Você está na página 1de 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan Praktikum


1. Penentuan kadar dari suatu unsur senyawa kimia dengan AAS
2. Mempelajari hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi
larutan.
1.2. Prinsip Percobaan
Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (transmittancy) atau
mengukur intensitas radiasi yang diserap (Absorbancy) berdasarkan panjang
gelombang tertentu maka konsentrasi unsur dalam larutan dapat diketahui
1.3.Landasan teori
1.3.1.
1.3.2.Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis
yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif
dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan
adalah elektron valensi.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu
pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya
yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
Sedangkan menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawaan atau warna terbentuk. Secara garis besar
spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :

1
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki
pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi
cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah
dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari
wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa,
daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 2200 nanometer (nm).
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan
cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang
tertentu (monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c. Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai
tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat
dari kwars, plexigalass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi
panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah UV dipakai
cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat
dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat
dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah
cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh
penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital.

Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk


menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Spektrofotometer akan mengukur intensitas cahaya melewati sampel (I), dan
membandingkan ke intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io). Rasio
disebut transmittance, dan biasanya dinyatakan dalam persentase (% T) sehingga
bisa dihitung besar absorban (A) dengan rumus A = -log %T (Underwood 2002).

2
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-
beam dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer
tersebut hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya
melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari
larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer
double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang
diinginkan dalam satu kali proses yang sama.
Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan membagi sinar
menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga reference beam)
dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari kedua jenis
spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan
lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami
pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam,
ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat
fluktuasi voltase.Metode analisa menggunakan spektrofotometer disebut
spekrofotometri.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau
bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang.
Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu
mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan
subyektif akan ketampakan (vision).
Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 380 nm),
daerah visible (380 700 nm), daerah inframerah (700 3000 nm) (Khopkar
1990).Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui zat yang terkandung dalam
makanan atau minuman seperti micro nutrient, zat pewarna, dll tergantung
panjang gelombang yang telah disetting pada spektrofotometer. Setiap senyawa
punya serapan maksimal pada panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang

3
ini dinamakan panjang gelombang maksimum. Pada panjang gelombang
maksimum, hubungan antara absorbansi dan konsentrasi senyawa bisa
disetarakan. Panjang gelombang maksimum dicari lebih dahulu supaya lebih
mudah mengatur range panjang gelombang analisanya.
Keuntungan utama pemilihan metode spektrofotometri bahwa metode ini
memberikan metode yang cepat, sederhana, spesifik, sensitive, dan dapat dipakai
untuk analisis zat uji dalam jumlah/kadar yang kecil. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :
A= log ( Io / It ) = abc
Keterangan : Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban
Spektofotometer memiliki spesifikasi yang bermacam-macam, dan yang
sering digunakan dalam metode analisis adalah spektrofotometri UV dan sinar
tampak atau visible. Sebagai mahasiswa diploma, kita dituntut untuk dapat
mengaplikasikan alat ini dalam pekerjaan kita sebagai farmasis.
1.3.3. Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrometri adalah suatu teknik analisis kuantitatif yang pengukurannya
berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom
atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri
Serapan Atom (SSA) yang merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif
yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas.

4
Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara
radiasi elektromagnetik dengan sampel.Spektrofotometri serapan atom merupakan
metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur. Teknik-teknik ini
didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada
metode spektrofotometri serapan atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk
menghasilkan uap atom dalam sampel.
Spektrometri atomik adalah metode pengukuran spektrum yang berkaitan
dengan serapan dan emisi atom. Bila suatu molekul mempunyai bentuk spektra
pita, maka suatu atom mempunyai spektra garis. Atom-atom yang terlibat dalam
metode pengukuran spektrometri atomik haruslah atom-atom bebas yang garis
spektranya dapat diamati. Pengamatan garis spektra yang spesifik ini dapat
digunakan untuk analisis unsur baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Absorbsi (serapan) atom adalah suatu proses penyerapan bagian sinar oleh
atom-atom bebas pada panjang gelombang () tertentu dari atom itu sendiri
sehingga konsentrasi suatu logam dapat ditentukan. Karena absorbansi sebanding
dengan konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan untuk sistem
pengukuran atau analisis kuantitatif. Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam
kimia analitik dapat diartikan sebagai suatu teknik untuk menentukan konsentrasi
unsue logam tertentu dalam suatu cuplikan. Teknik pengukuran ini dapat
digunakan untuk menganalisis konsentrasi lebih dari 62 jenis unsur logam.
Teknik Spektrometri Serapan Atom (SSA) dikembangkan oleh suatu tim
peneliti kimia Australia pada tahun 1950-an, yang dipimpin oleh Alan Walsh, di
CSIRO (Commonwealth Science and Industry Research Organization) bagian
kimia fisik di Melbourne, Australia. Dia dibantu oleh Alkemade dan Milatz
(1955) dalam publikasi beberapa jenis nyala dapat digunakan sebagai sarana
untuk atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut dapat
dianggap sebagai Bapak AAS .Prinsip kerja SSA adalah penyerapan sinar dari
sumbernya oleh atom-atom yang di bebaskan oleh nyala dengan panjang
gelombang tertentu.

