Você está na página 1de 48

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA RESIKO TINGGI PADA BALITA M

DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS MERAH DI DESA KANYORAN KEC.


SEMEN KAB. KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh
yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta
mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang gizi mempunyai pengertian
yang lebih luas, disamping untuk kesehatan gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi
seseorang, karena gizi berkaitan dengan otak, kemampuan belajar, dan produktifitas
kerja. Oleh karena itu di Indonesia yang sekarang sedang dalam proses membangun,
factor gizi dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan
dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
Saat ini malnutrisi masih melatar belakangi penyakit dan kematian anak, meskipun
sering luput dari perhatian. Pada tahun 1990, lebih dari 30% anak balita di dunia
memiliki berat badan rendah (BGM), denagn kisaran 11% (sekitar 6,4 juta orang) di
Amerika Latin, 27% ( 31,6 juta orang ) di Afrika, dan 41 % ( 154,8 juta orang ) di Asia.
Meskipun prevalensi berat badan rendah terus menurun, tetapi kasus malnutrisi ini
tidak berkurang sesuai dengan angka yang diharapkan. Sebagian besar anak di dunia
( sekitar 80%) yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang miskin akan
bahan pangan kaya zat gizi, terutama di Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia
memberikan perhatian lebih untuk masalah gizi tersebut, agar pembangunan nasional
dapat tercapai.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk membuat asuhan kebidanan pada balita
MEILA dengan berat badan rendah di Dusun Kletak Desa Kanyoran Kec. Semen Kab.
Kediri.

1.2TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan memberikan asuhan kebidanan pada keluarga, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan setiap anggota keluarga.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
Melakukan pengkajian data pada keluarga
Melakukan interpretasi data dasar
Melakukan perumusan masalah
Menyusun prioritas masalah
Melakukan perencanaan dan tindakan
1.3 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
- Anamnese atau pengumpulan data
1. Auto anamnese yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga.
2. Allo anamneses yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan orang terdekat
klien.
- Studi Pustakan
Pemeriksaan pengumpulan data dengan cara mengambil data yang ada direferensi.
- Pemeriksaan
1. Pemerikasaan fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
2. Pemeriksaan penunjang : lab, dll.
- Studi dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data yang ada.

1.4 TEKNIK PENULISAN


Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, teknik pengumpulan data, dan
teknik penulisan.
Bab II Tinjauan pustaka terdiri dari konsep keluarga dan konsep balita dengan BGM.
Bab III Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, interpretasi data dasar, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
Bab IV Pembahasan
Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP KELUARGA
2.1.1 DEFINISI
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes.RI)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertautan
darah adaptasi atau perkawinan (WHO.1969)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat (Helvie.1981)
2.1.2 BENTUK-BENTUK KELUARGA
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah Keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dsb.
c. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah Keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah Keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Mobitas (Cahabitation) adalah Dua orang yang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
2.1.3 FUNGSI KELUARGA
1.Fungsi biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluaraga
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosoialisasi pada anak
b. Membina norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
c. Meneruskan nilai-nilai keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan dan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang misalnya
pendidikan anak,jaminan hari tua
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak-anak memberikan pengetahuan,ketrampilan dan membentuk
perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi
perannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan

- Menurut Friedman (1998)


1.Fungsi offective
a. Menciptakan lingkungan yang menyenangakan dan sehat secara mental saling
mengasuh,menghargai,terikat dan berhubungan
b. Mengenal identitas individu
c. Rasa aman
2. Fungsi sosialisasi peran
a. Proses perubahan dan perkembangan individu untuk menghasilkan interaksi sosial
dan belajar berperan
b. Fungsi dan peran di masyarakat
c. Sasaran untuk kontak sosial di dalam atau di luar rumah
3. Fungsi reproduksi
Menjamin kelangsungan keluarga generasi dan kelangsungan hidup masyarakat
4. Fungsi ekonomi
a. Memenuhi kebutuhan tiap anggota keluarga
b. Menambah penghasilan keluarga sampai dengan pengalokasian dana
c. Fungsi perawatan kesehatan
d. Konsep sehat sakit keluarga

2.1.4 TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN KELUARGA


- Menurut Duvail adalah sebagai berikut :
1. Tahap pembentukan keluaraga,tahap ini dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan
dalam membentuk keluaraga.
2. Tahap menjelang kelahiran anak,tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan
keturunan sebagai generasi penerus,melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi
keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
3. Tahap menghadapi bayi dalam hal ini keluarga mengasuh,mendidik dan
memberikan kasih sayang kepada anak,karena pada tahap ini bayi kehidupannya
sangat tergantung kepada kedua orangtuanya,dan kondisinya masih sangat lemah.

4. Tahap menghadapi anak prasekolah,pada tahap ini anak sudah mengenal kehidupan
sosialnya,sudah mulai bergaul dengan teman sebaya,tetapi sangat rawan dalam
masalah kesehatannya.Krena tidak mengetahui mana yang kotor mana yang
bersih,dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas
keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan,norma agama,norma
social.
5. Tahap menghadapi anak sekolah,dalam tahap ini tugas keluarganya adalah
bagaimana mendidik anak,mengajari anak,untuk mempersiapkan masa
depannya.Membiasakan anak belajar secara teratur,mengontrol tugas-tugas sekolah
anak,dan meningkatkan pengetahuan anak.
6. Tahap menghadapi anak remaja,tahap ini adalah tahap yang paling rawan karena
dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam bentuk kepribadiannya,oleh
karena itu suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan.Komunikasi dan saling
pengertian antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dean dikembangkan.
7. Tahap melepaskan anak ke masyarakat,setelah melalui tahap remaja dan anak telah
dapat menyelesaikan pendidikannya,maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak
ke dalam masyarakat dalam memulai kehidupannya yang seungguhnya dalam tahap
ini akan memulai kehidupan berumah tangga.
8. Tahap berdua kembali,setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga
sendiri-sendiri,tinggalah suami istri berdua saja.Dalam tahap ini keluarga akan merasa
sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan
stress.
9. Tahap masa tua,tahap ini masuk ke lanjut usia,dan kedua orangtua mempersiapkan
diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

2.1.5 PRINSIP-PRINSIP PERAWATAN KELUARGA


- Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga :
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan,keluarga sehat sebagai tujuan
utama.
3. Asuhan keperwatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuahan keperwatan kesehatan keluarga perawat melibtakan
peran aktif selruh keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif,preventif,serta tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
6. Dalam memberikan asuhan keperwatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber
daya keluarga semaksimal mungkin.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
8. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperwatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperwatan keluarga adalah penyuluhan
kesehatan dan perwat dirumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

2.1.6 LANGAKAH-LANGKAH DALAM PERWATAN KESEHATAN KELUARGA


1. Membina hubungan kerjasama yang baik dalam keluarga.
2. Merlaksanakan peningkatan untuk menentukan masalah-masalah kesehatan
keluarga.
3. Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah-masalah kesehatan dan
perawatan keluarga.
4. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga berdasarkan sifat masalah keluarga.
5. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk
melaksanakan tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
6. Menentukan atau menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga.
7. Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan urutan
prioritas.

2.2 KEBUTUHAN GIZI PADA BALITA


2.2.1 PENGERTIAN
Sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan yang sebaik-baiknya yang harus
dikonsumsi balita agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal untuk tumbuh
kembang, menjaga kesehatan bayi atau mencegah berbagai penyakit. (Peath, EF. 2004)
2.2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BALITA
1. Umur
Umur menentukan kebutuhan gizi pada balita. Hal ini karena perkembangan dan
fungsi sistem pencernaan dan sistem organ lain dipengaruhi oleh umur. Contohnya bayi
usia kurang dari 6 bulan belum bias mencerna makanan padat tetapi setelah usia 6
bulan boleh makan makanan tambahan dan bertingkat teksturnya mulai makan lumat,
makanan lembek sampai makanan ornag dewasa.
2. Berat Badan
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari berat badan rata-rata untuk umur
tertentu merupakan factor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus
diberikan agar tumbuh kembang berjalan lancar.
3. Suhu Lingkungan
Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5 37,5C untuk metabolisme yang optimum.
Adanya perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungannya, maka tubuh melepaskan
sebagian panasnya yang harus diganti denagan hasil metabolism tubuh. Maka lebih
besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti lebih besar pula masukkan energy
yang diperlukan.

4. Aktifitas
Setiap aktifitas memerlukan energi, semakinbanyak aktifitas yang dilakukan
sedemikian banyak pula energi yang diperlukan.
5. Status Kesehatan
Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh dilupakan, karena dalam kondisi sakit
diperlukan nutrisi untuk membantu proses penyembuhan.

