Você está na página 1de 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum mekanika fluida merupakan salah satu bentuk untuk
mengetahui gaya gesek aliran fluida dalam sebuah pipa. Di samping itu, cara
ini juga untuk mendapatkan atau mencari hubungan antara angka Reynolds
dengan faktor gesekan yang lainnya yang berhubungan dengan karakteristik
pipa.
Dalam percobaan ini kita menggunakan zat cair yang merupakan
fluida incropesibel. Dimana dalam percobaan aliran fluida cair yang melalui
saluran pipa tersebut kita operasikan dengan cara pembukaan katup dan
penutupan katup yang berlainan secara bergantian.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui faktor gesekan dan kerugian yang timbul harus dengan
melakukan langkah-langkah seperti mencari landasan teorinya. Sehingga
dengan landasan teori kami bisa memasukkan angka dari praktikum ke
dalam sebuah analisa data dan kita bisa membuat grafik yang fungsinya
sebagai pembanding dan hasil yang kita coba di praktek percobaan analisa
fluida, dari semua itu kita dapat membuat sebuah kesimpulan mengenai
aliran fluida.
2. Untuk mengetahui prosedur percobaan dan fungsi alat ukur.
3. Untuk mengetahui sudden contruction yaitu perubahan dari penampang
besar ke penampang kecil. Untuk percobaan ini dilakukan pada saluran S 2
dan S3. Faktor sudden construction:
H=f sc| |
Vi 2
2g

Dimana:
Vi = kecepatan rata-rata penampang besar (m/s)
Q

=
4. d 2

H = merupakan kerugian energi yang diperoleh dari perbedaan Hi


dengan saluran S2 dan Hi saluran S3.

1
Q = laju aliran melalui pipa (m3/s)
d = diameter pipa = inch
fsc = faktor sudden contruction

4. Untuk mengetahui sudden enlargement


Sudden enlargement merupakan perubahan dari penmabang kecil ke
penempang besar. Dalam percobaan ini pengamatan dilakukan pada
saluran S4 dan S5. Faktor sudden enlargement dapat dicari dengan
persamaan:
H=f (V 1V 2)
| |
2
se
2g

Dimana:
H = merupakan perbedaan antara H1 saluran S4 dan H1 saluran S5
d1 = 3/8 inch
d2 = inch
fse = faktor sudden enlargement
5. Untuk mendapatkan nilai praktikum
Kita perlu mengolah data dari analisa data asli dari praktikum dari hasil
pengolahan data tersebut kita bisa mendapatkan nilai yang selanjutnya
dibuat ke dalam grafik
Gambar perangkat percobaan:

Keterangan gambar:
A: flow meter (untuk mengetahui debit aliran secara langsung)
B: rota meter (untuk mengetahui volume rata-rata aliran yang melaluinya)
C: venturi meter (untuk mengukur laju aliran di dalam pipa)
D: manometer (untuk mengukur banyaknya debit dalam hal ini aliran tak

2
mampu mampat)
E: katup (untuk mengatur bkaan air yang akan dilalui pipa)
S: saluran (sebagai tempat saluran)

1.3 Prosedur Percobaan


a. Menutup semua katup pada instalasi dan pembagi saluran
b. Menghidupkan motor dengan menekan tombol ke arah on
c. Membiarkan mesin bekerja beberapa menit
d. Mempersiakan penggaris, stopwatch, dan lembar kedua

Percobaan 1
1.1 Menentukan faktor gesek dalam pipa
1. Buka katup (K3) dan saluran (S1) sejajr dengan sumbu pipa
2. Buka katup utama 15o biarkan 3 menit untuk menunggu keadaan
stabil
3. Pastikan letak tinggi kedudukan manometer pengukur V weir
4. Pengukuran (melakukan pekerjaan ini bersamaan):
a. Tiap perubahan bukaan katup utama lakukan pengukuran debit
aliran dan mulai melihat (dengan menekan tombol stopwatch) dan
akhiri pada digit yang dapat dibaca (tekan tombol stopwatch).
Ulangi 4 kali pengamatan pada bukaan katup catat semua data.
b. Catat beda tinggi air raksa (D/AN-1) ulangi jika terjadi perubahan
c. Catat tinggi air pada V weir (E)
d. Sesudah semua dilakukan tutup katup utama disusul katup yang
lainnya.

