Você está na página 1de 12

DISKUSI TOKSIKOLOGI DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) DAN SERTIFIKASI


DALAM BIDANG LIGKUNGAN

Dosen Pengampuh : S. F Nurul Qomariyah, SP, Msi

OLEH :

DIMAS SEDAYU 153112500150003


UMBU YOGI PRATAMA 153112500150012
VANNIAWA VICEROYNA BELLA J 153112500150018
FARADINA ERVIA HARDIANTI 153112500150024

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2017
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) DAN
SERTIFIKASI DALAM BIDANG LINGKUNGAN
HIDUP

Hukum lingkungan dalam bahasa asing adalah Milieurecht (Belanda),


environment Law(Inggris), Umwelrecht (Jerman). Pada tanggal 11 maret
1982 telah diberlakukan undang undang nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan
ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, di singkat dengan UULH dan
disempurnakan dengan UUPLH, tanggal 19 September 1997.

Menurut penjelasan UULH, istilah lingkungan hidup dan lingkungan


dipakai dalam pengertian yang sama. Lingkungan hidup bedasarkan pasal 1 angka
1 UULH-UUPLH adalah: kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.

Pengertian Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli:

1. S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf


Lingkungan hidup adalah semua faktor eksternal yang bersifat biologis
dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan,
perkembangan, dan reproduksi organisme.

2. Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto


Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada
dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.

3. Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, SH


Lingkungan hidup adalah semua benda dan kondisi, termasuk di
dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang
tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan
manusia dalam jasad hidup lainnya.
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN

Hukum lingkungan indonesia telah mulai berkembang semenjak


zaman penjajahan Pemerintahan Hindia Belanda, tetapi Hukum lingkungan
pada masa itu bersifat atau berorientasikan pemakaian. Hukum lingkungan
Indonesia Kemudian berubah sifatnya menjadi hukum yang berorientasikan
tidak saja pada pemakaian, tetapi juga pada perlindungan. Perubahan ini tidak
terlepas dari pengaruh lahirnya hukum lingkungan internasional modern, yang
d tandai dengan lahirnya Deklarasi Stockhom 1972.

Lahirnya Deklarasi Stockhom 1972 sangat mempengaruhi


perkembangan hukum lingkungan modern indonesia. Hal ini terbuki dengan
dimasukkannya masalah pengelolaan lingkungan hidup dalam GBHN 1973-
1978 untuk pertama kalinya.

1. Pengaturan Lingkungan pada masa UUKPLH


UUKPLH diundangkan pada tanggal 11 Maret 1982. Undang Undang
ini merupakan ketentuan payung (umbrella act) bagi perlindungan lingkungan.
Konsekuensinya, UUKPLH tidak memuat aturan-aturan detail tentang
penanganan suatu persoalan hukum lingkungan. UUKPLH hanya memuat
aturan hukum tentang pengelolaan lingkungan hidup.

2. Dari Undang-Undang No.4 tahun 1982 ke Undang-Undang 23


Tahun 1997
Sebagai tanda kepatuhan indonesia kepada norma hukum
internasional, pemerintah mengundangkan Undang-Undang No.4 tahu 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Hidup (UUKPPLH).

Dalam kurun waktu 15 tahun masa berlakunya, UUKPPLH mengalami


banyak kendala dalam penegakan hukum. Diantara kendala tersebut adalah
kendala regulatif, institusional, dan politis.
Atas beberapa kendala tersebut pemerintah mengundang-undang
No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) untuk
menggantikan UUKPLH. UUPLH berlaku pada saat di undangkan 19
september 1997.

3. Keharusan penyempurnaan UUPLH

Walaupun umurnya masih lima belas tahun, UUPLH kelihatannya


sudah harus diubah atau disempurnakan. Sejalan dengan Undang-Undang
No.22 tahun 1999 yang di ganti dengan Undang-Undang No.32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, dan adanya keinginan komunitas lingkungan
hidup di DPR RI, pemerintah kususnya Mentri Negara Lingkungan Hidup,
perguruan tinggi dan LSM untuk mengundang-undangkan tentang
Pengelolaan Sumber Daya Alam (UUPSDA).

