Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di
banyak Negara berkembang adalah perdarahan pasca persalinan, preeklamsia dan
eklamsia, sepsis, keguguran, dll. Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus
kesakitan dan kematian neonatus adalah hipotermi dan asfiksia. Fokus asuhan kesehatan
ibu selama 2 dasawarsa terakhir yaitu keluarga berencana, asuhan antenatal, asuhan pasca
keguguran, persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi dan cara
penatalaksanaan komplikasi.

Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu
fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi namun sekarang fokus
utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir
sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.

Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa manipulasi seminimal


mungkin, penatalaksanaan aktif kala III, dan mengamati serta melihat kontraksi uterus
pasca persalinan. Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan
dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.

B. Tujuan

a. Tujuan umum

Untuk melaksanakan asuhan persalinan normal pada ibu bersalin dengan 59 langkah
APN secara benar dan berurutan.

b. Tujuan khusus
Dapat Mengetahui tanda-tanda persalianan, sebab-sebab terjadinya persalianan,
faktor-faktor mempegaruhi persalinan.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Persalinan / Partus

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu bayi, plasenta serta
selapunya yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain dengan
menggunakan tenaga ibu sendiri. (Bobak. 2004)

Partus Normal / Partus Biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai
ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.

B. Sebab-Sebab terjadinya Proses Persalinan

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak,


nutrisi janin dari plasenta berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhaunser, menjadi stimulasi
(pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktivitas kortison, prostaglandin oksitosin, menjadi
pensetus rangsangan untuk proses persalinan. (Prawirohardjo, Sarwono. 1994)

C. Persalinan Ditentukan Oleh 3 Faktor P Utama

1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik
mayor. Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut,
persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

D. Pembagian Fase/Kala Persalinan

2
1. Kala I : Pematangan dan pembukaan serviks sampai lenkap (kala pembukaan)
Tandanya : - His jarang, belum kuat, nyeri ringan
- pengeluaran darah dan lendir
- pembukaan serviks making lebar
- lamanya kala I : Primi : 12-14 jam dan pembukaan serviks 1cm/jam
Multi : 7-8 dengan pembukaan serviks 2cm/jam

2. Kala II : Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)


Tandanya : - His semakin Kuat di pembukaan 8, panjang kurang lebih 50-100dtk
interval making pendek 2 mnt- 3 mnt 1x/3-4x/10 mnt
- ketuban pecah (pembukaan lengkap), timbul refleks mengedam
- perinium menonjol
- kepala membuka jalan lahir (ekspusi)
- lamanya kala II : primi : 1-1/2 jam

multi : setengah jam

3. Kala III : Pengeluaran plasenta (kala uri)


Tandanya : - uterus menjadi bundar
- pendarahan sekocong-kocong
- tali pusat memanjang
- fundus uteri naik dan mudah digerakkan

4. Kala IV : Masa 2 jam setelah partus, terutama untuk observasi.


- perdarahan
- vesika unaria kosong
- luka efisiotomi harus dirawat

E. HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri dimana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal gelombang
tersebut di dapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.

Terjadinya his akibat :

a. Kerja hormone oksitosin


b. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi

3
c. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.

His yang baik dan ideal meliputi :

a. Kontraksi di seluruh uterus


b. Kekuatan terbesar di daerah fundus
c. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
d. Terhadap retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his

F. Nyeri Persalinan Pada Waktu His Dipengaruhi berbagai faktor :

1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus di teruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneal manjadi
rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien
4. Prosteglandin meningkat sebagai respon terhadap stress

Pengukuran kontrasksi uterus

1. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)

Sifat his pada berbagai fase persalinan

a. Kala I Awal (Fase Laten)

Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat. Kala I lanjut (fase
aktif) sampai kala I akhir. Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kaut
sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali/10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka
sampai lengkap (+10 cm).

b. Kala II

Frekuensi 3-4 kali/01 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari
tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan
anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.

c. Kala III

4
Frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas
spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan aktif. (Mitayani. 2009)

G. Persalinan Kala I : Fase Pematangan / Pembukaan

Di mulai pada waktu serviks membuka karena his/kontraksi uterus yang teratur,
makin lama makin kuat, makin sering makin terasa nyeri, disertai pengeluaran lendir
darah yang tidak lebih banyak daripada darah haid.

Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir portio
serviks tidak dapat di raba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir
kala I.

