Você está na página 1de 2

A. Muh.

Amril (15042014038)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 02/M-DAG/PER/1/2007


yang diberlakukan efektif sejak 6 Pebruari lalu, pengiriman ekspor pasir ke Singapura
masih berlangsung seperti yang dilihat Kapolda Kepulauan Riau, Brigjen Pol Sutarman
(15/2), di sekitar selat di wilayah Singapura yang diangkut 10 kapal ponton berbendera
Indonesia. Mengingat keberadaannya diperairan Singapura, Kapolda pun tidak bias
berbuat apa-apa. Bahkan Kalakhar Bakorkamla, Laksamana Madya TNI Djoko
Sumaryono menjelaskan pengawasan laut untuk pengiriman pasir ke Singapura terus
diperketat. Yang justru dikhawatirkan adanya upaya penyelundupan pasir melalui pulau-
pulau lain di Indonesia, seperti tujuan ke Dumai namun malah di ekspor ke Singapura.

Memang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


telah memberikan tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang lebih luas kepada
daerah untuk mengatur kehidupan daerahnya masing-masing. Dari sisi politis
penerapan desentralisasi dan otonomi daerah, serta pemekaran provinsi dan
kabupaten/kota telah memberikan ruang gerak kepada masyarakat di daerah untuk
mempercepat pembangunan daerah, namun disisi lain tidak dicermati dengan
pemanfaatan sumberdaya alam yang sesuai untuk dijual ke luar negeri.

Semangat otonomi yang meletakkan daerah sebagai mesin utama lokomotif


pengelolaan pulau-pulau kecil, yang memiliki kewenangan untuk mengatur dengan
tujuan utama kesejahteraan daerah dan masyarakatnya, belum berjalan dengan
optimal.

Kasus reklamasi pantai Singapura dengan mengambil pasir kwarsa pulau-pulau


kecil di wilayah Kepulauan Riau merupakan sebagian dari sekian ratus rangkaian kasus
yang terjadi di wilayah Indonesia, selain kasus-kasus sumberdaya alam yang memang
sudah rutin terjadi di Indonesia, seperti : Kasus kebakaran hutan dengan asapnya,
Kasus pembabatan hutan, kasus bagi-bagi kavling wilayah laut, pencemaran laut,
kerusakan coral reef, degradasi lingkungan, reklamasi, restoration, tata ruang dan
kasus kasus sumberdaya alam yang masyarakat kita sudah maklum (adaptif), seperti :
Banjir, kekeringan, gempa bumi, letusan gunung api, tsunami serta kasus-kasus
konsultatif,seperti aplikasi teknologi yang terkait dengan sumberdaya natural.

Pulau dapat juga dibedakan berdasarkan susunan materialnya, yaitu pulau yang
muncul atau terbentuk dari hasil endapan hidrolis arus laut berupa pulau pasir atau
lumpur dan pulau dari hasil proses tektonik yang materialnya kebanyakan berupa
batuan (rock). Pada pulau besar dan sedang yang terbentuk karena proses tektonik,
kejadian hilang atau tenggelamnya pulau karena pengerukan pasir umumnya jarang
terjadi. Kecuali, jika pengerukan dilakukan secara besar-besaran dalam kurun waktu
lama. Sedangkan pulau-pulau kecil yang terbentuk oleh proses hidrolis berupa hasil
endapan pasir atau lumpur akan relatif mudah berubah bentuk, terdeformasi, dan
tererosi. Kerusakan atau hilangnya pulau dapat terjadi jika karakteristik arus di
sekitarnya berubah, misalnya karena perubahan geografi pulau atau pantai di
sekelilingnya.

Pulau juga dapat hilang karena suatu aktivitas penambangan pada pulau
tersebut dan dipacu oleh proses hidrolis aliran arus laut yang akan turut mempercepat
proses hilangnya pulau-pulau tersebut. Manfaat ekologis pulau (baik pulau laut maupun
sungai) di antaranya bahwa pulau mempunyai fungsi sebagai tempat tumbuh dan hidup
bagi flora dan fauna (ekologi) dengan derajat gangguan luar paling kecil. Di samping itu,
dengan adanya pulau, terbentuklah daerah amfibi yang melingkarinya. Daerah amfibi
merupakan habitat yang sangat penting dan paling subur bagi tumbuhnya diversifikasi
ekosistem pulau yang bersangkutan.

Pada 2020, diprediksikan sebagian dari sekitar 18 ribu pulau-pulau kecil di


seluruh wilayah Indonesia akan tenggelam akibat naiknya permukaan air laut.
Peringatan itu telah menjadi trend global yang dibahas PBB beberapa waktu lalu.

Você também pode gostar