1.2 Menentukan faktor gesekan pada pipa II


1. Buka katup (K4) dan saluran (S1) sejajar dengan aliran pipa
2. Buka katup utama 1500 biarkan 3 menit untuk menunggu keadaan
stabil
3. Pastikan letak tinggi kedudukan manometer pengukur V weir
4. Pengukuran lakukan langkah 1.1 nomor 4
1.3 Menentukan faktor gesekan dalam pipa III
1. Buka katup (K5) dan saluran (S1) sejajar dengan aliran pipa
2. Buka katup utama 1500 biarkan 3 menit untuk menunggu keadaan
stabil
3. Pastikan letak tinggi kedudukan manometer pengukur V weir
4. Pengukuran lakukan langkah 1.1 nomor 4

3
Percobaan 2
2.1 Menentukan sudden construction
1. Biarkan katup (K1 dan K2) tetap terbuka dan buka saluran (S4)
2. Buka katup utama 1500 biarkan 3 menit untuk menunggu keadaan
stabil
3. Sesudah semua dicatat (seperti 1.1 nomor 4)
4. Tutup (S2) dan buka (S3) ulangi percobaan seperti langkah nomor 2
5. Ulangi hingga katup utama penuh.

Percobaan 3
3.1 Menentukan sudden enlargement
1. Membuka katup (K1) dan (K2) tetap terbuka dan buka saluran (3.4)
2. Buka katup utama 150 biarkan 3 menit untuk menunggu keadaan
stabil
3. Sesudah semua dicatat (seperti 1.1 nomor 4)
4. Tutup (S4) dan buka (S5) ulangi percobaan seperti langkah nomor 2
5. Ulangi hingga katup utama penuh.

Percobaan 4
2.2 Menentukan gesekan katup
1. Biarkan katup utama dan (K1) tetap terbuka (seperti langkah nomor 2)
dan buka saluran (S4)
2. Buka katup (K2)+1/6 biarkan 3 menit untuk menunggu keadaan
stabil
3. Sesudah semua dicatat (seperti 1.1 nomor 4)
4. Lakukan pengulangan hingga (K2)terbuka penuh
5. Buka saluran (S6) dan ulangi percobaan dari langkah 1 dimulai dari
katup (K2)

Debit Aliran
Debit aliran dipergunakan untuk menghitung kecepatan aliran pada masing-
masing pipa eksperimen.
V
Q= Dimana : Q : debit aliran air (m3/s)
t

V : kecepatan aliran (m/s)

4
A : luas penampang (m2)
V : volume fluida (m3)

Head Tekanan
Adalah perbedaan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair pada sisi
tekan dengan head tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair pada sisi
isap. Head tekanan dapat dinyatakan dengan rumus:
P Pd Ps
= =
y y y

Dimana :
P
y = head tekanan

Pd
= head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi kanan
y

Ps
= head tekanan pada permukaan zat cair pada sisi isap
y

Head Kecepatan
Adalah perbedaan antara head kecepatan zat cair pada saluran tekan dengan
head kecepatan zat cair pada saluran isap. Dinyatakan dalam rumus:
2 2
Vd Vs
hk= .
2g 2g

Dimana:
hk : head kecepatan
Vd 2
2g : kecepatan zat cair pada saluran tekan

2
Vs
2g : kecepatan zat cair pada saluran isap

G : gravitasi

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Jenis-Jenis Aliran Fluida


Jenis laju aliran fluida secara umum ada dua macam aliran steady yaitu
aliran linier dan aliran turbulent.
A. Aliran Laminer Dalam Pipa Bulat
Aliranlaminer adalah suatu aliran fluida dimana partikel-partikel fluida
bergerak dalam lapisan-lapisan yang sejajar dan mempunyai kecepatan (V=C)
distribusi tegangan geser pada suatu penampang dari suatu pipa bulat
horizontal dalam kondisi aliran steady.

