Você está na página 1de 14

ANTENATAL CARE

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu :


(Sarwono P 2016)
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas
kesehatan.
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
di kandungnya.
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan
kehamilannya.
4. Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi.
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi.
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
mebahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

Latar Belakang
Menurut survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 307 per 100.000 kelahiran
hidup sedang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah 35 per 1.000 kelahiran
hidup.

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu
289.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu
Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Pelayanan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan rutin untuk ibu selama masa kehamilannya
oleh tenaga kesehatan yang kompeten, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Tenaga kesehatan yang kompeten
memberikan pelayanan antenatal adalah dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan
perawat. Pelayanan antenatal juga merupakan upaya preventif untuk melakukan deteksi dini
kehamilan berisiko sehingga dapat dengan segera dilakukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi dan merencanakan serta memperbaiki kehamilan tersebut. Pelayanan antenatal
menurut Depkes tahun 2009 yaitu :

A. Anamnesis

Tujuan dari anamnesa kehamilan adalah mendeteksi komplikasi-komplikasi dan menyiapkan


kelahiran dengan mengumpulkan informasi lengkap tentang keadaan kehamilan ibu sekarang,
kehamilan dan kelahiran terdahulu. Informasi ini akan memudahkan petugas kesehatan untuk
menentukan rencana terapi atau anjuran tindakan yang akan diberikan. Keterampilan
berkomunikasi merupakan aspek utama dalam keberhasilan anamnesa. Komunikasi ini harus
dilandaskan pada pendekatan yang penuh dengan rasa persahabatan, penghargaan terhadap
ibu, dan upaya pengembangan hubungan saling percaya dengan ibu. Pertanyaan yang
diajukan pada saat kunjungan antara lain :

1. Identifikasi diri ibu hamil

Nama

Usia

Alamat

Pekerjaan Ibu

Lamanya menikah

Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan

2. Keluhan saat ini

Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu

Lamanya mengalami gangguan tersebut

3. Riwayat haid

Hari Pertama Haid Terakir (HPHT)


Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan (Rumus naegele: tanggal HPHT
ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)

4. Riwayat kehamilan dan persalinan

Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya

Cara persalinan

Jumlah dan jenis kelamin anak hidup

Berat badan lahir

Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan

Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.

5. Riwayat kehamilan saat ini

Identifikasi kehamilan

Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)

Penyakit lain yang diderita

Gerakan bayi dalam kandungan

6. Riwayat penyakit dalam keluarga

Diabetes Mellitus, Hipertensi atau Hamil Kembar

Kelainan Bawaan

7. Riwayat penyakit ibu

Penyakit yang pernah diderita

DM, HDK, Infeksi Saluran Kemih

Penyakit Jantung

Infeksi Virus Berbahaya

Alergi obat atau makanan tertentu

8. Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan


Dilatasi dan Kuretase

Reparasi Vagina

Seksio Sesare

Serviks Inkompeten

Operasi non-ginekologi

9. Riwayat mengikuti program keluarga berencana

10. Riwayat imunisasi

11. Riwayat menyusui

B. Pemeriksaan fisik

Sebelum memberikan pelayanan, hal pertama yang harus dilakukan adalah meminta
informed consent dari pasien. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik dalam
masalah etik. Informed consent adalah persetujuan sepenuhnya atas dasar informasi
terhadap semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien. Persetujuan
diberikan setelah pasien mendapat informasi yang adekuat tentang tujuan dan keperluan
tindakan medis yang akan dilakukan serta risiko yang dapat ditimbulkannya. Pemeriksaan
fisik dilakukan untuk mendapatkan data objektif dari pasien dengan tujuan mendukung
informasi yang didapatkan dari anamnesa. Pemeriksaan yang dilakukan saat kunjungan
antara lain :

1. Keadaan Umum

Tanda-tanda Vital

Pemeriksaan jantung dan paru

Pemeriksaan payudara

Kelainan otot dan rangka serta neurologik

2. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi

Bentuk dan ukuran abdomen

Parut bekas operasi

Tanda-tanda kehamilan
Gerakan janin

Varises atau pelebaran vena

Hernia

Edema

Palpasi

Tinggi fundus

Punggung bayi

Presentasi

Sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul

Auskultasi

10 minggu dengan Doppler

20 minggu dengan fetoskop Pinard

Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada Trimester I/II

C. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan

Analisis urin rutin

Analisis tinja rutin

Hb, MCV

Golongan darah

Hitung jenis sel darah

Gua darah

Antigen Hepatitis B Virus

Antibodid Rubela

HIV/VDRL
Ultrasonografi Rutin pada kehamilan 18-22 minggu untuk identifikasi
kelainan janin.

Cakupan Antenatal Care

Pengelolaan program KIA bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan ini diutamakan pada
kegiatan pokok sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke


fasilitas kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas


kesehatan.

