Você está na página 1de 28

Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi (Askep Jiwa Halusinasi)

A. KONSEP DASAR HALUSINASI

1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses diterimanya,
stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru
kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia,
psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka
individu akan mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga
orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami
stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat
adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa
factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman, gelisah,
bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan
obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab
halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi
kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya
aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
a. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
b. Melihat seseorang yang sudah meninggal.
c. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
d. Bicara atau tertawa sendiri.
e. Marah-marah tanpa sebab.
f. Menutup mata.
g. Mulut komat-kamit
h. Ada gerakan tangan
i. Tersenyum
j. Gelisah
k. Menyendiri, melamun

4. Proses terjadinya halusinasi


Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang, secara
umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada individu
adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa
takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
b. Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali dan
mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin
merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c. Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat,
pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang
tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau
beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.

5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang
digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan
orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk
(displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang
logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek
lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

6. Penatalaksanaan (Yosep, 2009)


a. Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam
fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu
bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan
dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan
irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau
bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf
pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien
sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf
pusat), gangguan kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM
pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5
mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca
encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab
yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik
lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang
menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
b. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK) Terapi
Aktifitas Kelompok.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI

1. Pengkajian Pasien Halusinasi


a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian, nomor
rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor
psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak mampu,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku
agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada
umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan, afek
pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat dikaji
dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi
halusinasi pasien.
Jenis Data objektif Data subjektif
halusinasi
Halusinasi - Bicara atau tertawa sendiri - Mendengar suara atau
- Marah-marah tanpa sebab
dengar kegaduhan
- Menyedengkan telinga
- Mendengar suara yang
kearah tertentu
bercakap-cakap
- Menutup telinga
- Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk kearah- Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
- Ketakutan pada sesuatu
kartoon, melihat hantu atau
Yang tidak jelas
monster
Halusinasi - Menghidu seperti sedang- Membaui bau-bauan sperti
penghidu membaui bau-bauan tertentu bau darah, urin, feces,
- Menutup hidung
kadang-kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seprti darah,
- Muntah
pengecapan urin atau feces
Halusinasi - Menggaruk-garuk- Mengatakan ada serangga
Perabaan
permukaan kulit dipermukaan kulit
- Merasa seperti tersengat
listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami
oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam
berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi
terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk
menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat
juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga
dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

2. Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
Menurut Yosep, 2009
Akibat

Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan

Masalah utama
Isolasi sosial

Penyebab
Harga diri rendah
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c. Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
b. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dpat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
c. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya dengan cara
berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul dan respon pasien
saat muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien empat
cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi :
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik
3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan halusinasi orang
lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian
pasien akan beralih dari halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktifitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak
waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien mengalami
halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur
dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien
Melatih pasien melakukan aktiftas
Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih. Upayakan
pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang
positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali
mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila terjadi
kekambuhan maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien
perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
Jelaskan guna obat
Jelaskan akibat bila putus obat
Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara,
benar waktu, benar dosis)

5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di
rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di butuhkan
dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi Pasien Keluarga
Sp1 SP 1 k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
yang dirasakan keluarga
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien dalam rawat pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan 2. Menjelaskan pengertian,
halusinasi tanda dan gejala
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi, dan jenis
halusinasi
halusinasi yang dialami
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara pasien beserta proses
menghardik halusinasi dalam jadwal terjadinya.
3. Mejelaskan cara-cara
kegiatan harian
merawat pasien halusinasi
SP II p
SP II k
1. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
1. Melatih keluarga
pasien mempraktekkan cara
2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi merawat pasien dengan
dengan cara bercakap-cakap dengan orang halusinasi
2. Melatih keluaraga
lain.
melakukan cara merawat
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
langsung kepada pasien
jadwal kegiatan harian
halusinasi
SP III k
1. Membantu keluarga
membuat jadwal kegiatan
aktifitas di rumah
SP III p termasuk minum obat
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. Menjelaskan follow up
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
pasien setelah pulang
dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang
biasa dilakukan pasien)
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
kegiatan harian

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam
kegiatan harian

7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada,
munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. PENGKAJIAN

RUANG RAWAT : Ruang Kabela


TANGGAL DIRAWAT : 18 Mei 2013

1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Nn.R.M
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Liningan Lingkungan III, Tondano
Pendidikan : SD Tidak Tamat
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik : 14918

2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Pasien bicara-bicara sendiri, minum obat tidak teratur

3. FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI


Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang. Pertama kali masuk
pada bulan September tahun 2008 dan masuk keluar RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien
kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2013. Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang
berhasil karena pasien berobat tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu.
Disebabkan karena pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada
yang menderita sakit jiwa.

4. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
111 : Pasien
: Orang yang tinggal serumah
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat, status
perkawinan
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan
sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam keadaan
baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat pasien
dirawat, orang yang paling berarti adalah teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ
Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat masuk rumah sakit
pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.

5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b. Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c. Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d. Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya
e. Afek pasien
Tidak ada gangguan
f. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan pertanyaan
yang ditanyakan serta kontak mata baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul pada
malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu laki-
laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya, pasien memanggil perawat yang bertugas di
ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h. Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j. Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan
sederhana dengan bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri
Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.

6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan dan minum
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
Pasien BAB 1x/hr, BAK 4x/hr, secara mandiri
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
d. Berpakain dan berhias
Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain
e. Istiraht dan tidur
Tidur siang jam, tidur malam 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ), Vit C (2 x 1), Diasepam (0-0-1),
Haloperidol (2 x 1)

7. MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain

8. ASPEK MEDIS
a. Diagnosa medis : Skisofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab

B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS : Gangguan persepsi sensorik :
Pasien mengatakan melihat bayangan hantu laki-
halusinasi penglihatan
laki yang ingin memeluknya
DO :
Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang
berhasil karena putus obat
Pasien takut
2.
DS : Defisit perawatan diri
Pasien mengatakan merasa lemah
Pasien mengatakan lelah untuk beraktifitas
DO :
Penampilan kurang Rapi
Rambut jarang disisir
Gigi tampak kotor dan bau
3. Kuku kaki kotor
Isolasi sosial
DS :
Pasien mengatakan sendiri pada malam hari
Pasien mengatakan kesepian pada malam hari
DO :
Pasien tampak sedih dan murung
C. POHON MASALAH

Masalah utama Perubahan persepsi sensorik :


halusinasi penglihatan

Isolasi Sosial Defisit perawatan diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan dir
DIAGNOSA
NO TUJUAN KRITERIA EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi TUM
sensorik : halusinasi Setelah diberikan tindakan
penglihatan. keperawatan selama 3 hari,
DS : pasien dapat mengontrol
Pasien mengatakan halusinasi.
melihat bayangan hantu TUK
laki-laki 1. Pasien dapat membina
DO : hubungan saling percaya - Ekpresi wajah bersahabat, 1.
Pasien pernah dirawat menunjukkan rasa senang, ada p
sebelumnya namun kontak mata, mau berjabat tangan, (
kurang berhasil karena mau menyebutkan nama, mau n
putus obat menjawab salam, mau duduk t
berdampingan dengan perawat, dan
mau mengutarakan masalah yang
dihadapinya.
2. Pasien dapat mengenal - Pasien dapat menyebutkan waktu,
halusinasinya isi, dan frekuensi timbulnya 2.1.A
halusinasi 2.2.O
h
2.3.D
d
m
2.4.D
d
3.1.
- Pasien dapat mendemonstrasikan h
3.2.D
3. Pasien dapat mengontrol cara mengontrol halusinasi
3.3.B
halusinasinya d
3.4.B
d
3.5.J
4.1.D
k
- Pasien dapat mendemonstrasikan 4.2.P
4. Pasien dapat memanfaatkan obat 4.3.B
kepatuhan minum obat untuk
dengan baik d
mencegah halusinasi
4.4.D
2. Defisit pearawatan diri
TUM
pasien dapat mandiri dalam
perawatan diri

