Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
Annisa Khaira Maadi
22030114120006
B. Skrinning Gizi
Skrinning yang digunakan adalah Strong Kids
No. RM : 1234
Nama : Anak W
H. Comparative Standar
Domain Data Interpretasi
CS-1.1.1 Total Energy 1628 kkal Perhitungan kebutuhan
Estimated Needs estimasi energi
berdasarkan BB aktual
dan aktivitas tinggi.
CS-1.1.2 Method for Rumus Nelson -
Estimating Needs
CS-2.1.1 Total Fat 45 gr Lemak = 25 % dari total
Estimated Needs energi
CS-2.2.1 Total Protein 43 gr Protein = 1,2 g/KgBB
Estimated Needs
CS 2.2.2 Type of protein 50% protein hewani dan -
needed 50% protein nabati
CS-2.3.1 Total 244 gr Karbohidrat = 60% fari
Carbohydrate Estimated total energy
Needs
CS-2.4.1 Total Fiber 30 gr Kebutuhan serat
Estimated Needs menurut AKG 2013
CS 4.1.2 50 gr Kebutuhan vitamin C
Vitamin C
menurut AKG 2013
CS 4.2.1 Kalsium 1200 mg Kebutuhan kalsium
menurut AKG 2013
CS 4.2.3 Iron 13 mg Kebutuhan besi
menurut AKG 2013
CS 4.2.4Magnesium 150 gr Kebutuhan Magnesium
menurut AKG 2013
CS 4.2.5Pottasium 720 mg Kebutuhan : 40
mg/KgBB
CS 4.2.6 Phosporus 1000 mg Berdasarkan kebutuhan
pada pasien CHF stage
V
CS 4.2.7 Sodium 1500 mg Berdasarkan kebutuhan
pada pasien CHF stage
V
CS 5.1.1 Ideal/ Reference 36 kg Rumus BBI = (Usia x
body weight (IBW) 7)-5 /2
D. Diagnosis Gizi
1. Asupan makan oral tidak adekuat (NI 2.1) berkaitan dengan mual, muntah, dan
sesak nafas ditandai dengan asupan makan hanya 57% dari kebutuhan.
2. Asupan Protein berlebih (NI 5.7.2) berkaitan dengan kebiasaan menyukai makanan
tinggi protein seperti tempe, tahu, telur, dan ikan bandeng ditandai dengan asupan
protein sebelum dan sesudah di RS melebihi kebutuhan (212,5% dan 145%)
3. Perubahan Nilai Laboratorium (NC 2.2) berkaitan dengan gangguang fungsi ginjal
ditandai dengan tidak normalnya kadar ureum, kreatinin, hematokrit, kreatinin,
hemoglobin dan natrium.
1. Perencanaan
a. Tujuan Intervensi
a) Meningkatkan asupan energi total
b) Mengontrol asupan protein
c) Mengatur keseimbangan air dan elektrolit (kadar kalium, natrium, dan
fosfor)
d) Membantu menormalkan kadar kreatinin, ureum dan natrium dalam darah
menuju normal
e) Membantu mengendalikan kondisi terkait dengan penyakit gagal ginjal
kronik seperti anemia.
f) Mempertahankan fungsi ginjal
g) Mencapai status gizi menjadi normal
b. Preskipsi Diet
1) Memodifikasi asupan kalori sesuai dengan kebutuhan pasien yaitu 30
kkal/kgBBI/hari
2) Memodifikasi asupan protein sebesar 1,2 g/kgBBI/hari dengan 50% dari
protein bernilai biologis tinggi (50% protein hewani dan 50% protein
nabati)
3) Memodifikasi asupan lemak 25-35% dari kebutuhan,diutamakan lemak tak
jenuh ganda
4) Membatasi asupan natrium <2000 mg setara dengan 5 sdm garam dapur
atau NaCl dalam sehari
5) Memodifikasi asupan kalium sebesat 40 mg/kgBB/hari (720 mg)
6) Memodifikasi asupan kalsium 2000 mg/hari dari makanan dan obat
7) Memodifikasi asupan fosfor sebesar 800-1000 mg/hari
8) Memberikan asupan cairan 1 liter jika pasien sudah tidak ada urinnya sama
sekali
9) Memodifikasi jumlah vitamin dan mineral. Memberikan vitamin larut air
seperti vitamin B kompleks, vitamin C dan vitamin D yang memadai untuk
mengontrol PTH. Serta mineral yang dibutuhkan yaitu zat besi dan seng.