2.2.3 MANFAAT GIZI PADA BALITA


1. Gizi penghasil energi
Zat gizi penghasil energi sebagian besar dihasilkan oleh makanan pokok seperti padi,
umbi, sagu,jagung dll.
2. Zat gizi pembangun sel
Terutama diperoleh dari protein yang dihasilkan dari ikan, ayam, telur, daging,
susu,kacang-kacangan dan hasil olahanya seperti tahu, tempe,oncom, oleh karena itu,
lauk pauk tergolong ke dalam zat pembangun sel.
3. Zat gizi pengatur
Terdiri dari atas vitamin dan mineral yang diperoleh dari sayuran dan buah buahan.
( Wiboworini,B. 2007 )
Seacara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
menyediakan energy, membangun dan memelihara jarinagan tubuh, serta mengatur
proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih
luas, disamping untuk kesehatan, gizi berkaitan dengan perkembangan otak,
kemampuan belajar dan produktifitas fisik.

2.2.4 STATUS GIZI KURANG PADA BALITA


2.2.4.1 Pengertian Status Kurang Gizi
Suatu keadaan tubuh yang mengalami kekurangan satu atua lebih zat zat gizi
essential. ( Wiboworini, B. 2007 )
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengguna zat
gizi. ( Al- Matsier, S. 2004 )
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan
(requirement) zat gizi. ( Soejianto, B.dkk. 2007 )
2.2.4.2 Istilah Dengan Penilaian Status Gizi
Pengertian menurut buku pedoman penanggulangan kurang energy protein (KEP)
yang disusun oleh proyek perbaikan gizi masyarakat Dinkes Jatim (2001), sebagai
berikut :
a) Kurang energy protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).
b) Klasifikasi KEP :
1. KEP ringan adalah jika berat badan menurut umur ( BB / U ) 70% 80% baku
median WHO NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan ( BB / TB ) 80%
90% baku median WHO-NCHS .
2. KEP sedang adalah jika berat badan menurut umur ( BB / U ) 60% 70% baku
median WHO NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB / TB ) 70%
80% baku median WHO NCHS.
3. KEP berat adalah jika berat badan menurut umur ( BB / U ) < 70% baku median
WHO NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan ( BB / TB ) < 70 % baku
median WHO NCHS.
c) KEP Nyata adalah istilah yang digunakan pengelola program gizi di lapangan
meliputi : KEP tingkat sedang dan KEP tingkat berat atau gizi buruk ( jika dilihat pada
kartu menuju sehat maka berat badan anak berada di bawah garis merah ).
d) KEP Total adalah istilah yamh digunakan pengelola program gizi di lapangan yang
meliputi : KEP tingkat rinngan, sedang, dan berat atau BB / U < 80% baku median
WHO NCHS.
e) Kwasiokor adalah gejala klinis dari KEP berat atau gizi buruk dengan tanda tanda
sbb :
1. Odema umumnya diseluruh tubuh terutama pada punggung kaki.
2. Wajah bulat dan sembab.
3. Pandangan mata sayu.
4. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, serta mudah rontok.
5. Perubahan status mental, apatis dan rewel.
6. Pembesaran hati.
7. Otot mengecil ( hipotropi ) terlihat nyata jika diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk.
8. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas.
f) Marasmus adalahgejala klinis dari KEP berat atau gizi buruk dengan tanda tanda
sbb :
1. Tampak sangat kurus.
2. Wajah seperti orang tua.
3. Cengeng dan rewel.
4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada terlihat
seperti celana longgar atau baggy pant.
5. Perut cekung.
6. Iga gambang.
7. Sering disertai penyakit infeks, diare.
g) Marasmus Kwasiokor adalah gejala klinis dari KEP berat atau gizi buruk dengan
tanda tanda campuran dari beberapa gejala klinis kwasiokor dan marasmus, dengan
BB / U 80% baku median WHO NCHS dan disertai denga odema yang tidak
mencolok.
h) BGM (Bawah Garis Merah ) adalah keadaan dimana letak titik berat badan balita
dibawah garis merah pada kartu menuju sehat ( KMS ).
i) Kejadian luar biasa ( KLB ) gizi buruk adalah ditemukannya satu atau lebih kasus
KEP berat atau gizi buruk disuatu desa.
j) Pelacakan KLB gizi adalah kegiatan penulusuran secara langsung ( investigasi )
kasus gizi buruk untuk menentukan penyebab dan ususlan tindakan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
1 .PENGKAJIAN
Dilakukan pada tanggal 26 November 2010 jam
A.Data Subyektif
1. Data umum
Kecamatan : Semen
Desa : Kanyoran
Dusun : Kletak
RT : 01
RW : 06

Nama kepala keluarga : Tn. Suk Adi


Umur : 41 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : RT 01/RW 06

2. Susunan keluarga
No. NAMA JK UMUR Hubungan dalam KK Pekerjaan Pendidikan Keadaan kesh.saat
kunjungan
1. Suk Adi L 41 tahun KK Tani SD Baik
2. Yantik P 37 tahun Istri Tani SD Baik
3. Koko Santoso L 18 tahun Anak Belum bekerja STM Baik
4. Yenti Sulistiyowati P 11 tahun Anak Belum bekerja SD Baik
5. Meila P 28 bulan Anak Belum bekerja Belum sekolah Baik
3. Genogram
Keterangan :
: Laki laki

: Perempuan

2. Data Khusus
1. Imunisasi : Anaknya sudah mendapat imunisasi lengkap.
2. Bila ada anggota keluarga yang sakit kadang berobat ke bidan, kadang ke dokter,
kadang ke puskesmas, dan kadang membeli obat sendiri di took.
3. Jenis penyakit yang sedang di derita
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (HIV/AIDS,TBC);menurun
(HT,DM,TBC);dan menahun (HT,DM,TBC).Keluarga sering menderita penyakit
seperti batuk,pilek,dan panas.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. Suk Adi
Pada saat pengkajian Tn. Sedang bekerja disawah.Tetapi Ny.Yantik mengatakan bahwa
Tn. Suk Adi dalam kondisi sehat.
Ny. Yantik
Pada saat pengkajian ibu mengatakan tidak ada keluhan dan dalam kondisi sehat.
An. Koko Santoso
Pada saat pengkajian anak sedang nonton tv dan ibu mengatakan bahwa anaknya
dalam keadaan baik.
An.Yenti sulistiyowati
Pada saat pengkajian anak sedang ikut ke sawah bersama bapaknya dan ibu
mengatakan bahwa anaknya dalam keadaan baik.
An. Meila
Pada saat pengkajian anak sedang bermain dan ibu mengatakan berat badan anak
masih rendah.
5. Pemeriksaan kehamilan
Saat ibu hamil ibu memeriksakan kehamilannya di bidan.

6. Pertolongan persalinan
Persalinan anak pertama di tolong oleh mbah dukun secara normal dengan BB 2500
gram, tidak ada penyulit yang menyertai.
Persalinan anak kedua di tolong oleh bidan secara normal dengan BB 2400 gram, dan
tidak ada penyulit yang menyertai .
Persalinan anak ketiga di tolong oleh bidan secara normal dengan BB 2400 gram, tidak
ada penyulit yang menyertai.
7. Kebiasaan menyapih
Anak pertama disapih usia 1,5 tahun
Anak kedua disapih usia 2 tahun
Anak ketiga masih menetek sampai sekarang
8. Pemberian makanan pada bayi
Mulai anak ke satu sampai anak ke tiga setelah lahir diberikan ASI dan makanan
pendamping ASI ( pisang ), setelah usia 6 bulan diberi bubur tim ( sun ) + nasi.
9. Tanggapan keluarga tentang KB
Tanggapan KB baik sekali
Ibu pernah menggunakan KB spiral setelah anak pertama usia 3 tahun kemudia ibu
memakai pil selama 4 tahun dan menggunakan suntik sekarang ini setelah anaknya
yang ketiga lahir.
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Tn. Suk Adi Ny. Yantik An. Koko Santoso An. Yenti Sulistiyowati An. Meila
Pola istirahat dan tidur Siang hari : tidak pernah tidur siang dan malam tidur pukul
22.00-05.00 Siang hari : tidur siang 1-2 jam/hari, tapi kadang ibu istrahat sambil
nonton tv, malam hari : tidur mulai jam 21.00-04.00 Siang hari : tidak pernah tidur
Malam hari : tidur mulai jam 22.00-05.30 Siang hari : tidur 1-2 jam
Malam hari : tidur jam 20.30-05.00 Siang hari : tidur siang mulai jam 11.00-13.00
Malam hari: tidur mulai jam 20.00-05.00
Pola BAB dan BAK BAB : lancar 1x/hari,warna kuning,
BAK : lancar 5-6x/hari warna jernih,waktu kencing tidak tersa sakit BAB :lancar
1x/hari warna kuning,
BAK : lancar 5-6x/hari warna jernih dan waktu kencing tidak tersa sakit BAB : lancar
1x/hari warna kuning,
BAK : lancar 5-6x/hari warna jernih,waktu kencing tidak tersa sakit BAB : lancar
1x/hari warna kuning
BAK : lancar 5-6x/hari warna jernih,waktu kencing tidak tersa sakit BAB : lancar 1-
2x/hari warna kuning
BAK : lancar 6-7x/hari warna jernih,waktu kencing tidak terasa sakit
Pola aktvitas Tn. Suk Adi bekerja disawah milik sendiri dan memelihara ayam Ibu
melakukan pekerjaan rumah dan kadang juga ikut di sawah Anak dirumah dan belum
bekerja Anak masih sekolah dan belum bekerja Anak bermain dengan temannya dan
kadang bermain sendiri di rumah
Pola hygiene Mandi 2x/hari, gosok gigi, ganti pakain tiap kali kotor,keramas 2x/minggu
Mandi 2x/hari,gosok gigi,ganti pakain tiap kali kotor, keramas 2x/minggu Mandi
2x/hari, gosok gigi, ganti pakain tiap kali kotor, keramas 2x/minggu Mandi
2x/hari,gosok gigi, ganti pakaian tiap kali kotor, keramas 2x/minggu Mandi
2x/hari,gosok gigi, ganti pakain tiap kali kotor,keramas 2x/minggu
Pola religius Tn. Suk Adi beragama islam dan mejalankan sholat 5 waktu Ibu
beragama islam dan menjalankan sholat 5 waktu Anak beragama islam dan kadang
menjalankan sholat Anak beragama islam dan menjalan sholat 5 waktu Anak
beragama islam dan sudah mulai diajarkan sholat

