Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Dosen Pendamping:
Disusun oleh:
2014
LEMBAR PENGESAHAN
3
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri 2014 Kunjungan Kementrian
Keuangan RI dan Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Hari :
Tanggal :
Oleh:
KATA PENGANTAR
4
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri 2014 ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
5
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
2.1 Sejarah................................................................................................................6
3.1 Sejarah..............................................................................................................16
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................25
4.1 Simpulan..........................................................................................................25
4.2 Saran................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... v
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliah Kerja Nyata (KKL) merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan
oleh mahasiswa (Akuntansi FE Unnes) dengan tujuan utama untuk
menjembatani antara teori yang didapatkan selama perkuliahan denan praktik
di lapangan (dunia kerja). Sehingga mahasiswa akan mendapatkan gambaran
yang nyata dan faktual bagaimana aplikasi teori yang sudah didapatkan pada
dunia kerja. Program KKL juga bertujuan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan membentuk karakter mahasiswa yang mengedepankan
aspek kebersamaan dalam bersosialisasi dan bernegosiasi.
Kuliah Kerja Nyata (KKL) Mandiri FE Unnes merupakan agenda rutin
yang dilaksanaan setiap satu tahun sekali yang diikuti oleh seluruh mahasiswa
jurusan Akuntansi akhir semester IV (empat) dan mahasiswa transfer yang
belum mengikuti kegiatan KKL. KKL ini bertujuan untuk mengembangkan
materi dan kemampuan serta menambah wawasan dan pengetahuan yang
didapatkan sebagai pelengkap materi kegiatan perkuliahan. Sebagai
mahasiswa kita dituntut mampu memahami dan mengaplikasikan ilmu yang
didapat selama perkuliahan kedalam dunia kerja. Dengan pembekalan teori
dan ilmu yang didapat dalam kelas tidak cukup untuk membekali mahasiswa
agar memiliki kemampuan lain.
KKL Mandiri Jurusan Akuntansi FE Unnes tahun ini, kami berkesempatan
mengunjungi Kementrian Keuangan dan Kementrian BUMN sebagai onjek
KKL. Sebagai salah satu syarat kelulusan kegiatan KKL, maka perlu disusun
sebuah laporan KKL yang merupakan tugas dan kewajiban mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
1
1.2 Tujuan KKL
Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan KKL ini, antara lain:
1.2.1 Sebagai salah satu syarat kelulusan skripsi;
1.2.2 Mengembangkan teori dan kemampuan yang telah didapat penulis
selama perkuliahan;
1.2.3 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat penulis dalam
pelaksanaan dunia kerja;
1.2.4 Menambah wawasan dan pengetahuan serta disiplin bagi penulis
dalam menghadapi dunia kerja;
1.2.5 Mengembangkan dan membentuk karakter mahasiswa yang
mengedepankan aspek kebersamaan dalam bersosialisasi dan
bernegosiasi.
Selain itu, manfaat dari pelaksanaan kuliah kerja lapangan bagi universitas
antara lain:
1.3.1 Menjadikan mahasiswa lebih mandiri dan aktif dalam dunia kerja;
1.3.2 Dengan melaksanakan kuliah kerja lapangan, diharapkan dapat
menghasilkan lulusan universitas yang berkualitas dan professional.
2
Objek Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mandiri Akuntansi 2014 kelompok 3
dan 4 yaitu Kementrian Keuangan dan Kementrian BUMN.
3
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan KKL
1.3 Manfaat KKL
1.4 Objek KKL
1.5 Waktu Pelaksanaan
1.6 Peserta KKL
1.7 Metode Penulisan Laporan
1.8 Sistematika Laporan KKL
3.1 Sejarah
3.2 Landasan Hukum
3.3 Visi dan Misi
3.4 Arah dan Kebijakan
3.5 Tujuan dan Fungsi
3.6 Struktur Organisasi
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
4
BAB II
5
pada pihak swasta (kaum kapitalis). Kebijakan ini dilakukan atas desakan
kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga agar
lebih baik. Peraturan agraria baru ini bukannya mengubah menjadi lebih baik
melainkan menimbulkan penderitaan yang tidak layak. Pada masa ini
Departement van Financien dibentuk dan bertempat di istana Daendels karena
pusat pemerintahan berpindah ke tempat lain. Gedung ini dijadikan sebagai
tempat pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasif keuangan ke tempat lain.
