Você está na página 1de 11

TUGAS

SISTEM RESPIRASI

DI SUSUN OLEH :

NAMA: SARCE

NPM : 115-013-051

KELAS: III A

PROGRAM STUDI: PSIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU

STIK IJ PALU
CA PARU/kanker paru

A. Etiologi
1. Rokok

Rokok merupakan penyebab 85 90% kasus kanker paru, dimana resiko kanker paru
pada perokok 30 kali lebih besar dari yang bukan perokok. Perokok pasif memiliki resiko 2
kali lipat untuk menjadi kanker paru, sedangkan perokok aktif 20 kali lipat untuk mengalami
kanker paru. Resiko untuk terjadinya kanker paru berhubungan dengan dosis kumulatif yang
pada rokok digunakan isitilah Pack-year atau pak per tahun dan untuk pencatatan biasanya
dipakai batang per hari. Resiko untuk terjadinya kanker tipe sel besar meningkat pada
perokok sedangkan beberapa adenokarsinoma tidak berhubungan dengan rokok khususnya
pada wanita
Ini karena tembakau pada rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dimana 50 di
antaranya dikenal sebagai karsinogen (yang berarti agen penyebab kanker) yang dapat
menyebabkan kerusakan pada sel-sel paru-paru. Sebuah sel yang sudah rusak dapat menjadi
kanker dalam jangka waktu tertentu.
2. Paparan dengan gas radon
Faktor risiko kedua untuk kanker paru-paru adalah paparan gas radon. Radon adalah
gas radioaktif yang terjadi secara alami di tanah di daerah tertentu, yang dapat menyebabkan
kanker paru-paru jika merembes ke dalam rumah Anda.

3. Skrining kanker paru-paru

Skrining berarti pengetesan untuk tahap awal penyakit sebelum ada gejala. Sebelum
skrining untuk semua jenis kanker. Pengujian harus handal dalam menangani kanker yang
ada di sana. Dan tidak boleh memberikan hasil positif palsu pada orang yang tidak memiliki
kanker.

Kanker paru seringkali ditangani dengan sinar-X dada. Namun jika didiagnosis dengan
cara ini, umumnya cukup lama. Peneliti sedang mencoba untuk menemukan tes skrining yang
dapat membantu untuk mendiagnosa kanker paru-paru lebih cepat. Mereka melirik pada alat
scan yang disebut CT Scan untuk orang-orang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.

4. Polusi udara
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang tinggal di daerah dengan tingkat oksida
nitrogen tinggi (umumnya dari mobil dan kendaraan lainnya) memiliki peningkatan risiko
kanker paru-paru sebesar 30%.

5. Kecenderungan Keluarga

Ketika mayoritas dari kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap tembakau,


fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya mengembangkan kanker paru menyarankan
bahwa faktor-faktor lain, seperti kepekaan genetik individu, mungkin memainkan suatu peran
dalam menyebabkan kanker paru. Banyak studi-studi telah menunjukkan bahwa kanker paru
kemungkinan terjadi pada saudara-saudara baik yang merokok maupun yang tidak merokok
yang telah mempunyai kanker paru daripada populasi umum. Penelitian akhir-akhir ini telah
melokalisir suatu daerah pada lengan panjang dari kromosom manusia nomor 6 yang
kemungkinan mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat
mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok.
6. Penyakit-Penyakit Paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat sampai enam
kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker paru bahkan setelah
efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.
7. Sejarah Kanker Paru sebelumnya
Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang lebih besar
daripada populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua. Orang-orang yang
selamat dari non-small cell lung cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko
tambahan dari 1%-2% per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua. Pada orang-orang
yang selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko mengembangkan kanker-kanker
kedua mendekati 6% per tahun.
8. Kekurangan Vitamin A dan C
Suatu penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan vitamin
A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini terkait
dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai antioksidan yang mampu melawan radikal
bebas. Pencegahan kanker. Kemampuan retinoid dalam memengaruhi perkembangan sel
epitel dan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan, berpengaruh terhadap pencegahan
kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantong kemih. Betakaroten bersama
dengan vitamin E dan C telah berperan aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai
kanker.
Fakta bahwa hasil kerja NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi telah
terbukti menjadi toksik (racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel itu sendiri tetap
normal. Kualitas ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika kita sedang berusaha memerangi
kanker namun menginginkan tubuh yang normal tidak me-ngalami cedera. Frie dan Lawson
berdiskusi seberapa tinggi dosis vitamin C dapat meningkatkan produksi hydrogen peroksida,
yang diperkirakan merupakan zat utama yang menentukan sifat anti kanker dari vitamin C.
Faktor Risiko Kanker Paru
Laki-laki
Usia lebih dari 40 tahun
Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
Radon dan asbes
Lingkungan industri tertentu
Zat kimia, seperti arsenic
Beberapa zat kimia organic
Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
Polusi udara
Kekurangan vitamin A dan C

Seseorang yang termasuk golongan risiko tinggi (GRT) jika mempunyai keluhan
napas (gangguan respirasi) seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera
meneriksakan diri dan dirujuk ke dokter spesialis paru
B. Anatomi dan Fisiologi
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang
memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk
ataupun bersin.

