Você está na página 1de 16

Definisi Hernia

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Sedangkan menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki
defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh dari suatu
ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya
(kanalis inguinalis).

2.3. Etiologi
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hernia adalah :
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Anak
anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup
seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit
ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh
yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang
lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya
saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon,
batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut.
Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian
perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir
normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi
jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang
pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).

2.4. Klasifikasi Hernia


2.4.1. Berdasarkan Terjadinya
a). Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
b). Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat, terutama
akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia
eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul
ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2009).
2.4.2. Berdasarkan sifatnya
a). Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi,
2009).
b). Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta
(accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan
usus (Erfandi, 2009).
c). Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk
hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
hernia strangulata.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).
2.4.3. Berdasarkan Letaknya
a). Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya
dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya
berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan aktivitas yang
menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang
pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar
dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk
ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia
ini.
b). Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum
dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi
prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis.
Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara
tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
c). Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan anestesi kulit
dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat,
2004).
d). Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang
sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis
adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat
bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien
wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda spermatika
keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah, 2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
1. Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial
terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
2. Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentuminguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya
tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap
akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas
skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada
pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila
pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis
2.5. Manifestasi Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang hilang
timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-
batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
b. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium
atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen
usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali karena
jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen
usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah
rasa sakit yang terus menerus.
c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada Inspeksi : saat pasien
mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis
yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan
sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.Dengan jari telunjuk
atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan
kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat
direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari
ovarium.

d. Gambaran klinik hernia


Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Sakit Toksik
Reponibel/bebas
Ireponibel/akreta
Inkarserata
Strangulata

2.6. Tanda dan Gejala


Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya
benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila
menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat
pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.

2.7. Patofisiologi dan pathway


2.7.1. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih
sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital (Erfandi,
2009).
Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis
setelah apendiktomi (Erfandi, 2009).
Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. Hernia
inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong
skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung,
nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah) (Erfandi, 2009).
Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak
dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Arief Mansjoer, 2004). Pada hernia
reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri pada hernia
ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa
nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantung hernia (Jennifer, 2007).
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh
darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia strangulata.
Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan pasase usus
seperti abdomen kembung dan muntah. Hernia strangulata lebih sering terjadi bila hernia di
sebelah kanan (Arief Mansjoer, 2004).
Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racun yang akan berakibat
terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan menjadi sumber infeksi ke seluruh dinding usus
yang akan berakibat buruk yaitu kematian (Jennifer, 2007)

2.8. Penatalaksanaan hernia


1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju
abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5
menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk
membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari
kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu
dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah
yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus
abdominus ke ligamen inguinal.
2.9. Pemeriksaan penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun
pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance
Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap
dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan
operasi.
Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000 18.000/mm3) dan ketidak
seimbangan elektrolit.
2.10. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin
hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini
disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah
dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
2.11. Pencegahan
Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
a) Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b) Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi
Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat disarankan untuk
dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang membantu mencegah konstipasi
dan mengurangi tekanan di bagian perut.
c) Hindari mengangkat barang yang terlalu berat
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh yang tepat
saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari membungkuk untuk
mengurangi tekanan.
d) Hindari tekanan Intra abdomen
Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat mencetuskan hernia.

2.12. Proses keperawatan pada pasien gangguan Hernia


2.12.1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
Pengkajian meliputi :
1. Identitas ( Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung dan muntah , tidak
nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul benjolan
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu .apabila digunakan
untuk mengangkat benda berat sering sakit di selangkangannya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
3. Pengkajian fisik ROS
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan, konjungtiva
anemis.
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi,
whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran jantung,
tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada skortum.tidak
bisa mengeluarkan urin secara lancar , adanya disuria.
e. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena adanya benjolan
diselangkangan .
f. Abdomen :
Inspeksi : abdomen keras
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : ada benjolan
Perkusi : hypertimpani
4. Pengkajian fungsional Gordon
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c) Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu ekstermitas yang
mengalami gangguan untuk berjalan.

e) Pola istirahat tidur


Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di selangkangan
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g) Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat ko ndisinya pasien malas
untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h) Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki laki dan scortumnya mengalami pembesaran sehingga mengalami
kesulitan dalam hubungan seksualitas
i) Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j) Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan
k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari
Allah SWT.
2.12.2. Analisa data
a. Pre op
No Data Etiologi Masalah
1 Ds: Pasien mengatakan nyeri pada daerah selangkangan
Do :
P : Nyeri apabila melakukan aktivitas.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri di daerah selangkangan (Iliaka )
S : skala 7-8
T : Nyeri dirasakan hilang timbul Terjepitnya hernia Gangguan rasa nyaman (nyeri)
2 Ds : Pasien mengatakan mual tidak nafsu makan
Do : klien tampak lemah dan lemas
A : BB turun
B : Hb < 12 ,
C : Konjungtiva Anemis
D : Diet Makan tinggi serat dan protein
Anoreksia Nutrisi kurang dari kebutuhan
3

Ds : Pasien mengatakan sangat cemas ketika mengetahui akan dilakukan proses pembedahan
Do : pasien nampak bingung
RR : > 24x/mnt
N : >80 x/mnt
TD : >120/90 mmHg
S : 37,5 0C Proses pembedahan Ansietas

b. Post op
No Data Etiologi Masalah
1 Ds :
Do : adanya insisi pembedahan Diskontuinitas jaringan sekunder dengan pembedahan Resiko
infeksi
2 Ds : pasien mengatakan tidak bisa tidur
Do : Waktu tidur pasien 4 jam
Pasien nampak mengantuk
Pucat dan lelah Nyeri akut sekunder dengan post op Gangguan pola tidur

2.12.3. Diagnosa
a. Pre op
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan.
b. Post op
1. Resiko infeksi berhubungan dengan diskontuinitas jaringan sekunder dengan pembedahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan post op.