6
Pada gambar dapat dilihat, karena aliran steady maka tiap partikel akan
bergerak tekanan tanpa kecepatan (n=0). Jadi penjumlahan gaya-gaya pada
arah x harus sama dengann 0.
P1=( .r )P ( .r )(2 .r )=0
atau
2 2
2

( P1 P2 ) . r

2L

Dimana : : tegangan geser


Ketika r=0 =0 dan ketika r=0 tegangan 0 pada dinding adalah maksimum.
Persamaan di atas berlaku untuk aliran linier maupun turbulent. Hubungan
antara kecepatan di suatu titik pada penampang dan kecepatannya di pusat
pipa dengan menyamakan harga dari persamaan diatas didapat:

dv P1P2
M
dr
=
2( )
Karena (P1- P2)/2 bukan fungsi r maka:
P1P2 t
J Vmax d x = r . dr
2 ML 0

( P1 P2 ) r 2

4 ML

( P1 P 2 ) r 2
V V max 4 ML

Tetapi (P1- P2)/J merupakan drop energy atau kehilangan head hi dengan
menyamakan persamaan i/j didapat:

7
J r ( P 1P2 )
J= . atau
JL J

J .h.L
= r
2L

Maka dari persamaan diatas kita dapatkan (P1- P2)/J= h.L maka,
( P1P2 ) .ro2 h . L . J 2 h . L . J 2
V c =V max = = . ro = .P
4 ML 4L 16 L

Kemudian dicari ekspresi kehilangan head pada suatu pipa untuk aliran linier
tetapi inkompresibel dari gambar dapat diekpresikan:
v

V ( 2 . r . dr )
Q Vd 0
V ratarata =V = = =
A dA . ro2

ro
2 ( P1P2 )
2 ( ro2r 2 ) . r . dr
. ro ( 4 ML ) 0

( P1P2 ) . ro2
V ratarata =V =
8 ML

Persamaan diatas adalah kecepatan max Va dan dengan mensubstitusikan


persamaan diatas didapat:
P1 P 2 8. ML . V
=hL=
J J . ro2

B. Aliran Turbulent
Aliran turbulent merupakan suatu aliran fluida dimana partikel-partikel
fluida saling berpotongan antara satu dengan yang lainnya dan mempunyai
besar serta arah yang bervariasi.
Partikel-partikel fluida bergerak secara random keseluruh arah. Tegangan
geser aliran turbulent dapat ditulis sebagai berikut:
dv
=( M +V ) .
dy

Dimana: V: Viscositas addy

8
Sedangkan tegangan geser pada dinding mempunyai eksparsi sama dengan
aliran linier Jpro 2/8 distribusi kecepatan untuk aliran turbulent dalam pipa:

V =V max 5,75
o
p
log .
ro
ror

Kolerasi dengan kecepatan rata-rata V=Vrata-rata dapat dituliskan:

3

V =V max .25 0 =V max 1,33V F
2 p

V 1
=
V max 1+1,33 V r

a. Bilangan Reynold (Re)


Bilangan ini mewakili ratio gaya-gaya inersia terhadap gaya-gaya
viscositas untuk pipa-pipa bulat
V dp V V ( 2.rc )
Re = atau d =

Dimana:
V : kecepatan rata-rata
D : diameter pipa
: viscositas kinematis
p : kerapatan (density) (slug/ft3)(lbsc2/h3)
: visositas absolute (lb.sec/fe2)
r0 : jari-jari pipa
Mencari hubungan antara friction faktor dengan angka Re. factor gesekan
(f) dapat dicari matematis untuk aliran linier, tetapi tidak untuk aliran turbulent.
Penganut kekasaran relative pipa (ratio ukuran ketidaksamaan permukaan
dengan diameter dalam pipa) terhadap harga f.
1. Harga f= 64/Re dengan Re < 2300
Untuk aliran linier dalam pipa untuk semua fluida
2. Untuk aliran turbulent
0,3164
f = 0,25
Harga dengan Re > 2300

9
2.2 Kerugian-Kerugian Laju Aliran Fluida
Hal ini diakibatkan karena adanya gesekan-gesekan yang meliputi:
a. Hubungan Perlengkapan-Perlengkapan Pipa/Alat
Jika r > 0,95 maka Y = A+BH
Jika r > 0,95 maka Y = A+BH+CH2+DH3
Dimana : H: Hi(m)
= beda tekanan pipa input dan output dari jenis pipa yang diamati
b. Mayor Losses
Merupakan suatu kerugian aliran fluida yang disebabkan oleh adanya
gesekan antara fluida dengan salurannya. Angka reynold pada pipa:
Vd
Re =
dimana V: kecepatan rata-rata (m/s)
Q

