Você está na página 1de 21

PENGAMATAN FASE HIDUP Corcyra cephalonica DENGAN VARIASI MEDIUM

LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengendalian Hayati
Yang dibina oleh Dr. Fatchur Rohman, M.Si dan Sofia Ery Rahayu, S.Pd., M.Si.

Oleh
Kelompok 3/Offering G-HL 2014
Assayid M. Haqhi (110342422030)
Gizella Ayu Wilantika (140342600832)
Nurul Hikmah (140342601418)
Olivia Yunita (140342600097)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Mei 2017
A. Topik
Pengamatan Fase Hidup Corcyra cephalonica dengan Variasi Medium
B. Tujuan
1. Mengetahui fase hidup dari Corcyra cephalonica mulai dari larva, pupa, dan imago
2. Mengetahui medium yang cocok bagi pertumbuhan Corcyra cephalonica
C. Dasar Teori

Corcyra cephalonica adalah hama yang menyerang padi, beras giling, jagung, gandum,
kacang tanah dan beberapa produk-produk pertanian dalam penyimpanan (Osman, 1986).
Dalam perbanyakan C. cephalonica, tahap yang paling kritis adalah pada stadium larva,
sedangkan kualitas dari larva sangat dipengaruhi oleh makanannya. Jenis makanan yang
berbeda akan memiliki sifat struktur, tekstur dan kandungan materi yang berbeda pula
(Minarni dan Wiyantono, 2007). Hasil penelitian Herlinda dkk. (2005) menyatakan bahwa
media yang sesuai untuk perkembangan C. cephalonica adalah kombinasi menir dengan
tepung jagung. Sedangkan hasil penelitian Minarni dan Wiyantono (2007) menyatakan
bahwa rerata jumlah telur tertinggi dihasilkan oleh sepasang imago C. cephalonica adalah
514,75 butir pada media beras utuh.

Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu serangga memiliki dua faktor yaitu faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi tinggi rendahnya populasi serangga antara lain
kemampuan berkembang biak, perbandingan kelamin, sifat mempertahankan diri, siklus
hidup dan umur imago. Sedangkan faktor luar terdiri atas tiga faktor yang mempengaruh
perkembangan serangga yaitu faktor fisik, makanan dan hayati. Faktor fisik yang dimaksud
ialah suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan dan angin. Faktor makanan merupakan sumber
gizi yang mempengaruhi oleh serangga untuk hidup dan berkembang, sedangkan faktor
hayati adalah faktor-faktor hidup yang ada di lingkungan seperti serangga, binatang lainnya,
bakteri, jamur, virus, dan lainnya (Laoh et al., 2016). Demikian juga dengan Corcyra
cephalonica dalam pertumbuhannya membutuhkan faktor faktor tersebut.

Perbanyakan Corcyra cephalonica ini dimaksudkan untuk menjadi inang alternatif dari
parasitoid. Inang pengganti yang umum digunakan untuk produksi massal parasitoid telur
adalah serangga yang hidup di gudang, seperti ulat beras, Corcyra chepalonica (Stainton)
(Lepidoptera: Pyralidae) (Alba, 1990; Herlinda, dkk. 1997; Herlinda, 1999; Herlinda, dkk.
1999). Inang pengganti harus memenuhi syarat, yaitu mudah dipelihara dan disediakan di
laboratorium. Selain itu, pembiakan inang pengganti harus relatif lebih cepat dan murah
dibanding dengan pembiakan inang alami (Herlinda, 2002).

Akhir-akhir ini, banyak dikaji penggunaan musuh alami parasitoid telur dari famili
Trichogrammatidae yang berpotensi sebagai agen pengendali hayati yang efektif. Parasitoid
telur mempunyai keuntungan dibanding parasitoid larva, karena memarasit telur hama,
sehingga dapat mengendalikan hama pada fase paling awal sebelum hama merusak tanaman
(Hasriyanty, 2007). Upaya untuk meningkatkan peran parasitoid telur Trichogramma sp.
sebagai agen hayati pengendali hama dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu membantu
musuh alami agar lebih mudah menemukan inangnya, menyesuaikan keberadaan parasitoid
dengan tersedianya telur inang, meningkatkan proporsi populasi parasitoid terhadap telur
inang, menggunakan pestisida yang aman terhadap parasitoid, dan menyeleksi strain musuh
alami yang mempunyai daya cari dan daya adaptasi yang tinggi (Marwoto dan Nasir, 2003).

