Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
o
o
o
o
Paramedis dan [Unit Gawat Darurat UGD rumah sakit harus memiliki sarana prasarana yang
lengkap untuk menangani kasus ini. Hal ini berarti mereka harus memiliki staf, dokter, dan
peralatan kesehatan yang sesuai untuk anak.]
Demam tinggi yang tak kunjung berhenti - Demam biasanya terjadi sebagai gejala
dari penyakit lain. Pada sebagian besar kasus, demam tidak terlalu membahayakan. Namun,
apabila mencapai suhu 40C, demam anak dapat menyebabkan kejang, sehingga harus segera
ditangani. Demam juga dapat menandai adanya infeksi yang dapat membahayakan nyawa.
Kesulitan bernapas - Apabila anak mengalami kesulitan bernapas atau tidak bernapas,
maka kondisi ini dianggap sebagai gawat darurat anak. Orang pertama yang menolong anak,
pernah menjalani pelatihan medis atau tidak, harus memeriksa apakah ada hal yang
menghalangi pernapasan anak dan melakukan tindakan pertolongan pertama untuk membantu
anak bernapas.
Kejang atau konvulsi - Kejang atau konvulsi dapat disebabkan oleh demam tinggi atau
penyakit lainnya, seperti epilepsi. Orang tua atau wali dari anak yang memiliki penyakit yang
dapat menyebabkan kejang harus mengetahui cara untuk segera memberikan pertolongan saat
anak kejang.
Walaupun cedera ringan seperti sayatan, gigitan hewan, dan keseleo bisa saja tidak
membahayakan nyawa anak, namun cedera tersebut juga termasuk kondisi gawat darurat anak
karena dapat berubah menjadi serius secara cepat.
Sindrom Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS) juga merupakan
kondisi gawat darurat anak, namun berbeda dari jenis kondisi gawat darurat anak lainnya,
penyebabnya tidak diketahui. Bahkan autopsi tidak dapat menemukan penyebab SIDS. Cara
terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah mengurangi risiko, seperti tidur bersama dengan
orang tua, menggunakan tempat tidur bayi yang lembut, dan tidak merokok atau mengonsumsi
zat yang berbahaya selama kehamilan.
Apabila anak terlibat dalam kecelakaan yang parah atau mengalami cedera pada kepala, harus
diingat bahwa langsung memindahkan anak kemungkinan akan malah lebih membahayakan
nyawanya. Anak dapat menunjukkan berbagai gejala, namun asalkan ia masih bernapas,
langkah terbaik adalah menunggu paramedis yang terlatih untuk menolong anak.
Apabila Anda belum pernah menjalani pelatihan medis namun sedang menghadapi kondisi
gawat darurat anak, Anda harus melakukan hal-hal berikut:
Saat melakukan penilaian kondisi gawat darurat anak, penampilan adalah parameter yang
paling penting untuk menilai penyakit atau cedera. Faktor spesifik yang akan dicari dan dinilai
oleh dokter adalah Tone, Interactibility, Consolability, Look/Gaze, dan Speech/Cry.
Walaupun Anda belum pernah menjalani pelatihan medis, mengetahui faktor-faktor berikut
dapat membantu Anda menjelaskan situasi anak pada paramedis melalui telepon.
Tone: Periksa apakah anak dapat bergerak dan apakah otot berkontraksi dengan baik
Interactibility: Periksa apakah anak masih sadar atau dapat memberikan respon
Consolability: Apakah Anda dapat menenangkan anak?
Look/Gaze: Apakah anak dapat melihat Anda atau apakah pandangannya kosong?
Speech/Cry: Apakah anak dapat berbicara atau menangis secara spontan dan keras? Apakah
suaranya lemah atau serak?
Kunci dari menangani kondisi gawat darurat anak adalah Anda harus tetap tenang. Sangat
penting bahwa Anda sepenuhnya menyadari keadaan di sekitar Anda dan apa yang dialami
anak, dan Anda dapat memberitahukan hal-hal tersebut pada paramedis secara jelas, sehingga
mereka dapat memberikan instruksi tambahan dan menilai situasi tanpa harus berada di lokasi
DuniaIlmuKeperawatan
Wednesday, 9 September 2015
KONSEPKEGAWATDARURATANI
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang tediri dari 3 bab
yaitu : BAB I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II
adalah materi tentangkonsep latar belakang dan tujuan pentingnya pendidikan
kegawatdaruratan.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP KEGAWATDARURATAN I
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita gawat
darurat, hingga
dapat hidup dan berfungs kembali dalarn masyarakat sebagaimana mestinya.