11. Adat kebiasaan/selamatan


Keluarga biasanya mengadakan selamatan 7 bulanan, selamatan untuk kelahiran bayi
dan selamatan untuk orang meninggal
Kalau ada orang meninggal keluarga ikut melayat
Pada saat hari raya keluarga berkunjung ke sanak saudara
12. Penggunaan waktu senggang
Waktu senggang keluarga berkumpul sambil berbincang-bincang dengan anggota
keluarga
13. Situasi sosial buadaya dan ekonomi
Hubungan keluarga dengan masyarakat baik
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi dari hasil panen

B.Data Obyektif
1. Rumah : luas 45 m
Jenis rumah : petak
Letak : -
Dinding : tembok
Atap : genting
Lantai : keramik
Cahaya : baik
Jendela : terbuka
Ventilasi : baik
Jumlah ruangan : 3 kamar

2. Air minum
Asal : sumber
Nilai air : bersih dan kadang keruh
Konsumsi air : memasak, mencuci, minum, mandi

3. Pembuangan sampah
Sampah dibuang di sembarang tempat
Keadaan : kotor

4. Jamban dan kamar mandi


Keluaraga memiliki sendiri
Ada kamar mandi, cukup bersih

5. Pekarangan dan selokan


Pekarangan : Ada
Kebersihan : cukup
Air limbah : dibuang di selokan, terbuka dan tergenang

6. Kandang ternak
Terdapat kadang ternak ( ayam ) terletak disamping rumah dak tidak jauh dari
rumahny

7. Denah rumah dan keterangan

A.Data Subyektif
1. Biodata
Nama klien : An. Meila Nama ibu : Ny. Yantik
Umur : 2,5 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : RT 01/RW 06 Dusun Kletak Pendidikan : SD
Desa kanyoran Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : RT 01/RW 06 Dusun
Kletak Desa Kanyoran
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa berat badannya selalu rendah

3 .Riwayat kesehatan
a) Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah menderita penyakit yang parah,namun
berat badan anaknya selalu rendah
b) Penyakit sekarang
Ibu mengatakan berat badan anaknya masih rendah
c) Penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit

4. Riwayat natal
Ibu mengatakan umur kehamilannya 38 minggu, lahir spontan di bidan dengan BB
2400 gram / 47 cm

5. Riwayat gizi
Ibu mengatakan anaknya mengkonsumsi ASI secara eksklusif, diberikan MP-ASI
Berupa kerokan pisang dan kadang nasi tim sejak usia 8 bulan. Saat ini balita
mengkonsumsi nasi dan sayuran seperti orang dewasa.
Namun nafsu makan kurang baik jika makan nasi.

6. Riwayat perkembangan
Usia 28 bulan : anak sudah bisa berjalan dan berbicara

7. Riwayat psikososial
Ibu mengatakan ini adalah anak ke 3 ,dan anak diasuh oleh orang tua sendiri

B. Data obyektif
1. Pemeriksaan umum
K/U : baik BB : 11 kg
Kesadaran : composmentis TB : 78 cm
Suhu : 36,5C
RR : 27x/menit
N : 90x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala : kulit kepala bersih,rambut pirang,tipis,tidak mudah rontok
Mata : konjunctiva merah muda,sklera putih
Hidung : tidak ada sekret dan tidak ada polip
Telinga : simetris,tidak ada serumen
Mulut : mukosa bibir lembab,tidak ada stomatitis,gigi sudah tumbuh
Leher : tidak ada luka
Dada : pernafasan normal tidak ada tarikan intercosta
Perut : tidak buncit
Genetalia : tidak ada kelainan,labia mayora menutup labia minora

Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
Perut : tidak ada pembesaran hepar

Perkusi
Reflek patella : +/+

Auskultasi
Perut : tidak ada wheezing dan ronkhi
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Tanggal/bln/thn Diagnosa Data Dasar
26 11 2010 Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuangan sampah
dan limbah DS : Ibu mengatakan sampah dibuang dilubang sampah (sembarang
tempat).
Ibu mengatakan air limbah dibuang diselokan terbuka dan menggenang.
Ibu mengatakan jambanya berbentuk latrin.
DO: Pembuangan sampah dibuang di lubang sampah (disembarang tempat)
Air limbah dibuang diselokan terbuka dan menggenang.
Jamban berbentuk latrin.

Keluarga dengan status gizi rendah ( BGM ) DS: Ibu mengatakan anaknya yang ketiga
( Meila ) berat badannya rendah (BGM ) dan sekarang berusia 28 bulan.
DO: -
III. PERUMUSAN MASALAH
Dari data yang didapat,maka masalah keluarga yang ada dapat dirumuskan sebagi
berikut:
1. Keluarga dengan balita berat badan rendah (BGM)
2. Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuangan sampah dan limbah
- Susunan prioritas masalah
1. Keluarga dengan balita berat badan rendah (BGM)
No. Kriteria Perhitung Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Krisis
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 2 Masalah dapat diubah dengan
pemberian makanan secara benar sesuai usia dan melakukan posyandu secara rutin.
3. Potensi pencegahan 2/3 x 2 1/3 Masalah gizi buruk ( Kwsiokor dan marasmus ) dapat
dicegah dengan penanganan masalah gizi dengan segera seperti pemberian modisco
dan makanan bergizi.
4. Penonjolan masalah 2/2 x 1 1 BGM mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
balita yang seharusnya optimal menjadi tidak optimal.
Total skor 4 1/3

2. Keluarga dengan kurangnya pengetahuan sampah dan limbah


No. Kriteria Perhitung Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 2/3 x 2 1/3 Mendesak
2. Kemungkinan maksimal dapat diubah Masalah dapat diubah dengan pemberian
penyuluhan dan pengertian tentang pembuangan sampah.
3. Potensi pencegahan 2/3 x 2 1/3 Masalah pembuangan sampah dan limbah yang tidak
benar dapat dicegah dengan pemberian penyuluhan.
4. Penonjolan masalah Keluarga tahu tentang pembungan sampah yang benar, tapi
tidak dilakukan.
Total skor

- Urutan prioritas masalah :


1. Keluarga dengan berat badan dibawah garis merah ( BGM ).
2. Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuang sampah.
No. Dx Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
1.
Keluarga dengan balita berat badan rendah (BGM)
Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuangan limbah dan sampah
yang baik

Tujuan :
Keluarga dapat meningkatkan status gizi balita

KH :
-BB balita naik dan tidak BGM lagi
-BB 10 kg

Tujuan : terciptanya derajat kesehatan yang baik untuk keluarga

KH :
Keluarga mengerti tentang kesehatan diri dan lingkungan

1. Anujrkan keluarga untuk memberikan makanan bersih,sehat,dan bergizi pada


anakny
2.Anjurkan keluarga untuk memberiksn tambahan vitamin pada balita
3.Ajarkan keluarga untuk pembuatan modisco dan memberikannya pada balita
4.Beri pengertian keluarga tentang gizi balita
5.Anjurkan keluarga untuk rutin melakukan posyandu balita