5
Regresi dan Korelasi
Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel
independent (variabel penjelas/bebas),dengan tujuan untuk mengestimasi dan/
atau memprediksi rata-rata populasi atau niiai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variable independen yang diketahui. Pusat perhatian adalah pada
upaya menjelaskan dan mengevalusi hubungan antara suatu variabel dengan satu
atau lebih variabel independen.Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien
regresi untuk masing-masing variable independent.Koefisien ini diperoleh dengan
cara memprediksi nilai variable dependen dengan suatu persamaan. Koefisien
regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus:
Pertama, meminimumkan penyimpangan antara nilai actual dan nilai estimasi
variable dependen;Kedua, mengoptimalkan korelasi antara nilai actual dan nilai
estimasi variable dependen berdasarkan data yang ada. Teknik estimasi variable
dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Squares
(pangkat kuadrat terkecil biasa).
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi
merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik
bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua Korelasi
bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih
dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu Kuat lemah hubungan diukur
diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan
pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien
korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif,
korelasi disebut tidak searah.Yang dimaksud dengan koefesien korelasi ialah
suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika
koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat
ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika koefesien korelasi diketemukan
+1,maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan
linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif.Jika koefesien korelasi

6
diketemukan -1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau
hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif.Dalam korelasi
sempurna tidak diperlukan lagi pengujian hipotesis, karena kedua variabel
mempunyai hubungan linear yang sempurna.Artinya variabel X mempengaruhi
variabel Y secara sempurna. Jika korelasi sama dengan nol (0), maka tidak
terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Dalam korelasi sebenarnya
tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel tergantung. Biasanya dalam
penghitungan digunakan simbol X untuk variabel pertama dan Y untuk variabel
kedua. Dalam contoh hubungan antara variabel remunerasi dengan kepuasan
kerja, maka variabel remunerasi merupakan variabel X dan kepuasan kerja
merupakan variabel Y.Dalam melakukan analisis regresi, sebagian besar
mahasiswa biasanya tidak melakukan pengamatan populasi secara langsung. Hal
itu dilakukan selain pertimbangan waktu, tenaga, juga berdasarkan pertimbangan
biaya yang relatif besar jika melakukan pengamatan terhadap populasi. Dalam hal
ini, lazimnya digunakan persamaan regresi linier sederhana sampel sebagai
penduga persamaan regresi linier sederhana populasi dengan bentuk persamaan
seperti berikut : y = a + bX. Dan karena antara Y dan X memiliki hubungan, maka
nilai X dapat digunakan untuk menduga atau meramal nilai Y. X dinamakan
variabel bebas karena variabel ini nilai-nilainya tidak bergantung pada variabel
lain. Dan Y disebut variabel terikat juga karena variabel yang nilai-nilainya
bergantung pada variabel lain. Hubungan antar variabel yang akan dipelajari disini
hanyalah hubungan linier sederhana, yakni hubungan yang hanya melibatkan dua
variabel (XdanY) dan berpangkat satu.Regresi sederhana, adalah bentuk regresi
dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel,
yakni variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Jika ditulis
dalam bentuk persamaan, model regresi sederhana adalah y=a+bx, dimana, y
adalah variabel takbebas (terikat), X adalah variabel bebas, a adalah penduga bagi
intercept (), b adalah penduga bagi koefisien regresi (). Atau dengan kata lain
dan adalah parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga melalui
statistik sampel.