TUK : menunjukkan tnada-tanda percaya


1. Pasien dapt membina hubungan kepada perawat : 1.
saling percaya dengan perawat Wajah cerah, tersenyum p
Mau berkenalan (
Ada kontak mata n
t
2. Pasien mengetahui pentingnya Pasien dapat menyebutkan :
Penyebab tidak merawat diri, 2.
perawatan diri
Manfaat menjaga perawatan diri, t
Tanda-tanda bersih dan rapih p
Pasien menyebutkan frekuensi y
3. Pasien mengetahui cara-cara menjaga dan pasien dapat
melakukann perawatan diri menjelaskan cara perawatan diri 3.1.D
:Frekuensi gosok gigi, Frekuensi d
berhias/berdandan, Frekuensi b
gunting kuku 3.2.D
b
Pasien mempraktekkan perawatan 3.3.B
diri dengan bantuan oleh perawat : 3.1.B
Gosok gigi, Berhias/berdandan, g
4. Pasien dapat melaksanakan
Gunting kuku g
perawatan diri dengan bantuan
pasien melaksanakan praktek 3.2.B
perawat
perawatan diri secara mandiri : p
Gosok gigi bangun pagi dan sesudah5.1.P
5. Pasien dapat melaksanakan makan, Berhias/berdandan sehabis p
perawatan diri secara mandiri mandi, Gunting kuku setelah mulai g
panjang 5.2.B
p
E. Implementasi Keperawatan
DX JAM, HARI/ IMPLEMENTASI
TANGGAL
1. Selasa, 18 Juni 2013 SP 1
08.00 Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya Christiany Porong, bisa di panggil
Titie adalah mahasiswa Keperawatan yang praktek di RS ini
selama 3 hari dan ini adalah hari peratama saya praktek disini.
Nama anda ? dan senang dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R, dipanggil rina
P : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena ses disini ingin
membantu Nn. R untuk memberikan solusi dari masalah Nn.
R
PS : iya ses, tadi malam di kamar mandi saya melihat
bayangan laki-laki yang ingin memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-bincang sebentar ?
Nn. R mau ? Nn. R mau didalam atau diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang-binang tentang halusinasi
penglihatan yang Nn. R alami. Maunya berapa lama ?
PS : 20 menit ses
Fase Kerja
P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu adalah halusinasi. Nn.
R tau apa itu halusinasi ?
PS : tidak ses
P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn. R lihat tapi tidak
nyata. Halusinasi ada 5 macam, pendengaran, penglihatan,
perabaan, penciuman, pengecapan. Yang Nn. R alami saat ini S : Pasie
adalah halusinasi penglihatan. Tapi ses akan memberikan Nn. cara meng
R cara untuk mengatasinya agar sembuh. Nn. R maukan ?
PS : mau ses O : Pasie
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan ses akan mengajarkan yang diaja
cara yang pertama yaitu dengan menghardik. Kalau Nn. R
melihat bayangan itu lagi, Nn. R harus mengatakan Pergi, A : halusi
kamu tidak nyata sambil menutup mata. Apa Nn. R sudah
mengerti ? P : latihan
PS : iya, saya mengerti ses 2x sehari
P : kalau begitu coba ulangi yang saya katakan tadi sambil
mempragakannya
PS : pergi, kamu tidak nyata (sambil menutup mata)
P : Bagus, sekarang Nn. R sudah mengerti cara menghardik
jika bayangan-bayangan itu datang lagi. Bagaimana perasaan
Nn. R sekarang setelah mengetahui bagaimana cara
menghardik halusinasi?
PS : saya senang ses
P : kalau begitu Nn. R bisa mempraktekkannya dalam jadwal
kegiatan Nn. R yang akan di buat oleh perawat
PS : Iya ses
Fase Terminasi
P : Sepertinya waktu kita sudah habis yah, nanti kita lanjutkan
sebentar dan ses akan mengajarkan Nn. R cara yang kedua.
Nn. R bisa jam 10 sebentar ?
10.00 PS : iya ses
P : maunya dimana diluar atau di dalam sini ?
PS : disini saja ses S : Pasie
P : baiklah kalau begitu kita ketemuan ditempat ini pada jam Cara Be
10 yah. Sampai ketemu sebentar Orang Lai
SP 2
Bina hubungan saling percaya dengan pasien O : Pasien
Fase Orientasi Yang Diaj
P : selamat siang Nn. R
PS : selamat siang ses A : Masa
P : bagaimana perasaan hari ini ? apakah Nn. R masih melihat
Dilakukan
bayangan itu? Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan
berbincang-bincang sedikit yah. Mau Nn. R berapa lama ? P :
PS : iya ses, 20 menit Berikutny
P : maunya dimana ? disini saja atau di tempat lain?
PS : disini saja
Fase Kerja
P : cara yang kedua untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Nn. R melihat
bayangan lagi Nn. R bisa bercakap-cakap dengan orang lain
seperti tolong saya melihat bayangan, mari kita berakap-
cakap. Nn. R mengerti kan ?
PS : iya ses
P : coba Nn. R ulagi apa yang ses katakan tadi?
