Você está na página 1de 13

Penetapan Kadar Zat Pewarna Rhodamin dalam Sediaan

Kosmetik Berbentuk Solid Menggunakan Spektrofotometer


dengan Metode Standar Adisi

Maura Syafa Islami

260110150163

Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor,


Sumedang

Abstrak

Dilakukan analisis rhodamin B menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan


metode standar adisi pada sampel kosmetik solid, serta analisis kualitatif dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan campuran eluen aseton:
ammonia: aquades (45:4:1). Didapatkan hasil kadar rhodamin B sebesar 0,068%
dan hasil negatif pada KLT di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm.

Kata kunci: Rhodamin B, Spektrofotometer UV-Vis, Standar Adisi, Kromatografi


Lapis Tipis

Determination of Rhodamine in Solid Cosmetic Using


Spectrophotometer by Standard Addition Method

Abstract

Assay of Rhodamine-B of solid cosmetic has been determined by using UV-Vis


spectrophotometer by standard addition method, and qualitative analysis using thin
layer chromatography (TLC) with mixed eluent aseton: ammonia: aquadest
(45:4:1). The result showed that the sample contain 0,068% of rhodamine B and
gave neative result in TLC under UV 254 nm and 366 nm.

Keyword: Rhodamine B, Spectrophotometer UV-Vis, Standard Addition, Thin


Layer Chromatography.
PENDAHULUAN pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan/ diabsorbsi sebagai
Rhodamin B merupakan salah
fungsi-fungsi dan spektrum
satu pewarna sintesis yang dilarang
gelombang (Khopkar, 2010).
digunakan sebagai bahan tambahan
kosmetik menurut peraturan Kepala Spektrum tampak terentang
Badan Pengawas Obat dan Makanan dari 400nm (ungu) hingga 750nm
Republik Indonesia (merah), sedangkan UV berjangka
HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 dari 200-400 nm. Panjang gelombang
tentang Persyaratan Teknis Bahan UV-Vis bergantung pada mudahnya
Kosmetika (BPOM RI, 2011) karena promosi elektron, akan menyerap
menilik penggunaannya yang sering panjang gelombang yang lebih
sebagai pewarna dekoraatif pada pendek (Unang, 2010).
kosmetik seperti blush on, eye
Metode standar adisi sering
shadow, dan lipstick, serta efeknya
digunakan jika tidak terdapat blanko
yang karsinogenik (Wang, et.al,
matriks, seperti ekstrak yang di mana
2007)
matriksnya kompleks dan tidak
Rhodamin B merupakan zat diketahui (Pelozo, et.al, 2010). Jenis
warna yang tergolong ke dalam standar adisi yang biasa digunakan
golongan pewarna xanthenes yang adalah single standard addition dan
digunakan pada industri tekstil dan multiple standard addition. Metode
kertas. Nama lain dari rhodamin B standar adisi dipakai secara luas
adalah Dand C red no.19, Food Red karena mampu meminimalkan
15, ADC Rhodamine B, Aizen kesalahan yang disebabkan oleh
Rhodamine, dan Brilliant Pink perbedaan kondisi lingkungan
(Gagliardi, et.al, 1996). (matriks) sampel dan standar
(Harvey, 2012).
Spektrofotometer terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Pada praktikum kali ini akan
Spektrometer menghasilkan sinar dari dilakukan analisis rhodamin B baik
spektrum dengan panjang gelombang secara kualitatif menggunakan KLT
tertentu dan fotometer adalah alat maupun secara kuantitatif dengan
menggunakan spektrofotometri UV- aseton, etanol 96%, n-heksan,
Vis metode standar adisi. Prinsip rhodamin B baku, sampel kosmetik
yang digunakan antara lain adsorbsi dan silika gel.
pada KLT dan hukum Lambert-Beer
c. Prosedur
pada spektrofotometri.
Pertama-tama dilakukan
Adsorbsi merupakan suatu
pembuatan pelarut etanol 70% yang
kecenderungan molekul atau ion
didapatkan dengan pengenceran
untuk berkumpul pada permukaan
etanol 96% 364,6 mL menggunakan
suatu zat padat (Day dan Underwood,
aquadest hingga volume mencapai
2012), sedangkan Hukum Lambert-
500 mL.
Beer menyatakan tentang korelasi
absorbansi dengan konsentrasi Selanjutnya dilakukan pembuatan