7
Menurut kelaziman, dalam ilmu statistika ada dua macam hubungan antara
dua variabel yang relatif sering digunakan, yakni bentuk hubungan dan keeratan
hubungan. Bentuk hubungan bisa diketahui melalui analisis regresi, sedangkan
keeratan hubungan dapat diketahui dengan analisis korelasi. Analisis regresi
dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama
untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan baik,
atau untuk mengetahui bagaimana variasi dari beberapa variabel independen
mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang komplek. Jika X1,
X2, ...., Xn, adalah variabel-variabel independen dan Y adalah variabel dependen,
maka terdapat hubungan fungsional antara X dan Y, dimana variasi dari X akan
diiringi pula oleh variasi dari Y. Jika dibuat secara matematis hubungan itu dapat
dijabarkan sebagai berikut: Y = f(X1, X2, ....., Xn), dimana Y adalah variabel
dependen (tak bebas), X adalah variabel independen (bebas) dan e adalah variabel
residu.

BAB II

8
PROSEDUR KERJA

2.1. Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan
1. Pipet tetes : 1 Buah
2. Gelas ukur 10 ml : 1 Buah
3. Botol semprot : 1 Buah
4. Beaker glass 500 ml : 1 Buah
5. Pipet volume 10 ml : 1 Buah
6. Pipet volume 1 ml : 1 Buah
7. Bola karet : 3 Buah
8. Tabung Reaksi : 6 Buah
9. Rak Tabung Reaksi : 1 Buah
10. Peralatan SSA : 1 Set
11. Labu ukur 100 ml : 5 Buah
12. Oven : 1 Buah
13. Desikator : 1 Buah
14. Inkubator : 1 Buah
15. Erlenmeyer 100 ml : 2 Buah
16. Sentrifius : 1 Buah
17. Kaca Arloji : 1 Buah
18. Spatula : 1 Buah
19. Neraca Analitik : 1 Buah
20. Pipet Volume 10 ml : 1 Buah
21. Gegep Besi : 1 Buah
22. Corong kaca : 1 Buah
23. Hot Plate : 1 Buah
24. Bola Karet : 1 Buah
25. Pemantik Api : 1 Buah

b. Bahan yang digunakan

9
1. Jaringan Tanaman : 0,5 g/perlakuan (tiga kali perlakuan)
2. Asam Perklorat (p) 72% : 0,5 ml / perlakuan ( dua perlakuan )
3. HNO3 (p) : 5 ml / perlakuan ( dua perlakuan )
4. Larutan Induk Cu : 2,5 ml
5. Aquades bebas ion : Secukupnya
6. Tissue : Secukupnya
7. Alumunium Foil : Secukupnya

2.2. Prosedur Kerja


a. Prosedur kerja preparasi sampel
1. Jaringan tanaman ditimbang 0,5 g , pada kaca arloji dengan Neraca
Analitik lalu dipindahkan ke dalam tabung reaksi (dilakukan dua kali
penimbangan dengan tabung reaksi yang berbeda ), sedangkan
perlakuan yang lainnya, ditimbang 0,5 g jaringan tanaman kedalam
petri dish.
2. Masing masing tabung yang berisi jaringan tanaman ditambahkan
dengan 5 ml HNO3 (p) dan 0,5 ml HClO4 (p).
3. Tabung reaksi yang pertama didiamkan selama 12 jam, tabung reaksi
yang kedua diletakkan di dalam alat sentrifius untuk dipusingkan
selama 30-60 menit, sedangkan sampel yang ada pada petri dish
panaskan selama 30-60 menit di dalam oven. ( Petri dish yang kosong
ditimbang terlebih dahulu, lalu di catat berat nya ), setelah 30 menit,
ditimbang berat dari pada petri dish yang berisi jaringan tanaman.
4. Kedua tabung reaksi yang berisi sampel yang sudah didetruksi
diletakkan ke dalam erlenmeyer 100 ml, lalu diletakkan ke dalam
oven untuk dipanaskan hingga suhu 105oC selama 1 jam, kemudian
suhu dinaikkan hingga 110oC selama 1 jam, kemudian dinaikkan lagi
hingga 125oC selama 1 jam.
5. Erlenmeyer yang berisi tabung reaksi, dipindahkan ke dalam desikator
untuk didinginkan, kemudian di pindahkan ke ruang asam untuk
dipanaskan lagi pada hot plate pada suhu 200oC untuk memastikan
proses detruksi selesai yang ditandai dengan tidak ada lagi asap putih

