Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OUTLINE
OLEH
ERWITA ANGGRENI
160304057
AGRIBISNIS II A
FAKULTAS PERTANIAN
2017
MANFAAT ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UNSUR HARA
PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum. L)
OUTLINE
OLEH
ERWITA ANGGRENI
160304057
AGRIBISNIS II A
Outline sebagai salah satu syarat untuk dapat membuat
paper di laboraturium Dasar Agronomi Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Diketahui oleh
Dosen Penanggun Jawab Praktikum
NIP : 195803257985032002
Diketahui oleh
Asisten Koordinator
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper mata kuliah Dasar Agronomi
dengan judul Manfaat Zat Pengatur Tumbuh Dan Unsur Hara Pada Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonicum. L)
Adapun tujuan penyusunan paper ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Dasar Agronomi dan Praktikum. Penyusunan paper ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga sehingga penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Dasar Agronomi, yaitu Ir.
Rosita Sipayung, MP , Ir. Asil Barus, MS , Ferry Ezra T. Sitepu, SP, Msi , Ir.
Mariati, MSc , Ir. Revandy I.M Damanik, MSc , Dra. Meiriani Br. Sembiring , SP,
MP serta kepada abang dan kakak asisten laboraturium dan juga teman-teman
yang telah memberi dukungan.
Penulisan menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mohon kritik dan sarannya dari semua pihak yang bersifat
membangun, serta menjadi pelajaran baru bagi penulis sendiri demi tercapainya
kesempurnaan paper ini.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih dan semoga paper ini
dapat memberi informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
kita semua.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum. L)
Syarat Tumbuh
Tanah
Iklim
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan
optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini umumnya
peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang tinggi serta
keadaan cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah membutuhkan penyinaran
cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-32C
serta kelembaban nisbi yang rendah. (Sutaya et al, 2000)
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah sat komponn
penilaian praktikum di laboraturium Dasar Agronomi Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta sebagai
informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Daun berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, bagian ujung
daunnyameruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan
membengkak,sehingga jika dipotong melintang dibagian ini akan terlihat lapisan-
lapisan yangberbentuk seperti cincin. (Rubatzky dan Yamaguchi, 2006).
Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat,
bundar, sampai pipih, sedangkan ukuran umbi meliputi besar, sedang, dan kecil.
Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda sampai merah tua. Umbi
bawang merah sudah umum digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
(Shrestha, H. 2007).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
Tanah-tanah yang masam atau basa tidak baik untuk pertumbuhan bawang
merah. Pada tanah alkalis (pH>7,0) tanaman bawang merah sering
memperlihatkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daunnnya menguning,
serta hasil umbinya kecil-kecil yang disebabkan kekurangan besi (Fe) dan
Mangan (Mn). Sebaliknya pada tanah masam (pH<5,0) tanaman bawang merah
juga tumbuh kerdil karena keracunan Aluminium (Al) atau Mangan (Mn). pH
tanah yang sesuai adalah 6.2-6.8 (Karim dan Ibrahim, 2013).
Bawang merah termasuk tanaman sayuran yang tidak tahan terhadap air
hujan dan cuaca berkabut (Sumarni dan Achmad, 2005). Bawang merah jugadapat
ditanam musim penghujan asal saja pembuangan airnya baik dan pemberantasan
penyakit dilakukan secara teratur. Menurut Dorcas et al., (2012), budidaya
bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan pengaturan air yang
baik yaitu 6 hari sekali. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
bawang merah adalah 300 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari
penuh (Deptan, 2007).
PEMBAHASAN
Hormon Auksin banyak ditemukan pada akar, ujung batang, dan bunga.
Fungsi hormon auksin dalam petumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur
pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang ujung meristem.