2
d
4

d : diameter pipa
: viscositas absolute (NS/m2)
: kecepatan massa fluida (kg/m3)
Faktor kerugian gesekan :
1. Untuk Re < 2300 > 64/Re
2. Untuk Re >2300
H=H i=f |L
12.i .dr
(Y 2)|
Dimana : Hi harus dari meter air raksa menjadi meter kolom air
L : panjang pipa(m)
f : factor kerugian gesekan
Y : Q : laju aliran (m3/s)
c. Minor Losses
Merupakan suatu kerugian aliran fluida yang disebabkan oleh perubahan
bentuk (sudden expotion) dan yang disebabkan oleh konstruksi (sudden
contruction) misal: perubahan penampang dari kecil ke besar atau sebaliknya

10
adanya katup, saringan, belokang dan sebagainya. Faktor kerugian gesekan
dalam pipa:

[ ][ ]
2
L V
H=f .
D 2g

2.3 Faktor Gesekan Dalam Pipa


Telah diketahui gaya-gaya gesek antara partikel-partikel fluida dan
dinding dinding batas antara partikel. Partikel itu sendiri timbul karena
adanya viscositas fluida itu. Dalam pelaksanaannya digunakan media air.
Karena murah, cepat dan mudah didapat, tidak menimbulkan gelombang-
gelombang dan mudah dipompa serta ringan.

2.4 Sudden Contruction Sc


Sudden contruction merupakan perubahan dari penmapang besar ke
penampang kecil. Untuk percobaan ini dilakukan pada saluran S2 dan S3.

H=f sc | |
V2
2g

Dimana :
Vi : kecepatan rata-rata penampang besar (m/s)
Q

2
d
4

H : merupakan kerugian energy yang diperoleh dari perbedaan Hi saluran


S2dan Hi saluran S3
Q : laju aliran melalui pipa (m2/s)
d : diameter pipa = inch
fsc : factor sudden contruction

11
2.5 Sudden Enlargement
Sudden enlargement merupakan perubahan dari penmapang kecil ke
penampang besar. Dalam percobaan ini pengamatan dilakukan pada saluran S 4
dan saluran S5. Factor sudden contruction dapat dicari dengan persamaan:
H=f
| |
2
(V 1V 2)
se
2g

Dimana:
H = merupakan perbedaan antara H1 saluran S4 dan H1 saluran S5
d1 = 3/8 inch
d2 = inch
fse = faktor sudden enlargement
2.6 Gesekan Katup
Dalam percobaan ini pengamatan dilakukan pada saluran S2 dan saluran
S6. Faktor gesekan dalam katup dapat ditentukan dai persamaan sebagai
berikut:
V2
H=f v ( ) 2g

Dimana :
H : perbedaan antara H1 saluran S2 dan H1 saluran S6
d : 3/8 inch
fv : faktor gesekan dalam katup

2.7 Operasi Baris Elementer Atau Gaus Jordan


Eleminasi gaus merupakan teknik sistematis untuk eliminasi ke depan
dan substitusi ke belakang. Eliminasi ke depan dari prosedur ini adalah guna
mengurangi sekumpulan persamaan menjadi sistem triangulan. Operasi
matrik yang digunakan untuk mencari invers dimana matriknya bujur
sangkar.

12
a. Sifat-sifatnya:
1. Jika B dan a di invers maka B=C
2. Jika A dan B berordo sama dan mempunyai invvers maka,
AB mempunyai invers
AB-1=A-1.B-1
3. Jika A mempunyai invers maka
A-1 mempunyai invers dan (A-1)-1 = A
An mempunyai invers dan (An) 1 = (A-1)n:n = 0,1
Vk2R dan k0 maka Ka mempunyai invers dan (Ka)-1=1/K . A-1
b. Pemakaian invers matrik pada pemakaian sistem polimer berikan sistem
persamaan linier dengan variable dan n persamaan sebagai berikut:
a11 x 1+ a12 x 2 ++ a1 n x n=b 1

a21 x 1 +a 22 x2 + + a2 n xn =b2

an 1 x1 +a n 2 x 2+ +a nn x n=b n

Ditulis dalam bentuk rumus matrik menjadi


a11 a 12 a1 n x 1 b 1

( )( )( )
a21 a22 a 2n x 2 b 2








a n1 an 2 ann x n b n
A x

Jika A mempunyai invers A-1 maka:


A1(Ax)A-1.B
(A-1.A).x=A-1. B x=A-1.B

13
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan

14
15
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Percobaan
Perbandingan flowmeter
No Qmeter air (m3/s) hventury(meter) Hweir(meter)
1. . 1 lt/31 0,5 2,3
2. 1 lt/44 2,4 3,3
3. 1 lt/36 6,1 3,5
4. 1 lt/34 6,5 3,6
5. 1 lt/32 6,9 3,7
6. 1 lt/32 7,8 4,8