Agar pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid telur Trichogramma sp. dapat
berhasil maka perlu dilakukan perbanyakan parasitoid tersebut sebelum dilepas ke lapangan.
Pembiakan massal parasitoid telur Trichogramma sp. telah banyak dilakukan di berbagai
negara, seperti China, Malaysia, dan Indonesia. Pembiakan massal parasitoid telur umumnya
dilakukan di laboratorium dalam dua tahap, yaitu produksi massal inang pengganti, lalu
dilanjutkan dengan produksi massal parasitoid. Inang pengganti yang umum digunakan untuk
produksi masal parasitoid telur adalah serangga yang hidup di gudang, seperti ulat beras
Corcyra cephalonica (Stainton).

Sebagai inang pengganti, C. cephalonica memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan


spesies serangga gudang lainnya, seperti mudah didapatkan dari berbagai macam bahan
simpanan lokal, seperti padi, beras, terigu, tepung jagung, dan dedak. Serangga ini mudah
dan murah dibiakkan di laboratorium. Ukuran telurnya cukup besar sehingga nutrisi yang
dibutuhkan parasitoid cukup untuk mendapatkan kebugaran cukup tinggi. Ngengat betina
memiliki keperidian yang tinggi dengan produksi telur dapat mencapai 300- 400 butir per
betina (Alba, 1988; Alba, 1990).

D. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Kompor gas 1. Tepung Jagung
2. Penggorengan 2. Dedek
3. Pengaduk 3. Kardus
4. Wadah baskom (tempat 4. Solatip
meletakkan medium) 5. Kain Penutup
5. Kawat 6. Telur Corcyra cephalonica
6. Alat tulis
7. Buku catatan
8. Kamera
9. Mikroskop stereo

E. Prosedur Kerja
1. Prosedur Kerja Medium Tepung Jagung dan Dedek dengan Disangrai

Sebelum medium disiapkan, disiapkan penutup dari baskom atau tempat menaruh
medium dari kardus

Kardus bekas tempat air mineral dipotong sesuai ukuran wadah medium. Pada
bagian pinggir-pinggir kardus dipotong agar kardus dapat menutup bagian wadah
dengan baik tanpa ada celah dan kemudian disolatip dengan rapat.

Setelah itu,
Medium padajagung
tepung bagiandan
tengah kardus
dedek dipotongdengan
dipersiapkan berbentuk segiempat.400
perbandingan Lubang ini
gr untuk
kemudian dituutp dengan
tepungkawat yang
jagung danseukuran dengan
200 gr untuk lubang tersebut. Hal ini
dedek.
dimaksudkan untuk sirkulasi udara
Kompor dan penggorengan disiapkan. Kompor dinyalakan, kemudian tepung jagung dan
dedek yang telah ditimbang, dicampur, diaduk, dan disangrai dalam penggorengan hingga
merata. Apabila dirasa cukup, medium diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah.

Telur Corcyra cephalonica diletakkan pada medium yang telah tercampur dengan
cara ditaburkan dengan rata. Kemudian wadah ditutup dengan kardus yang telah
dimodifikasi sesuai wadah dan ditutup dengan kain

Setelah itu, pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat telur yang telah menetas
menjadi larva

Setiap satu minggu sekali, medium berisi biakan Corcyra cephalonica ditambahkan dengan
setengah perbandingan dari medium awal. Hal ini dilakukan sampai pada minggu ke 4

2. Prosedur Kerja Medium Tepung Jagung dan Dedek Tanpa Disangrai


Pada minggu keempat, pengamatan dilakukan dengan menghitung larva, pupa, dan
imago dari Corcyra cephalonica
Sebelum medium disiapkan, disiapkan penutup dari baskom atau tempat menaruh
medium dari kardus

Kardus bekas tempat air mineral dipotong sesuai ukuran wadah medium. Pada
bagian pinggir-pinggir kardus dipotong agar kardus dapat menutup bagian wadah
dengan baik tanpa ada celah dan kemudian disolatip dengan rapat.

Setelah itu, pada bagian tengah kardus dipotonng berbentuk segiempat. Lubang ini
kemudian dituutp dengan kawat yang seukuran dengan lubang tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk sirkulasi udara

Medium tepung jagung dan dedek dipersiapkan dengan perbandingan 400 gr untuk
tepung jagung dan 200 gr untuk dedek.

