Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di
banyak Negara berkembang adalah perdarahan pasca persalinan, preeklamsia dan
eklamsia, sepsis, keguguran, dll. Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus
kesakitan dan kematian neonatus adalah hipotermi dan asfiksia. Fokus asuhan kesehatan
ibu selama 2 dasawarsa terakhir yaitu keluarga berencana, asuhan antenatal, asuhan pasca
keguguran, persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi dan cara
penatalaksanaan komplikasi.
Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu
fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi namun sekarang fokus
utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir
sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir.
B. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk melaksanakan asuhan persalinan normal pada ibu bersalin dengan 59 langkah
APN secara benar dan berurutan.
b. Tujuan khusus
Dapat Mengetahui tanda-tanda persalianan, sebab-sebab terjadinya persalianan,
faktor-faktor mempegaruhi persalinan.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu bayi, plasenta serta
selapunya yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain dengan
menggunakan tenaga ibu sendiri. (Bobak. 2004)
Partus Normal / Partus Biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai
ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik
mayor. Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor P tersebut,
persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.
2
1. Kala I : Pematangan dan pembukaan serviks sampai lenkap (kala pembukaan)
Tandanya : - His jarang, belum kuat, nyeri ringan
- pengeluaran darah dan lendir
- pembukaan serviks making lebar
- lamanya kala I : Primi : 12-14 jam dan pembukaan serviks 1cm/jam
Multi : 7-8 dengan pembukaan serviks 2cm/jam
E. HIS
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri dimana tuba fallopi memasuki dinding uterus, awal gelombang
tersebut di dapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus daerah tersebut.
3
c. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus di teruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneal manjadi
rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien
4. Prosteglandin meningkat sebagai respon terhadap stress
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat. Kala I lanjut (fase
aktif) sampai kala I akhir. Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kaut
sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali/10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka
sampai lengkap (+10 cm).
b. Kala II
Frekuensi 3-4 kali/01 menit. Refleks mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari
tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan
anus dan rektum. Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot
dinding abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
c. Kala III
4
Frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun. Plasenta dapat lepas
spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan
memerlukan tindakan aktif. (Mitayani. 2009)
Di mulai pada waktu serviks membuka karena his/kontraksi uterus yang teratur,
makin lama makin kuat, makin sering makin terasa nyeri, disertai pengeluaran lendir
darah yang tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir portio
serviks tidak dapat di raba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir
kala I.
b. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
c. Selaput ketuban pecah spontan (ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan
ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
a. Pada primi gravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya,
sehingga langsung terjaid proses penipisan dan pembukaan.
5
b. Pada primigravida, ostium internum mumbuka lebih dulu dari pada ostium
eksternum pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan.
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada saat bayi
telah lahir lengkap. His menjadi kuat, lebih sering, lebih lama sangat kuat.
a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
a. Kepala masuk pintu atas penggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus denan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pitu atas
panggul (asinklitismus).
6
c. Fleksi : kapala janin fleksi, dagu menempelke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter okciput-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter subokciput-
brekmatikus (belakang kepala).
d Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu di sertai turunya kepala, putaran
ubun- ubun kecil ke arah depan (ke bawah simpisis pubis) membawa distansia
interspinarum dengan biparietalis.
e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva terjadi ektensi setelah okciput melewati
bawah simpisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi,
hidung, mulut dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu
rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai
di bawah simpisis, kemudian di lahirkan bahu depan dan bahu belakang.
g. Ekspulsi ; setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluatkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul depan dan belakang.
Tungkai dan kaki.
Di mulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir dengan lahirnya
plasenta. Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta
pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari
sentral ditandai dengan perdarahan baru atau dari tepi/marginal jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan plasenta terjadi
karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat
kontraksi mudah lepas dan berdarah. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah
keras, fundus setinggi sekitar/di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah
bayi lahir.
7
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genetalia lain,
c. Plasenta dan selaput katuban harus sudah lair lengkap
d. Kandung kemih harus kosong
e. Luka-luka di perineum harus di rawat dan tidak ada hematom
f. Resume keadaan umum bayi
g. Resume keadaan umum ibu
b. Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
4. Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang di pakai, cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
ang bersih dan kering.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan yang memakai sarung tangan
DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
8
III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan
seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelup tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan den rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit cuci kedua tangan setelah
sarung tangan di lepaskan
10. Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa (DJJ) dalam batas normal (120-160 x/menit).
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu
dalam menemukan posisi yang nyaman den sesuai dengan keinginanya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman fase aktif) dan dekontaminasikan
semua temuan yang ada.
9
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan member semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membatu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran
dan terjadi kontraksi yang kua, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran paa saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran :
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
g. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam)
meneran (primegravida) atau 60 menit (1 jam)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika
ibu belum merasa ada dorongan kuat untuk meneran dalam 60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepela bayi
telah membukavulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian bawak bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
10
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hai
itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut.
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurka ibu
untuk menerak di saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah urkus pubis dan kemudian gerakkan ke
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyenggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri den kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melehirkan bahu
belakang.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki
dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
11
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas dan megap-megap segara lakukan tindakan
resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ka langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru
lahir dengan asfiksia).
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa
membersihkan verniks) kecuali dagian tangan
27. Periksa kembali perut ibu untu memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (hamil
tunggal).
28. Beritahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Dengan menggunakan klem jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3
cm dari pusar (umbilicus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke
pusat arah sistal (ibu) dan lakukan penjepit kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah di jepit kemudian lekukang
pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan dengan DTT/ steril pada satu sisi kemudian lingkatkan kembali
benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul
kunci.
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari pada putting payudara.
12
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. (Sarwono.
2009)
L. Jenis-jenis Persalianan
c. Remoteprenium adalah wajtu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna bila selam hamil
dan waktu persalinan mempunyai komplikasi
N. Macam-Macam Lokia
1. Lokia Rubra/Parwenta terdiri dari darah segar bercampur dengan sisa-sisa selaput ketuban sel-
sel desi dua, sisa perniks kasiosa, lanugo, dan mekonium terjadi pada hari 1-2 masa nifas
2. Lokia Sagoelenta adalah darah yang bercampur dengan lendir muncul pada hari berikutnya
2- 4 hari masa nifas
3. Lokia Serosa adalah muncul pada hari 5-9 masa nifas bentuknya kekuningan bercampur sedikit
dengan darah
4. Lokia Alba adalah muncul hari ke 10-15 mengeluarkan cairan putih kandunganya lemak,
mioorganisme, sell-sel epitel granulal, mukus leaposit dan sel desi dua
5. Lokia Statis adalah keadaan lokia tidak lancar keluar dan disertai infeksi. Bau keadaan lukia
terinfeksi jumlah apakah berlebih atau minimal
13
b. Plasenta lahir : setinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat beratnya 700 gr
c. 1 mggu : pertengahan pusat simpisis beratnya 500 gr
d. 2 mggu : tidak teraba di atas simpisis beratnya 350 gr
e. 6 mggu : Bertambah kecil Beratnya 50 gr
f. 8 mggu : kembali normal 30 gr
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu bayi, plasenta serta
selapunya yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain dengan
menggunakan tenaga ibu sendiri.
14
Partus Normal / Partus Biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang
kepala / ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak
melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24
jam.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
16