbuhan sangat
diperlukan, karena ketersediaan unsur hara merupakan syarat utama dalam
meningkatkan produksi tanaman. Penambahan unsur hara ini akan memperbaiki
sifat fisika dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK
merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Pupuk majemuk
ini, mengandung dua unsur hara atau lebih. (Novizan, 2002).
Fungsi Kandungan Unsur Hara Pada Tanaman Bawang Merah

Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi tanaman terutama
pembentukan dan pertumbuhan bagian bagian vegetatif tanaman, seperti daun,
batang, dan akar. Pemberian unsur N yang terlalu banyak pada bawang merah
dapat menghambat pembungaan dan pembuahan tanaman. Akan tetapi
kekurangan unsur N dapat menyebabkan klorosis daun, serta jaringan daun
menjadi mati dan kering dan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. (Napitupulu
dan Winarno, 2010)
Unsur phosphor (P) pada bawang merah berperan untuk mempercepat
pertumbuhan akar semai, dan dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan
umbi. Apabila tanaman kekurangan unsur P maka akan terlihat gejala warna
daun bawang hijau tua dan permukaannya terlihat mengkilap kemerahan, dan
tanaman menjadi kerdil. Bagian tepi daun, cabang, dan batang bawang merah
mengecil serta berwarna merah keunguan dan kelamaan menjadi kuning
(Napitupulu dan Winarno, 2010).
Pada bawang merah, kalium dapat memberikan hasil umbi yang lebih
baik, mutu dan daya simpan umbi yang lebih tinggi, dan umbi tetap padat
meskipun disimpan lama. Tanaman yang kekurangan unsur K biasanya mudah
rebah, sensitif terhadap penyakit, hasil dan kualitas hasil rendah, dan dapat
menyebabkan gejala keracunan amonium, sedangkan kelebihan K menyebabkan
tanaman kekurangan hara Mg dan Ca. Hasil-hasil penelitian Limbong dan
Monde (1999) bahwa kebutuhan pemberian pupuk K untuk bawang merah pada
tanah Alluvial di dataranrendah berkisar antara 50120 kg/ha K2O. (Gunadi,
2009)
Pada parameter tinggi tanaman perlakuan pemberian pupuk NPK
berpengaruh nyata pada 6 dan 7 Minggu. Setelah Tanam (MST) dan membentuk
hubungan linear positif. Pemberian unsur hara makro seperti N, P dan K yang
berimbang memang sangat dibutuhkan tanaman pada saat muda karena pada saat
tersebut unsur hara makro N, P dan K dapat merangsang pertumbuhan vegetatif
tanaman seperti akar, batang dan daun sehingga dapat meningkatkan salah
satunya adalah tinggi tanaman. Unsur N, P dan K merupakan unsur yang
memiliki peran utama yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan
daun) serta peranan unsur K yang merangsang pertumbuhan akar. (Rauf, 2000)
Hubungan Zat Pengatur Tumbuh Dengan Unsur Hara Bagi Tanaman
Bawang Merah

Hormon yang sering disebut juga fitohormon merupakan sekumpulan


senyawa organik, baik yang terbentuk secara alami maupun buatan. ZPT dalam
kadar sangat kecil mampu menimbulkan suatu reaksi atau tanggapan baik secara
biokimia, fisiologis maupun morfologis, yang berfungsi untuk mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, maupun pergerakan taksis tanaman atau tumbuhan
baik dengan mendorong, menghambat, atau mengubahnya. "Kadar kecil" yang
dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per
liter. ZPT berbeda dengan unsur hara atau nutrisi tanaman, baik dari segi fungsi,
bentuk, maupun senyawa penyusunnya. (Kuswanto, 2003)
Jenis media tanam yang memiliki kandungan N paling tinggi yaitu media
A (lumut) dengan jumlah 0.60%. P paling tinggi yaitu media kontrol yaitu tanah,
diikuti dengan media C yaitu arang sekam sebesar 293 mg/100gr. Perlakuan B
yaitu campuran antara lumut + arang sekam menunjukkan kandungan K yang
paling tinggi diantara media yang lain dengan nilai 190 mg/100gr. Media
tumbuh merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan
tanaman, karena sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok
melalui media tumbuh, selanjutnya diserap dan digunakan oleh akar untuk
pertumbuhan serta tempat memperkokoh berdirinya tanaman. Sehingga di dalam
media tumbuh harus tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Hanafiah,
2007).
Sebagai contoh, sebuah media tanam dengan komposisi lumut + arang
sekam yang memiliki kandungan N 0.42%; P 226 mg/100gr; dan K 190mg/100gr
memberikan rata-rata tinggi tanaman yang paling tinggi yaitu 16.45 cm.
Kandungan unsur K pada media lumut + arang sekam tercatat lebih tinggi dari
media lainnya. Secara umum, fungsi K (kalium) berfungsi dalam metabolisme
nitrogen dan sintesis protein, pengaturan pemanfaatan berbagai unsur hara utama,
netralisasi asam-asam organik, aktivasi berbagai enzim, percepatan pertumbuhan
dan perkembangan jaringan meristem, pengaturan membuka dan menutup
stomata, serta pengaturan penggunaan air (Hanafiah, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bawang merah memerlukan berbagai macam unsur hara untuk


pertumbuhannya, baik yang berasal dari dalam tanah, pupuk organik,
maupun pupuk anorganik.