Kekurangan tenaga ahli keuangan membuat pemerintah Belanda
menyelenggarakan berbagai kursus bagi orang Belanda dan orang Pribumi
yang dipandang mampu. Kursus yang diikuti adalah kursus ajun kontrolir dan
treasury / perbendaharaan. Terpusatnya tempat pengelolaan keuangan
dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan pemasukan dan pengeluaran
negara. Terjadinya keadaan ekonomi yang memprihatinkan adalah alasan
utama dibentuknya departement of financien.
Pecahnya perang dunia II di Eropa yang terus menjalar hingga ke wilayah
Asia Pasifik, membuat kedudukan Indonesia sebagai jajahan Belanda sangat
sulit, ditambah dengan terjepitnya pemerintah Belanda akibat serbuan Jepang.
Menjelang kedatangan Jepang di Pulau jawa, Presiden DJB, Dr. G.G. van
Buttingha Wichers berhasil memindahkan semua cadangan emas ke Australia
dan Afrika Selatan melalui pelabuhan Cilacap.
Selama menduduki Indonesia, Jepang menjadikan kota Jakarta sebagai
pusat pemerintahan. Gedung Departement of Finance dijadikan tempat untuk
melakukan aktivitas keuangan sehari-hari. Gedung ini dijadikan sebagai
tempat pengolahan keuangan dan pemutusan kebijakan ekonomi oleh Jepang.
Pada 7 Maret 1943, patung Jan Pieterzoon Coen yang berada di depan gedung
Department of Financien dihancurkan Jepang karena dianggap sebagai
lambang penguasa Batavia.
Banyak dari tenaga ahli keuangan Belanda ditawan oleh Jepang, dan
beberapa orang yang ahli dan berpengalaman dijadikan sebagai tenaga
pengajar keuangan pada putra-putri Indonesia. Kekurangan tenaga keuangan
menjadikan Jepang mendidik rakyat Hindia Belanda untuk mengikuti
6
pendidikan keuangan. Selama 1942-1945, Jepang menerapkan beberapa
kebijakan seperti, memaksa penyerahan seluruh aset bank, melakukan
ordonansi berupa perintah likuidasi untuk seluruh Bank Belanda, Inggris, dan
Cina. Selain itu, Jepang juga melakukan invasion money senilai 2,4 milyar
gulden di pulau Jawa hingga 8 milyar gulden (pada tahun 1946). Tujuan
invasion money yang dilakukan oleh Jepang adalah menghancurkan nilai
mata uang Belanda yang sudah terlanjur beredar di Hindia Belanda.
Fokus pendudukan Jepang di Hindia Belanda terhadap perang pasifik
menyebabkan Jepang melakukan kebijakan yang membuat terjadinya krisis
keuangan. Jepang melakukan perombakan besar-besaran dalam struktur
ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi
bencana kekurangan pangan karena produksi minyak jarak. Jepang
melakukan pengurasan kekayaan alam dan hasil bumi, dan menjadikan para
tenaga produktif sebagai romusha. Hiper inflasi yang terjadi pasa masa ini
menyebabkan pengeluaran bertambah besar, sedangkan pemasukan pajak dan
bea masuk turun drastis. Kebijakan ala tentara Dai Nippon merugikan
penduduk Indonesia.
Masa Kemerdekaan
7
mempertahankan kemerdekaan selain kekuatan bersenjata juga diperlukan
kekuatan dana untuk membiayai perjuangan itu.
8
pengumuman NICA tersebut untuk mengedarkan ORI. Hanya saja, peredaran
ORI tersebut membutuhkan dana. Langkah awal kabinet Sjahrir adalah
menggantikan Menteri Keuangan oleh Ir. Surachman Tjokroadisurjo. Upaya
utama yang dilakukan oleh Ir. Surachman untuk mengatasi kesulitan ekonomi
adalah, melakukan Program Pinjaman Nasional dengan persetujuan BP-KNIP
pada Juli 1946. Selain itu, ia juga melakukan penembusan blokade dengan
diplomasi beras ke India dan mengadakan kontrak dengan perusahaan swasta
Amerika yang dirintis oleh para pengusaha Amerika Serikat yang dirintis oleh
badan semi pemerintah bernama Banking and Trading Coorporations dibawah
pimpinan Soemitro Djojohadikusumo. Ia juga menembus blokade Sumatra
dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia, dengan membuka perwakilan
dagang resmi yang bernama Indonesia Office (Indoff).