Kedua medium (tepung jagung dan dedek) dimasukkan ke dalam wadah kemudian
diaduk hingga tercampur rata

Telur dari Corcyra cephalonica. diletakkan pada medium yang telah tercampur dengan cara
ditaburkan dengan rata. Kemudian wadah ditutup dengan kardus yang telah dimodifikasi
sesuai wadah dan ditutup dengan kain

Setelah itu, pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat telur telah menetas atau
belum menetas

Setiap satu minggu sekali, medium Corcyra cephalonica ditambahkan dengan setengah
perbandingan dari medium awal. Hal ini dilakukan sampai pada minggu ke 4

Pada minggu keempat, pengamatan dilakukan dengan menghitung larva, pupa, dan
imago dari Corcyra cephalonica

3. Prosedur Kerja Medium Tepung Jagung


Sebelum medium disiapkan, disiapkan penutup dari baskom atau tempat menaruh
medium dari kardus

Kardus bekas tempat air mineral dipotong sesuai ukuran wadah medium. Pada
bagian pinggir-pinggir kardus dipotong agar kardus dapat menutup bagian wadah
dengan baik tanpa ada celah dan kemudian disolatip dengan rapat.

Setelah itu, pada bagian tengah kardus dipotong berbentuk segiempat. Lubang ini
kemudian dituutp dengan kawat yang seukuran dengan lubang tersebut. Hal ini
Medium tepung Jagung dipersiapkan sebanyak 400 gram kemudian dimasukkan ke
dimaksudkan untuk sirkulasi udara
dalam wadah yang telah disiapkan
Setelah itu, pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat telur telah menetas atau
belumpada
Telur dari Corcyra cephalonica. diletakkan menetas
medium dengan cara ditaburkan dengan
rata. Kemudian wadah ditutup dengan kardus yang telah dimodifikasi sesuai wadah dan
ditutup dengan kain
Setiap satu minggu sekali, medium Corcyra cephalonica ditambahkan dengan setengah
perbandingan dari medium awal. Hal ini dilakukan sampai pada minggu ke 4

Pada minggu keempat, pengamatan dilakukan dengan menghitung larva, pupa, dan
imago dari Corcyra cephalonica.
F. Data Hasil Pengamatan
Tabel Data Pengamatan

Waktu
No Perlakuan Medium Gambar Waktu Waktu Jumlah
Penaburan Pengambilan
1 Medium Sangrai Larva 13 dan 20 31 Maret 2017 947
Tepung Jagung dan Februari 2017
Dedek
Pupa 15

Imago 0
-
2 Medium Tanpa Larva 13 dan 20 31 Maret 2017 1.272
Sangrai Tepung Februari 2017
Jagung dan Dedek
Pupa 0
-

Imago 2
3 Medium Tepung Larva 13 dan 20 31 Maret 2017 1.391
Jagung Februari 2017
Pupa 4
Imago 1
Tabel Deskripsi

No Fase Gambar Deskripsi


1 Larva 1. Kepala
1 2. Dada dan abdomen
3. Ovipositor
Larva berwarna krem sampai putih kecuali
bagian kapsul kepala dan protoraks
berwarna coklat tua dan memiliki panjang
2
tubuh lebih kurang 17 mm.

2 Pupa Kepompong atau pupa dari Corcyra sp.


berwarna kuning coklat, panjangnya sekitar
8 mm dan kepompong tersebut terletak
dalam kokon yang warnanya putih.
3 Imago (Keper) 1. Antena
2. Kepala
2 3. Thorax
1
4. Abdomen
5. Ovipositor
3 6. Kaki
7. Sayap
7
Imago berwarna cokelat agak pucat dengan
4 ukuran panjang tubuhnya sekitar 11-12 mm.
Panjang sayap apabila direntangkan sekitar
11-15 mm. Tepi bagian atas dari sayapnya
ini sama sekali tidak ada bercak tetapi
6 mempunyai vena yang berwarna agak gelap.
5
G. Analisis Data
Pada praktikum perbanyakan Corcyra sp. dilakukan pada tiga medium yang
berbeda-beda yang bertujuan untuk mengetahui medium yang paling cocok untuk
digunakan sebagai perbanyakan Corcyra sp. Ketiga medium tersebut yaitu medium
sangrai tepung jagung dan dedek, medium tanpa sangria tepung jagung dan dedek,
medium tepung jagung. Medium tersebut pertama kali dibuat pada tanggal 13 Februari
dan kemudian disebar oleh telur Corcyra sp., setelah itu pada tanggal 20 Februari
medium tersebut ditambahkan lagi sebanyak 200gr dan pada tanggal 31 Maret dilakukan
perhitungan pupa, larva, dan imago pada ketiga medium tersebut.
Pada medium pertama yaitu medium sangrai tepung jagung dan dedek pada fase
larva ditemukan 947 ekor, pupa 15 dan untuk fase imagonya belum ditemukan. Pada
medium tanpa sangria tepung jagung dan dedek ditemukan fase larva sebanyak 1.272
ekor, fase pupa tidak ditemukan, dan imago sebanyak 2 ekor. Pada medium terakhir yaitu
medium tepung jagung ditemukan fase larva sebanyak 1.391 ekor, pupa 4 ekor, dan
imago 1 ekor.
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan pada ketiga medium tersebut dapat
diambil kesimpulan sementara bahwa medium terbaik yang cocok untuk tempat
perkembangbiakan Corcyra sp. berdasarkan penelitian ini yaitu medium tepung jagung,
kemudian yang kedua medium tanpa sangrai tepung jagung dan dedek, yang terakhir
yaitu medium sangrai tepung jagung dan dedek.