Auksin berperan penting dalam pertumbuhan, sehingga dapat digunakan untuk
memacu kecepatan pertumbuhan tanaman pada budidaya yang dilakukan secara
intensif. Dengan fungsi dan peran penting hormon auksin tersebut, maka dalam
dunia pertanian sering digunakan seperti dalam membantu proses pertumbuhan
(baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang), untuk memecah masa
dormansi sehingga dapat mempercepat perkecambahan pada biji, membantu
proses pembelahan sel sehingga dapat digunakan untuk mempercepat pembesaran
jaringan tumbuhan, mempercepat pemasakan buah, serta untuk mengurangi
jumlah biji dalam buah. (Sumaryo, 2001)
Di sisi lain zat pengatur tumbuh dapat berfungsi sebagai prekursor, yaitu
senyawa yang dapat mendahului laju senyawa lain dalam proses metabolisme, dan
merupakan bagian dari proses genetik tumbuhan itu sendiri. Oleh karena itu,
untuk membedakan pengertian hormon pada tumbuhan dengan hormon pada
binatang, maka dalam dunia pertanian dipakai istilah Zat Pengatur Tumbuh
tumbuhan atau ZPT atau dalam bahasa Inggris disebut plant growth
regulator/substances. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kepentingan intensifikasi dalam budidaya di sektor pertanian,
maka ZPT banyak digunakan terutama untuk meningkatkan kualitas serta
kuantitas hasil produksi. (Tas, 2008)
Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi tanaman terutama
pembentukan dan pertumbuhan bagian bagian vegetatif tanaman, seperti daun,
batang, dan akar. Pemberian unsur N yang terlalu banyak pada bawang merah
dapat menghambat pembungaan dan pembuahan tanaman. Akan tetapi
kekurangan unsur N dapat menyebabkan klorosis daun, serta jaringan daun
menjadi mati dan kering dan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. (Napitupulu
dan Winarno, 2010)
Unsur phosphor (P) pada bawang merah berperan untuk mempercepat
pertumbuhan akar semai, dan dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan
umbi. Apabila tanaman kekurangan unsur P maka akan terlihat gejala warna
daun bawang hijau tua dan permukaannya terlihat mengkilap kemerahan, dan
tanaman menjadi kerdil. Bagian tepi daun, cabang, dan batang bawang merah
mengecil serta berwarna merah keunguan dan kelamaan menjadi kuning
(Napitupulu dan Winarno, 2010).
Pada bawang merah, kalium dapat memberikan hasil umbi yang lebih
baik, mutu dan daya simpan umbi yang lebih tinggi, dan umbi tetap padat
meskipun disimpan lama. Tanaman yang kekurangan unsur K biasanya mudah
rebah, sensitif terhadap penyakit, hasil dan kualitas hasil rendah, dan dapat
menyebabkan gejala keracunan amonium, sedangkan kelebihan K menyebabkan
tanaman kekurangan hara Mg dan Ca. Hasil-hasil penelitian Limbong dan
Monde (1999) bahwa kebutuhan pemberian pupuk K untuk bawang merah pada
tanah Alluvial di dataranrendah berkisar antara 50120 kg/ha K2O. (Gunadi,
2009)
Pada parameter tinggi tanaman perlakuan pemberian pupuk NPK
berpengaruh nyata pada 6 dan 7 Minggu. Setelah Tanam (MST) dan membentuk
hubungan linear positif. Pemberian unsur hara makro seperti N, P dan K yang
berimbang memang sangat dibutuhkan tanaman pada saat muda karena pada saat
tersebut unsur hara makro N, P dan K dapat merangsang pertumbuhan vegetatif
tanaman seperti akar, batang dan daun sehingga dapat meningkatkan salah
satunya adalah tinggi tanaman. Unsur N, P dan K merupakan unsur yang
memiliki peran utama yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan
daun) serta peranan unsur K yang merangsang pertumbuhan akar. (Rauf, 2000)
Hubungan Zat Pengatur Tumbuh Dengan Unsur Hara Bagi Tanaman
Bawang Merah
Kesimpulan
2. Pemberian berbagai unsur hara, dan ZPT dengan dosis anjuran maupun
dosis triple pada system budidaya bawang merah dalam keadaan optimal
tidak dapat memperbesar diameter umbi, panjang umbi, tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah umbi per rumpun serta berat basah tanaman.
Saran
Anshar, 2012. Optimasi Pupuk dalam Usaha Tani LEISA Bawang merah di
Jakarta.
Hanafiah, 2007. Pengaruh Pupuk Majemuk dan Bahan pemantap Tanah Terhadap
hasil dan kualitas Tomat Varietas intan. Jurnal Penelitian UNIB 11(1): 54
60Pahan I. 20008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen
Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hartanto, 2008. Respon Fisiologis dan Agronomis Pupuk Cair pada Tanaman
Press. Yogyakarta.
Karim dan Ibrahim, 2013. Budidaya Bawang Merah, Bawang Merah dan Bawang
Novizan, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karya Aksara: Jakarta.
Rubatzky dan Yamaguchi, 2006. Botani Tanaman Bawang Merah. Pustaka Buana
Bandung.
Kanisius. Yogyakarta.
Samadi, 2008. Unsur Hara Pada Tanaman Bawang Merah. Sinar Grafika: Jakarta.
Shrestha, H , 2007. Pengaruh Iklim dan Tanah Pada Budidaya Bawang Merah.
IPB: Bogor.
Jakarta.