2. Implementasi
a. Pemberian Diet
1) Pemberian diet sesuai kebutuhan dan diet rendah garam serta diet rendah
purin.
2) Memberikan jenis makanan biasa, dengan porsi kecil tapi sering
3) Pemberian makan lewat jalur oral
4) Memberikan asupan makanan yang alami dan menghindari makanan kaleng
untuk menghindari asupan tinggi natrium
5) Melakukan cara pengolahan khusus pada bahan makanan untuk
menghilangkan sebagian kalium dalam bahan makanan
b. Edukasi
Tujuan
Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
penyakit yang dialami pasien dan pentingnya peran gizi sebagai penunjang
dalam memperbaiki keadaan pasien
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tempat : ruang rawat inap
Durasi : 30 menit
Media : Leaflet
Materi :
1. Memberikan gambaran singkat mengenai gagal ginjal kronik
2. Menjelaskan asupan zat gizi yang perlu diperhatikan sesuai dengan
kondisi pasien
3. Penerapan dan implementasi prinsip gizi seimbang
4. Menjelaskan cara pengolahan makanan yang baik dan benar
5. Menjelaskan bahan makanan yang dianjurkan dan dihindari
c. Konseling
Tujuan
Memberikan motivasi kepada pasien tentang pentingnya terapi diit yang
sedang dijalankan
Sasaran : pasien didampingi keluarga
Tempat : ruang rawat inap
Metode : diskusi dan tanya jawab
Waktu : 15-30 menit
Media :Leaflet
Materi : menginformasikan hasil pengkajian gizi pasien, menjelaskan
tujuan diet, mendiskusikan perubahan pola makan, dan memberikan
contoh menu sesuai dengan perhitungan kebutuhan gizi pasien
G. Pembahasan
Anak W didiagnosa dokter menderita Chronic Kidney Disease (CKD) stage V.
Chronic kidney DIisease (CKD) merupakan suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir pada gagal ginjal. Penyakit ginjal kronik terjadi apabila kedua ginjal tidak mampu
mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada
ginjal bersifat irreversibel. Dikatakan gagal ginjal kronik apabila kerusakan ginjal terjadi
lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan
laju filtrasi glomerulus, dengan manifestasi : kelainan patologis, terdapat tanda kelainan
ginjal misalnya laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2.1
The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney
Foundation (NKF) menyatakan gagal ginjal kronik terjadi apabila berlaku kerusakan jaringan
ginjal atau menurunnya glomerulus filtration rate (GFR) kurang dari 60 mL/min/1.73 m2
selama 3 bulan atau lebih. Berikut adalah tahap yang telah ditetapkan menerusi (K/DOQI)
pada tahun 2002 :
- Stage 1: Kidney damage with normal or increased GFR (>90 mL/min/1.73 m2 )
- Stage 2: Mild reduction in GFR (60-89 mL/min/1.73 m2 )
- Stage 3: Moderate reduction in GFR (30-59 mL/min/1.73 m2 )
- Stage 4: Severe reduction in GFR (15-29 mL/min/1.73 m2 )
- Stage 5: Kidney failure (GFR < 15 mL/min/1.73 m2 dialisi)
Berdasarkan hasil skrinning menggunakan Strong Kids diperoleh hasil skor 4 , yang
berarti pasien berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Data antropometri anak W berupa
berat badan 18 Kg dan tinggi badan 115 cm, sehingga diperoleh nilai z-score IMT/U
-2.34 yang berarti Underweight.