B. PERLINDUNGAN HUKUM DALAM MENGELOLA LINGKUNGAN


1. Hak Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat
Bedasarkan Pasal 5 ayat (1) UULH-UULPH hak ini dimiliki setiap
orang, yaitu orang seorang, kelompok orang, atau badan hukum. Walaupun
demikian, di samping mempunyai hak, menurut pasal 5 ayat (2) UULH
setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta
menanggulangi kerusakan dan pencemarannya.

Penuangan hak perseorangan berupa hak atas lingkungan hidup yang


baik dan sehat tidak merupakan hak asasi pada tingkat Undang-Undang Dasar
tetapi hanya hak biasa pada Tingkat Undang-Undang.

2. Hak Untuk Berperan Serta dalam rangka Pengelolaan Lingkungan


Hidup

Hak ini terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) UULH, berdampingan dengan
kewajiban setiap orang untuk berperanserta dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup, mencakup tahap perencanaan maupun tahap tahap
pelaksanaan dan penilaian. Hakekat sebenarnya dari hak berperanserta adalah
dalam prosedur pengambilan keputusan tata usaha negara, khususnya tentang
izin lingkungan.

C. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

Penyelesaian Sengketa di Pengadilan digolongkan kepada:

a. Sengketa Hukum Administratif


b. Sengketa Hukum Pidana
c. Sengketa Hukum Perdata
d. Sengketa Hukum Internasional
Class Action
Istilah Class Action (CA) atau disebut pula dengan actio popularis
diartikan dalam bahasa Indonesia secara beragan di sebut dengan gugatan
perwakilan, gugatan kelompok atau ada juga yang menyebutkan gugatan
berwakil.

Peraturan Mahkamah Agung/PERMA No 1 tahun 2002

Memuat beberapa prinsip yaitu:

1. Persyaratan jumlah anggota kelompok (prinsip numerosity)


Perma ini tidak menetapkan kriteria tentang berapa jumlah paling sedikit
supaya disebut gugatan class action.
2. Prinsip kesamaan fakta, Hukum dan Tipikalis
Prinsip ini merupakan karakter khusus dari class action yang di sebut
commonality. Harus adanya kesamaan masalah, dasar hukum, kesamaan
tuntutan dari para korban dan pembelaan yang dilakukan oleh tergugat.
3. Prinsip Kelayakan Mewakili (Adequancy of Representation)
Perma menentukan bahwa wakil kelompok haruslah memiliki sifat: kejujuran,
kesungguhan, kemampuan, pendidikan dan status sebagai wakil kelompok
4. Formal Gugatan
Adanya fakta yang mendasari gugatan(posita) dan inventarisasi tuntutan
(petitum)
5. Posita Gugatan
Mekanisme beracara biasanya di haruskan supaya berisikan data atau
identifikasi fakta-fakta atau peristiwa yang jelas.
6. Identitas Penggugat
Identitas diharuskan bagi wakil kelompok secara lengkap dan jelas
7. Surat Kuasa
Dalam perma ini tidak diisyaratkan surat kuasa khusus
8. Penetapan tentang sah atau tidak Gugatan Perwakilan
Pada awal pemeriksaan di persidangan pengadilan secara wajib memeriksa
mengenai kriteria gugatan perwakilan
9. Prinsip Pemberitahuan kepada Anggota Kelompok
Apabila hakim telah menyatakan sah mengenai gugatan perwakilan, maka
setelah itu hakim segera memerintahkan penggugat untuk mengajuan usulan
model pembritahuan kepada kelompoknya.
Dengan cara: langsung, media cetak, media elektronik, pengumuman di kantor
pemerintah.
10. Pernyataan opt out dan opt in
Opt out yaitu yang menyatakan dirinya secara tegas keluar dari keanggotaan
kelompok.
Opt in yaitu yang menyatakan dirinya secara tegas masuk dari keanggotaan
kelompok.
11. Konsekuensi Putusan terhadap Pernyataan keluar
Konsekuensi putusan class action tidak mengikat para anggota yang keluar
(pasal 8 ayat 2). Artinya yang mengajukan pernyataan keluar lepas dari
tanggung awab gugatan secara penuh.
12. Putusan Hakim
Dalam pasal 19 putusan hakim mengabulkan gugatan secara class action
berisi: jumlah ganti rugi secara rinci, penentuan kelompok atau sub kelompok
yang berhak, mekanisme pendistribusian ganti rugi, langkah langkah yang
wajib di tempuh oleh wakil kelompok dalam proses penetapan dan
pendistribusian.