PS : (mengulangi sambil memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R mampu melakukannya.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R setelahm saat latihan tadi?
PS : senang ses
P : bagaimana kalau latihan bercakap-cakap kita masukkan
dalam daftar kegiatan harian ? maunya jam berapa ?
PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses
P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga bisa mempragakan saat
melihat bayangan itu lagi
Rabu, 19 Juni 2013 PS : iya ses
08.00 P : sepertinya waktu kita sudah selesai, nanti ses datang besok
pagi lagi untuk mengajarkan cara yang ketiga. Kita jumpa
disini lagi jam 8 yah
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu, sampai bertemu besok lagi
SP 3
Bina hubungan saling percaya.
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R, masih ingat dengan saya ?
PS : selamat pagi ses, iya ses Titie
P : bagaimana perasaan hari ini ? Apakah Nn. R masih melihat
bayangan ?
PS : iya ses
P : apakah Nn. R sudah pakai 2 cara yang kita latih
sebelumnya ?
PS : iya ses
P : bagus, kalau begitu sesuai janji kita kemarin kita akan
belajar cara yang ketiga yaitu kegiatan terjadwal. Mau dimana
kita bicara ?
PS : disini saja ses
P : mau berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ? S : Pasi
PS : iya ses Melakuka
Fase Kerja Sesuai Ke
P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. R lakukan ?
PS : mandi, menyanyi, ibadah, bermain bersama, makan, O : Pa
P : wah banyak sekali kegiatannya yah. Bagaimana kalau kita Rencana
latih 2 kegiatan hari ini ? sekarang Nn. R menyanyi setelah itu Kooperati
berdoa yah. Nn. R bisa kan ?
PS : iya ses, (sambil memperagakan) A : Sp3 S
P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa memperagakannya. Pasien Se
Kegiatan ini bisa Nn. R lakukan agar mencegah bayangan
tersebut muncul. P :
PS : iya ses Selanjutny
Fase terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah bercakap-cakap cara
yang ketiga ?
PS : senang ses
Kamis, 20 Juni 2013 P : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara yang sudah kita belajar
08.00 untuk mencegah bayangan tersebut.
PS : menyebutkan (menghardik, bercakap-cakap dengan orang
lain, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita masukkan dalam kegiatan jadwal
harian Nn. R yahh. Bagaimana kalau besok kita belajar cara
keempat cara mencegah halusinasi yaitu dengan menggunakan
obat yang baik. Bagaimana kalau jam 8 ?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini lagi yah, sampai jumpa besok lagi yah S : Pasie
SP4 Tentang P
Membina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi O : Pasi
P : selamat pagi Nn. R
Secara T
PS : selamat pagi ses
P : bagaimana perasaan Nn. R hari ini ? apakah bayangannya Tenang
masih muncul lagi ? apakah Nn. R memakai ketiga cara yang
A : Sp4
kita diskusikan pada hari sebelumnya ?
pasien sec
PS : iya ses
P : apakah pagi ini Nn. R sudah minum obat ?
P : Anjur
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita mendiskusikan obat-obat teratur
yang Nn. R minum ? kita akan mendiskusikan 20 menit saja
yah di tempat ini
PS : iya ses
Fase Kerja
P : Nn. R minum obat sangatlah penting supaya bayangan
yang Nn. R lihat dan mengganggu selama ini tidak muncul
lagi. Berapa macam obat yang diminum?
PS : ada 4 ses
P : iya warna yang putih (THP) 2 kali sehari jamnya 7 pagi
dan 7 malam, gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan
yang merah jambu (HLP) 2 kali sehari jamnya sama gunanya
untuk pikiran biar tenang dan yang kuning untuk daya tahan
tubuh biar Nn. R tidak sakit.
PS : iya ses
P : Kalau bayangan sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti dikonsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, Nn. R akan kambuh dan sulit
mengembalikan kekeadaan yang semula.
PS : iya ses
P : Kalau obat habis Nn. R bsia minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. Nn. R harus minum obat teratur
dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya.
PS : iya ses
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah kita bercakap-cakap
tentang obat?
PS : senang ses
P : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah
Rabu, 19 Juni 2013 bayangannya?
14.00 PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R masih ingat. Mari kita masukan
jadwal minum obat pada kegiatan harian Nn. R .
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu yah karena waktu kita sudah
habis. Nanti kita bertemu lagi lain waktu. Selamat siang Nn. R

