Você está na página 1de 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Masyarakat
Madani dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam. Informasi yang disajikan
dalam makalah ini diperoleh dari referensi membaca buku dan sumber dari di Internet.
Penulis sangat berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini terutama kepada guru pembimbing dan teman-teman yang ikut serta dalam
mendukung terselesaikannya makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, untuk kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan segala kritik dan saran
pembaca. Harapan akhir yaitu laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dari semua kalangan.

Depok, 27 Oktober 2014

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.1

DAFTAR ISI2

PENDAHULUAN...3

BAB I MASYARAKAT MADANI...5

1.1. Pengertian Masyarakat Madani Secara Luas.

5
1.2. Pengertian Masyarakat Madani Dalam Islam.

.6
1.3. Unsur-unsur Masyarakat Madani.

6
1.4. Ciri-ciri Masyarakat Madani.

BAB II KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI.9

BAB III PERAN UMAT BERAGAMA DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT

MADANI...12

BAB IV PENUTUP...15

DAFTAR PUSTAKA....16

2
PENDAHULUAN

Sebagai teori atau konsep, civil society sebenarnya sudah lama dikenal sejak masa

Aristoteles pada zaman Yunani Kuno, Cicero, pada zaman Roma Kuno, pada abad pertengahan,

masa pencerahan dan masa modern. Dengan istilah yang berbeda-beda, civil society mengalami

evolusi pengertian yang berubah dari masa ke masa. Di zaman pencerahan dan modern, isttilah

tersebut dibahas oleh para filsuf dan tokoh-tokoh ilmu-ilmu sosial seperti Locke, Hobbes,

Ferguson, Rousseau, Hegel, Tocquiville, Gramsci, Hebermas.Dahrendorf, Gellner dan di

Indonesia dibahas oleh Arief Budiman, M.Amien Rais, Fransz, Magnis Suseso, Ryaas Rasyid,

AS. Hikam, Mansour Fakih.

Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar

merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun

masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan indifidu, masyarakat berbudaya yang

saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan .

Peradaban adalah istilah Indonesia sebagai terjemahan dari civilization. Asal katanya

adalah a-dlb yang artinya adalah kehalusan?(refinement), pembawaan yang baik, tingkah laku

yang baik, sopan santun, tata-susila, kemanusiaan atau kesasteraan. Ungkapan lisan dan tulisan

tentang masyarakat madani semakin marak akhir-akhir ini seiring dengan bergulirnya proses

reformasi di Indonesia. Proses ini ditandai dengan munculnya tuntutan kaum reformis untuk

mengganti Orde Baru yang berusaha mempertahankan tatanan masyarakat yang status quo

3
menjadi tatanan masyarakat yang madani. Untuk mewujudkan masyarakat madani tidaklah

semudah membalikan telapak tangan. Namun, memerlukan proses panjang dan waktu serta

menuntut komitmen masing-masing warga bangsa ini untuk mereformasi diri secara total dan

konsisten dalam suatu perjuangan yang gigih

4
BAB I

MASYARAKAT MADANI

1.1. Pengertian Masyarakat Madani Secara Luas

Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris: civil society) dapat diartikan sebagai suatu
masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan mamaknai
kehidupannya. Kata madani sendiri berasal dari bahasa Inggris yang
artinya civil atau civilized (beradab).Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau
civilized society, yang berarti masyarakat yang berperadaban. Untuk pertama kali istilah
Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana
menteri Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem sosial yang
subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu
dengan kestabilan masyarakat.Inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran,
seni, pelaksanaan pemerintah yang baerdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan
individu.

Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan


peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama. Dawam menjelaskan, dasar
utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu
pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan
perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan. Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki
multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas,
transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki
bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui, emansipasi, dan hak
asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis.

Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan melindungi warga negara dari
perwujudan kekuasaan negara yang berlebihan. Bahkan Masyarakat madani tiang utama
kehidupan politik yang demokratis. Sebab masyarakat madani tidak saja melindungi warga

5
negara dalam berhadapan dengan negara, tetapi juga merumuskan dan menyuarakan aspirasi
masyarakat.

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah. Memiliki banyak arti atau sering
diartikan dengan makna yang berbeda beda. Bila merujuk pada pengertian dalam bahasa
Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari
masyarakat militer.

1.2. Pengertian Masyarakat Madani dalam Islam

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga berdasarkan
pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada
tahun622 M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang
beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al
Fadhilah(Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al-Farabi pada abad
pertengahan.

Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan Pesantren dan Studi
Islam, Al Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen penting yang membuktikan betapa sangat
majunya masyarakat yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan penegasan mengenai
kejelasan hukum dan konstitusi sebuah masyarakat. Bahkan, dengan menyetir pendapat
Hamidullah (First Written Constitutions in the World, Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah
konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia. Konstitusi ini secara mencengangkan telah
mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights), atau lebih dikenal
dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American
Declaration of Independence, 1997), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi Universal
PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan.