1. Lakukan pendekatan dengan keluarga.


2. Berikan penjelasan manfaat dan kesehatan lingkungan.
3. Berikan penjelasan tentang kebersihan lingkungan.
4. Beritahu keluarga bagaimana pembuangan limbah yang memenuhi syarat. 1.Dengan
memberikan makanan bersih,sehat dan bergizi akan meningkatkan status gizi balita
dan balita tidak mudah terserang penyakit
2.Vitamin pada balita mengandung kandungan penambah nafsu makan
3.Modisco mengandung kandungan banyak lemak yang dapat meningkatkan BB balita
4.Peningkatan pengertian tentang pentingnya gizi balita akan meningkatkan kesadaran
keluarga sehingga keluarga mau melakukannya
5.Dengan rutin membawa ke posyandu,maka dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita mendapatkan informasi yang berguna u/ keluarga
1. Menciptakan suasana nyaman dan kekeluargaan.
2. Peningkatan pengetahuan dan wawasan keluarga.
3. Peningkatan pemahaman tentang kesehatan.
4. Pembuangan limbah yang tepat dapat mengurangi tempat bersarangnya penyakit.
1.Menganjurkan keluarga u/ memberikan makanan bersih,sehat, dan bergizi
2.Menganjurkan keluarga u/ memberikan vitamin pada balita
3.Mengajarkan pembuatan modisco dan menganjurkannya diberikan pada balita
4.Memberikan pengertian tentang gizi pada keluarga
5.Menganjurkan keluarga u/ rutin melakukan posyandu
1. Melakukan pendekatan dengan keluarga.
2. Memberikan penjelasan tentang manfaat dan kebersihan lingkungan.
3. Memberikan penjelasan tentang kebersihan lingkungan.
4. Memberitahukan keluarga bagaimana pembuangan limbah yang memenuhi syarat
kesehatan 29-11-2010
10.00 WIB
S: Ibu mengatakan paham dg penjelasan yang yg diberikan

O:
BB:8,5kg
TB:78cm N:90x/mnt S: 36,5C
RR: 27x/mnt
A: Keluarga dengan balita BGM
P: Menganjurkan ibu u/ memberikan makanan bergizi,Anjurkan ibu u/ selalu
memberikan modisco

S: Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
O: -
A: masalah teratasi sebagian.
P: pembuatan lubang sampah dan kemudian setelah penuh dibakar

BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam kasus pada keluarga Tn. Suk Adi dengan salah satu anggota keluarganya
mengalami berat badan bawah garis merah (BGM ) yang dilakukan di Desa Kanyoran
Kec. Semen Kab. Kediri, bahwa keluarga ini memiliki pengetahuan yang rendah
tentang pembuangan limbah dan sampah yang benar sehingga hal ini akan menjadi
masalah bagi keluarga.
Pada interpretasi data dasar tidak ada penyimpangan antara kasus dengan teori yang
ada, sehingga antara data subyektif dan obyektif dijadikan dasar penentu diagnose dan
masalah.
Berdasarkan teori, intervensi dalam asuhan keluarga yang diutamakan ke KIE dengan
tujuan untuk pencegahan terjadinya masalah yang akan datang :
1. Pada kasus keluarga dengan berat badab bawah garis merah intervensi yang
diberikan antara lain : anjurkan keluarga untuk memberikan makanan yang bersih,
sehat, dan bergizi pada anaknya,anjurkan kelurga untuk memberikan tambahan
vitamin pada balita, anjurkan keluarga untuk membuatkan modisco dan
memberikannya pada balita, beri pengertian keluarga tentang gizi balita dan anjurkan
keluarga untuk rutin mengikuti posyandu.
2. Pada kasus keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembunangan sampah
dan limbah yang benar,intervensi yang diberikan antara lain lakukan pendekatan
dengan keluarga, berikan penjelasan tentang manfaat dari kebersihan lingkungan,
beritahu kelurga tentang bagaimana pembuangan limbah yang memenuhi syarat.

Implementasi yang telah mengacu pada kondisi klien dan telah disesuaikan dengan
interventasi yang diberikan.
Evaluasi yang diharapkan setelah pemeriksaan dan penyusunan yaitu ada perubahan
yang lebih besar. Evaluasi setelah diberikan KIE ibu dan keluarga sudah mampu
menjelaskan kembali nasehat yang diberikan. Ibu dan keluarga juga mengatakan
bahwa mereka bersedia melaksanakan nasehat yang telah disampaikan untuk
meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
a) Setelah melakukan pengkajian data pada keluarga di dapatkan bahwa keluraga ada
yang mengalami berat badan bawah garis merah, didapatkan hasil bahwa ia dalam
keadaan baik baik saja dan berat badannya sekarang berangsur angsur menuju
normal yaitu 11,5 kg sekarang ini.
b) Dari data yang didapat maka masalah keluarga yang ada dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Keluarga dengan balita berat badan bawah garis merah ( BGM )
Keluarga dengan kurangnya pengetahuan tentang pembuangan sampah dan limbah
yang benar.
c) Intervensi yang diberikan pada keluarga adalah memberikan KIE tentang masalah
yang dialami keluarga.
d) Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi.
e) Setelah dievaluasi, klien mengerti dan menjalankan KIE yang diberikan bidan.

5.2 SARAN
a) Keluarga
Pada anak balita BGM diharapkan rutin ke posyandu dan memberikan makan
makanan bergizi,dan meningkatan kebersihan lingkungan sehingga meningkatkan
derajat kesehatan.
b) Petugas Kesehatan
Perlu meningkatkan terus mutu sumber daya manusia melalui pelayanan pendidikan
yang berkelanjutan.
c) Lahan Praktek
Diharapkan tempat pelayanan melengkapi peralatan yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan serta menjaga kesterilan peralatan peralatan yang ada.
d) Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan asuhan kebidanan
pada keluarga sehingga untuk selanjutnya dapat menyusun asuhan kebidanan pada
keluarga dengan lebih baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlin Dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC

http://askebbidan.wordpress.com/2010/12/22/askeb-balita-berat-badan-garis-merah-
bgm/

Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat Badan DiBawah Garis Merah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya masih
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi,masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA),
dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar.
Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional, Masalah
gizi kurang pada balita umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan
penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan
pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. (Depkes, 2000)
Menurut Depkes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003 sekitar 5
juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%)
dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Khususnya untuk
mereka yang berumur di bawah 5 tahun. (Depkes, 2004)
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Menurut data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007), Angka Kematian Bayi sebesar 34
kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000
kelahiran hidup. Namun, Nusa Tenggara Barat masih menduduki urutan kedua
tertinggi penyumbang AKB dan AKABA yaitu 72 per 1000 kelahiran dan 92 per 1000
kelahiran hidup. (SDKI,2007)
Di Nusa Tenggara Barat (NTB), tercatat jumlah warga yang mengalami gizi
kurang hingga Juli 2010 mencapai 319 orang. Pada Kabupaten Lombok Barat
terdapat 65 kasus gizi kurang. (Rahayu,2010)
Dari data Dikes Kabupaten Lombok Barat diperoleh jumlah kejadian balita
berat badan dibawah garis merah (BGM) dari 15 puskesmas wilayah Lombok Barat
yaitu Puskesmas Meninting didapatkan 110 (3,46%) balita BGM dari 3188 balita yang
ada, Puskesmas Gunung Sari didapatkan 50 (1,77%) balita BGM dari 2802 balita yang
ada, Puskesmas Penimbung didapatkan 38 (1,83%) balita BGM dari 2050 balita yang
ada, Puskesmas Lingsar didapatkan 116 (4,02%) balita BGM dari 2892 balita yang ada,
Puskesmas Sigerongan didapatkan 73 (4,24%) balita BGM dari 1721 balita yang ada,
Puskesmas Narmada didapatkan 131 (4,30%) balita BGM dari 3054 balita yang ada,
Puskesmas Sedau didapatkan 66 (1,61%) balita BGM dari 4116 balita yang ada,
Puskesmas Kediri didapatkan 32 ( 0,75%) balita BGM dari 4251 balita yang ada,
Puskesmas Kuripan 283 (9,03%) balita BGM dari 3129 balita yang ada, Puskesmas
Labuapi didapatkan 88 (3,19%) balita BGM dari 2747 balita yang ada, Puskesmas
Perampuan didapatkan 124 (4,60%) balita BGM dari 2699 balita yang ada, Puskesmas
Jakem didapatkan 89 (2,50%) balita BGM dari 3555 balita yang ada, Puskesmas
Sekotong 98 (6,20%) balita BGM dari 1583 balita yang ada, Puskesmas pelangan
didapatkan 57 (2,38%) balita BGM dari 2370 balita yang ada dan Puskesmas Gerung
326 (6,30%) balia BGM dari 5172 balita yang ada. Sehingga diperoleh jumlah balita di
Kabupaten Lombok Barat pada ptahun 2009 sebanyak 45.327 balita dengan jumlah
balita berat badan dibawah garis merah sebanyak 1680 balita, dimana dari data
tersebut terlihat kejadian balita berat badan dibawah garis merah (BGM tertinggi
diPuskesmas Kuripan yaitu sebanyak 283 (9,03%) balita BGM dari 3129 total balita
yang ada (Dikes Kabupaten Lobar, 2009).
Berdasarkan keadaan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
sederhana tentang Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat Badan Di Bawah
Garis Merah (BGM) di wilayah kerja Puskesmas Kuripan Tahun 2011
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Karakteristik Keluarga Balita Dengan Berat Badan
Di Bawah Garis Merah (BGM) di Wilayah Kerja Puskesmas Kuripan Tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik
keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) di wilayah kerja
PuskesmasKuripan tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga.
b. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkanPendapatan keluarga.
c. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan pola asuh anak.
d. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan jumlah anggota keluarga
e. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan Sanitasilingkungan keluarga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Untuk Instansi Terkait
Sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan bagi Puskesmas guna menyusun
strategi lebih lanjut sehingga dapat menurunkan insiden BGM
2. Manfaat Untuk Masyarakat
a. Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi
balita
b. Meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga untuk memperbaiki pola asuh terhadap
balita
3. Manfaat Untuk Penelitian Yang Akan Datang
Dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya terutama penelitian yang
berhubungan dengan terjadinya BGM.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINAJUAN TEORI
1. Karakteristik
a. Pengertian
Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti
jenis-jenis kelamin, umur, serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras,
status ekonomi dan sebagainya. Menurut Efendi, demografi berkaitan dengan struktur
penduduk, umur, jenis kelamin, dan status ekonomi sedangkan data cultural
mengangkat tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan
sebagainya (Ayuria,2009).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat
khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
2. Karakteristik keluarga
a. Tingkat pendidikan keluarga
1) Pengertian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Pendidikan merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai
dari pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP dan SMA), sampai pendidikan
tinggi (perguruan Tinggi). (Wikipedia,2011)
Berdasarkan pengertian pendidikan yang teah dijelaskan sebelumnya maka
dapat diidentifikasikan beberapa ciri pendidikan antara lain :
a) Pendidikan mengandung tujuan yaitu kemampuan untuk berkembang, sehingga
bermanfaat untuk kepentingan hidup.
b) Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam
memiih isi, strategi dan teknik pendidikan.
c) Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
(formal dan non formal)

2) Jalur pendidikan
Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, jalur
pendidikan terdiri dari :
a) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
b) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan dan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri
c) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
3) Jenjang pendidikan
Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jenjang
pendidikan formal terdiri atas :
a) Pendidikan dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah dasar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsnawiyah (Mts)
atau yang sederajat.
b) Pendidikan menengah
Merupakan lanjutan pendidikan dasar. Terdiri atas pendidikan menengah umum dan
kejujuran seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menegah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliah Kejujuran (MAK) atau yang sederajat.
c) Pendidikan tinggi
Meupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Specialis dan Doktor yang diselenggarakan
oleh pergurun tinggi (Hasbullah, 2005)
4) Pendidikan dan Gizi
Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah
menerima informasi kesehatan khususnya di bidang gizi, sehingga dapat menambah
pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Depkes
RI,2003)

b. Pendapatan keluarga
Pendapatan adalah segala sesuatu yang diperoleh atau diterima oleh seseorang
baik berupa barang atau uang sebagai balas jasa yang dihitung dalam perkapita,
perminggu, perbulan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, Kriteria atau batasan
keluarga miskin Indonesia jika pendapatan keluarga kurang dari Rp. 600.000 per
bulan.(Gema,2010)
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam kualitas dan
kuantitas pada makanan. Pendapatan yang meningkat maka berpengaruh terhadap
perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sedangkan pendapatan yang rendah akan
mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga tidak memungkinkan untuk mengatasi
kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu secara efektif terutama untuk anak
mereka. (Notoatmodjo,2007)
c. Pola Asuh
Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, di samping harus
mengatur pola makan yang benar, juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh yang
benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang
penuh kasih sayang pada anak, memberinya waktu yang cukup untuk menikmati
kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga (Perangin-angin, 2006).
Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan
waktu, perhatian, dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pengasuhan merupakan faktor yang
sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah
lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat
membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini
juga, anak-anak masih sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya
(Sarah, 2008).
Adapun tipe-tipe pola asuh anak :
1) Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak.
Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel,
melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan
sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh
orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang
akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak
hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan
berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa
berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri,
nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul,
kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah
dewasa.
2) Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras
dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi
oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan
marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang
tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan
agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah
membesarkannya.
Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia,
paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di
luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil
didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua,
lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3) Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi
kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan
kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua.
Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orang tua
kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria,
menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua, menghargai dan
menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai
lingkungan dan masyarakat dan lain-lain. (Anonim,2008)

d. Besar anggota keluarga


Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi terlihat nyata pada
masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan
lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus dilayani jumlahnya
sedikit. Besar keluarga mungkin berpengaruh terhadap distribusi makanan dalam
keluarga.Keadaan demikian juga dapat mengakibatkan perhatian ibu terhadap
perawatan anak menjadi berkurang,karena perhatian ibu dalam merawat dan
membesarkan anak balita dapat terpengaruh bila banyak anak yang dimiliki. Bila
besar keluarga bertambah maka porsi makanan untuk setiap anak berkurang.
(Notoatmodjo,2007)
Menurut BKKBN, jumlah anggota keluarga kecil rata-rata adalah 4 orang.
(Daniel,2005)
e. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo,
2007).
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah
atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan.
Syarat-syarat rumah yang sehat :
1) Bahan bangunan
a) Lantai : ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi
pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di
pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah
tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah
yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian
dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang
basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit.
b) Dinding : Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok sebenarnya kurang
cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak cukup. Dinding rumah
didarerah tropis khususnya dipedesaan, lebih baik dinding atau papan. Sebab
meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut
dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.
c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun
pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau
oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun
demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun
rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak
cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan suhu panas
didalam rumah.
d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut
pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-
lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara
memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-
ujung bambu yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
2) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar
CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab
penyakit.)
Fungsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi
aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap didalam
kelembaban (humuduty) yang optium.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara dan
sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena
merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu
harus ada usaha-usaha lain untuk melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan
udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini
tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.
Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara
tidak berhenti atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah
harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
3) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama
cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang
baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak
cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat merusakan
mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
a) Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini sangat penting, karena dapat
membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh
karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.
Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai
20% dari luas lantai yang terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di
dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke
dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini, disamping
sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan dusahakan agar sinar
matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela
itu harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).
Jalan masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan geneng kaca. Genteng
kaca pun dapat dibuat secra sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa waktu
pembuatanya kemudian menutupnya dengan pecahan kaca.
b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti
lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4) Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan
kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi,
akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang
optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota
keluarga).
5) Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a) Penyediaan air bersih yang cukup
b) Pembuangan Tinja
c) Pembuangan air limbah (air bekas)
d) Pembuangan sampah
e) Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).
Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri
untuk rumah pedesaan, yakni:
a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian dari
rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.
b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup dari
petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak
sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka
sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan
kandang sendiri (Notoadmojo, 2007).
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya
berbagai jenis penyakit antara lain diare,kecacingan,dan infeksi saluran pencernaan.
Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan
terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan
zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa
dkk,2001).
3. Status Gizi Balita
a. Pengertian
Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk
anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang
menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008).
Ukuran yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat badan, bisa
juga tinggi badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa disebut dengan ukuran
antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks. Oleh karenanya hasil dimanfaatkan
atau digunakan untuk Assesment Keadaan Gizi Induvidu ataupun juga penentuan
status gizi masyarakat tentunya dengan menggunakan tabel antropomteri (bukan
KMS). Untuk assesment status gizi induvidu dengan indeks BB/U dapat dilihat 4
kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. (lihat perbedaannya
dengan KMS yang hanya untuk melihat Naik-Turun/Tetap dan BGM). Sementara
untuk assesmen keadaan gizi masyarakat dapat menentukan prevalensi gizi lebih, baik,
kurang dan buruk.
Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan
perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti
seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai
pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS.
b. Klasifikasi dan Penilaian Status Gizi Balita
Membahas mengenai masalah gizi, dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu :
1) Gizi baik, yaitu keadaan gizi baik pada seseorang terjadi jika adanya keseimbangan
jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh tubuh
yang ditandai dengan berat badan.
2) Gizi kurang, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang timbul karena tidak cukup
makan dan konsumsi energy kurang selama jangka waktu tertentu. Berat badan yang
menurun adalah tanda utama dari gizi kurang.
3) Gizi lebih, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang disebabkan kebanyakan
makanan dan konsumsi energiyang lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh
untuk jangka waktu yang panjang. Kegemukan merupakan tanda awal yang biasa
dilihat dari keadaan gizi lebih.
4) Gizi buruk, yaitu suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau
dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi
yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
Penilaian status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung yaitu :
1) Ststus gizi secara langsung
a) Antropometri, secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan kmposisi tubuh dari berbagai tingkay umur dan
tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
b) Klinis, pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat, metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
c) Biokimia, pemeriksaan specimen yang di uji secara laboratories yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh digunakan antara lain : darah,
urine,dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
d) Biofisik, penentuan gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
2) Status gizi secara tidak langsung
a) Survey konsumsi makanan, metode enentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
b) Statistic vital, pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistic kesehatan angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan
dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan
gizi.
c) Ekologi, bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dan lain-lain.
Tabel 1. Status gizi berdasarkan indeks antropometri (Sumber : Yayah K. Husaini,
Antropometri sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8 tahun
XXIII,1997)
Indeks
Status Gizi
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik >80 % >90 % >90 %
Gizi Sedang 71 % - 80 % 81 % - 90 % 81 % - 90 %
Gizi Kurang 61 % - 70 % 71 % - 80 % 71 % - 80 %
Gizi Buruk 60% 70 % 70 %