S : Pasien
merasa lem

O : Pakaia
Gigi kotor

SP1 A : Masal
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi P : Lanjut
keperawa
Selamat Pagi. Kenalkan nama saya Christiany Porong
mahasiswa Poltekkes Jurusan Keperawatan yang praktek di
RS ini selama 3 hari mulai dari hari ini sampai tanggal 20 Juni
2013. Nama Nona siapa ? Senang dipanggil sapa ?
PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama panggilan Rina.
: Bagaimana perasaan R saat ini ? R sudah mandi dan gosok
gigi ?
2.
PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi, tidak ada sikat gigi
: baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
kebersihan diri tujuannya untuk R dapat mengetahui jenis-
jenis kebersihan diri, sehingga tidak terserang penyakit.
Pertama yaitu mandi. Sebelum diajarkan Berapa lama kita
berbicara ? 20 menit ya ? Mau dimana ? disini aja ya di ruang
tengah. Setuju ?
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
: Berapa kali R mandi dalam sehari? Menurut R apa
kegunaannya mandi ? Menurut R apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang
tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi, alasannya tidak ada
sikat gigi, agar gigi bersih mulut bau.
: Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri terutama gigi
masalah apa menurut R yang bisa muncul ?
PS : gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan mengajarkan cara gosok gigi
yang benar sesuai janji kita 20 menit. Baiklah caranya .
Pertama, kumur-kumur dengan air bersih. Lalu oleskan pasta
gigi ke sikat gigi. Gosok gigi dengan sikat gigi dari atas ke
bawah beberapa kali, lalu gosok kesisi depan gigi sampai
kebelakang gigi, depan gigi dan bagian dalam gigi, tengah-
tengah gigi juga. Lalu buang busa atau cairan dari gosok gigi
tadi. Dan terakhir kumur-kumur 2-3x. Apa R bisa mengerti?
Kamis, 20 Juni 2013 Coba di praktekkan kembali ?
08.30 PS : R dapat mempraktekkan kembali.
: Bagus, baiklah kegiatan menggosok gigi kita masukkan ke
jadwal kegiatan harian,setelah makan pagi dan makan siang
jam 8 pagi dan jam 2 siang. Setuju ?
PS : iya suster.
Fase Terminasi
bagaimana perasaan R saat berbincang-bincang tadi, coba R
jelaskan dan mempraktekkan kembali cara menggosok gigi
dengan benar. R dapat melakukannya dengan baik, baiklah
pertemuan kita sampai disini. Besok kita akan berbincang-
bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan perawatan diri yang kedua dan ketiga yaitu
berdandan/berhias dengan gunting kuku.
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu untuk berbincang-bincang
dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja?
di mana R mau berbincang-bincang dengan saya besok? S : Pasie
PS : disini saja ses masih bel
mengatak
P : Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di
ruangan tengah ini lagi ?selamat pagi sampai jumpa besok. O : Baju m
SP 2 kotor, Kuk
Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
Fase orientasi A : Masal
P :Selamat Pagi R masih ingat dengan saya?
P : Lanjut
PS : Masih suster Titie
keperawa
Benar, Bagaimana perasaannya hari ini ? masih ingat dengan
yang kemarin R lakukan? sesuai dengan janji kita kemarin,
hari ini R akan melakukan perawatan diri yang kedua yaitu
berdandan/berhias sesuai dengan kesepakatan kita kemarin,
kita akan melakukannya selama 20 menit, kesepakatan kita
kemarin Kita akan melakukannya di ruang tengah, Agar tubuh
tetap terawat apakah setuju ?
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
Sebelum kita lanjut , coba R perlihatkan kepada saya bagaimana
cara menggosok gigi sesuai yang kemarin dijelaskan dan
dipraktekkan ?
: pasien dapat mempraktekkan dengan benar
: Hebat, R dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari
kita mempraktekkannya perawatan diri yang kedua
berdandan/berhias. Caranya siapkan sisir, bedak, dan kaca.
sisir rambut, kemudian mulai berdandan sesuai yang
dinginkan. Ketiga menggunting kuku kaki, caranya siapkan
alat gunting kuku, kemudian gunting kuku dari ibu jari samapi
jari kelinci. bagaimana masih bisa ???
: R dapat mempraktekkannya meskipun masih malu.
: Bagus... R dapat mempraktekkan dengan baik..bagaimana kalau
kegiatan di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?
apabila kuku R mulai panjang.
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan setelah kita berbincang-bincang tadi?
Apa-apa perawatan yang telah dilakukan ?
PS : iya suster, menggosok gigi, berdandan/berhias dan
menggunting kuku.
bagus, nah R sudah dapat mempraktekkan 3 perawatan diri
yang telah diajarkan, Baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri.
Nanti kita bertemu lagi di lain waktu karena ses sudah selesai
praktek disini yah

Você também pode gostar