Legal Standing
Istilah legal standing disebut juga dengan standing, ius standi, persona
standi. Bila di Indonesiakan menjadi hak gugat atau adapula yang menyebutnya
dengan kedudukan gugat, sementara UUPLH 1997 dalam pasal di atas
menyebutnya dengan hak mengajukan Gugatan

Citizien Standing/Citizien Law Suit


Citizien Standing/Citizien Law Suit adalah hak gugat yang menyangkut
masyarakat, LSM, Warga Negara, atau orang perorangan.

D. PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN ADMINISTRASI


1. TATA RUANG

Dalam mengelola lingkungan, perlu adanya sistem keterpaduan, yang


meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendaliannya.

Dasar hukum penataan ruang di Indonesia di mulai dari landasan


konstitusi pasal 33 ayat (3) uud 1945 yang mengatur kekuasaan negara atas
semua sumber daya alam yang dimaksudkan untuk kesejahteraan rakyat.

Kemudian UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup menyebutkan bahwa pengelolaan lingkungan berasaskan pelestarian
kemampuan lingkungan, yang serasi dan seimbang, untuk menunjang
pembangunan berkelanjutan. Pasal 9 UUPLH 1997 menetapkan bahwa salah
satu pokok kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan lingkungan adalah
aspek Tata Ruang.

2. ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pertama kali


diperkenalkan pada tahun oleh National Environmental Policy Act di Amerika
Serikat. Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan PP No. 27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL ini dibuat saat
perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.Yang dimaksud lingkungan hidup di
sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di
Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang "Izin
Lingkungan Hidup" yang merupakan pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang
Amdal.

Jenis jenis AMDAL:

a. AMDAL secara tunggal


AMDAL ini dilakukan terhadap satu jenis usaha atau kegiatan. Karena
kegiatannya bersifat tunggal, maka kewenangan pembinaanya berada di
bawah satu instansi yang membidangi usaha atau kegiatan tersebut.
b. AMDAL sektor
AMDAL ini dapat juga disebut dengan AMDAL sektoral, karena
kebijakan tentang penetapan kewajiban amdalnya ditetapkan oleh Mentri
sektoral. Pasal 3 ayat (2) PP Amdal 1999 mengatakan bahwa jenis usaha
atau kegiatan yang wajib memiliki amdal ditetapkan Mentri setelah
mendengar dan memperhatikan saran dan pendapat Mentri lain atau
pimpinan LPMD terkait. Dengan demikian, mengenai kewajiban Amdal
atas suatu kegiatan, sifatnya sektoral.
c. AMDAL Terpadu atau Amdal Multisektor
Bedasarkan pasal 2 ayat (3) PP No 27 tahun 1999 (PP Amdal 99),
Mentri /Negara Lingkungan Hidup telah mengeluarkan peraturan
KEPMEN LH No.Kep-57/MENLH/12/1995 tentang Amdal Usaha atau
Kegiatan Terpadu/ Multisektor.

Kriteria terpadu demikian meliputi:

a. Proses perencanaan , pengelolaan dan proses produksinya.


b. Jenis jenis usaha atau kegiatan yang Amdalnya menjadi kewenangan
berbagai instansi teknis yang membidanginya.
c. Kegiatan tersebut berada dalam kesatuan hamparan ekosistem.
d. Kegiatan tersebut berada di bawah satu pengelola atau lebih.
e. AMDAL Regional atau Amdal Kawasan

Amdal ini adalah berupa hasil kajian mengenai dampak besar dan penting
kegiatan terhadap lingkugan dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona
pengembangan wilayah atau kawasan sesuai rencana tata ruang wilayah atau
kawasan.