Tabel 2. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Perempuan

Anak Perempuan
Gizi
Umur Gizi Buruk Gizi Kurang
Gizi Baik (kg) Lebih
(Bulan) (kg) (kg)
(kg)
0 1.7 1.8 - 2.1 2.2 - 3.9 4.0
1 2.1 2.2 - 2.7 2.8 - 5.0 5.1
2 2.6 2.7 - 3.2 3.3 - 6.0 6.1
3 3.1 3.2 - 3.8 3.9 - 6.9 7.0
4 3.6 3.7 - 4.4 4.5 - 7.6 7.7
5 4.0 4.1 - 4.9 5.0 - 8.3 8.4
6 4.5 4.6 - 5.4 5.5 - 8.9 9.0
7 4.9 5.0 - 5.8 5.9 - 9.5 9.6
8 5.3 5.4 - 6.2 6.3 - 10.0 10.1
9 5.6 5.7 - 6.5 6.6 - 10.4 10.5
10 5.8 5.9 - 6.8 6.9 - 10.8 10.9
11 6.1 6.2 - 7.1 7.2 - 11.2 11.3
12 6.3 6.4 - 7.3 7.4 - 11.5 11.6
13 6.5 6.6 - 7.5 7.6 - 11.8 11.9
14 6.6 6.7 - 7.7 7.8 - 12.1 12.2
15 6.8 6.9 - 7.9 8.0 - 12.3 12.4
16 6.9 7.0 - 8.1 8.2 - 12.5 12.6
17 7.1 7.2 - 8.2 8.3 - 12.8 12.9
18 7.2 7.3 - 8.4 8.5 - 13.0 13.1
19 7.4 7.5 - 8.5 8.6 - 13.2 13.3
20 7.5 7.6 - 8.7 8.8 - 13.4 13.5
21 7.6 7.7 - 8.9 9.0 - 13.7 13.8
22 7.8 7.9 - 9.0 9.1 - 13.9 14.0
23 8.0 8.1 - 9.2 9.3 - 14.1 14.2
24 8.2 8.3 - 9.3 9.4 - 14.5 14.6
25 8.3 8.4 - 9.5 9.6 - 14.8 14.9
26 8.4 8.5 - 9.7 9.8 - 15.1 15.2
27 8.6 8.7 - 9.8 9.9 - 15.5 15.6
28 8.7 8.8 - 10.0 10.1 - 15.8 15.9
29 8.8 8.9 - 10.1 10.2 - 16.0 16.1
30 8.9 9.0 - 10.2 10.3 - 16.3 16.4
31 9.0 9.1 - 10.4 10.5 - 16.6 16.7
32 9.1 9.2 - 10.5 10.6 - 16.9 17.0
33 9.3 9.4 - 10.7 10.8 - 17.1 17.2
34 9.4 9.5 - 10.8 10.9 - 17.4 17.5
35 9.5 9.6 - 10.9 11.0 - 17.7 17.8
36 9.6 9.7 - 11.1 11.2 - 17.9 18.0
37 9.7 9.8 - 11.2 11.3 - 18.2 18.3
38 9.8 9.9 - 11.3 11.4 - 18.4 18.5
39 9.9 10.0 - 11.4 11.5 - 18.6 18.7
40 10.0 10.1 - 11.5 11.6 - 18.9 19.0
41 10.1 10.2 - 11.7 11.8 - 19.1 19.2
42 10.2 10.3 - 11.8 11.9 - 19.3 19.4
43 10.3 10.4 - 11.9 12.0 - 19.5 19.6
44 10.4 10.5 - 12.0 12.1 - 19.7 19.8
45 10.5 10.6 - 12.1 12.2 - 20.0 20.1
46 10.6 10.7 - 12.2 12.3 - 20.2 20.3
47 10.7 10.8 - 12.4 12.5 - 20.4 20.5
48 10.8 10.9 - 12.5 12.6 - 20.6 20.7
49 10.8 10.9 - 12.6 12.7 - 20.8 20.9
50 10.9 11.0 - 12.7 12.8 - 21.0 21.1
51 11.0 11.1 - 12.8 12.9 - 21.2 21.3
52 11.1 11.2 - 12.9 13.0 - 21.4 21.5
53 11.2 11.3 - 13.0 13.1 - 21.6 21.7
54 11.3 11.4 - 13.1 13.2 - 21.8 21.9
55 11.4 11.5 - 13.2 13.3 - 22.1 22.2
56 11.4 11.5 - 13.3 13.4 - 22.3 22.4
57 11.5 11.6 - 13.4 13.5 - 22.5 22.6
58 11.6 11.7 - 13.5 13.6 - 22.7 22.8
59 11.7 11.8 - 13.6 13.7 - 22.9 23.0

Tabel 3. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi pada Anak Laki-laki.

