Você está na página 1de 7

Wendaka Setiya Pratama

201410170311351
Akuntansi 6 G

ANALISIS PERUSAHAAN GUDANG GARAM


1) Rasio Manajemen Aset
a. Rasio perputaran persediaan
2014 = Penjualan = 65.185.850 = 1,87
persediaan 34.739.327

2015 = 70.365.573 = 1,88


37.255.928

Dari rasio diatas menunjukkan terjadi peningkatan perputaran persediaan


sebesar 0,01 dari 1,87 menjadi 1,88. Meskipun terjadi peningkatan
sebenarnya perusahaan terlalu banyak dalam menyimpan persediaan dan
menyebabkan timbulnya asumsi bahwa perusahaan mungkin memiliki
barang-barang usang yang nilainya lebih rendah dari pada nilai tercatat.
Walaupun perusahaan beralasan jika peningkatan tersebut berguna untuk
memperkecil dampak yang mungkin ditimbulkan oleh naik dan turunnya
ketersediaan bahan baku di pasar serta stabilitas kualitas dan biaya bahan
baku. Namun hal itu mencerminkan bahwa investasi dengan tingkat
pengembalian menjadi lebih rendah karena kurang cepatnya perputaran
persediaan perusahaan.
Disebutkan bahwa pada tahun 2015 terjadi peningkatan kenaikan aset
lancar sebesar 10,5 % menjadi 42,6 T salah satunya yang ikut berkontribusi
cukup besar yaitu peningkatan persediaan diakhir tahun.

b. Jumlah hari penjualan belum tertagih (Days sales outstanding/DSO)


2014 = Piutang
Penjualan tahunan /365
= 1.532.272
65.185.850/365
= 8,57 = 8 hari
2015 = 1.568.098
70.365.573/365
= 8,13 = 8 hari

Dari rasio diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan yang
berarti terhadap peningkatan jumlah pelunasan tagihan piutang pelanggan.
Hal itu terjadi dikarenakan walaupun sebagaian besar jumlah piutang itu
sudah jatuh tempo atau sebesar 295.530 jt namun tidak mengalami penurunan
nilai walaupun kemungkinan besar sejumlah pelanggan akan mengalami
terlambat dalam melakukan pembayarannya, manajemen tetap optimis dan
berkeyakinan bahwa semua piutang dapat ditagih sehingga penyisihan
penurunan nilai menjadi nihil.
c. Rasio perputaran aset tetap
2014 = penjualan
Aset tetap
= 68.185.850
19.701.678
= 3,46
2015 = 70.365.573
20.936.982
= 3,36
Rasio diatas menunjukkan terjadi penurunan perputaran aset tetap
sebesar 0,1 % hal itu membuktikan bahwa terjadi penurunan efektifitas
perusahaan dalam menggunakan pabrik dan peralatannya untuk
menghasilkan produk. Namun harus dimaklumi jika setiap penurunan yang
terjadi akibat adanya penambahan aset tetap sebesar 6.0 % menjadi 20,1 T
terdiri dari rekontruksi bangunan pabrik, mesin, dan peralatan produksi yang
masih dalam proses penyelesaian dan diharapkan dapat selesai ditahun 2016.

d. Rasio perputaran total aset


2014 = penjualan = 68.185.850 = 1,17
Total aset 58.234.278
2015 = 70.365.573 = 1,10
63.505.413

Rasio perputaran total aset menunjukkan adanya penurunan sebesar 0,07


sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut tidak menghasilkan
cukup penjualan jika melihat dari jumlah total asetnya, hal itu dikarenakan
adanya peningkatan jumlah total aset dari 58,2 T menjadi 63,5 T dimana aset
lancar berkontribusi sebesar 10,5 % salah satunya yaitu peningkatan jumlah
persediaan diakhir tahun dan aset tidak lancar yang masih dalam tahap
penyelesaian sehingga tidak dapat digunakan dalam membantu peningkatan
penjualan.