2.Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan
yang Iebih memadai.
b. Menanggulangi korban bencana.
b. H : habits (kebiasaan)
c. I : inquiry (penyelidikan)
Namun UGD dan klinik kedaruratan sering digunakan untuk masalah yang
tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi
luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai kedaruratan.
a. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak (jangan panik).
b. Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi.
c. Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang
mengancam jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan).
d. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara
menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai (kecuali jika ada
ortopnea), lindungi korban dari kedinginan.
e. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk
menenangkan dan yakinkan akan ditolong.
f. Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika
hanya ada kondisi yang membahayakan.
g. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan
tindakan anastesi umum dalam waktu dekat.
h. Jangan dipindahkan (ditransportasi) sebelum pertolongan pertama selesai
dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai.
Dalam beberapa jenis keadaan kegawatdaruratan yang telah disepakati
pimpinan masing-masing rumah sakit dan tentunya dengan menggunakan Protap
yang telah tersedia, maka perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dapat
bertindak langsung sesuai dengan prosedur tetap rumah sakit yang berlaku. Peran
ini sangat dekat kaitannya dengan upaya penyelamatan jiwa pasien secara
langsung.
d. Terapi kegawatan intensive: tindakan terbaik untuk klien sakit kritis karena tidak
segera di intervensi menimbulkan kerusakan organ yang akhirnya meninggal.
e. Mati klinis: henti nafas, sirkulasi terganggu, henti jantung, otak tidak berfungsi
untuk sementara (reversibel). Resusitasi jantung paru (RJP) tidak dilakukan bila:
kematian wajar, stadium terminal penyakit seperti kanker yang menyebar ke otak
setelah 1/2-1 jam RJP gagal dipastikan fungsi otak berjalan.
f. Mati biologis: kematian tetap karena otak kerkurangan oksigen. mati biologis
merupakan proses nekrotisasi semua jaringan yang mulai dari neuron otak yang
nekrosis setelah satu jam tanpa sirkulasi oleh jantung, paru, hati, dan lain lain.
h. Fatwa IDI mati: jika fungsi pernafasan seperti jantung berhenti secara pasti
(irreversibel atau terbukti kematian batang otak).
Dua kasus diatas memiliki sebuah perbedaan yang jelas dengan melihat
kasus tersebut, yang meski dilakukan oleh seorang perawat adalah melihat kondisi
si klien B maka lebih diutamakan dibandingkan dengan klien A karena pada klien B
kondisi gawat daruratnya disebabkan oleh adanya penyakit epilepsi. Sedangkan
untuk klien A dalam kondisi gawat darurat juga akan tetapi ia masuk kedalam unit
atau bagian gawat darurat (UGD) bukan berarti tidak diperdulikan.
UGD merupakan unit atau bagian yang memberikan pelayanan gawat darurat
kepada masyarakat yang menderita penyakit akut atau mengalami kecelakaan.
Seperti pada kasus diatas pada klien A, ia mengalami suatu kecelakaan yang
mengakibatkan cedera tulang belakang dengan demikian yang meski dibawa ke
UGD adalah yang klien A yang mengalami kecelakaan tersebut.
Ketepatan resusitasi efektif dan stabilisasi klien gawat dan yang mengalami
perlukaan
Cemas
Histeris
Mudah marah
2.10 Triage
Tujuan triage adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang
memerlukan pertolongan kedaruratan Dengan triage tenaga kesehatan akan
mampu :
Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien.
Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan.
Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
Sistem pelayanan bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya
harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang
tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit
untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam
prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki
kualisifikasi:
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Namun UGD dan klinik kedaruratan sering digunakan untuk masalah yang
tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi
luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di
pertimbangkan sebagai kedaruratan.
3.2 SARAN
Sebagai seorang calon perawat yang nantinya akan bekerja di suatu institusi
Rumah Sakit tentunya kita dapat mengetahui mengenai perspektif keperawatan
kritis dan kegawatdaruratan, dan ruang lingkup kritis dan kegawadaruratan. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, karena manusia tidak ada yang
sempurna, agar penulis dapat belajar lagi dalam penulisan makalah yang lebih baik.
Atas kritik dan saran dari pembaca, penulis ucakan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
A: sadar (alert)
Jika anak tidak sadar, coba untuk membangunkan anak dengan berbicara atau
mengguncangkan lengan anak. Jika anak tidak sadar, tetapi memberikan reaksi terhadap
suara, anak mengalami letargis. Jika tidak ada reaksi, tanyakan kepada ibunya apakah
anak mempunyai kelainan tidur atau susah untuk dibangunkan. Lihat apakah anak
memberikan reaksi terhadap rasa sakit atau tidak. Jika demikian keadaannya berarti anak
berada dalam keadaan koma (tidak sadar) dan memerlukan pengobatan gawat darurat.
Apakah anak kejang? Apakah ada kejang berulang pada anak yang tidak memberikan
reaksi?