sampel dan lebar kuvet (Marczenko larutan baku rhodamin B 1000ppm

dan Balcerzak, 2000). dengan melarutkan 50 mg rhodamin


B dengan etanol 70% hingga
volumenya 50mL. Larutan baku
METODE 1000 ppm ini kemudian diencerkan
dengan cara diambil 5mL dan di-ad
a. Alat
hingga 100mL.
Alat yang digunakan dalam
Preparasi sampel dilakukan
praktikum antara lain chamber KLT,
setelahnya. 500mg sampel
gelas kimia, kertas perkamen, kertas
diekstraksi dengan 5mL n-heksan dan
saring, labu ukur, neraca analitik, pipa
disentrifugasi. Bagian yang tidak larut
kapiler, pipet volume, plastic wrap,
kemudian dilarutkan dengan 5mL
sentrifugator, spatel, seperangkat
etanol 70%. Bagian yang terlarut
spektrofotometer UV-Vis dan UV
diambil dan diencerkan dengan
chamber.
etanol 70% kembali hingga
b. Bahan volumenya 25mL.

Bahan-bahan yang digunakan Pengujian secara kuantitatif


adalah larutan ammonia, aquadest, berupa pengujian kadar rhodamin
sampel dilakukan setelah preparasi Masing-masing sampel dari tiap labu
sampel selesai. 5 buah labu ukur 10 diukur pada panjang gelombang
mL diisi dengan 3mL sampel, 549nm. Setelah itu, dibuat kuva baku
kemudian ditambahkan baku agar dapat dihitung kurva baku
rhodamin dengan variasi volume rhodamin B dalam sampel.
1mL, 2mL, 3mL, 4mL, dan 5mL.

HASIL

Tabel 1. Pembuatan Etanol 70%

No Perlakuan Hasil Gambar


1. 365,4mL etanol 96% Didapatkan etanol
diencerkan dengan aquades, 70% 500mL
dan di-ad hingga 500mL

Tabel 2. Pembuatan Larutan Baku Rhodamin B (50 ppm)

No Perlakuan Hasil Gambar

1. 5mL larutan baku Larutan baku rhodamin B


rhodamin B 1000 ppm 50 ppm 100 mL
diambil ke dalam labu
ukur kemudian di-ad
hingga tanda batas

Tabel 3. Preparasi Sampel dan Penetapan Kadar

NO PERLAKUAN HASIL GAMBAR


1 Sampel kosmetik digerus Bobot kosmetik
hingga halus, kemudian nyata 500 mg
ditimbang sebanyak 500
mg
2 Ditambahkan n-heksan Didapatkan filtrat
dan disaring dengan kertas sampel kosmetik
saring
3 Filtrat ditambah 5mL Didapatkan sampel
etanol 20% dan bagian sebanyak 25mL
yang terlarut diambil dan
diad etanol 70% hingga
25mL

Tabel 4. Penetapan Kadar Rhodamin Sampel

NO PERLAKUAN HASIL GAMBAR


1 5 labu ukur 10 mL masin- 3 mL sampel dalam labu ukur
masing diisi dengan 3 mL
sampel
2 Ditambahkan larutan 3 mL sampel dengan variasi
baku dengan variasi volume larutan baku
volume 1mL, 2mL,
3mL, 4mL dan 5mL
3 Diukur pada panjang
gelombang 549 nm dan
dibuat kurva bakunya.
4 Dihitung kadar rhodamin
B yang terdapat pada
sampel
Tabel 5. Kromatografi lapis tipis

NO PERLAKUAN HASIL GAMBAR


1 Dibuat campuran
eluen aseton:
amonia: aquadest
(45:4:1) dengan
total volume 10 mL
2 Dicampurkan aseton Didapatkan
sebanyak 45 mL, campuran eluen
ammonia 0,8 mL, sebanyak 10 mL
dan aquadest 0,12
mL.
3 Eluen dimasukkan ke Eluen yang
dalam chamber KLT, dijenuhkan
ditutup, dan dibiarkan
hingga jenuh kurang
lebih selama 30 menit
4 Silika gel yang telah
diberi garis batas atas
dan bawah masing-
masing 1 cm dari
ujung, ditotolkan
larutan sampel yang
telah dipekatkandan
larutan rhodamin B
baku.
5 Silika gel kemudian Larutan sampel dan
diletakkan di dalam baku terelusi
chamber, dan akan
diangkat jika eluen
sudah mencapai batas
atas.
6 Silika gel yang telah Fluoresensi
dikeluarkan, dibiarkan rhodamin sampel
kering dan diamati di - 254 nm: -
bawah sinar 254 nm - 366 nm: -
dan 366 nm Fluoresensi
rhodamin baku
- 254 nm:

Perhitungan

Pengenceran etanol Pembuatan Eluen

V1 . N1 = V2 . N2 Aseton
45
V1 . 96% = 500mL . 70% 10 = 9
50
V1 = 364,58 mL Ammonia
4
Pengenceran larutan baku 10 = 0,8
50
rhodamin B Aquades
V1 . N1 = V2 . N2 1
10 = 0,2
50
V1 . 1000 ppm = 100mL . 50 ppm

