Você está na página 1de 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

1. Pengertian.
Anemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kadar Hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal. Seseorang dikatakan anemia bila kadar Hb kurang dari
atau sama dengan 10 gram persen. (Buku Penyakit Dalam, Edisi III, Jilid I)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah. (Rencana As-
Kep; Marilynn, E, Doenges)
Penyebab dari anemia adalah :
a) Kehilangan darah: karena perdarahan (hemoragi), menstruasi.
b) Gangguan pembentukan sel-sel darah merah.

Ada beberapa jenis Anemia, antara lain sebagai berikut :


a) Anemia Post Hemoragic
a. Akibat pendarahan yang massif : kecelakaan, luka operasi, ulkus peptikum,
partus dengan pendarahan.
b. Pendarahan yang menahun : penyakit cacingan.
b) Anemia Aplastik.
Yaitu dengan gagalnya aktivitas sum-sum tulang, tidak adekuatnya jumlah
sel-sel darah merah yang dibentu, ditandai dengan gejala pucat, panas dengan
ulserasi gusi, anemia berat dan leukopenia.
c) Anemia Defisiensi.
Akibat kekurangan salah satu bahan yang diperlukan dalam pembentukan
sel-sel darah merah. Kekurangan tersebut dapat berupa apa saja dari ketiga bahan:
Zat besi, Vitamin B12 atau Asam folat.
d) Anemia hemolitik
Ini terjadi pada malaria (karena parasit malaria menyerang sel-sel darah
merah). Pada keracunan terdapat abnormalitas hemoglobin, sebagai akibat dari
aksi beberapa obat, sebagai akibat dari metabolik yang diwariskan.
2. Etiologi.
Selain yang disebutkan diatas, penyebab Anemia adalah :
a) Defisiensi zat besi.
b) Obat-obatan.
c) Hipotiroidisme.
d) Infeksi.
e) Uremia.

Anemia juga disebabkan oleh: kekurangan gizi akibat kebiasaan makan yang tak
seimbang, kurang pengetahuan pengaturan perbelanjaan untuk keluarga atau tentang
masak, atau kekurangan makanan karena kemiskinan. Selanjutnya kecuali bila faktor-
faktor kimia terpenting ada dalam diit, seperti B12 yang ada dalam daging merah dan
hati, maka proses pembuatan sel darah merah tidak ada sempurna dan sel darah merahnya
tidak cukup matang.

3. Patofisiologi.
Pada Anemia Aplastik terjadi karena ketidak sanggupan sum-sum tulang belakang
untuk membentuk sel-sel darah merah. Tandanya lemah, pucat, mungkin timbul purpura,
perdarahan pansitopenia, sum-sum tulang kosong diganti lemak, retikulosit menurun.
Pada Anemia Aplastik, tidak terdapat mekanisme patogenetik tunggal. Sel induk
hetmopoetik, granulapoetik, trombopoitik limofoitik, meropoitik. Sejumlah sel induk
lainnya membelah secara aktif menghasilkan sel induk baru.
Adapun penyebab Anemia Aplastik, yaitu kerusakan yang dapat terjadi pada sel
induk yang aktif maupun yang berada dalam fase istirahat. Pada keadaan tersebut dapat
terjadi secara berat dan tidak reversibel, semua sel berkembang dalam suatu lingkungan
mikro yang memungkinkan perkembangannya.
Anemia Aplastik dapat terjadi akibat :
a) Pengurangan jumlah sel induk normal.
b) Kelainan sel induk berupa gangguan pembelahan dan deferensiasi.
c) Hambatan sel induk secara normal atau selular.
d) Gangguan lingkungan mikro.
4. Manifestasi Klinik.
a) Anemia Aplastik
Menunjukan adanya gejala:
Neutropenia: Sepsis Superfisial (kulit, mulut, demam)
Trombositopenia: Epistaksis, Petekie, Ekimosis.
Anemia: Pucat, Sesak nafas, Lethargi.

b) Anemia Defisiensi.
Khususnya zat besi:
Sederhana: Tidak menunjukan gejala penyakit.
Berat: Dengan gejala pucat, Lethargi, Hb umumnya 4 Gr%.
Selain itu gejala dari Anemia yaitu :
Hb turun
Retukolositopenia
Lekopenia
Tekanan darah sistol naik, diastole turun
Mudah lelah, berdebar-debar
Pendarahan : peteki, ekinosa, epitaksis, pendarahan gigi
Anoreksia
Demam
Pusing
Mata berkunang-kunang

5. Komplikasi
a. Anemia dan akibat-akibatnya
b. Infeksi
c. Perdarahan

6. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium.
1) Hasil Pemeriksaan Kimia Darah. (Tgl 24 Januari 2005)
Gula darah puasa 94 mg/dl ( 70 120 mg/dl )
Kolesterol total 166 mg/dl ( 131 250 mg/dl )
Trigliserida 59 mg/dl ( 0 220 mg/dl )
SGOT 47 u/l ( 16 40 u/l )
SGPT 41 u/l ( 8 45 u/l )
Urea 43 mg/dl ( 10 45 mg/dl )
Kreatinin 1,4 mg/dl ( 0,5 1,7 mg/dl )
Asam urat 8,2 mg/dl ( 2,1 7,4 mg/dl )

2) Darah Lengkap.
Leukosit (WBC) 8.480 /mm3 ( 4.000 10.500 )
Eritrosit (RBC) 2,98 jt/mm3 ( 4,5 6,0 juta )
Hemoglobin (HGB) 6,0 gr% ( 13,5 17,5 )
Hematokrit (HCT) 20 % ( 40 50 )
Trombosit (PLT) 555.000/mm3 ( 150 350 ribu )