2. Pemberian berbagai unsur hara, dan ZPT dengan dosis anjuran maupun
dosis triple pada system budidaya bawang merah dalam keadaan optimal
tidak dapat memperbesar diameter umbi, panjang umbi, tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah umbi per rumpun serta berat basah tanaman.

3. Perlunya penerapan kondisi optimal budidaya bawang merah di lahan


gambut yang masih belum banyak digunakan sebagai lahan pertanian yang
potensial.

4. Untuk mencapai pertumbuhan optimal, seluruh unsur hara harus dalam


keadaan seimbang, artinya tidak boleh ada satu unsur hara pun yang
menjadi faktor pembatas

5. Pengolahan tanah dan pemberian pupuk NPK tidak saling mempengaruhi


satu dengan yang lainnya. Kemungkinan yang terjadi adalah masing-
masing perlakuan bekerja lebih dominan dibanding faktor lainnya.

Saran

Dalam hal membudidaya tanaman bawang merah, banyak faktor


pertumbuhan tanaman yang penting untuk diketahui terutama mengenai zat
pengatur tumbuh dan juga unsur hara yang dibutuhkan. Keseimbangan unsur hara
harus diperhatikan sebab masing-masing unsur dapat bekerja lebih dominan
sehingga dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA

Anshar, 2012. Optimasi Pupuk dalam Usaha Tani LEISA Bawang merah di

Dataran Rendah. Jurnal Penelitian UNIB 15 (3): 199 207.

Brewster, 2001. Genetika Tanaman. Diterjemahkan oleh Kusdiarti L. Gadjah

Mada Universty Press. Yogyakarta.

Delahaut and Newenhouse, 2003. Bryophytes on Tree Trunks in Natural Forests,

Selectively Logged Forests and Cacao Agroforests in Central Sulawesi,

Indonesia. Article in Press Biological Conservatio.

Deptan,2007. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. SITC. Jakarta.

Gunandi, 2009. Pokok-Pokok Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bina Aksara.

Jakarta.

Hanafiah, 2007. Pengaruh Pupuk Majemuk dan Bahan pemantap Tanah Terhadap

hasil dan kualitas Tomat Varietas intan. Jurnal Penelitian UNIB 11(1): 54
60Pahan I. 20008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen
Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hartanto, 2008. Respon Fisiologis dan Agronomis Pupuk Cair pada Tanaman

Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). J.Agroland 12 (4): 378 383.

Hartmann et, al ., 2004. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM

Press. Yogyakarta.

Karim dan Ibrahim, 2013. Budidaya Bawang Merah, Bawang Merah dan Bawang

Bombay. Seri Agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta Suriani, N. 2011.

Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang Merah.

Cahaya Atma Pustaka. Yogjakarta.

Karyono, 2007. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.

Bumi Aksara: Jakarta.


Kuswanto, 2003. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Napitupulu dan Winarno, 2010. Hijau. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Novizan, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karya Aksara: Jakarta.

Pahan, 2008. Budidaya Bawang Merah. Grafika: Yogyakarta.

Prabowo, 2007. Pengelolaan Tanaman Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ranjitkar, 2000 Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Rauf. P, 2000. Pupuk dan Cara Pemupukkan. Rineka Cipta: Jakarta.

Ridwan, 2011. Budidaya Tanaman Bawang Merah. Rhineka Cipta: Jakarta.

Rubatzky dan Yamaguchi, 2006. Botani Tanaman Bawang Merah. Pustaka Buana

Bandung.

Rukmana, R. 2000. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen.

Kanisius. Yogyakarta.

Samadi, 2008. Unsur Hara Pada Tanaman Bawang Merah. Sinar Grafika: Jakarta.

Shrestha, H , 2007. Pengaruh Iklim dan Tanah Pada Budidaya Bawang Merah.

IPB: Bogor.

Sumaryo, 2001. Jenis-jenis Zat Pengatur Tumbuh. Grafindo: Yogyakarta.

Sumiana, 2007. Pengaruh ZPT Pada Pertumbuhan Bawang Merah. FP Universitas

Tanjung Pura. Pontianak.

Sunarjono, 2004. Budidaya Bawang Merah. Departemen Pertanian. Jakarta.

Suriani, N, 2012. Budidaya bawang merah. http://litbang_deptan.go.id. Diakses


pada tanggal 23 November 2008.

Sutaya et, al ,. 2000. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Panebar Swadaya. Jakarta.

Tas, 2008. Penggunaan Bahan Organik Dalam Pertumbuhan Bawang. Grafindo:

Jakarta.

Valenzuela et, al ,. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah Herawati S.

Universitas Indonesia Press: Jakarta

Você também pode gostar