Anak Laki-laki
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
Umur
(kg) (kg) (kg) (kg)
0 1.9 2.0 - 2.3 2.4 - 4.2 4.3
1 2.1 2.2 - 2.8 2.9 - 5.5 5.6
2 2.5 2.6 - 3.4 3.5 - 6.7 6.8
3 3.0 3.1 - 4.0 4.1 - 7.6 7.7
4 3.6 3.7 - 4.6 4.7 - 8.4 8.5
5 4.2 4.3 - 5.2 5.3 - 9.1 9.2
6 4.8 4.9 - 5.8 5.9 - 9.7 9.8
7 5.3 5.4 - 6.3 6.4 - 10.2 10.3
8 5.8 5.9 - 6.8 6.9 - 10.7 10.8
9 6.2 6.3 - 7.1 7.2 - 11.2 11.3
10 6.5 6.6 - 7.5 7.6 - 11.6 11.7
11 6.8 6.9 - 7.8 7.9 - 11.9 12.0
12 7.0 7.1 - 8.0 8.1 - 12.3 12.4
13 7.2 7.3 - 8.2 8.3 - 12.6 12.7
14 7.4 7.5 - 8.4 8.5 - 12.9 13.0
15 7.5 7.6 - 8.6 8.7 - 13.1 13.2
16 7.6 7.7 - 8.7 8.8 - 13.4 13.5
17 7.7 7.8 - 8.9 9.0 - 13.6 13.7
18 7.8 7.9 - 9.0 9.1 - 13.8 13.9
19 7.9 8.0 - 9.1 9.2 - 14.0 14.1
20 8.0 8.1 - 9.3 9.4 - 14.3 14.4
21 8.2 8.3 - 9.4 9.5 - 14.5 14.6
22 8.3 8.4 - 9.6 9.7 - 14.7 14.8
23 8.4 8.5 - 9.7 9.8 - 14.9 15.0
24 8.9 9.0 - 10.0 10.1 - 15.6 15.7
25 8.9 9.0 - 10.1 10.2 - 15.8 15.9
26 9.0 9.1 - 10.2 10.3 - 16.0 16.1
27 9.0 9.1 - 10.3 10.4 - 16.2 16.3
28 9.1 9.2 - 10.4 10.5 - 16.5 16.6
29 9.2 9.3 - 10.5 10.6 - 16.7 16.8
30 9.3 9.4 - 10.6 10.7 - 16.9 17.0
31 9.3 9.4 - 10.8 10.9 - 17.1 17.2
32 9.4 9.5 - 10.9 11.0 - 17.3 17.4
33 9.5 9.6 - 11.0 11.1 - 17.5 17.6
34 9.6 9.7 - 11.1 11.2 - 17.7 17.8
35 9.6 9.7 - 11.2 11.3 - 17.9 18.0
36 9.7 9.8 - 11.3 11.4 - 18.2 18.3
37 9.8 9.9 - 11.4 11.5 - 18.4 18.5
38 9.9 10.0 - 11.6 11.7 - 18.6 18.7
39 10.0 10.1 - 11.7 11.8 - 18.8 18.9
40 10.1 10.2 - 11.8 11.9 - 19.0 19.1
41 10.2 10.3 - 11.9 12.0 - 19.2 19.3
42 10.3 10.4 - 12.0 12.1 - 19.4 19.5
43 10.4 10.5 - 12.2 12.3 - 19.6 19.7
44 10.5 10.6 - 12.3 12.4 - 19.8 19.9
45 10.6 10.7 - 12.4 12.5 - 20.0 20.1
46 10.7 10.8 - 12.5 12.6 - 20.3 20.4
47 10.8 10.9 - 12.7 12.8 - 20.5 20.6
48 10.9 11.0 - 12.8 12.9 - 20.7 20.8
49 11.0 11.1 - 12.9 13.0 - 20.9 21.0
50 11.1 11.2 - 13.00 13.1 - 21.1 21.2
51 11.2 11.3 - 13.2 13.3 - 21.3 21.4
52 11.3 11.4 - 13.3 13.4 - 21.6 21.7
53 11.4 11.5 - 13.4 13.5 - 21.8 21.9
54 11.5 11.6 - 13.6 13.7 - 22.0 22.1
55 11.7 11.8 - 13.7 13.8 - 22.2 22.3
56 11.8 11.9 - 13.8 13.9 - 22.5 22.6
57 11.9 12.0 - 14.0 14.1 - 22.7 22.8
58 12.0 12.1 - 14.1 14.2 - 22.9 23.0
59 12.1 12.2 - 14.2 14.3 - 23.2 23.3
Sumber : Departemen Kesehatan RI,2006
4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Balita adalah salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal.
Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. (Wikipedia, 2011)
Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan
menurut umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS (Anonim, 2009).
Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi buruk. Akan tetapi, itu dapat
menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi.
Gambar 1. Indikator KMS Bila Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah.
Sumber

: Referensi kesehatan,2008

B. KERANGKA KONSEP

KARAKTERISTIK
KELUARGA:
Pendidikan formal
keluarga Balita Berat Badan Di Bawah
Pendapatan keluarga Garis Merah (BGM)
Pola asuh
Besar anggota keluarga
Sanitasi lingkungan

Sumber : Modifikasi Supariasa, 2001


= Variabel yang diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti karakteristik keluarga balita berat badan
dibawah garis merah (BGM).
1. Tempat penelitian
Rencana penelitian akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuripan, Karena
Puskesmas Kuripan merupakan Puskesmas dengan presentase balita berat badan di
bawah garis merah (BGM) tertinggi di wilayah Lombok Barat yaitu 283 (9,03%)
balita BGM dari 3129 balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuripan.
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu penelitian
yang yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu
situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual, penelitian deskriptif dapat
pula diartikan sebagai penelitian untuk memotret fenomena individual, situasi atau
kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. (Danim,2003)

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian yang dari
padanya terkandung informasi yang ingin diketahui. (W. Gulo,2008)
Populasi dalam penelitain ini adalah semua keluarga balita BGM yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Kuripan.
2. Sampel
Sampel adalah himpunan bagian dari suatu populasi (W.Gulo,2008).
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga balita dengan berat badan di
bawah garis merah (BGM) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuripan.
Metode pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling yaitu
accidental sampling, artinya dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan
ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo,2010).
D. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
a. Data mengenai karakteristik keluarga di peroleh dari hasil pengisian kuesioner.

2. Data sekunder
a. Data rekapitulasi balita BGM tahun 2009 yang diperoleh dari arsip Dikes Lombok
Barat.
b. Data mengenai berat badan balita dibawah garis merah diperoleh dari Buku KMS
yang dimiliki balita yang melakukan penimbangan di posyandu.
c. Data mengenai gambaran umum tempat penelitian dikumpulkan dengan mempelajari
buku tahunan Puskesmas Kuripan.
E. Cara Pengolahan Data
1. Data primer
a. Data tentang karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan keluarga diolah dengan
tabulasi dan disajikan dengan cara deksriptif berdasarkan tingkat pendidikan yaitu:
1) Dasar : SD,MI,SMP,Mts
2) Menengah : SMA,MA,SMK,MAK
3) Tinggi: Diploma,Sarjana, Magister
b. Data tentang karakteristik keluarga berdasarkan pendapatan keluarga diolah dengan
tabulasi dan disajikan secara deksriptif berdasarkan kriteria:
1) Miskin : < Rp.600.000,-
2) Tidak Miskin : Rp.600.000,-
c. Data tentang Karakteristik Keluarga berdasarkan pola asuh anak diolah secara
tabulasi dan disajikan secara dekstriftif berdasarkan katagorikan pola asuh anak yaitu:
1) Pola asuh permisif
2) Pola asuh otoriter
3) Pola asuh otoritatif
d. Data tentang karakteristik keluarga berdasarkan besar anggota keluarga diolah secara
tabulasi dan disajikan secara dekstriftif berdasarkan kriteria :
1) Keluarga Besar : > 4 orang
2) Keluarga Kecil : 4 orang
e. Data tentang karakteristik keluarga berdasarkan sanitasi lingkungan didapatkan
dengan cara observasi dan wawancara dengan kuesioner. Kemudian diolah dalam
microsoft exel dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi sehingga diperoleh data :
1) Sehat = >x+ 1 SD
2) Tidak Sehat = < x- 1 SD
2. Data Sekunder
a. Data mengenai berat badan balita dibawah garis merah disajikan secara deskriftif.
b. Data mengenai gambaran umum tempat penelitian dikumpulkan dengan mempelajari
buku tahunan Puskesmas Kuripan dan disajikan secara deskriftif.
F. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Kriteria Skala
. operasional pengukura
n
1. Pendidikan Pendidikan Kuesioner Dasar : Ordinal
keluarga formal yang SD,MI,SMP,Mts
dimiliki Menengah :
keluarga SMA,MA,SMK,MA
K
Tinggi:
Diploma,Sarjana,
Magister
2. Pendapata Jumlah Kuesioner Tidak Miskin Nomina
n keluarga seluruh :Rp.600.000,Miski l
pendapatan n:
yang < Rp. 600.000
diperoleh
oleh seluruh
keluarga da
n digunakan
oleh
keluarga
tersebut.
3. Pola asuh Interaksi Kuesioner Pola asuh anak Ordinal
orang tua otoritatif
dengan anak Pola asuh anak
otoriter
Pola asuh Permisif

4. Besar Jumlah Kuesioner Keluarga Besar(>4 Ordinal


anggota orang dalam orang)
keluarga keluarga Keluarga Kecil (4
orang)
5. Sanitasi Keadaan Kuesioner Sehat : Ordinal
lingkungan lingkungan dan >x+ 1 SD
observasi Tidak sehat: < x-1
SD

http://desakayoe.blogspot.com/2011/06/karakteristik-keluarga-balita-dengan.html

Apakah Berat Badan Balita BGM-KMS adalah Gizi Buruk?

Perbedaan Penentuan Status Gizi


Polewali Mandar Sulawesi Barat.-- Ibu yang mempunyai anak balita dan pernah
menimbang berat badan anaknya di posyandu atau di klinik-klinik kesehatan anak,
biasanya hasil timbangannya dicantumkan pada Kartu Menujuh Sehat (KMS), berat
badan yang dicantumkan di KMS akan terlihat sesuai dengan pita warna yang ada,
sebagian berat badan balita ada yang berada pada pita warna hijau dan juga kuning
bahkan ada yang sebagian berada pada pita warna merah atau tepatnya dibawah garis
merah.
Berat badan yang berada pada pita warna hijau selalu saja dipresepsikan dengan gizi
baik, sementara berat badan yang berada pada pita warna kuning merupakan warning
(peringatan) kepada ibunya agar lebih berhati-hati jangan sampai masuk pada berat
badan dibawah garis merah atau biasa disebut dengan BGM, karena apabila anak telah
berada di bawah garis merah pada Kartu Menujuh Sehat (KMS) maka anak balita
tersebut bisa cenderung di vonis padahal tidak demikian -telah mengalami
gizi buruk. Keadaan ini membuat ibu-ibu balita mengalami kegelisaan akan masa
depan anaknya.