Head losses pada pipa tembaga BWG 3/8

No Qmeter air (m3/s) P1 P2


1. 2.47 2,3 0
2. 2.46 1,6 0
3. 2.34 1,2 0
4. 2.32 1 0
5. 2.32 1 0
6. 2.31 0,9 0

Head losses pada pipa PVC


NO Qmeter air (m3/s) P1 P2
1. 52 1,8 0
2. 40 1,2 0
3. 28 1,5 0
4. 26 0,3 0
5. 25 0,2 0
6. 24 0,1 0

16
Head losses pada pipa PVC Aw 3/4
No Qmeter air (m3/s) P1 P2
1. 2.13 2,2 0
2. 2.32 0,9 0
3. 2.28 0,5 0
4. 2.26 0,3 0
5. 2.25 0,2 0
6. 2.24 0,1 0

Head losses minor


Tekanan P2 pada pembukaan katup P1
No. Qmeter air (m3/s)
S2 S3 S4 S5 S6
1. 2.29 0 0 0 0 2,3 2,3
2. 2.52 0,2 0 0 0 1,7 1,8
3. 2.39 0,4 0,1 0 0 1,4 1,5
4. 2.34 0,6 0 0 0 1,1 1,2
5. 2.32 0,7 0,3 0,2 0,1 0,9 1
6. 2.29 0,7 0,2 0,2 0,2 0,8 0,9

4.2 Pengolah Data


Perbandingan Flowmeter
No Qmeter air Qventury Cpventury Qwer Cpweir
3 3 3
(1) (m
(2)/s) (m
(3)/s) (4)=(3)/(2) (m
(5)/s) (6)=(5)/(2)
1. 0,0049 4,5x10-3 0,00933 1,9x10-4 0,0393
2. 0,0118 7,2x10-5 0,00612 2,5x10-4 0,0212
3. 0,0213 1,2x10-4 0,00539 8,1x10-4 0,0381
4. 0,0256 1,4x10-4 0,00550 1,2x10-3 0,0456
5. 0,0294 1,6x10-4 0,00557 1,3x10-3 0,0453
6. 0,0312 1,7x10-4 0,00535 1,4x10-3 0,0454

Jika Q ventury = 0,00059 x h1/2(m3/s)


Q weir = 4,43 x h5/2(m3/s)
Head losses pada pipa tembaga bwg 2/8

17
Jika diameter dalam pipa D = 9,52 m = 0,00352 m
Luas penmapang A = 7,11 x 10-5m2
Panjang pipa L = 1,88m
Viscositas kinematis V = 0,897 m2/s
Angka Reynold Re D = V P/v
f = 2ghD/LV2

N Qmeter air (m3/s) P1 P1 V(m/s) G (n) F (Re)


o
(1) (2) (3) (4) (2/4) (3-4)/P (5) (6)
1. 0,0232 1,5 0 326,301 0,0015 1,3x10-10 3,463
2. 0,0286 1,2 0 402,250 0,0012 7,3x10-10 4,269
3. 0,0303 1 0 426,160 0,001 5,4x10-10 4,523
4. 0,0312 1 0 438,819 0,001 5,15x10-10 4,567
5. 0,0312 1 0 438,819 0,001 5,15x10-10 4,567
6. 0,0312 1 0 438,819 0,001 5,15x10-10 4,567

Head losses pada pipa PVC


Jika diameter dalam pipa D = 12,7 mB = 0,00127 m
Luas penmapang A = 1,26 x 10-9m2
Panjang pipa L = 1,88m
Viscositas kinematis V = 0,897 m2/s
Angka Reynold Reb = V D/v
f = 2ghD/LV2

N Qmeter air (m3/s) P1 P1 V(m/s) G (n) F (Re)


o
(1) (2) (3) (4) (2/4) (3-4)/P (5) (6)
1. 0,0313 0,9 0 248,413 0,0009 1,9x10-9 3,52
2. 0,0333 0,8 0 264,286 0,0008 1,5x10-9 3,74
3. 0,0345 0,7 0 273,809 0,0007 1,2x10-9 3,88
4. 0,037 0,5 0 293,651 0,0005 7,7x10-10 4.16
5. 0,04 0,3 0 317,460 0,0003 3,9x10-10 4,49
6. 0,0417 0,1 0 330,952 0,0001 1,2x10-10 4,69