Sementara itu konsep masyarakat madani atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai
civil society (masyarakat sipil), muncul pada masa pencerahan (Renaissance) di Eropamelalui
pemikiran John Locke dan Emmanuel Kant. Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari
proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi
tentang state (negara). Dalam tradisi Eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap
sama dengan negara (the state), yakni suatu kelompok atau kesatuan yang ingin mendominasi
kelompok lain.

6
1.3. Unsur-unsur Masyarakat Madani

Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Ia menghajatkan unsur- unsur sosial
yang menjadi prasayarat terwujudnya tatanan masyarakat madani. Beberapa unsur pokok yang
dimiliki oleh masyarakat madani adalah:

Adanya Wilayah Publik yang Luas


Free Public Sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk mengemukakan
pendapat warga masyarakat. Di wilayah ruang publik ini semua warga Negara memiliki
posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasa takut dan
terancam oleh kekuatan kekuatan di luar civil society.

Demokrasi
Demokrasi adalah prasayarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni
(genuine). Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud. Demokrasi tidak akan
berjalan stabil bila tidak mendapat dukungan riil dari masyarakat. Secara umum demokrasi
adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan untuk warga
Negara.

Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.[2]

Pluralisme
Kemajemukan atau pluralisme merupakan prasayarat lain bagi civil society.[2] Pluralisme
tidak hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan menerima kenyataan sosial yang
beragam, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan perbedaan
sebagai sesuatu yang alamiah dan rahmat Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan
masyarakat.

Keadilan social
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional atas hak dan
kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi, politik,
pengetahuan dan kesempatan. Dengan pengertian lain, keadilan sosial adalah hilangnya
monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau
golongan tertentu.

7
1.4. Ciri-ciri Masyarakat Madani

Merujuk pada Bahmuller (1997), ada beberapa ciri-ciri masyarakat madani, antara lain:

Terintegrasinya individu individu dan kelompok kelompok eksklusif ke dalam


masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan kepentingan yang mendominasi dalam


masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan kekuatan alternatif.

Terjembataninya kepentingan kepentingan individu dan negara karena keanggotaan


organisasi organisasi volunter mampu memberikan masukan masukan terhadap
keputusan keputusan pemerintah.

Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu individu


mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri
(individualis).

Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga lembaga sosial dengan


berbagai perspektif.

8
BAB II
KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI

Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:


1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat

melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.


2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam

masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.


3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan

program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.


4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan

organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap

keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu

mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan

berbagai ragam perspektif.


8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang

mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang

mengatur kehidupan sosial.


9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara

kelompok menghormati pihak lain secara adil.


10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi

kebebasannya.

9
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh

Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain

yang berbeda tersebut.


12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap

ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani

adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak

dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-

kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi

kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di

wilayahnya

Jika dicermati secara komprehensif, maka di dalam ajaran Islam terdapat

karakteristik-karakteristik universal baik dalam konteks relasi vertikal, maupun relasi

horizontal. Dalam hal ini Yusuf al-Qaradhawi mencatat, ada tujuh karakteristik universal

tersebut, yang kemudian ia jelaskan secara spesifik di dalam bukunya al-Khash'ish al-

Ammah li al-Islm. Ketujuh karakteristik tersebut antara lain; ketuhanan (al-

rabbniyah), kemanusiaan (al-insniyyah), komprehensifitas (al-syumliyah),

kemoderatan (al-wasathiyah), realitas (al-wqi`iyah), kejelasan (al-wudhh), dan kohesi

antara stabilitas dan fleksibelitas (al-jam bayna al-tsabt wa al-murnah).


Ketujuh karakteristik inilah yang kemudian menjadi paradigma integral setiap

Muslim dari masa ke masa. Dari ketujuh karakteristik tersebut, ada dua karakteristik

fundamental yang menjadi tolak ukur pembangunan masyarakat madani, yaitu

humanisme (al-insniyyah) dan kemoderatan (al-wasathiyyah). lima karakteristik yang

lainkecuali al-rabbniyyahsetidaknya bisa diintegrasikan ke dalam kategori toleran

10
(al-samhah). Karena al-rabbniyah, menurut al-Qaradhawi, merupakan tujuan dan

muara dari masyarakat madani itu sendiri. Pengintegrasian karakteristik-karakteristik

tersebut tidak lain merupakan upaya untuk menyederhanakan konsep masyarakat madani

yang dibahas dalam makalah ini, sebab Islam sendirimenurut Umar Abdul Aziz

Quraysymerupakan agama yang sangat toleran, baik di dalam masalah akidah, ibadah,

muamalah, maupun akhlaknya.

BAB III

PERAN UMAT BERAGAMA DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT

MADANI

Mewujudkan masyarakat madani merupakan cita-cita yang amat mulia untuk

dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat. Model masyarakat madani pernah dicontohkan pada

11
masa Rasullullah SAW di Madinah. Pada masa itu kota Madinah dipimpin oleh Rosullullah SAW

setelah terjadi perjanjian yang disebut Piagam Madinah. Piagam Madinah adalah kesepakatan

antara Rosullullah SAW dan umat muslim lainnya beserta penduduk Yahudi. Di dalam perjanjian

tersebut berisi untuk setiap masyarakat untuk saling tolong-menolong dan menciptakan

kedamaian dalam kehidupan social, menjadikan Al-Quran sebagai landasan konstitusi,

mengangkat Rosullullah menjadi peminpin, dan juga dalam piagam tersebut memberikan

kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah dengan kepercayaan mereka masing-masing.