2) Rasio Profitabilitas
a. Margin laba atas penjualan
2014 = laba bersih = 5.432.667 = 0,07
Penjualan 68.185.850
2015 = 6.452.834 = 0,09
70.365.573
Dari rasio diatas menunjukkan terjadi peningkatan jumlah margin laba atas
penjualan hal itu membuktikan jika semakin baik operasi perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih per dolar penjualan.
Rasio utang terhadap ekuitas turun menjadi 75,8 % menjadi 67,1 % ditahun
2015 mempunyai pengaruh yang positif terhadap margin laba sehingga dapat
disimpulkan bahwa perusahaan lebih sedikit menggunakan utang sebagai
sumber pendanaan dibanding yang lain maka perusahaan memiliki beban
bunga yang relatif rendah, beban bunga yang rendah tersebut akan
menaikkan laba bersih perusahaan.
b. Pengembalian total aset (ROA)
2014 = laba bersih = 5.432.667 = 0,09
Total aset 58.234.278
2015 = 6.452.834 = 0,10
63.505.41
Terjadi peningkatan terhadap tingkat pengembalian total aset walaupun
tidak signifikan yaitu hanya sebesar 0,1 menunjukkan bahwa semakin tinggi
penghasilan bersih yang diperoleh maka akan semakin baik keadaan
perusahaan. Hal ini terjadi dikarenakan adanya penurunan rasio utang
terhadap ekuitas. Utang usaha perusahaan memang mengalami kenaikan tapi
tidak dengan rasionya utang terhadap ekuitas yaitu 75% ditahun 2014
menjadi 65% ditahun 2015, kenaikan utang yang terjadi itu diringi dengan
menigkatkanya jumlah aset perusahaan sehingga presentase utang terhadap
ekuitas semakin turun dan itu menggambarkan semakin baiknya kinerja
perusahaan dalam menghasilka pedapatan bersih.

c. Pengembalian atas ekuitas (ROE)


2014 = laba bersih = 5.432.667 = 0,16
Ekuitas 33.134.403
2015 = 6.452.839 = 0,17
38.007.909

ROE diatas menunjukkan tidak adanya peningkatan yang mencolok


diantara tahun 2014-2015 hanya sebesar 0,01 atas investasi pemegang saham
sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap peningkatan hutang yang terjadi ini
berdampak terhadap ROE tersebut.
Analisis PT HM Sampoerna

1. Rasio manajemen aset


a. Rasio perputaran persediaan
penjualan 80.690.139
2014 = persediaan = 17.431 .586 = 4.62
penjualan 89.069.306
2015 = persediaan = 19.071.523 = 4.67

Rasio diatas menunjukan terjadi peningkatan terhadap perputaran


persediaan yaitu sebesar 0,05 dan itu berarti semakin tinggi tingkat
pengembalian yang diakibatkan dari meningkatnya minat konsumen
terhadap produk sehingga berdampak pada tingkat penjualan bersih setiap
produk, misalnya peningkatan produk baik jenis SKM dan SKT salah
satunya Dji sam soe sebesar 4,9% dan Marlboro sebesar 9.8%.

b. Jumlah hari penjualan belum tertagih (DSO)

piutang 2.458 .742


2014 = penjualan tahunan/365 = 80.690.139 /365 = 4,56 = 4 hari

piutang 1.009 .645


2015 = penjualan tahunan/365 = 89.069.306 /365 = 10,07 =10
hari

Dari rasio diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan terhadap


lamanya penerimaan pelunasan piutang pelanggan yang berakibat
pelanggan tidak melunasi hutangnya atau terlambat dalam melakukan
pembayaran, padahal dalam setiap tambahan dana dari pelunasan piutang
dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi dana pinjaman dari bank
atau jenis modal lain yang mahal. Peningkatan rasio ini dipicu adanya
kebijakan kredit yang berubah serta adanya piutang yang telah jatuh tempo
yaitu sebesar 187.814 (belum dibayar) dan terdapat penyisihan penurunan
nilai sebesar 5.525. manajemen berkeyakinan bahwa saldo penyisihan atas
penurunan nilai piutang cukup untuk menutupi kerugian dari tidak
tertagihnya piutang.
c. Rasio perputaran aset tetap
penjualan 80.690.139
2014 = aset tetap = 7.603.116 = 10,61
penjualan 89.069.306
2015 = aset tetap = 8.203 .394 = 10,85