Head losses pada pipa PVC Aw

18
Jika diameter dalam pipa D = 19,1 mn = 0,00191 m
Luas penmapang A = 12,86 x 10-9m2
Panjang pipa L = 1,88m
Viscositas kinematis V = 0,897 m2/s
Angka Reynold Ro D = V D/v
f = 2 ghd/LV2

N Qmeter air (m3/s) P1 P1 V(m/s) G (n) F (Re)


o
(1) (2) (3) (4) (2/4) (3-4)/P (5) (6)
1. 0,0127 2 0 44,406 0,0002 2,02x10-7 0,95
2. 0,0217 1,6 0 75,874 0,0016 5,5x10-8 1,62
3. 0,0286 1,2 0 100 0,0012 2,4x10-8 2.13
4. 0,0303 1 0 105,944 0,001 1,8x10-8 2,26
5. 0,037 0,5 0 129,371 0,0005 5,95x10-9 2,75
6. 0,0435 0,1 0 152,098 0,0001 8,6x10-10 3,24

Head losses minor


Jika diameter dalam pipa D = 0,00953 m
Luas penmapang A = 7,12 x 10-5m2
Panjang pipa L = 1,88m
Viscositas kinematis V = 0,897 m2/s
Angka Reynold Re D = V D/v
f = 2 ghd/LV2
a) Sudden Construction
No. V=Q/A hL(n)=(P2 S2-S1) f Rp
1. 144,663 0 0 1,54
2. 198,034 0 0 2,1
3. 269,663 0 0 2,86
4. 327,247 0 0 3,48
5. 425,562 0 0 4,52
6. 325,843 0 0 3,46

b) Sudden Enlargement

No. V=Q/A hL(n)=(P2 S4-P2S5) f Rp

19
1. 144,663 0 0 1,54
2. 198,034 0 0 2,1
3. 269,663 0,2 2,7x10-7 2,86
4. 327,247 0,3 2,8x10-7 3,48
5. 425,562 0,6 3,3x10-7 4,5
6. 325,843 0,75 7,02x10-7 3,5

c) Koefisien Gesekan Katup


No. V=Q/A hL(n)=(P2 S0-P2S1) Kv=2ghL/V2 Rp
1. 144,663 2,1 0,000197 1,54
2. 198,034 1,8 0,0008 2,10
3. 269,663 1,4 0,00038 2,86
4. 327,247 1,1 0,00020 3,48
5. 425,562 0,3 3,2x10-5 4,52
6. 325,843 0,05 9,2x10-6 3,46

4.3 Grafik

20
4.4 Pembahasan
1. Hubungan antara alat ukur keseksamaanya

21
Penggunaan alat ukur sangat menentukan hasil pengukuran, semakin
tinggi keakuratan alat ukur yang digunakan maka ketelitian yang
dihasilkan akan lebih optimal.
2. Hubungan antara angka Reynold dan faktor gesekan yaitu jika semakin
besar Re maka f semakin kecil maka aliran turbulent
f = 0,8976/Re0,25
Jika semakin Re maka F semakin besar Re < 2300 maka aliran linier
3. Perbandingan perubahan penampang yang makin kecil akan menyebabkan
nilai sudden construction makin kecil, demikian pula sebaliknya.
4. Perbandingan perubahan penampang yang makin kecil maka akan
menyebabkan nilai sudden enlargement makin besar demikian pula
sebaliknya.
5. Semakin besar angka Reynold hambatan katup akan semakin kecil.
Semakin kecil angka Reynold semakin kecil kecepatan dan nilai
hambatan pada katup semakin besar.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

22
Dalam aliran linier partikel-partikel fluidanya beserta di sepanjang lintasan
lurus, sejajar dalam lapisan-lapisan aliran linier diatur oleh haluan yang
menghubungkan tegangan geser ke laju perubahan bentuk.
Dalam aliran turbulent partikel-partikel bergerak secara simpangan ke
semua arah tidak mungkin menjajaki gerakan sebuah partikel secara
tersendiri.
Semakin tinggi laju aliran maka faktor gesekannya semakin kecil.

5.2. SARAN
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa seharusnya:
- Untuk mendapatkan data yang akurat, lakukan analisa data yang akurat
sesuai rumus yang digunakan ataupun yang diterapkan.
- Lakukan prosedur percobaan dengan seksama dan menurut prosedur yang
dianjurkan dan menurut buku panduan yang telah diberikan.

23

Você também pode gostar