V1 = 5 mL
Kurva baku rhodamin

Kurva Baku Rhodamin


1,4

1,2 y = 0,2041x + 0,1674


R = 0,989
1
Absorbansi (A)

0,8

0,6

0,4 Vsi A
1 0,3756
0,2
2 0,5925
0 3 0,727
0 1 2 3 4 5 6 4 1,0229
Volume Awal Standar (Vsi)
5 1,1811

Kadar rhodamin B dalam sampel Sehingga analit dalam 25 mL sampel


adalah:
Y = 0,2041x + 0,1674
13,67 25
= 341,75/25
= 25

Maka kadar analit dalam 500mg
0,1674 3
= sampel dalam 25 mL adalah
0,2041 50
0,341
100% = 0,068%
= 13,67 ppm (13,67g/mL) 500

PEMBAHASAN

Kosmetik merupakan salah beberapa komposisi zat yang


satu contoh sampel yang memiliki digunakan dalam formulasinya.
matriks yang kompleks dan tidak
Dalam menganalisis suatu
diketahui karena pada umumnya
analit yang dinginkan, dapat
produsen akan merahasiakan
dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif. Cara kuantitatif dilakukan
untuk mengetahui banyaknya analit berwarna (merah) karena memiliki
yang terdapat dalam sampel, gugus kromofor dan auksokrom.
sedangkan cara kualitatif digunakan
Menurut Roth dan Blaschke
untuk memastikan keberadaan suatu
(1985), kromofor merupakan bagian
senyawa yang dianalisis.
molekul yang mengabsorbsi dalam
Dalam praktikum kali ini, daerah UV dan daerah sinar tampak.
telah dilakukan pemeriksaan kadar Kromofor adalah suatu gugus fungsi,
rhodamin B dalam kosmetik tidak terhubung dengan gugus lain,
berbentuk solid dengan menggunakan yang menampakkan spektrum
spektrofotometri UV-Vis metode absorbsi karakteristik pada daerah
standar adisi sebagai analisis secara sinar UV-Vis (>200nm) (Wiryawan,
kuantitatif, serta kromatografi lapis et.al, 2008).
tipis sebagai analisis kualitatif.
Ada pun beberapa literatur
Metode standar adisi adalah menyatakan bahwa rhodamin B akan
salah satu metode internal standar memberikan serapan maksimal di
yang sesungguhnya, yaitu panjang gelombang 550 nm
perhitungan kadar sampel yang di (Kristoffersen, et.al, 2014), 543,49
mana standar baku dimasukkan nm (Prahl, 2012), dan 544nm
bersamaan dengan sampel yang akan (Kumalasari, 2015). Namun, panjang
dianalisis, sehingga saat pengukuran gelombang dalam literatur ini tidak
akan terdeteksi respon dari jauh berbeda dengan panjang
sampel+analit pada suatu panjang gelombang yang digunakan dalam
gelombang tertentu. Pada percobaan praktikum sehingga hasilnya pun
kali ini, sampel diukur pada panjang tidak akan jauh berbeda, ditambah
gelombang 549 nm, yang di mana dengan regresi yang masih berada di
merupakan panjang gelombang untuk kisaran 0,989 yang berarti data yang
spektrum visible. Diukur pada dihasilkan masih dapat diterima.
panjang gelombang visivle karena
Terdapat dua jenis metode
rhodamin B merupakan senyawa
standar adisi yang dapat digunakan,
yaitu one point method dan multiple
point method. One point method basis. Filtrat yang tidak terlarut
adalah pengukuran kadar yang hanya kemudian disaring dan dilarutkan
dilakukan pada satu titik (tidak dengan etanol 5 mL dengan harapan
menggunakan variasi volume ataupun rhodamin akan terlarut ke dalam fase
konsentrasi standar), sedangkan etanol, lalu bagian yang terlarut
multiple point method merupakan tersebut ditambahkan dengan etanol
pemeriksaan dengan menggunakan 25 mL agar konsentrasinya tidak
beberapa titik (menggunakan variasi menjadi terlalu pekat karena sampel
volume atau konsentrasi standar). yang terlalu pekat akan mengurangi
Pada praktikum kali ini, digunakan akurasi pengukuran dari
metode standar adisi multiple point spektrofotometer. Nilai absorbansi
standard yang di mana digunakan yang dapat diterima berkisar antara 0
beberapa konsentrasi (dengan 100% ditransmitansi) hingga
2 (1% ditransmitansikan).
Prosedur yang dilakukan
adalah dengan melakukan Kromatografi lapis tipis
pengenceran etanol 96% menjadi dilakukan untuk menguji apakah
70% yang akan digunakan sebagai rhodamin B terdapat pada sampel atau
pelarut. Penggunaan etanol 70% tidak. Pertama-tama dibuat campuran
adalah supaya pelarut tidak mudah eluen terlebih dulu yang terdiri dari
meguap saat dilakukan pemanasan, aseton, ammonia, dan aquades.
selain tidak tersedianya etanol 70% di Campuran eluen digunakan agar
dalam laboratorium. Kemudian indeks polaritasnya menyamai
dilakukan pengenceran bertingkat senyawa sampel. Kemudian eluen
untuk membuat 50 ppm baku dijenuhkan agar mempercepat proses
rhodamin. Tujuan dilakukannya elusi dari sampel.
pengenceran bertingkat adalah untuk
Saat peletakkan silika gel ke
menghemat pelarut yang digunakan.
dalam chamber, mulai terjadi
Setelah itu, dilakukan preparasi
pemisahan pada totolan baku
sampel dengan mengekstraksi
rhodamin B. Baku terus bergerak
sampel kosmetik dengan n-heksan,
naik, menandakan sifatnya yang lebih
tujuannya adalah untuk memisahkan
menyukai eluen ketimbang silika gel. dianggap bahwa sampel tidak
Setelah eluen mencapai batas atas, mengandung rhodamin B.
silika gel diambil dan didiamkan
sebentar hingga kering sebelum
dilihat di bawah sinar UV 254 nm dan KESIMPULAN