10
yang keluar dari tabung. Lalu diletakkan kembali ke desikator
beberapa saat untuk didinginkan.
6. Masing-masing hasil yang diperoleh, dipipet selama 0,5 ml dengan
pipet volume ke dalam labu ukur 100 ml, lalu diencerkan dengan
aquades bebas ion hingga tanda batas (meniskus atas), lalu
dihomogenkan.
b. Prosedur Preparasi Larutan Standar 10 ppm,20 ppm ,30 ppm
1. Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Larutan induk Cu dipipet sebanyak 1 ml,2 ml, 3 ml ke dalam labu
ukur 100 ml (untuk larutan standar Cu 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm), lalu
diencerkan dengan aquades bebas ion hingga tanda batas lalu
dihomogenkan,
3. Hal yang sama dilakukan untuk larutan standar 10 ppm, 20 ppm, 30
ppm, dengan volume tertentu
c. Prosedur kerja Spektrofotometer Serapan Atom
1. Diperiksa terlebih dahulu kondisi alat dan bahan yang akan
digunakan.
2. Knop untuk gas bahan bakar dan oksidan dibuka, untuk dialirkan ke
Air Acet sewaktu akan digunakan.
3. Sebelum komputer dioperasikan dipasang lampu katoda sesuai dengan
jenis unsur yang akan dianalasa (Pada percobaan kali ini, unsur yang
akan dianalisa ialah tembaga (Cu))
4. Blower dihidupkan.
5. Tombol ON pada AAS ditekan lalu ditunggu sampai SenSSA ready.
6. Unsur yang akan dianalisa ditentukan pada komputer yakni unsur Cu.
7. Ditentukan konsentrasi dari pada larutan standar yang akan digunakan
dan waktu pembacaan absorbansi pada komputer. (Waktu pembacaan
1 detik)
8. Pengukuran absorbansi pertama dilakukan untuk aquades, dengan
menekan tombol Air Acet dan Ignition secara bersamaan dan
dinyalakan alat pemantik api untuk meghasilkan api dan secara
bersamaan juga ditekan tombol OK pada screen komputer ataupun
tombol ENTER pada keyboard untuk memulai proses pengukuran
dan pembacaan absorbansi dari pada aquades.

11
9. Setelah terbaca, absorbansi dari pada larutan standar 5 ppm diukur
dengan cara yang sama, setelah selesai, kolom dibilas dengan aquades
dan dikeringkan dengan cara di lap menggunakan tissue lalu
dilanjutkan dengan larutan standar 10 ppm, 15 ppm.
10. Setelah selesai pengukuran absorbansi dari pada larutan standar,
dilanjutkan dengan pengukuran absorbansi dan konsentrasi dari pada
sampel jaringan tanaman yang telah di detruksi sebelumnya. Dimana,
sebelum proses pengukuran, kolom dibilas terlebih dahulu dengan
aquades, lalu di keringkan dengan cara di lap menggunakan tissue.
11. Setelah pengukuran dan pembacaan selesai, Klik Report Module
untuk memastikan tampilan ahkir. Print result dari menu result
module, sehingga diperoleh tampilan berupa konsentrasi Vs
Absorbansi dan kurva kalibrasi.
12. Aliran gas bahan bakar dan gas ditutup
13. Blower dimatikan, dan kompresor juga dimatikan.

BAB III
GAMBAR RANGKAIAN

3.1. Gambar peralatan

12
Gambar 5. Sentrifius Gambar6. Erlenmeyer dan Tabung
Reaksi

Gambar 7. Oven Gambar8. Perangkat SSA

Gambar 10. Pipet Tetes


Gambar 9. Labu ukur

13
Gambar 11. Botol Semprot Gambar 12. Rak Tabung Reaksi

Gambar 13. Hot Plate Gambar 14. Auto Still

Gambar 15. Petri dish Gambar 16. Pipet Volume dan Bola
Karet

Gambar 17. Gegep Besi


Gambar 18. Botol Winkler

14
3.2 Gambar Rangkaian

15
1

3
7
5

Gambar 19. Gambar rangkaian

Keterangan :

1. Blower
Berfungsi untuk menghisap gas gas yang keluar yang tidak terpakai dari
Air Acet
2. Komputer
Tempat untuk membaca absorbansi dan konsentrasi dari pada sampel yang
akan diukur.
3. Kolom
Tempat untuk menyerap sampel yang akan diukur absorbansi dan
konsentrasinya.
4. Knop pengatur bahan bakar (fuel) dan oksidan(support)
Berfungsi untuk mengatur aliran dari pada bahan bakar dan bahan pendukung
pada proses pengukuran absorbansi
5. Tempat penampungan kondensat / limbah
Berfungsi untuk menampung kondensat ataupun limbah dari pada sampel
yang digunakan.
6. Kompressor