Kriterianya meliputi:

a. Berbagai kegiatan yang saling terkait antar satu dengan yang lainnya.
b. Setiap kegiatan menjadi kewenangan lebih dari satu instansi yang
bertanggung jawab.
c. Kegiatan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu badan usaha(pemrakarsa).
d. Kegiatan terletak dalam satu zona rencana pengembangan wilayah sesuai
RUTR daerah.
e. Kegiatan tersebut dapat terletak dalam lebih dari satu kesatuan hamparan
ekosistem.
Fungsi AMDAL antara lain :

1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah


2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
3. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana
usaha dan/atau kegiatan
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan atau kegiatan
6. Awal dari rekomendasi tentang izin usaha
7. Sebagai Scientific Document dan Legal Document
8. Izin Kelayakan Lingkungan

Prinsip-Prinsip AMDAL
1. AMDAL bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan Pembangunan
2. AMDAL menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan agar
dampak dapat diperkirakan sejak awal perencanaan
3. AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik,
Kendala sumber daya alam, Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek
4. Dengan AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa proyeknya
bermanfaat bagi masyarakat & aman terhadap lingkungan

3. PENGELOLAAN PERIZINAN LINGKUNGAN

Perizinan di istilahkan dengan license/permit (inggris), vergunning


(Belanda).

Izin merupakan alat pemerintah yang bersifat yuridis preventif, dan


digunakan sebagai instrumen hukum administrasi untuk mengendalikan
prilaku masyarakat. Selain itu fungsi izin adalah represif sebagai instrumen
untuk menanggulangi masalah lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas
manusia.

Di Indonesia, perizinan lingkungan di berikan oleh instansi-instansi


yang terkait dengan pengelolaan lingkungan, yang di sebut izin sektoral.

Sumber/Dasar hukum Perizinan Lingkungan:

a. Hinder Orodinantie (S.1926)


b. UUPLH 1997
c. PP No.20 Tahu 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
d. PP No.19 Tahun 1994 jo PP No.12 tahun 1975 tentang pengelolaan
limbah B3

Faktor syarat Perizinan

a. Faktor Rencana tata ruang


b. Faktor pendapat masyarakat
c. Faktor pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang (UUPLH
1997 Pasal 9 ayat 1).

4. PENEGAKAN SANKSI ADMINISTRASI


Sanksi merupakan tindakan hukum(legal action) yang di ambil pejabat
tata usaha negara yang bertanggung jawab atas pengelolaan lingkungan hidup
atas pelanggaran persyaratan lingkungan.

UUPLH memungkinkan Gubernur atau Bupati dan atau Walikota


melakukan paksaan pemerintah. Misalnya, Pasal 25 UU No. 23 Tahun 1997
memungkinkan Gubernur untuk mengeluarkan paksaan pemerintah untuk
mengeluarkan paksaan pemerintah untuk mencegah dan mengakhiri
pelanggaran, untuk menanggulangi akibat dan untuk melakukan tindakan
penyelamatan, penanggulangan dan pemulihan

DAFTAR PUSTAKA

http://andruhk.blogspot.co.id/2012/07/hukum-lingkungan-prinsip-prinsip.html
(Diakses pada 9 Mei 2017 Jam 18.05)

http://artonang.blogspot.co.id/2015/03/analisis-dampak-lingkungan.html (Diakses
pada 9 Mei 2017 Jam 18.10)

https://soniasworldd.wordpress.com/2015/01/07/analisis-mengenai-dampak-
lingkungan-amdal/ (Diakses pada 9 Mei 2017 Jam 18.20)

https://danikamalia.blogspot.co.id/2015/01/analisis-dampak-lingkungan.html
(Diakses pada 9 Mei 2017 Jam 18.23)

Você também pode gostar