Anatomi sistem pernafasan antara Lain :


Saluran pernafasan bagian atas:

a. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus
menerus oleh sel sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak
ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring
kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru
paru.
b. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring.
Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
c. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi
utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi
jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

Saluran pernafasan bagian bawah:


a. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda
yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi
bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika
dirangsang.
b. Bronkus
Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih
pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir
vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan
dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan
dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis.
Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel sel yang permukaannya dilapisi
oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan
lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel sel
alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar.
Sel alveolar tipe II sel sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan,
suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar
tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel sel
fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.
d. Paru-paru
Keterangan Gambar:
a. Saluran napas
b. Jantung
c. Kantung udara
Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan
(respirasi) yaitu proses pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas saat
menarik napas, melalui saluran napas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli
(kantong udara) O2 akan ditranfer ke pembuluh darah yang di dalamnya
mengalir antara lain sel sel darah merah untuk dibawa ke sel-sel sel di
berbagai organ tubuh lain sebagai energi dalam proses metabolisme. Pada
tahap berikutnya setelah metabolisme maka sisa-sisa metabolisme itu terutama
karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara
bebas melalui paru pada saat membuang napas. Karena fungsinya itu dapat
dipahami bahwa paru paling terbuka dengan polusi udara yang diisap
termasuk asap rokok yang dihisap dengan penuh kesengajaan itu. Berbagai
kelainan dapat menganggu sistem pernapasan itu, antara lain udara berpolusi
sehingga kadar O2 sedikit, gangguan di saluran napas/paru, jantung atau
gangguan pada darah.
Secara khusus dikatakan paru adalah tempat tubuh mengambil darah bersih
(kaya O2) dan tempat pencucian darah yang berasal dari seluruh tubuh
(banyak mengandung CO2) sebelum ke jantung untuk kembali diedarkan ke
seluruh tubuh.
Secara umum gangguan pada pada saluran napas dapat berupa sumbatan pada
jalan napas (obstruksi) atau gangguan yang menyebabkan paru tidak dapat
kembang secara sempurna (restriktif). Tumor yang besar di paru dapat
menyebabkan sebagian paru dan/saluran napas kolaps, sedangkan tumor yang
terdapat dalam saluran napas dapat menyebabkan sumbatan pada saluran
napas. Tumor yang menekan dinding dada dapat menyebabkan
kerusakan/destruksi tulang dinding dada dan menimbulkan nyeri. Cairan di
rongga pleura yang sering ditmukan pada kanker paru juga menganggu fungsi
paru.
Fisiologi sistem pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran
carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.
Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan
cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses
yaitu :
Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam
kapiler paru.
Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan
C. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura,
biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.
Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus
/viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan
nafas.
2. Nyeri b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah.
3. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur
alveoli.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurangnya
informasi.

gambar 1. alur diagnosa suspek TB paru


Dugaan diagnosis TB ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, radiologis dan penunjang yang lain.4 Gejala gejalanya termasuk
gejala respiratorik (batuk 3 minggu, batuk berdahak, batuk darah, nyeri dada, sesak nafas)
dan gejala sistemik (demam, keringat malam, penurunan berat badan, malaise, nafsu makan
menurun). Pada pemeriksaan fisik TB tidak khas, sehingga tidak dapat membantu
membedakan dengan penyakit lainnya, temuan fisik tergantung lokasi kelainan, serta luasnya
kelainan struktur paru.

Pemeriksaan bakteriologis sangat berperan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan


dahak untuk menentukan bakteri tahan asam (BTA) merupakan pemeriksaan yanng harus
dilakukan pada seseorang yang dicurigai menderita TB atau suspek, pemeriksaan dilakukan 3
kali (sewaktu/pagi/sewaktu). Diagnosis TB paru ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada
pemeriksaan mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika sedikitnya 2 dari 3
spesimen dahak ditemukan BTA (+). Bila hanya satu spesimen positif maka perlu dilakukan
pemeriksaan foto thorax atau sputum ulangan. Bila foto thorax mendukung TB maka
didiagnosis TB paru BTA (+). Bila foto thorax tidak mendukung maka perlu dilakukan
pemeriksaan sputum ulang. Bila hasil sputum ulangan negatif berarti bukan penderita TB.
Bila foto roentgen mendukung TB namun sputum negatif maka diagnosis adalah TB paru
BTA (-) roentgen positif.

Pada pasien ini dari anamnesis didapatkan bahwa pasien ini memiliki episode batuk
berulang dengan dahak yang telah berlangsung selama 2 minggu, kemudian adanya riwayat
demam malam hari dan riwayat penurunan berat badan, berdasarkan hal ini maka pasien
dapat dicurigai menderita TB paru. Pada pemeriksaan sputum ditemukan adanya bakteri
tahan asam positif 2, oleh karena itu pasien ini dapat langsung didiagnosa sebagai penderita
TB paru.

Pada kasus dimana sputum positif maka pemeriksaan roentgen tidak diperlukan lagi.
Namun beberapa kasus perlu dilakukan foto thorax bila:

1. Sputum BTA negatif


2. Sputum BTA positif
a. curiga adanya komplikasi (contoh efusi pleura, pneumothorax).
b. hemoptisis berulang atau berat.
c. didapatkan hanya 1 spesimen BTA (+).
Pathway TBC (Tuberculosis)
Silahkan unduh pathway TBC (Tuberculosis) dengan double klik pada gambar, setelah
gambar menjadi besar, klik kanan, pilih save as image dan pathway TBC (Tuberculosis)
menjadi milik anda...
Sukses selalu dengan pathway TBC (Tuberculosis)...

Você também pode gostar