366 nm. Hasil yang didapat adalah Dapat memahami penentuan


hanya baku yang memberikan warna kadar rhodamin dalam sampel
kekuningan pada 254 nm dan warna menggunakan metode standar adisi
jingga pada 366 nm, sedangkan dengan spektrofotometer UV-Vis.
totolan sampel tidak memberikan Didapatkan hasil 0,068% untuk kadar
hasil apapun. Sehingga dapat rhodamin B dalam sampel, namun
diketahui bahwa sampel yang diuji didapatkan hasil negatif pada KLT.
tidak mengandung rhodamin B.
Dari hasil ini dianggap bahwa
Pada KLT diketahui bahwa sampel tidak mengandung rhodamin
sampel tidak mengandung rhodamin B karena regresi linier yang tidak 1
B, namun pada spektrofotometri UV- yang dapat mengakibatkan
Vis didapatkan hasil analit sejumlah munculnya kadar rhodamin B sebesar
0,068%, hal ini mungkin saja terjadi 0,068% dalam perhitungan.
karena regresi linier yang dihasilkan
dari kurva baku tidaklah 1. Sehingga
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.
HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan
Kosmetika. Jakarta: BPOM RI.

Day, R. A., dan A. L. Underwood. 2012. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga.

Gagliardi L, De Orsi D., Cavazzutti G, Multari G, dan Tonelli D. 1996. HPLC


Determination of Rhodamine B (C.I.45170) in Cosmetic Product.
Chromatographia, 43(1): 76-78.

Harvey, D. 2012. Standarizing Analytical Method. Tersedia online di


https://www.saylor.org/site/wp-content/uploads/2012/07/Chapter511.pdf
[diakses pada 7 Mei 2017].

Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Kristoffersen, A. S., S. R. Erga, B. Hamre, dan O. Frette. 2014. Testing Fluorescene


Lifetime Standards using Two-Photon Excitation and Time-Domain
Instrumentation: Rhodamine B, Coumarine 6 adn Lucifer Yellow. J.
Fluoresc, 24: 1015-1024.

Kumalasari, E. 2015. Identifikasi Rhodamin B dalam Kerupuk Berwarna Merah


yang Beredar di Pasar Antasari Kota Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Manuntung,
1(1): 85-89.

Marczenko, Z. , dan M. Balcerzak. 2000. Separation Precentation and


Spectrophotometry in Organic Compound. Warsawa: Elsevier

O Neil. 2007

Pelozo, M. I. G., M. L. C. Cardoso, dan J. C. P. Mello. 2008. Spectrophotometric


Determination f Tannins and Caffeine in Preparations from Paullinia cupana
var. Sorbilis. Braz. Arch. Biol. Technol.
Prahl, S. 2012. Rhodamine B. Tersedia online di
http://omlc.org/spectra/PhotochemCAD/html/009.html [diakses pada 14 Mei
2017].

Roth, H. J., dan G. Balsschke. 1985. Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

Unang, S. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Bandung: Widya


Padjadjaran

Wang C.C, Masi A.N, dan Fernandez L. 2007. On-Line Micellar-Enhanced


Spectroflourometric Determination of Rhodamine Dye in Cosmetics.
Talanta, 75: 135-140.

Wiryawan, A. 2008. Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan.

Você também pode gostar