16
Berfungsi untul menghembuskan udara
7. Tabung Asetylene
Sebagai tempat penyimpanan gas asetylene

PENGOLAHAN DATA

5.1 Perhitungan Pembuatan Larutan Standar


A. Larutan standar 10 ppm
Diketahui : N1 = 10 ppm
V1 = 100 ml
N2 = 1000 ppm
Ditanya : V2 ... ?
Penyeleseian : V1N1 = V2N2
100 ml x 10 ppm = V2 x 1000

17
V2 = 1 ml
B. Larutan standar 20 ppm
Diketahui : N1 = 20 ppm
V1 = 100 ml
N2 = 1000 ppm
Ditanya : V2 ... ?
Penyeleseian : V1N1 = V2N2
100 ml x 20 ppm = V2 x 1000
V2 = 2 ml
C. Larutan standar 30 ppm
Diketahui : N1 = 30 ppm
V1 = 100 ml
N2 = 1000 ppm
Ditanya : V2 ... ?
Penyeleseian : V1N1 = V2N2
100 ml x 30 ppm = V2 x 1000
V2 = 30 ml

5.2 Perhitungan Regresi Linier Sederhana


Tabel 5.1 Perhitungan Regresi Linier Sederhana
NO Konsentrasi Absorsansi XY X Y

X Y
1 0 0,0176 0 0 0,0003097

2 10 0,0214 0,214 100 0,0004579

3 20 0,0291 0,582 400 0,0008468

4 30 0,0448 1,344 900 0,002007

2,14
60 0,1129 1400 0,0036214

0,0009053
15 0,028225
AVERAGE 0,535 350 5

a = y bx
1. Perhitungan koefisien b

18
X


( X 2)
n
n ( XY ) ( X )( Y )
b=

60


4 ( 1400 )
4 ( 2,14 )( 60 ) (0,1129)
b=

b=
0,000893

2. Perhitungan koefisien a
Untuk memperoleh nilai a diperlukan nilai y rata rata ( ) dan x rata

rata ( x ) dengan rumus berikut ini :

x
x
= n

60
= 4

= 12
y
y= n

0,1129
= 4

= 0,028225

Sehingga dari nilai x = 15 dan = 0,028225 maka dapat diperoleh

nilai a sebagai berikut

19
a = -b x

= 0,028225 ( 0,000893 )( 15)

= 0,01483
y = a + bx

y= 0,01483 +0,000893 x

Jadi persamaan diatas adalah y = 0,01483 +0,000893 x

Pembuktian Konsentrasi Sampel

y = 0,01483+0,000893 x

a. Untuk sampel pertama

0,0445 = y = 0,01483+0,000893 x

0,0445 + 0,01483 = 0,000893 X


x = 66,4389
b. Untuk sampel kedua

0,0345 = y = 0,01483+0,000893 x

0,0345 + 0,01483 = 0,000893 X


x = 55,2407

Perhitungan Koefisien Korelasi Concentration vs- Adsorbansi

R= n(XY) (X)(Y)
[n(X2) (X)2][(nY2) (Y)2]

= 4 (2,14) ( 60 )( 0,1129)

[4(1400) (60)2][4(0,0036214) (0,1129)2]

= 1,786
1,86504
= 0,95762

R2 = 0,917036

20
R2 bernilai positif, Maka dapat diartikan bahwa konsentrasi dan absorbansi
memiliki hubungan yang kuat.

Grafik Konsentrasi Vs Absorbansi


0.05
f(x) = 0x + 0.01
0.04 R = 0.78
0.03

Absorbansi 0.02

0.01

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
-0.01

Konsentrasi

Gambar 20. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Vs Absorbansi

5.3 Perhitungan Konsentrasi


A. Perhitungan % kadar air
Diketahui : Berat (kaca arloji+sampel) sebelum pemanasan = 56,5296 g
Berat (kaca arloji+sampel) setelah pemanasan = 56,4826 g
Ditanya : % kadar air ..?
Jawab =

Berat Sebelum PemanasanBerat Setelah Pemanasan


x 100
Berat Sebelum Pemanasan

56,5296 g56,4826
x 100
= 56,5296

= 0,08314 %

B. Perhitungan Faktor Pengenceran

21
ml Labu ukur
Faktor Pengenceran (Fp) = ml Cu yang dipipet
100 ml
Fp= =1000
0,1 ml