2.12.4. Rencana keperawatan


a. Pre op
No No Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 1 setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam pasien tidak nyeri dengan KH:
TTV normal : (TD : :110/70 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
-pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
Skala nyeri 0-3
Wajah pasien tidak meringis kesakitan. 1. Observasi TTV

2. Kaji nyeri secara komprehensif Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
5. Berikan lingkungan yang tenang.

6. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi misalnya morfin , metadon dll. 1. Untuk
mengetahui keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui skala nyeri.

3. Untuk mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan oleh pasien.


4. untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
5. Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman.
6. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.

7. Untuk mempercepat hilangnya nyeri.

2 2 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 524 jam nutrisi terpenuhi dengan KH :
Nafsu makan meningkat
Porsi makan habis
BB Naik 1. Pastikan pola diit biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodi.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat.

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien 1.
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuha nutrisi.

2. Berguna dalam mengukur keefektifan pemasukan nutrisi dan dukungan cairan.


3. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari
makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
4. Untuk memenuhi nutrisi dan gizi sesuai dengan kebutuhan pasien
3 3 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 124 jam Kecemasan pasien berkurang
dengan KH :
TTV normal : ( TD : 110/70 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,5- 37,50.C )
Pasien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
Pasien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan
Pasien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya (bila
dilakukan operasi). 1. Observasi TTV

2. Kaji tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panik.


3. Berikan kenyaman dan ketentraman hati.

4. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit & progno-sisnya.


5. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
6. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.

7. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan / ketegangan.


1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan
penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
3. Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
4. Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
5. Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
6. Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk menurunkan/mengurangi ansietas
7. Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginan-nya dan
tidak bertentangan dengan prog-ram perawatan.

b. Post op
No NO Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 224 jam pasien tidak menunujukan adanya
infeksi dengan
KH :
TTV Normal ( TD : 110/70 120/ 90 mmHg
RR : 16- 20 x/mnt
N : 60-100x/mnt
S : 36,50 37,50.C)
Tanda- tanda infeksi tidak ada (dolor , rubor, color, tumor dan fungsiolensa)
leukosit dalam batas normal 4.000- 11.000
Luka bersih, tidak lembab dan kotor.

1. Pantau tanda- tanda vital


2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

3. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll
4. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.

5. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.


1. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi karena
tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda
vital.
2. perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko infeksi.
3. untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

4. Penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit dari normal membuktikan adanya tanda-


tandainfeksi.
5. Antibiotic mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
2 Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x 24 jam pasien dapat tidur dengan nyenyak
dengan KH :
Pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan kuantitas tidur normal yakni
8 jam sehari
1. Berikan untuk beristirahat / tidur sejenak.

2. Anjurkan latihan pada siang hari.

3. Turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.

4. Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.


5. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
6. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.

7. Kolaborasi untuk pemberihan obat sesuai dengan indikasi :

a. Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin (Senequan) dantrasolon (Desyrel).


b. Obat hipnotik.
1. Meminimalkan kekelahan yang mana dapat mempengaruhi waktu tidur.
2. Untuk memberikan waktu tidur yang cukup pada waktu malam hari
3. Penurunan mental dapat meningkatkan kecemasan dan dapat menghambat waktu tidur.
4. Penigkatan stress dapat melanggar pola tidur sehingga tidur tidak pulas
5. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.

6. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama malam
hari.

7. a. Mungkin efektif dalam menangani Pseudodimensia atau depresi, meningkatkan


kemampuan untuk tidur
b. hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomnia atau sindrom sundowner.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Definisi Hernia
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).

3.1.2. Etiologi dari hernia : Menurut Giri Made Kusala (2009) :


1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Penyakit penyerta
4. Keturunan
5. Obesitas
6. Kehamilan
7. Pekerjaan
8. Kelahiran prematur

3.1.3. Klasifikasi :
a. Berdasarkan terjadinya : Hernia bawaan dan didapat
b. Berdasarkan sifatnya : Hernia reponibel , ireponibel dan strangulata.
c. Berdasarkan letaknya : Hernia femoralis, umbilikalis, sikatris dan inguinalis.

3.1.4. Manifestasi klinis.


a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
b. Nyeri
c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah

3.1.5. Tanda dan gejala


a. Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir.
b. adanya benjolan di selakanganya/kemaluan
c. rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi
3.1.6. Asuhan keperawatan pada pasien hernia meliputi
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
dan riwayat penyakit keluarga.
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa
a. pre op
b. post op
3. Rencana keperawatan
a. Pre op
b. Post op

3.2. Saran
3.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
membuat makalah yang baik dan benar
3.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya.

3.2.3. Bagi Kesehatan


Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa
keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hernia.

DAFTAR PUSTAKA
https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/10/23/makalah-hernia/
Brunner & Sudarth, 2002. Keperawatan medikal bedah edisi 8,volume 2, Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III. 2000.MedicaAesculaplus FK UI.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC

Você também pode gostar