5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.

6. Peningkatan penanganan komplikasi ebidanan dan neonatus secara adekuat dan


pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.

7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan

9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

Pelayanan antenatal sesuai standar dalam aplikasinya yang harus dilaksanakan


termasuk 10T, antara lain :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak


diinginkan ibu hamil tersebut. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia,
abortus, partus prematurus, inersia uteri dan sebagainya. Sedangkan jika ibu
hamil mendapatkan nutrisi secara berlebihan dapat mengakibatkan pre-
eklampsi, bayi terlalu besar dan sebagainya.Kenaikan berat badan wanita
hamil rata-rata 6.5 16 kg (anjuran kenaikan berat badan disesuaikan dengan
Indeks Massa Tubuh). Bila berat badan naik lebih dari proporsinya maka
dianjurkan untuk mengurangi konsumsi karbohidrat, namun konsumsi lemak
dan serat (sayur mayur dan buah-buahan) dianjurkan untuk tidak dikurangi.

2. Ukur tekanan darah.

Tekanan darah ibu hamil harus di pantau secara rutin, tepat dan benar. Posisi
yang dianjurkan pada saat pemeriksaan tekanan darah adalah posisi tidur
(setengah duduk). Perlu diperhatikan untuk tidak mengukur tekanan darah
secara langsung pada saat ibu hamil datang berkunjung. Hal ini dikarenakan
aktivitas ibu akan mempengaruhi kenaikan tekanan darah sehingga hasilnya
menjadi tidak akurat. Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah
140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema
wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria).

3. Nilai status gizi

Ibu hamil harus memperhatikan mengenai makanan selama masa kehamilan,


untuk kepentingan :

Kesehatan dan kekuatan badan ibu hamil

Tumbuhnya janin

Agar luka-luka dalam persalinan lekas sembuh selama nifas

Cadangan untuk masa laktasi

Pola makan selama kehamilan harus memenuhi gizi seimbang untuk


memenuhi kebutuhan protein (seimbang protein hewani dan nabati),
karbohidrat, zat lemak, vitamin (vitamin A, B kompleks, C, D, dan E),
kalsium, zat besi, fosfor, dan air (6-8 gelas dalam sehari). Ibu hamil harus
memperhatikan kualitas makanan dan bukan kuantitas makanan. Pada
umumnya jumlah kalori selama masa kehamilan tidak perlu ditambah.
Pengaturan menu sebaiknya dilakukan dalam berbagai variasi dan berganti-
ganti. Hal ini dimaksudkan jika ada kekurangan zat gizi dalam menu hari ini
dapat diimbangi oleh menu hari berikutnya. Perlu juga diperhatikan cara
pengolahan makanan agar tidak mengurangi nilai gizi yang terkandung dalam
makanan. Penambahan berat badan dalam kehamilan yang menandakan
pertumbuhan janin yang baik, kira-kira berkisar antara 10-12 kg selama
kehamilan. Penilaian status gizi pada ibu hamil dilakukan dengan mengukur
lingkar lengan atas (LiLA). Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak
pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk srining ibu hamil berisiko
Kurang Energi Kronis (KEK), disini maksudnya ibu hamil mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana
LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi
berat lahir rendah (BBLR).
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Tinggi Fundus Uteri (TFU) merupakan salah satu indikator penting untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan janin. Mengukur TFU bisa
menggunakan jari pada kehamilan kurang dari 22 minggu dan menggunakan
sentimeter 22 minggu.

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya


setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan
kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir
trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang
dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit menunjukkan
adanya gawat janin.

6. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap

Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) yang diberikan kepada ibu hamil sangat
bermanfaat untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Program
imunisasi TT sesuai jadwal Imunisasi Tetanus Toxoid dan Lama Perlindungan
yaitu :

Antigen Interval (selang Lama perlindungan Perlindungan (%)


waktu minimal)

TT1 Kunjungan antenatal - -


pertama

TT2 4 minggu setelah 3 tahun 80%


TT1

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99%

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun / seumur 99%


hidup

Keterangan : Apabila dalam waktu 3 tahun wanita usia subur tersebut


melahirkan maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus
neonatorum.

7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari sesegera mungkin setelah


rasa mual hilang. Tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60
mg) dan asam folat 500 mikrogram. Mnimal masing-masing 90 tablet besi.
Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C
bersamaan dengan tablet besi karena vitamin C dapat membantu penyerapan
tablet besi sehingga dapat terserap sempurna oleh tubuh.

8. Test laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,


hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berisiko,
pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

9. Tatalaksana kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan


laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu wicara (konseling)

Temu wicara yang dimaksud bukan hanya melibatkan ibu hamil namun suami,
keluarga dan masyarakat. Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap
kunjungan antenatal meliputi :

A. Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilanya secara


rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.

B. Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama


kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali
sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan
dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

C. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencaan persalinan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama


suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.
D. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya bayi


selama kehamilan, persalinan dan nifas. Misalnya perdarahan pada
hamil muda maupun keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas,
dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera
mencari pertolongan ke tenaga kesehatan.

E. Asupan gizi seimbang

Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan


yang cukup dengan pola gizi seimbang karena hal ini penting untuk
proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu
hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk
mencegah anemia pada kehamilannya.

F. Gejala penyakit menular dan tidak menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular


dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi kesehatan ibu
dan janinnya.

G. Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah


terkonsentrasi HIV/bumil berisiko tinggi terinfeksi HIV.

Setiap ibu jamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera
dikonseling mengenai risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya.
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi
penularan vertikal HIV dari ibu ke janin.

H. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya


segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh
yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai
bayi berusia 6 bulan.

I. KB paska persalinan

Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah


persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
untuk merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga

J. Imunisasi

Setiap ibu hamil harus mendapatkan imuniasai Tetanus Toksoid (TT)


untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum. Setiap ibu hamil
minimal mempunyai status imunisasi T2 agar terlindungi terhadap
infeksi tetanus.
K. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan

Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu


hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak(brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila
dilakukan oleh tenaga kesehatan, serta memenuhi standar tersebut. Telah ditetapkan bahwa
frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu pemberian pelayanan sebagai berikut :

Minimal 1 (satu) kali pada triwulan pertama = K1

Minimal 1 (satu) kali pada triwulan kedua = K2

Minimal 2 (dua) kali pada triwulan ketiga = K3 & K4

Apabila terdapat kelainan atau penyulit selama kehamilan seperti mual-muntah


berlebihan, keracunan, perdarahan, kelainan letak dan lain-lain, maka frekuensi
pemeriksaan dapat disesuaikan (ditambah). Berikut ringkasan penilaian klinik dan
penangan kehamilan :

Penilaian Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan Kunjungan IV


antenatal III

Riwayat
kehamilan

Riwayat
kebidanan

Riwayat
kesehatan

Riwayat sosial

Pemeriksaan Jika ada Jika ada Jika ada


keseluruhan indikasi indikasi indikasi
(umum)

Pemeriksaan
kebidanan (luar)

Pemeriksaan Jika ada Jika ada Jika ada


kebidanan indikasi indikasi indikasi
(dalam)

Pemeriksaan Jika ada Jika ada Cek kembali


laboratorium indikasi indikasi Hemoglobin
dan
pemeriksaan
laboratorium
lain jika ada
indikasi

Penangan

Pemberian TT1 (0,5 cc) TT2 (0,5 cc)


Tetanus Toksoid

Pemberian 90 hari
tablet tambah
darah

Konseling memperkuat memperkuat memperkuat


umum

Konseling Jika ada Jika ada Jika ada Jika ada


khusus indikasi indikasi indikasi indikasi

Perencanaan
persalinan

Perencanaan
penanganan
komplikasi

Adapun jadwal kunjungan ulang yaitu sebagai berikut :

1. Kunjungan I (16 minggu), dilakukannya kunjungan pertama ini adalah untuk:

a. Penapisan dan pengobatan anemia.

b. Perencanaan persalinan.

c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan


untuk:

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

b. Penapisan pre-eklampsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran


perkemihan.

c. Mengulang perencanaan persalinan

3. Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir


a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.

b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.

c. Memantapkan rencana persalinan.

d. Mengenali tanda-tanda persalinan

Cakupan pelayanan antenatal juga melibatkan pelayanan kebidanan yang telah di


standarisasi, diantaranya yaitu:

1. Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara


berkala guna memberikan promosi kesehatan berupa penyuluhan dan motivasi ibu,
suami dan anggota keluarganya agar ibu memiliki kesadaran untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini san teratur sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

2. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi


anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal, deteksi kelainan dalam kehamilan khususnya
anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS / HIV-AIDS, memberikan pelayanan imunisasi,
penyuluhan dan konseling serta tugas terkait lainnya, mencatat data pada setiap
kunjungan, penatalaksanaan dan rujukan kegawatdaruratan dalam kehamilan.

3. Palpasi abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi


untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah periksa
posisi janin, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk deteksi kelainan serta melakukan rujukan dengan tepat.

4. Pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan


semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan berlaku.

5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan dapat mendeteksi setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal
tanda dan gejala pre-eklampsia serta penatalaksanaan dan rujukan yang tepat.

6. Persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester III untuk memastikan persiapan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan, persiapan transportasi dan biaya. Sebaiknya bidan
melakukan kunjungan rumah.

Você também pode gostar