Fase aktif terbagi atas :

a. Fase akselarasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.

b. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.

c. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+10)

Peristiwa Penting Pada Kala I

a. Keluarnya lendir/darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus yang


selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular
kapiler serviks dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam
uterus.

b. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.

c. Selaput ketuban pecah spontan (ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan
ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

Pematangan dan pembukaan serviks pada primigravida berbeda dengan multipara :

a. Pada primi gravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya,
sehingga langsung terjaid proses penipisan dan pembukaan.

5
b. Pada primigravida, ostium internum mumbuka lebih dulu dari pada ostium
eksternum pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan.

c. Periode kala I pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara


(+14 jam) karena pematangan den pelunakan serviks pada fase laten primigravida
memerlukan waktu lebih lama. (Mitayani. 2009)

H. Persalinan Kala II: Fase Pengeluaran Bayi

Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi
telah lahir lengkap. His menjadi kuat, lebih sering, lebih lama sangat kuat.

Peristiwa Penting Pada Persalinan Kala II

a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.

b. Ibu timbul perasaan/refleks ingin mengejan yang makin berat.

c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik).

d. Kepala dilahirkan lebih dulu dengan subokciput di bawah simfisis, selanjutnya


dilahirkan badan dan anggota badan.

e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan


lahir (episiotomi).

Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :

a. Kepala masuk pintu atas penggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus denan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pitu atas
panggul (asinklitismus).

b. Kepala turun ke dalam rongga panggul akibat

1) Tekanan langsung dari his, dari funsus ke arah daerah bokong.

2) Tekanan dari cairan amnion

3) Kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan)

4) Badan janin terjadi ekstensi dan meregang.

6
c. Fleksi : kapala janin fleksi, dagu menempelke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter okciput-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter subokciput-
brekmatikus (belakang kepala).

d Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu di sertai turunya kepala, putaran
ubun- ubun kecil ke arah depan (ke bawah simpisis pubis) membawa distansia
interspinarum dengan biparietalis.

e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva terjadi ektensi setelah okciput melewati
bawah simpisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi,
hidung, mulut dagu.

f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu
rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai
di bawah simpisis, kemudian di lahirkan bahu depan dan bahu belakang.

g. Ekspulsi ; setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluatkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul depan dan belakang.
Tungkai dan kaki.

I. Persalinan Kala III : Fase Pengeluaran Plasenta

Di mulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir dengan lahirnya
plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari
sentral ditandai dengan perdarahan baru atau dari tepi/marginal jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi
karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat
kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah
keras, fundus setinggi sekitar/di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah
bayi lahir.

J. Kala IV : Observasi Pasca Persalinan

Sampai dengan 2 jam post partum, di lakukan observasi.

7 Pokok Penting Yang Harus Diperlukan Pada Kala IV :

a. Kontraksi uterus harus baik

7
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genetalia lain,
c. Plasenta dan selaput katuban harus sudah lair lengkap
d. Kandung kemih harus kosong
e. Luka-luka di perineum harus di rawat dan tidak ada hematom
f. Resume keadaan umum bayi
g. Resume keadaan umum ibu

Asuhan Persalinan Normal (APN) 59 Langkah

I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua

1. Mendengar, melihat, dan memastikan gejala dan tanda kala dua

a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

b. Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina

c. Perineum tampak menonjol

d. Vulva dan spingter ani membuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong


persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
asfiksia tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 hansuk bersih dan kering, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

a. Tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi


b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril selaki pakai di dalam
partus set.

3. Pakai celemek plastik

4. Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang di pakai, cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
ang bersih dan kering.

5. Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan yang memakai sarung tangan
DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

8
III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke


belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang basahi

a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang.

b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.

c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam


dalam larutan klorin 0,5% langkah 9).

8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelup tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan den rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit cuci kedua tangan setelah
sarung tangan di lepaskan

10. Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa (DJJ) dalam batas normal (120-160 x/menit).

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil


penilaian serta asuhan lainnyapada partograf.

IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Meneran

11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
dalam menemukan posisi yang nyaman den sesuai dengan keinginanya.

a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman fase aktif) dan dekontaminasikan
semua temuan yang ada.

9
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan member semangat pada ibu untuk meneran secara benar.

12. Minta keluarga membatu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kua, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

13. Laksanakan bimbingan meneran paa saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran :

a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai.

c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama).

d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

e. Anjurkan keluarga member dukungan dari semangat untuk ibu.

f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

g. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (primegravida) atau 60 menit (1 jam)

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika
ibu belum merasa ada dorongan kuat untuk meneran dalam 60 menit.

V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepela bayi
telah membukavulva dengan diameter 5-6 cm.

16. Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian bawak bokong ibu.

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

10
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas dangkal.

20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hai
itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut.

21. Tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurka ibu
untuk menerak di saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah urkus pubis dan kemudian gerakkan ke
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Bahu Dan Tungkai

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyenggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri den kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melehirkan bahu
belakang.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

VII. Penangan Bayi Baru Lahir

25. Lakukan penilaian (selintas) :

a. Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

11
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas dan megap-megap segara lakukan tindakan
resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ka langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru
lahir dengan asfiksia).

26. Keringkan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.

a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersihkan verniks) kecuali dagian tangan

b. Ganti handu basah dengan handuk yang kering

c. Pastikan bayi dalam keadaan mantap di atas perut ibu.

27. Periksa kembali perut ibu untu memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal).

28. Beritahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30. Dengan menggunakan klem jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3
cm dari pusar (umbilicus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke
pusat arah sistal (ibu) dan lakukan penjepit kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian lekukang
pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut.

b. Ikat tali pusat dengan dengan DTT/ steril pada satu sisi kemudian lingkatkan kembali
benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul
kunci.

32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari pada putting payudara.

12
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. (Sarwono.
2009)

K. Hormon yang mempermudah persalinan


a. Ekstrogen
- meningkatkan kontraksi otot rahim
- memudahkan rangsangan dari luar
b. Progesteron
- menimbulkan relaksasi otot rahim
- menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar
- menyebabkan otot brahim/ polos relaksasi

L. Jenis-jenis Persalianan

a) Spontan adalah berlangsung alami


b) Buatan adalah prosses persalinan yang mendapat bantuan dari luar seperti SC, vakum
c) Anjuran adalah kekuatan yang di perlukan untuk mempercepat kelahiran seperti rangsangan

M. Periode Nifas dibagi 3 yaitu :


a. Furprenium dini dimana ibu telah diperbolehkan sudah berjalan dan berdiri dan boleh bekerja
setelah 40-42 hari setelah persalinan
b. Furprenium adalah kepulihan menyeluruh alat-alat kelamin genetalia (infolusi) lamanya 6-8 mgg

c. Remoteprenium adalah wajtu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna bila selam hamil
dan waktu persalinan mempunyai komplikasi

N. Macam-Macam Lokia
1. Lokia Rubra/Parwenta terdiri dari darah segar bercampur dengan sisa-sisa selaput ketuban sel-
sel desi dua, sisa perniks kasiosa, lanugo, dan mekonium terjadi pada hari 1-2 masa nifas
2. Lokia Sagoelenta adalah darah yang bercampur dengan lendir muncul pada hari berikutnya
2- 4 hari masa nifas
3. Lokia Serosa adalah muncul pada hari 5-9 masa nifas bentuknya kekuningan bercampur sedikit
dengan darah
4. Lokia Alba adalah muncul hari ke 10-15 mengeluarkan cairan putih kandunganya lemak,
mioorganisme, sell-sel epitel granulal, mukus leaposit dan sel desi dua
5. Lokia Statis adalah keadaan lokia tidak lancar keluar dan disertai infeksi. Bau keadaan lukia
terinfeksi jumlah apakah berlebih atau minimal

O. Ukuran Uterus setelah persalinan


a. Bayi baru lahir : setinggi fundus uteri

13
b. Plasenta lahir : setinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat beratnya 700 gr
c. 1 mggu : pertengahan pusat simpisis beratnya 500 gr
d. 2 mggu : tidak teraba di atas simpisis beratnya 350 gr
e. 6 mggu : Bertambah kecil Beratnya 50 gr
f. 8 mggu : kembali normal 30 gr

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu bayi, plasenta serta
selapunya yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain dengan
menggunakan tenaga ibu sendiri.

14
Partus Normal / Partus Biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak
melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24
jam.

B. Saran

Saran yang dapat saya kemukakan adalah :

1. Kepada masyarakat diharapkan dapat mendukung program pemerintah dibidang


kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
2. Kepada wanita khususnya ibu hamil diharapkan secara rutin memeriksakan
kehamilannya untuk mendeteksi adanya kelainan pada ibu dan janin.
3. Kepada mahasiswa agar sering membaca buku dari referensi,guna meluaskan
wawasan dan informasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC


Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 1994. Ilmu kebidanan. Jakarta : EGC
Gary dkk. 2005. Obstetri Williams, Ed.21. Jakarta : EGC
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta :PT. Bina Pustaka

15
16

Você também pode gostar