9
gedung Menteri Keuangan dipindah ke Gedung Djuanda 1 yang berlokasi di
seberang gedung A.A Maramis.
Sebelum Kemerdekaan
10
Sebagai pengganti Daendels, Gubernur Jansen kurang menaruh perhatian
pada pembangunan gedung, sehingga selama masa jabatannya pembangunan
gedung itu terlantar.
Pada tahun 1836, atas inisiatifnya, van Den Bosch mulai memberlakukan
cultuurstelsel (sistem tanam paksa) yang bertujuan untuk memproduksi
berbagai komoditi yang memiliki permintaan di pasar dunia. Sistem ini
merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka mengenalkan penggunaan
11
uang di masyarakat Hindia Belanda. Cultuurstelsel dan kerja rodi (kerja
paksa) mampu mengenalkan ekonomi uang pada masyarakat pedesaan. Hal
ini dilihat dengan meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan kegiatan
ekonomi. Reformasi keuangan sudah berkali-kali dilakukan, tetapi belum
menghasilkan keuangan yang sehat.
12
2.4.3 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementrian
Keuangan;
2.4.4 Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementrian Keuangan di daerah;
2.4.5 Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan
2.4.6 Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai daerah.
13
Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku
kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat,
akurat dan aman.
2.6.5 Kesempurnaan
Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk
menjadi dan memberikan yang terbaik.
BAB III
14
Negara di Republik Indonesia telah ada sejak tahun 1973. Awalnya,
organisasi ini merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen
Keuangan Republik Indonesia. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami
beberapa kali perubahan dan perkembangan.
UNIT ESELON II
Dalam periode 1973 sampai dengan 1993, unit yang menangani
pembinaan BUMN berada pada unit setingkat Eselon II. Unit organisasi itu
disebut Direktorat Persero dan PKPN (Pengelolaan Keuangan Perusahaan
Negara). Selanjutnya, terjadi perubahan nama menjadi Direktorat Persero dan
BUN (Badan Usaha Negara). Kemudian organisasi ini berubah menjadi
Direktorat Pembinaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sampai dengan
tahun 1993.
MENJADI UNIT ESELON I
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk mengoptimalkan
pengawasan dan pembinaan terhadap Badan Usaha Milik Negara, dalam
periode 1993 sampai dengan 1998, organisasi yang awalnya hanya setingkat
Direktorat/Eselon II, ditingkatkan menjadi setaraf Direktorat Jenderal/Eselon
I, dengan nama Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha Negara (DJ-
PBUN). Dalam kurun waktu 1993- 1998 tercatat 2 (dua) orang Direktur
Jenderal Pembinaan BUMN, yakni Bapak Martiono Hadianto dan Bapak
Bacelius Ruru.
JADI KEMENTERIAN
Mengingat peran, fungsi dan kontribusi BUMN terhadap keuangan negara
sangat signifikan, maka sejak tahun 1998, pemerintah Republik Indonesia
mengubah bentuk organisasi pembina dan pengelola BUMN menjadi
setingkat Kementerian. Awal dari perubahan bentuk organisasi tersebut terjadi
di masa pemerintahan Kabinet Pembangunan VII, dengan nama Kementerian
Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembinaan BUMN. Menteri
pertama yang bertanggung jawab atas pendayagunaan BUMN tersebut adalah
Bapak Tanri Abeng. Pada masa ini sempat digagas tentang BUMN
Incorporated, sebuah bangun organisasi BUMN berbentuk super holding.
Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001, struktur organisasi
Kementerian ini sempat dihapuskan dan dikembalikan lagi menjadi setingkat
15
eselon I di lingkungan Departemen Keuangan. Dirjen Pembinaan BUMN
waktu itu dijabat oleh Bapak I Nyoman Tjager. Namun, di tahun 2001, ketika
terjadi suksesi pucuk kepemimpinan Republik Indonesia, organisasi pembina
BUMN tersebut dikembalikan lagi fungsinya menjadi setingkat Kementerian
sampai dengan periode Kabinet Indonesia Bersatu. Menteri yang menanggani
BUMN digabungkan dengan penanaman modal, sehingga disebut Menteri
Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN yang dipercayakan kepada
Bapak Laksamana Sukardi. Beliau kemudian digantikan oleh Bapak Rozy
Munir. Selanjutnya, ketika kembali terjadi pergantian Presiden RI, di bawah
kabinet yang disebut Kabinet Gotong Royong, Bapak Laksamana Sukardi
kembali menjadi Menteri BUMN. Kala itu, kembali dipisahkan antara
pembinaan BUMN dengan penanaman modal. Bapak Laksamana Sukardi
menjadi Menteri BUMN dari tahun 2001 hingga 2004. Kemudian, ketika
Bapak SBY terpilih jadi Presiden di tahun 2004, terjadi pergantian Menteri
yang menanggani BUMN ini. Dalam masa Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I,
Bapak Sugiharto dipercaya menjadi Menteri Negara BUMN (2004-2006),
yang kemudian digantikan Bapak Sofyan A. Djalil (2006-2009) dan Bapak
Mustafa Abubakar (2009-2011). Selanjutnya Bapak Dahlan Iskan menjadi
Menteri Negara BUMN hingga saat ini.
3.2 Landasan Hukum
Dasar Kebijakan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara
Sejarah Kementerian BUMN
Kementerian Negara BUMN merupakan transformasi dari unit kerja
Eselon II Depkeu (1973-1993) yang kemudian menjadi unit kerja Eselon I
(1993-1998 dan 2000-2001). Tahun 1998-2000 dan tahun 2001 sampai
sekarang, unit kerja tersebut menjadi Kementerian BUMN.
Organisasi Pemerintah yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)
melaksanakan pembinaan terhadap Perusahaan Negara/Badan Usaha Milik
Negara di Republik Indonesia telah ada sejak tahun 1973, yang awalnya
merupakan bagian dari unit kerja di lingkungan Departemen Keuangan
Republik Indonesia. Selanjutnya, organisasi tersebut mengalami beberapa kali
perubahan dan perkembangan. Dalam periode 1973 sampai dengan 1993, unit
yang menangani pembinaan BUMN berada pada unit setingkat Eselon II.
16
Awalnya, unit organisasi itu disebut Direktorat Persero dan PKPN
(Pengelolaan Keuangan Perusahaan Negara). Selanjutnya terjadi perubahan
nama menjadi Direktorat Persero dan BUN (Badan Usaha Negara). Terakhir
kalinya pada unit organisasi setingkat eselon II, organisasi ini berubah
menjadi Direktorat Pembinaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sampai
dengan tahun 1993.
Selanjutnya, seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk
mengoptimalkan pengawasan dan pembinaan terhadap Badan Usaha Milik
Negara, dalam periode 1993 sampai dengan 1998, organisasi yang awalnya
hanya setingkat Direktorat/Eselon II, ditingkatkan menjadi setaraf Direktorat
Jenderal/Eselon I, dengan nama Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Usaha
Negara (DJ-PBUN).
Mengingat peran, fungsi dan kontribusi BUMN terhadap keuangan negara
sangat signifikan, pada tahun 1998 sampai dengan 2000, pemerintah Republik
Indonesia mengubah bentuk organisasi pembina dan pengelola BUMN
menjadi setingkat Kementerian. Awal dari perubahan bentuk organisasi
menjadi Kementerian terjadi di masa pemerintahan Kabinet Pembangunan
VI, dengan nama Kementerian Negara Penanaman Modal dan Pembinaan
BUMN/Kepala Badan Pembinaan BUMN.
Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2001, struktur organisasi
Kementerian ini dihapuskan dan dikembalikan lagi menjadi setingkat eselon I
di lingkungan Departemen Keuangan. Namun, di tahun 2001, ketika terjadi
suksesi kepemimpinan di Republik Indonesia, organisasi tersebut
dikembalikan lagi fungsinya menjadi setingkat Kementerian sampai dengan
periode Kabinet Indonesia Bersatu ini.