Untuk nilai biokiminya, anak W memiliki kadar ureum, kreatinin dan sodium
diatas normal. Sedangkan nilai hemoglobin, hematokrit dan eritrosit berada dibawah
normal. Pada dasarnya, bagi penderita CKD stage V nilai kreatinin dan Ureum
nyamengalami kenaikan. Kreatinin adalah hasil degradasi normal otot dan urea
adalah hasil akhir matebolisme protein2. Berdasarkan hasil analisis, Anak W juga
mengalami anemia karena nilai hemoglobinnya 10,3 g.dl. anemia terjadi Anemia
terjadi pada 80-90 % pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada penyakit ginjal
kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoetin. Hal-hal yang ikut berperan
dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misal, perdarahan
saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya
hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik dan
proses inflamasi akut maupun kronik3 .
Anak W mengalami keluhan berupa sesak napas, mual, muntah, dan lemas.
Gejala anoreksia, mual dan muntah pasien PGK biasanya diisebabkan karena adanya
asidosis. Salah satu gejala yang sudah jelas akibat asidosis adalah pernafasan
Kussmaul. Pernafasan kussmaul adalah pernafasan yang dalam dan berat, yang
timbul karena kubutuhan untuk meningkatkan eksresi karbondioksida, sehingga
mengurangi keparahan asidosis4.
Pada pengkajian riwayat asupan dilihat dengan metode FFQ (Untuk asupan
SMRS) Dan metode recall-24 jam (untuk asupan di RS). Data asupan anak W
sebelum masuk rumah sakit (SMRS) rata- asupan energi (92,7%), karbohidrat (83%),
mangan (105,2%), fosfor (95,2%) cukup sesuai kebutuhan, asupan protein berlebih
(212,5%), lemak berlebih (131,7%), magnesium berlebih (128%), kolesterterol
berlebih (148%), serta zat gizi lain seperti serat, kalsium, vitamin C, besi, zink,
vitamin B1, vitamin C, dan Vitamin A yang kurang dari kebutuhan. Sedangkan
asupan pasien saat dirumah sakit diperoleh hasil bahwa rata-rata asupan makro dan
mikro kurang, hanya asupan protein dan kalium yang berlebih.
Berdasarkan hasil pengkajian diatas, diperoleh beberapa diagnosis gizi anak
W, yaitu:
1. Asupan makan oral tidak adekuat (NI 2.1) berkaitan dengan mual,
muntah, dan sesak nafas ditandai dengan asupan makan hanya 57% dari
kebutuhan.
2. Asupan Protein berlebih (NI 5.7.2) berkaitan dengan kebiasaan
menyukai makanan tinggi protein seperti tempe, tahu, telur, dan ikan
bandeng ditandai dengan asupan protein sebelum dan sesudah di RS
melebihi kebutuhan (212,5% dan 145%)
3. Perubahan Nilai Laboratorium (NC 2.2) berkaitan dengan gangguang
fungsi ginjal ditandai dengan tidak normalnya kadar ureum, kreatinin,
hematokrit, kreatinin, hemoglobin dan natrium.
Rencana intervensi gizi pada anak W bertujuan untuk meningkatkan asupan energi
total, mengontrol asupan protein, mengatur keseimbangan air dan elektrolit (kadar kalium,
natrium, dan fosfor), membantu menormalkan kadar kreatinin, ureum dan natrium dalam
darah menuju normal, membantu mengendalikan kondisi terkait dengan penyakit gagal ginjal
kronik seperti anemia, mempertahankan fungsi ginjal dan mencapai status gizi menjadi
normal
Asupan kalori diberikan sesuai dengan kebutuhan anak W yaitu sekitar 1808,75 kkal.
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk PGK harus adekuat dengan tujuan utama
yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan
memelihara status gizi4.