Terdapat peningkatan dalam perputaran aset tetap perusahaan


sebesar 0,24 sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat
menggunakan baik itu peralatan dan pabriknya secara efektif untuk
menghasilkan produk yang dibutuhkan. Sebagian besar aset tetap
perusahaan itu disewakan kepada pihak luar, misalnya adanya perjanjian
sewa menyewa dengan PT Philip Morris Indonesia sehingga perusahaan
mendapatkan pendapatan 43,2 Milyar. Perusahaan juga melakukan sewa
pembiayaan (leasing) terutama terhadap alat-alat pengangkutan yang
bernilai 97.728 dengan begitu perusahaan dapat mengukur apa saja aset
yang dapat digunakan dalam produksi tanpa menambah jumlah aset tetap
perusahaan.

d. Rasio perputaran total aset


penjualan 80.690.139
2014 = total aset = 28.380 .630 = 2,84
penjualan 89.069.306
2015 = total aset = 38.010 .724 = 2,34

Dari rasio diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan terhadap


perputaran total aset perusahaan sebesar 0,5. Perusahaan tidak
menghasilkan cukup penjualan jika melihat total asetnya yang banyak.
Perusahaan sebaiknya harus bisa meningkatkan penjualannya dengan
didukung adanya aset perusahaan. Alasan lain, penurunan terjadi karena
adanya peningkatan yang cukup besar terutama pada total aset perusahaan
(aset lancar). Namun hal tersebut memunculkan kemungkinan ada aset
lancar yang jumlahnya besar tetapi menganggur di perusahaan.
2. Rasio profitabilitas
a. Margin laba atas penjualan
laba bersih 10.181.083
2014 = penjualan = 80.690.139 = 0,12
laba bersih 1.363.308
2015 = penjualan = 89.069.306 = 0,11

Margin laba atas penjualan mengalami penurunan yaitu sebesar


0,01 sehingga dapat disimpulkan jika perusahaan mengalami penurunan
dalam mengahasikan laba bersih per dollar. Hal itu mungkin terjadi karena
biaya yang terlalu tinggi, misalnya biaya penjualan yang meningkat 12,8%
,beban pokok penjualan yang tidak termasuk cukai meningkat 2,2 Triliun
atau 11,9% ,serta kenaikan biaya umum dan administrasi perseroan dari
1,4 Triliun menjadi 1,7 Triliun pada tahun 2015 dan juga disebabkan
peningkatan gaji dan upah yang diiringi dengan kenaikan biaya terkait
inflasi. Setiap kenaikan biaya di perusahaan tidak diiringi dengan
meningkatnya penjualan yang signifikan dimana penjualan hanya
mengalami kenaikan sebesar 0,1% dari tahun sebelumnya.

b. Pengembalian atas total aset (ROA)


laba bersih 10.181.083
2014 = total aset = 28.380 .630 = 0,35
laba bersih 10.363.308
2015 = total aset = 38.010 .724 = 0,27

Dari rasio diatas menunjukan bahwa terjadi penurunan dalam


pengembalian total aset sehingga dapat disimpulkan bahwa kurang
efektifnya perusahaan dalam mengelola setiap nilai aset yang mereka
miliki untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Kenaikan jumlah
total aset sebesar 33,9% namun tidak dapat mendorong dalam
meningkatkan laba bersih perusahaan. Misalnya bertambahnya aset lancar
yang terjadi akibat akun piutang usaha yang belum tertagih sebesar
2.294.201 dan di tambah dengan mutasi penyisihan persediaan usang serta
adanya penambahan beberapa aset tetap yang masih dalam proses
penyelesaian yang tidak memberikan nilai tambah terhadap laba bersih.
c. Pengembalian ekuitas biasa (ROE)
laba bersih 10.181 .083
2014 = ekuitas biasa = 13.498 .114 = 0,75
laba bersih 10.363 .308
2015 = ekuitas biasa = 32.016 .060 = 0,32

Terjadi penurunan pengembalian atas ekuitas, Hal ini tentu akan


berdampak terhadap munculnya asumsi para investor bahwa kinerja perusahaan
menurun karena adanya penurunan tingkat pengembalian atas investasi pemegang
saham. Alasan penurunan juga dikarenakan adanya kenaikan yang tinggi terhadap
jumlah modal yang disetor namun perusahaan tidak dapat memaksimalkan dengan
baik sehingga tidak memberikan dampak yang berarti terhadap tingkat
pengembalian atas investasi pemegang saham biasa.

Você também pode gostar