7. Penatalaksanaan Medis
Tranfusi WB (whole blood / darah seutuhnya) 2 kolf/hr.
Terapi farmakologi.
a) Infus RL 20 tts/m drip adona 1 amp/kolf.
b) Inj Acran 2x1 amp (IV)
c) Inj Antrain 1 amp (IV)
d) Inj Dexamethasone 1 amp (IV)
e) Inj Della 1 cc (IM)
f) Syr. Inpepsa 3xCI (oral)
g) Becombion F 3x1 tab (oral)
h) Dulcolax (suppositoria)
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Primer Assesment
1) Data subjektif
Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau penurunan kesadaran,
kelemahan, keletihan berat disertai nyeri kepala, demam, penglihatan kabur,
dan vertigo.
Riwayat sebelumnya : gagal jantung, dan/atau perdarahan massif.
2) Data objektif
Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan),
kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (clubbing finger), rambut
kering, mudah putus, menipis, perasaan dingin pada ekstremitas.
Disability (status neurologi)
Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi, insomnia, penglihatan kabur, kelemahan, keletihan berat,
sensitif terhadap dingin.
b) Sekunder Assessment
1) Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan abdomen.
2) Five intervention
Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea, demam, hemoglobin dan
hemalokrit menurun, hasil lab pada setiap jenis anemia dapat berbeda. Biasnya
hasil lab menunjukkan jumlah eritrosit menurun, jumlah retikulosit bervariasi,
misal : menurun pada anemia aplastik (AP) dan meningkat pada respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis.

3) Give comfort
Adanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan dirasakan secara tiba-tiba,
nyeri yang dialami tersebut hilang timbul.
4) Head to toe
Daerah kepala : konjunctiva pucat, sclera jaundice.
Daerah dada : tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung murmur, bunyi
napas wheezing.
Daerah abdomen : splenomegali
Daerah ekstremitas : penurunan kekuatan otot karena kelemahan, clubbing
finger (kuku sendok), perasaan dingin pada ekstremitas.
5) Inspect the posterior surface
Tidak ada jejas pada daerah punggung.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
dipsneu, takikardia
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan O2 ke otak
ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah ditandai dengan mual-
muntah, anoreksia, penurunan BB
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
3. Rencana Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan dispnea,
takikardia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas pasien
kembali efektif dengan kriteria hasil :
- pasien melaporkan sesak napas berkurang
- pernafasan teratur
- takipneu atau dispneu tidak ada
- tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80-100
x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 37,5 C)
Intervensi :
Mandiri :
1) Pantau tanda-tanda vital
Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturan pernapasan, napas
bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan
Untuk mengetahui derajat gangguan yang terjadi, dan menentukan intervensi
yang tepat
3) Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi
Untuk meningkatkan ekspansi dinding dada
4) Ajarkan klien napas dalam
Untuk meningkatkan kenyaman
5) Tanyakan mengenai kondisi pasien setelah diberi intervensi
Mengetahui intervensi dapat bermanfaat untuk pasien dan mengkaji apakah
keluhan sesak pasien sudah berkurang.
Kolaborasi
1. Berikan O2 sesuai indikasi
Untuk memenuhi kebutuhan O2
2. Bantu intubasi jika pernapasan semakin memburuk dan siapkan pemasangan
ventilator sesuai indikasi
Untuk membantu pernapasan adekuat
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan O2 ke
otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan terjadi
peningkatan perfusi jaringan dengan kriteria hasil:
- menunjukkan perfusi adekuat
- pasien mengatakan nyeri kepala berkurang
- TTV dalam batas normal (TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-100x/menit),
RR (18-22x/menit), Suhu (36,5-37,50C))
- Membrane mukosa warna merah muda
- GCS > 13
Intervensi :
Mandiri :
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.

2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.


meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan
seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
3. Selidiki keluhan nyeri kepala
iskemia serebral mempengaruhi status kesadaran pasien
kolaborasi :
1. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah
merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap
terapi.
2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan intake nutrisi pasien
adekuat dengan kriteria hasil:
- mual muntah (-)
- makan habis 1 porsi
Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
2. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan.
menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi
gaster.
4. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
5. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut
yang di encerkan bila mukosa oral luka.
meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan
bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus
mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
2. Pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan.
3. Berikan obat sesuai indikasi.
kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat) ditandai
dengan perilaku distraksi (gelisah), pasien mengeluh nyeri kepala, pasien
Nampak meringis, dispneu/takipneu
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x24 jam diharapkan nyeri pasien
terkontrol dengan kriteria hasil:
- klien melaporkan nyeri berkurang,
- klien tidak meringis,
- RR dalam batas normal (18-22x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), karakteristiknya,
lokasi, lamanya.
mempermudah melakukan intervensi dan melihat ketepatan intervensi.
2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non-verbal seperti ekspresi wajah, posisi
tubuh, gelisah, menangis atau meringis, perubahan frekuensi jantung,
pernapasan, tekanan darah.
merupakan indicator/derajat nyeri yang tidaklangsung dialami.
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
mengurangi rasa nyeri yang bersifat akut
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti analgetik
untuk mengurangi rasa sakit/nyeri

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan kelemahan, kelelahan,
keletihan, lesu, dan lunglai
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan dapat
mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas dengan kriteria hasil:
- melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- TTV dalam batas normal (TD 120-100/70-80 mmHg), nadi (60-100 x/menit), napas (18-
22 x
/menit), suhu (36,5-37,50 C))

Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji kemampuan ADL pasien.
mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawajumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya
(tanpa memaksakan diri). meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai
normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA

- Doenges, Marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
- Barbara, Engram. Medical Surgical Nursing Care Plans. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
- Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga., Jilid 2. Jakarta;
Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI.

Você também pode gostar