Karbohidrat diberikan sebesar 60% dari kebutuhan, asupan protein sebesar 1,2
gr/kgBB/hari karena pasien telah mengalami dialisis. Protein yang diberikan berasal dari 50%
protein nabati dan 50% protein hewani. Pemberian asupan protein pada pasien tidak terlalu
tinggi, karena Pemberian diet tinggi protein pada pasien penyakit ginjal kronik akan
mengakibatkan penimbunan substansi nitrogen dan ion anorganik lain mengakibatkan
gangguan klinis dan metabolik yang disebut uremia. Pembatasan protein akan mengakibatkan
berkurangnya sindrom uremik. protein berlebihan (protein Overload) akan mengakibatkan
perubahan hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah dan tekanan intraglomerulus
(intraglomerulus hyperfiltration) yang akan meningkatkan progresifitas pemburukan fungsi
ginjal. Pembatasan asupan protein juga berkaitan dengan pembatasan asupan fosfat karena
protein dan fosfat selalu berasal dari sumber yang sama. Pembatasan fosfat perlu untuk
mencegah terjadinya hyperfosfatemia5.
Asupan lemak diberikan 30% dari kebutuhan. Pada pasien juga diperhatikan asupan
kalium, fosfor dan kalsium serta natrium. Kalium diberikan sebesar 40 mg/kgBB atau 800
mg, kalsium 1200 mg, dan natrium <2000 mg per hari. Kalium adalah mineral yang banyak
ditemukan dalam makanan, terutama susu, buah-buahan, dan sayuran, kalium mempenagruhi
detak jantung. Ginjal yang ,mengalami penurunan fungsi, akan terganggu dalam menajga
keseimbangan kalium dalam darah. Kadar kalium yang tinggi dalam darah yaitu >5,5 mg/dl
atau pasien tidak ada urin lagi, dapatmeningkatkan kadar kalium darah sehingga detak
jantung tidak beraturan yang disebut aritmia. Makan yang banyak mengandung kalium dapat
menyebabkan jantung berhenti bekerja sehingga menyebabkan kematian.
Asupan fosfor diberikan sebesar 800-1000 mg/hari, asupan cairan diberikan 1 L karena
pasien tidak ada urinnya sama sekali. Modifikasi jumlah vitamin dan mineral juga perlu,
seperti memberikan vitamin larut air yaitu vitamin B kompleks,vitamin C dan vitamin D yang
memadai untuk mengontrol PTH. Serta mineral yang dibutuhkan yaitu zat besi dan zink.
Implementasi pemberian diet pada anak W yaitu diet rendah garam serta diet rendah
natrium. Jenis makanan yang diberikan adalah makanan biasa dengan porsi yang kecil tapi
sering, dihindari makanan kalengan untuk menghindari asupan tinggi natrium. Serta
melakukan cara pengolahan khusus pada bahan makanan untuk menghilangkan sebagian
kalium dalam bahan makanan. pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan
buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci
kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah/coktail
buah6.
Selain itu, intervensi edukasi dan konseling juga diberika kepada pasien dak keluarga
pasien. Tujuan pemberian edukasi adalah meningkatkan pengetahuan pasien dan kelurga
pasien mengaenai penyakit yang dialami pasien dan pentingnya peran gizi sebagai penunjang
dalam memeperbaiki keadaan pasien. Edukasi diberikan selama 30 menit dengan
menggunakan media leaflet. Materi yang diberikan antara lain, gambaran singkat mengenai
gagal ginjal kronik, menjelaskan asupan gizi yang perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi
pasien, penerapan dan implementasi prinsip gizi seimbang, menjelaskan cara pengolahan
makanan yang baik dan benar, serta menjelaskan bahan makanan apa saja yang dihindari dan
dianjurkan.
1. Dwi F. CKD stage 5 dan Anemia. Fak Kedokt Univ Islam Bandung. 2014;
2. No Title [Internet]. Universitas Sumatera Utara. [cited 2017 Mar 27]. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21486/4/Chapter II.pdf.