17
3.3.1 Mewujudkan organisasi modern sesuai dengan tata kelola
pemerintahan yang baik;
3.3.2 Meningkatkan daya saing BUMN di tingkat nasional, regional, dan
internasional
3.3.3 Meningkatkan Kontribusi BUMN kepada ekonomi nasional.
18
3.4.1.3 Mempersiapkan mekanisme rekruitmen pegawai Kementerian
BUMN yang baru untuk menutupi kekurangan SDM keahlian
tertentu.
3.4.1.4 Mempercepat proses penetapan status pegawai Kementerian
BUMN sebagai pegawai tetap Kementerian karena sampai saat
ini status pegawai masih status dipekerjakan dari berbagai
Kementerian/Lembaga lain.
3.4.1.5 Menyiapkan perangkat pelaksana penilaian Key Performance
Indicators (KPI) pegawai.
19
Konstruksi, Sektor Logistik, dan Sektor Jasa Penilai sehingga jumlah
BUMN akan menjadi sekitar 105 BUMN. Selanjutnya, pada tahun
2014, akan dilakukan rightsizing pada Sektor Pertahanan, Sektor
Industri Berbasis Teknologi, Sektor Dok dan Perkapalan, Sektor Baja
dan Konstruksi Baja, Sektor Asuransi, dan Sektor Konstruksi sehingga
jumlah BUMN pada akhir tahun 2014 diperkirakan akan menjadi
sekitar 95 BUMN.
20
3.4.2.3 Meningkatkan kualitas sistem monitoring dan pengendalian
BUMN.
3.4.2.4 Meningkatkan upaya peningkatan nilai BUMN melalui upaya
creating value strategy.
3.4.2.5 Meningkatkan implementasi GCG dan sistem manajemen
kinerja di BUMN.
3.4.2.6 Meningkatkan kualitas dan kuantitas kebijakan investasi
BUMN.
3.4.2.7 Meningkatkan peran BUMN dalam keperintisan usaha dan
pengembangan UMKM.
3.4.2.8 Meningkatkan kualitas dividen yang diterima Pemerintah
dengan mempertimbangkan besaran investasi BUMN dalam
mendukung pertumbuhan usaha BUMN.
3.4.2.9 Meningkatkan kontribusi BUMN dalam mendukung
pembangunan nasional.
3.4.2.10 Meningkatkan kepuasan pelanggan dan pangsa pasar
BUMN dalam setiap sektor industri atau jasa yang dimasuki.
3.4.2.11 Meningkatkan daya saing BUMN di pasar domestik dan
internasional.
3.4.2.12 Meningkatkan efisiensi BUMN
3.4.2.13 Meningkatkan total pendapatan BUMN
3.4.2.14 Meningkatkan nilai dan kekayaan BUMN
21
3.5.3 Pengelolaan barang mililc/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian BUMN; dan
3.5.4 Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
BUMN.
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan:
4.1.1 Kementerian Keuangan, disingkat Kemenkeu, (dahulu disebut
Departemen Keuangan, disingkat Depkeu) adalah kementerian negara
di lingkungan Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
keuangan dan kekayaan negara, Kementerian Keuangan
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden.
Kementrian Keuangan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di
bidang keuangan dan kekayaan negara dalam pemerintahan untuk
membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerin tahan negara.
4.1.2 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (disingkat Kementerian
BUMN) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang
membidangi urusan badan usaha milik negara (BUMN). Kementerian
BUMN dipimpin oleh seorang Menteri Badan Usaha Milik Negara
(Menteri BUMN). Kementrian BUMN memiliki tugas
menyelenggarakan urusan di bidang pembinaan Badan Usaha Milik
Negara dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
4.2 Saran
Kementrian Keuangan Republik Indonesia dan Kementrian Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dimana keduanya merupakan bagian dari
pemerintahan Indonesia yang mempunyai tugas sangat penting, yaitu
mengelola aset dan keuangan negara, hendaknya semakin meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Badan_Usaha_Milik_Negara_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Keuangan_Indonesia
www.kemenkeu.go.id
www.bumn.go.id