C. Faktor Koreksi Kadar Air (Fk)


100
fk=
100%Kadar Air
100
fk=
(1000,08314) =1,0008

D. Kadar Cu (ppm)
ppm kurva x ml ekstrak x 1000 g
x fk x fp
1000 ml x g contoh

Dimana :
Ppm kurva : Kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan
antara kadar deret standar dengan pembacaannya
setelah dikoreksi blanko.
100 : Konversi ke % (Pada satuan %)
Fk : Faktor koreksi kadar air = 100/(100- %kadar air)
Fp : Faktor pengenceran

Sehingga :
Sampel Pertama :
66,4389 ppm x 0,1 ml x 1000 g
Kadar Cu= x 1,0008 x 10 00
1000 ml x 0,5018 g

Kadar Cu=13250,707 ppm

Sampel Kedua :
55,2407 ppm x 0,1 ml x 1000 g
Kadar Cu= x 1,0008 x 10 00
1000 ml x 0,5018 g

22
Kadar Cu=11017,31 ppm

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Persamaan garis regresi linear sederhana yang didapat adalah y =

0,01483 +0,000893 x

2. Nilai R = 0,95762 artinya konsentrasi dengan absorbansi mempunyai


hubungan/ korelasi yang sangat kuat, dan menunjukkan bahwa konsentrasi
berbanding lurus dengan absorbansi, sedangkan nilai koefiesien
determinasi (R2) adalah 0,917036. Hali ini menunjukkan bahwa 91,7 %
nilai absorbansi dipengaruhi oleh nilai konsentrasi.
3. Perbandingan kadar Cu yang diperoleh pada saat pengukuran
spektrofotometer serapan atom adalah30,837 ppm dan 22,307 ppm,
sedangkan kadar Cu yang diperoleh melalui persamaan regresi linear
sederhana adalah 66,4389 ppm dan 55,2407 ppm dan kadar Cu
berdasarkan perhitungan konsentrasi sebesar 13250,707 ppm dan
11017,31ppm.
6.2. Saran
Dalam praktikkum ini ada baiknya praktikan, pada saat memipet
larutan induk yang akan dijadikan sebagai larutan standar dengan teliti dan
hati hati agar diperoleh kurva kalibrasi yang baik dan benar. Praktikan juga
harus mengetahui Material Safety Data Sheet (MSDS) dari pada bahan yang
digunakan, karena bahan yang digunakan dalam praktikum ini tergolong
bahan bahan yang berbahaya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Adil.2016.Kimia Analisa Instrument.Medan:PTKI

Khopkar,S.M.2002.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta:Penerbit Universitas


Indonesia.
Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrument.2016.PTKI: Medan
Pipih Supitjah, dkk.2012.Karakterisasi dan Biovailabilitas Nanokalsium
Cangkang Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Bogor : IPB

24

Você também pode gostar

  • Berkata Baik Atau Diam
    Berkata Baik Atau Diam
    Documento5 páginas
    Berkata Baik Atau Diam
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • Berkata Baik Atau Diam
    Berkata Baik Atau Diam
    Documento8 páginas
    Berkata Baik Atau Diam
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • Sejarah Dan Pengenalan Komputer
    Sejarah Dan Pengenalan Komputer
    Documento16 páginas
    Sejarah Dan Pengenalan Komputer
    De Dharmoamijoyo
    Ainda não há avaliações
  • Berkata Baik Atau Diam
    Berkata Baik Atau Diam
    Documento5 páginas
    Berkata Baik Atau Diam
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • 122
    122
    Documento9 páginas
    122
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • 1.02 Aliran Fluida PDF
    1.02 Aliran Fluida PDF
    Documento9 páginas
    1.02 Aliran Fluida PDF
    FajarWidyawan
    0% (1)
  • Panduan Dasar Menulis Essay
    Panduan Dasar Menulis Essay
    Documento3 páginas
    Panduan Dasar Menulis Essay
    AzatSudrajat
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento14 páginas
    Bab I
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • Isi
    Isi
    Documento22 páginas
    Isi
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • Panduan Dasar Menulis Essay
    Panduan Dasar Menulis Essay
    Documento3 páginas
    Panduan Dasar Menulis Essay
    AzatSudrajat
    Ainda não há avaliações
  • Defnisi Komunikasi
    Defnisi Komunikasi
    Documento3 páginas
    Defnisi Komunikasi
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • 1.02 Aliran Fluida PDF
    1.02 Aliran Fluida PDF
    Documento9 páginas
    1.02 Aliran Fluida PDF
    FajarWidyawan
    0% (1)
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento5 páginas
    Kata Pengantar
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • Isi
    Isi
    Documento28 páginas
    Isi
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    Rayyandina Amalya
    Ainda não há avaliações