3. Taruna A. Penyakit Ginjal Kronik Derajat V. Univ Negeri Lampung. 2014;2(3).
4. Murbawani EA, Noer ER. Buku Ajar Asuhan Gizi 2. Semarang: UPT Undip Press
Semarang; 2014.
5. Hardinsyah, Supariasa ID nyoman. Ilmu Gizi, Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC,
Penerbit Buku Kedokteran; 2016.
6. Kresnawan T. Diet Rendah Protein dan Penggunaan Protein Nabati pada Penyakit
Ginjal Kronik. Ahli Gizi Instal Gizi RSCM Jakarta [Internet]. Available from:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/diet_rendah_prot-nabati.pdf
Lampiran
Lampiran 1. Analisis zat gizi makanan SMRS
Zat gizi Kebutuha Recall % Interpretasi
n Kecukupan
Energi (kkal) 1808,95 1678,2 92,7 Cukup
Karbohidrat (g) 271,3 225,3 83 Cukup
Protein (g) 24 51 212,5 Lebih
Lemak (g) 50,2 65,8 131,07 Lebih
Fiber (g) 30 3 10 Kurang
Kalsium (mg) 1200 734 61,1 Kurang
Vitamin C(mg) 50 8 16 Kurang
Magnesium 150 192 128 Lebih
(mg)
Mangan (mg) 1,9 2 105,2 Cukup
Fosfor (mg) 1000 952 95,2 Cukup
Besi (mg) 13 6 46,1 Kurang
Zinc (mg) 14 5 35,7 Kurang
Vitamin B1(mg) 1,1 0,4 36,3 Kurang
Vitamin C (mg) 50 8 16 Kurang
Vitamin A (g) 600 286 47,6 Kurang
Kolesterol (g) <300 444 148 Lebih
Lampiran 2. Analisis zat gizi makanan di RS
Snack 10.00
Bolu Kue bolu 50 gr 1 porsi 1p
Madu Madu 10 g 1 sdm 1p
Buah pir Pir 85 g bh sdg 1p
Snack 16.00
Risoles Risoles 50 gr 1 porsi 1p
Teh manis Teh manis 200 gr 1 gls 1p
Apel Apel 85 gr 1 bh kcl 1p
Minyak kelapa 5 gr 1 sdt p
sawit
Makan malam 18.00
Nasi Beras 100 gr gls 1p
Nugget sayur Tepung terigu 10 g 1 sdm 1/5 p
Telur dadar wortel 100 g 1 gls 1p
biskuit telur ayam 55g 1btr 1p
biskuit 40 g 4 keping 1p
Snack 20.00
roti isi strawbery Roti isi strawbery 50g 1 porsi 1p
mangga Mangga 45 g 3/8 bh besar p
teh manis Teh manis 200 g 1 gls 1p
Lampiran 4. Analisis zat gizi menu
Lampiran 5. Perhitungan Kebutuhan
- Perhitungan Kebutuhan berdasarkan rumus Nelson
- BMR = 55 x BBI
= 55 x 20
= 1100(A)
- AF = 25% x 1100
= 275 (B)
A + B = 1375(C)
- SDA = 10% x 1375
= 137,5 (D)
C + D = 1512,5 (E)
- Pertumbuhan= 12% x BMR
= 12% x 1100
= 132(F)
E + F = 1644,5 (G)
- Feses = 10% x 1644,5
= 164,45(H)
- Total = G + H
= 1808,95 kkal
- Bb ideal = 20 Kg (WHO Antrophlus)
- Kebutuhan Karbohidrat = 60% x 1808,95 = 1085,37 kkal = 271,3 gr
- Kebutuhan Lemak = 25% x 1808,95 = 452 kkal = 50,2 gr
- Kebutuhan protein = 1,2 x BBI = 24 gr
- Kebutuhan kalium = 40 mg x 18 = 720 mg