Dalam kepemimpinan Rosullullah SAW, masyarakat madinah yang sebelumnya sering terjadi

konflik berubah menjadi masyarakat yang damai dan saling tolong-menolong satu sama lain.
Umat Islam di Indonesia merupakan komponen mayoritas bangsa Indonesia. Sebagai

komponen terbesar penyusun bangsa ini, umat Islam dituntut untuk berpartisipasi secara aktif

dalam kehidupan bernegara ini.Umat islam di Indonesia yang sebagai mayoritas bertanggung

jawab atau berperan sangat besar dalam mewujudkan masyarakat madani. Di negeri ini akan

tergantung oleh bagaimana cara umat Islam dalam menjalani kehidupannya. Maka dari itu umat

islam memiliki tiga peran yang nyata yaitu ;

- Sebagai Warga Negara


sebagai warga Negara hendaknya umat Islam memenuhi kewajibannya sesuai pada

peraturan-peraturan nagara yang telah dibuat.


- Sebagai Pengembang Kehidupan Bangsa
Dalam hal ini,umat Islam diharapkan dapat menawarkan dirinya sebagai sumber

pengembangan dalam segala aspek kehidupan seperti, ekonomi, sosial, pendidikan, politik dan

budaya.Dalam melaksanakan perannya, segala tindakan harus didasari pada nilai-nilai yang

Islami.
- Sebagai Penata Kehidupan Bangsa dan Negara
Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk karena Negara ini memiliki

berbagai macam ras, suku, agama, etnik dan lain-lain. Maka umat Islah harus bener-benar pandai

12
menerapkan gagasan islami yang ke-Indonesia-an. Hal ini karena untuk terciptannya kedamaian

dan ketentraman, seperti yang diajarkan oleh Rasullullah SAW bahwa umat muslim adalah umat

yang penuh kasih sayang, keadilan, dan kearifan yang sesuai dengan perintah Allah SWT. Dasar-

dasar inilah yang dijadikan oleh umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Jika setiap orang

memiliki rasa toleransi dan menghormati, maka kehidupan masyarakat madani akan tercapai.

Dalam melakukan perannya hendaknya umat Islam didasari pada pengetahuan dan

wawasan yang meliputi:


a) Wawasan Keislaman
b) Wawasan atau pemahaan secara utuh tentang ajaran-ajaran Islam
c) Wawasan Kebangsaan
d) Merupakan peningkatan rasa nasionalisme.
e) Wawasan Kecendikian
f) Peningkatan dalam kualitas kecendikian.
g) Wawasasan Kepemimpinan

Meliputi usaha dalam peningkatan dan pengembangan jati diri dan kepemimpinan umat serta

wawasan kesejahteraan guna meningkatkan kegiatan ekonomi kerakyatan.

Banyak yang sudah dilakukan umat Islam dalam menunjukan perannya dalam membangun

masyarakat madani. Tapi akhir-akhir ini pandangan Islam buruk karena banyak umat Islam di

Indonesia yang bersikap dan bertindak tanpa wawasan keislaman yang benar. Mereka bertindak

atas nama umat Islam, oleh karena ini yang memperburuk pandangan masyarakan tentang Islam.

13
BAB IV

KESIMPULAN

Kemungkinan akan adanya kekuatan civic sebagai bagian dari komunitas bangsa ini

akan mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang, yakni masyarakat

madani. Dalam mendefinisikan terma masyarakat madani ini sangat bergantung pada kondisi

sosio kultural suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani merupakan

bangunan terma terakhir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat.

Manurut Aristoteles (384-322) masyarakat madani dipahami sebagai sistem kenegaraan

dengan menggunakan istilah kolonia politik (sebuah komunitas politik tempat warga dapat

terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan).

Karakteristik masyarakat madani diperlukan persyaratan-persyaratan yang menjadi nilai

universal dalam penegakkan masyarakat madani.

Dan masyarakat madani juga harus mempunyai pilar-pilar penegak, karena berfungsi sebagai

mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan

14
aspirasi masyarakat yang tertindas.

Hubungan antara masyarakat madani dengan demokratis menurut Dawam bagaikan dua

sisi mata uang yang keduanya bersifat ko-eksistensi.

Berkembangnya masyarakat madani di Indonesia diawali dengan kasus-kasus pelanggaran HAM

dan pengekangan kebebasan berpendapat, berserikat, dan kebebasan untuk mengeluarkan

pendapat dimuka umum kemudian dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga

non pemerintah mempunyai kekuatan dan bagian dari sosial control.

DaftarPustaka

http://mohriyanbasofi.blogspot.com/2013/02/masyarakat-madani-dan-kesejahteraan-umat.html

http://kuliahdiawangawang.blogspot.com/2013/05/peran-masyarakat-madani.html

http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/

http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_madani

http://harijago.blogspot.com/2012/07/masyarakat-madani-dalam-perspektif.html

15
16

Você também pode gostar