Contoh KMS

Disisi lain, dikalangan petugas kesehatan apalagi yang bukan petugas kesehatan dalam
membuat indikator status gizi buruk selalu saja mengalami kebingungan, Indikator
status gizi apa yang seharusnya digunakan dalam menentukan keadaan gizi buruk.
Yang sering terdengar adalah penggunaan indeks BB/U, ada juga dengan menggunakan
indeks TB/U atau bahkan juga yang menggunakan indeks BB/TB.
Karena ketiga indeks ini agak sulit dalam pengelolaannya dan kemudian
diinterpretasikannya, maka sebagian petugas langsung saja menggunakan Kartu
Menujuh Sehat (KMS) seperti yang disebut diatas, bila berat badan balita di Bawah
Baris Merah (BGM) maka selanjutnya dengan yakinnya mereka mengatakan anak
balita tersebut telah menderita Gizi Buruk. Celakanya lagi petugas-petugas tingkat
Kabupaten dengan yakinnya menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh petugas
lapangannya dalam melakukan pendataan dengan dasar BGM pada KMS dan
menyimpulkan telah terjadi ribuan gizi buruk adalah benar. Seperti laporan yang
dikeluarkan oleh Tim Pendataan Kemiskinan Berbasis masyarakat (PKBM)
Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat telah ditemukan ribuan balita
gizi buruk, dilokasi dimana tim melakukan pendataan.
Apakah benar Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah Gizi
Buruk? Sebelum penulis menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu perlu dijelaskan
tentang KMS- Kartu Menujuh Sehat dan juga sedikit penjelasan tentang status gizi
Kartu Menujuh Sehat (KMS)

Status Gizi Berdasarkan Pemantuan Pertumbuhan Berat Badan

Kartu Menujuh Sehat (KMS) itu hanya difungsikan untuk Pemantauan pertumbuhan-
perkembangan balita dan Promosinya, bukan untuk penilaian status gizi, sekali lagi
bukan untuk pemantauan status gizi. Pada KMS tidak dibedakan menurut jenis
kelamin, balita laki-laki dan perempuan sama saja. walaupun sekarang
ditahun 2010 depkes telah membuat KMS dengan membedahkan jenis kelamin,
pembacaannya pada KMS tetaplah sama Pita gambar yang ada pada KSM
berdasarkan % median, artinya tidak disesuaikan dengan hasil berat badan balita dan
kemudian ditentukan status gizinya atau jelasnya berat badan yang tercantum pada
KMS hanya menggambarkan pola pertumbuhan berat badan balitabukan Berat Badan
per Umur, karena yang dilihat adalah garis bukan titik. Berat Badan di Bawah Garis
Merah (BGM) bukan menunjukkan keadaan GIZI BURUK tetapi
sebagaiwarning untuk konfirmasi dan tindak lanjutnya tetapi perlu diingat tidak
berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah dibawah garis merah.
Naik-Turunya berat badan balita selalu mengikuti pita warna pada KMS.
Yang jelas hasil penimbangan balita di posyandu hanya dapat dimanfaatkan atau
digunakan untuk
1. Pemantaun pertumbuhan dan perkembangan induvidu balita dengan melihat berat
badan yang ditimbang (D) apakah naik (N), turun (T) atau BGM
2. Perkiraan perkembangan pertumbuhan balita di masyarakat yaitu dengan melihat
presentase balita yang Naik Berat Badannya dibanding dengan keseluruhan balita yang
ditimbang (% N/D), termasuk juga presentase balita yang BGM di banding dengan
keseluruhan balita yang ditimbang (%BGM/D)
3. Perkiraan perkembangan keadaan gizi balita di masyarakat
4. Pembinaan kegiatan posyandu dengan menilai cakupan program (K/S) dan
partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu (D/S)
STATUS GIZI

Status Gizi berdasarkan Penilaian Tabel Antropometri

Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk
anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang
menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. (Depkes.RI 2008). Ukuran
yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat badan, bisa juga tinggi
badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa disebut dengan ukuran
antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks. Oleh karenanya hasil dimanfaatkan
atau digunakan untuk Assesment Keadaan Gizi Induvidu ataupun juga penentuan
status gizi masyarakat tentunya dengan menggunakan tabel antropomteri (bukan
KMS). Untuk assesment status gizi induvidu dengan indeks BB/U dapat dilihat 4
kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. (lihat perbedaannya
dengan KMS yang hanya untuk melihat Naik-Turun/Tetap dan BGM). Sementara
untuk assesmen keadaan gizi masyarakat dapat menentukan prevalensi gizi lebih, baik,
kurang dan buruk.
Perlu diingat pula Kategori Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U (Baca : Berat
Badan menurut Umur) dipakai untuk melihat status Gizi Lebih, Baik, Kurang dan
Buruk, tidaklah sama dengan Kategori Status Gizi dengan menggunakan Indeks
BB/TB maupun TB/U. Hal ini sering sekali salah diinterpretasikan. TB/U (Baca :
Tinggi Badan menurut Umur) hanya untuk melihat Tinggi atau Pendek ataupun
Normal, bukan gizi kurangnya ataupun buruknya. sedangnkan BB/TB (Baca : Berat
Badan menurut Tinggi Badan) untuk melihat gemuk atau kurus ataupun normal.
Ingat ! cobalah lihat anak-anak di sekeliling Anda. TB (Tinggi Badan) faktanya hanya
untuk melihat anak TINGGI atau anak PENDEK. BB (Berat Badan) faktanya hanya
untuk melihat Berat Badan Anak LEBIH atau KURANG. Dan BB/TB faktanya hanya
untuk melihat proporsi Berat Badan dan Tinggi Badanya terlihat GEMUK atau
KURUS. Sangatlah aneh kalau sang anak terlihat gemuk dinyatakan tinggi.
Untuk penjelasan mendetail tentang penilaian status gizi buka
Halaman DOWNLOADS dengan judul Penilaian Status Gizi pada blog @arali2008 ini.
STATUS GIZI dan KARTU MENUJUH SEHAT

Dengan jelasnya keterangan tentang status gizi dan KMS diatas, penulis selanjutkan
dapat menjawab permasalahan seperti yang terjadi pada bagian pertama tulisan ini.
Apakah benar Berat Badan Balita Dibawah Garis Merah pada KMS adalah Gizi
Buruk? Tentunya jawabnya adalah tidak benar, karena
1. KMS hanya di pergunakan untuk pemantauan pertumbuhan perkembangan balita
NAIK, TURUN dan BGM, yang dilakaukan tiap bulannya. Sementara Penentuan
status gizi buruk atau Status Gizi merupakan assesment status gizi seseorang dengan
menggunakan tabel antropometri, yang dilakukan sekali setahun. Walaupun
penggunaan indeks sama yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U) bukan berarti sama
karena untuk tabel antropomteri hanya ada 4 kategori yaitu Gizi Lebih, Baik, Kurang
dan Gizi buruk.
2. Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS merupakan
perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi bukan berarti
seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak yang telah mempunyai
pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah garis merah pada KMS.
3. Persamaanya adalah sebagai Indikator Status Gizi dengan menggunakan pendekatan
Antropomteri atau keduanya menggunakan hasil penimbangan Berat Badan dan juga
umur, termasuk juga Tinggi Badan
Sebelum penulis tutup, sayangilah anak Anda karena mereka adalah penerus cita-cita
keluarga, bangsa dan negara, salah satunya cara menyanginya adalah dengan selalau
memantau status gizinya dan status tumbuh kembangnya.

Catatan :
Artikel ini dibuat, ketika penulis sementara mengikuti pertemuan penerapan DefInfo-
MDGs di Kota Pare-Pare Propinsi Sulawesi Selatan. tanggal 2-4 Juli2009 yang
diselenggarakan Oleh Bappeda Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Kerja Sama
Dengan Unicef Makassar Indonesia. Ada kebingungan Pengelola MDGs Kabupaten
Polewali Mandar di dalam menggunakan Indikator Gizi yang akan digunakan dalam
Aplikasi DefInfo- MDGs Kabupaten Polewali Mandar tahun 2006-2008. Tulisan ini
sekirahnya dapat membantu.(arali2008)
https://arali2008.wordpress.com/2009/07/03/apakah-berat-badan-balita-dibawah-garis-
merah-bgm-adalah-gizi-buruk/

Você também pode gostar