H. Pembahasan
I. Kesimpulan

Daftar Rujukan
Alba, M. C. 1988. Trichogrammatids in the Philippines. Philipp. Entomol. 7: 253-271.

Alba, M.C. 1990. Use of Natural Enemies to Control Sugarcane Pests in the Philippines.
Book Series 40:124-134.

Hasriyanty, 2007. Karakter Morfologi Parasitoid Trichogramma chilotraeae Nagaraja dan


Nagarkatti (Hymenoptera: Trichogrammatidae): Salah Satu parasitoid Telur Hama
Plutella xyllostella L. J. Agisains 8(2):76-82.
Herlinda, S; A Rauf; U Kartosuwondo; dan Budihardjo. 1997. Biologi dan Potensi Parasitoid
Telur, Trichogrammatoidea bactrae bactrae Nagaraja (Hymenoptera;
Trichogrammatidae), untuk Pengendalian Penggerek Polong Kedelai. Bul. HPT. 9:1925.

Herlinda, S. 1999. Pemanfaatan agens hayati, Trichogramma chilonis dan


Trichogrammatoidea bactrae bactrae yang ramah lingkungan untuk mengendalikan
hama penting kedelai. Hal. 46.1-7. Dalam Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Menciptakan Masyarakat yang Maju dan Mandiri. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Universitas Sriwijaya, Inderalaya, 31 Maret 1999.

Herlinda, S; L Daha; dan A Rauf. 1999. Biologi dan Pemanfaatan Parasitoid Telur
Trichogramma chilonis Ishii (Hymenoptera: Trichogrammatidae) untuk Pengendalian
Helicoverpa armigera (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) pada Pertanaman Kedelai dan
Tomat. Hlm. 23 32. Dalam Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah
Lingkungan dan Ekonomis. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi
Indonesia Cabang Bogor Bekerjasama dengan Program Nasional PHT, Bogor 16 Februari
1999.

Herlinda, S. 2002. Teknologi Produksi Masal dan Pemanfaatan Parasitoid Telur Hama
Sayuran. Hal.17.1-8. Dalam Agribisnis dan Agroindustri Unggulan dan Andalan Daerah
di Era Otonomi. Prosiding Seminar Nasional, Palembang 7 Oktober 2002.

Herlinda, S, Aan & Yulia. 2005. Pertumbuhan dan Perkembangan Corcyra cephalonica
(Stainton) (Lepidoptera:Pyralidae) pada Media Lokal: Pengawasan Mutu Inang.

Laoh, S. Kandowangko, D., & Rimbing, J. 2016. Populasi Corcyra Cephalonica


(Lepidoptera;Pyralidae) pada Beberapa Ketebalan Media Tepung Jagung. Universitas
Sam Ratulangi Manado.

Marwoto dan Nasir, S., 2003. Peningkatan Peran Parasitoid Telur Trichogrammatoidea
bactrae-bactrae dalam Pengendalian Penggerek Polong kedelai Etiella spp. J. Litbang
Pertanian 22(4): 141-142.
Minarni EW & Wiyantono. 2007. Uji Beberapa Bentuk Beras terhadap Jumlah dan
Kesesuaian Telur Corcyra Cephalonica sebagai Inang Pengganti dalam Pembiakan
Massal Prasitoid Trichogramma sp. J. Agitop 71(9):15-18.

Osman, N. 1986. Development of the Rice Moth, Corcyra cephalonica (St.) on Different
Grains. Department of Plant Protection Faculty of Agriculture, Malaysia. J. Pertanika
9(2)155-159.

Lampiran

Foto larva Corcyra cephalonica pada medium Foto pupa Corcyra cephalonica pada
tepung jagung (Sumber: Dokumen Pribadi) medium tepung jagung (Sumber:
Dokumen Pribadi)

Foto imago Corcyra cephalonica


pada medium tepung jagung Foto imago Corcyra cephalonica
(Sumber: Dokumen Pribadi) pada medium tepung jagung
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Você também pode gostar