Você está na página 1de 9

A.

Pre-lab

1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!


Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah
atom hidrogen sedangkan keton yaitu senyawa organik yang mempunyai sebuah
gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida mudah teroksidasi
sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan
dengan keton terhadap adisi nukleofilik (Raymond, 2009).

2. Jelaskan prinsip uji Tollens !


Pada dasarnya uji tollens digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan
keton. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya
cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens
mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol
sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat
dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens (Hart, 2004).

3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling?


Berfungsi sebagai oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehid (Acton, 2013).

3. Tinjauan Pustaka

3.1 Pengertian Aldehid


Aldehida adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang
terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen. Aldehid memiliki sifat lebih
reaktif daripada alkohol, dapat mengalami reaksi adisi, dapat mengalami reaksi
oksidasi, aldehid dapat dioksidasi menjadi asam, dapat mengalami reaksi poli-
merisasi. Karakteristik dari aldehid ini adalah berwujud gas pada suhu kamar
dengan bau tidak enak, berwujud cair pada suhu kamar dengan bau
sedap, senyawa polar sehinggan titik didihnya tinggi dan tidak berwarna.
Struktur aldehid yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO,
dimana R =adalah alkil dan CHO adalah Gugus fungsi aldehida (Acton, 2013).

3.2 Pengertian Keton


Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
terikat pada dua gugus alkil. Keton ini bersifat polar karena gugus karbonilnya
polar dan keton lebih mudah menguap daripada alkohol dan asam karboksilat.
Karak teristik dari keton ini adalah berupa cairan tak berwarna, umumnya larut
dalam air, mempunyai titik didih yang relatif lebih tinggi daripada senyawa non
polar dan dapat direduksi oleh gas H2menghasilkan alkohol sekundernya.
Struktur dari keton yaitu mengandung unsur C, H, dan O dengan rumus R-CO-R,
dimana R adalah alkil dan -CO- adalah gugus fungsi keton (karbonil) (Pauling,
2012).

3.3 Perbedaan Aldehid dan Keton


Perbedaan dari aldehid dan keton sendiri antara lain senyawa aldehid
mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah
atom hidrogen sedangkan keton yaitusenyawa organik yang mempunyai sebuah
gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil. Aldehida mudah teroksidasi
sedangkan keton agak sukar teroksidasi. Aldehida lebih reaktif dibandingkan
dengan keton terhadap adisi nukleofilik (Raymond, 2009).

3.4 Tinjauan bahan


Aseton
senyawa keton yang paling sederhana, berwujud cair pada suhu kamar dan
berbau harum, mudah menguap, mudah terbakar dan mudah larut dalam pelarut
polar (Ham, 2006).
Fruktosa
Merupakan isomer dari gula monosakarida yang merupakan salah satu dari gula
darah, warnanya putih dan berbentuk kristal padat serta rasanya manis (Ham,
2006).
Formalin
Larutan yang tidak berwarna dan baunya menusuk biasanya digunakan untuk
pengawetan dalam jangka lama. Formalin juga larut dalam air dan etanol
(Sudarmo, 2006).
Glukosa
Glukosa mengandung unsure karbon dan termasuk aldehid. Glukosa tidak
berwarna, berbentuk serbuk butiran putih, tidak berbau dan rasanya
manis(Sudarmo, 2006).
Tollens (AgNO3)
Senyawa ini berbentuk serbuk hablur transparan / putih, tidak berbau, gelap jika
terkena cahaya. Merupakan senyawa beracun, berbahaya, menyebabkan luka
pada jaringan tubuh, oksidator kuat dan dapat menyebabkan kebakaran (Hart,
2004).
NH4OH
Senyawa ini berbau tajam, kelarutan sangat besar, larut dalam air, alkohol dan
eter (Ham, 2006).
NaOH
Bentuk batang, butiran hablur putih / keping keras rapuh dan
menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh, larut dalam air dan
etanol (Hart, 2004).
Fehling A
Bentuk kristal, berwarna biru, berbau dan merupakan larutan CuSO4 (Sudarmo,
2006).
Fehling B
Merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartat. Berbentuk kristal,
tidak berwarna atau putih (Sudarmo, 2006).
Aquades
Merupakan air hasil destilasi yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena
memiliki pH netral sehingga tidak menimbulkan efek samping (Hart, 2004).
C. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :

1. Uji Tollens

Sampel + Sampel+ Hasil


Nama Reagen Reagen Tollens Reagen Tollens Uji
No.
Sampel Tollens+NH4OH (+) /
(Tanpa (Setelah
pemanasan) Pemanasan) (-)

Formaldehi Bening (5 Endapan cermin


1 +
d tetes) perak
Bening (6
2 Aseton Bening Bening -
tetes)
Bening (5 Endapan cermin
3 Glukosa Bening +
tetes) perak
Bening (14 Endapan cermin
4 Fruktosa Bening +
tetes) perak
Bening (8
5 Sukrosa Bening Berwarna hitam -
tetes)

1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Tollens dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid
dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu
AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi
anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag.
Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam
tabung reaksi (Acton, 2013).
Dalam praktikum identifikasi aldehid dan keton menggunakan uji Tollens, langkah
pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam
praktikum kali ini antara lain tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung
reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yang
dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain larutan AgNO3 5%, NH4OH 6 M dan
lima sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid dan sukrosa. Setelah
alat dan bahan disiapkan, AgNO3 dimasukkan kedalam lima tabung reaksi
sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur. Selanjutnya kedalam tiap tabung reaksi
ditambah beberapa tetes NH4OH menggunakan pipet tetes sampai larutan
menjadi bening kembali, tujuan penambahan NH4OH ini adalah untuk mencegah
terjadinya endapan. Selanjutnya kedalam lima tabung reaksi tersebut
dimasukkan 1 ml sampel yang terdiri atas glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid
dan sukrosa menggunakan pipet ukur. Kemudian dipanaskan menggunakan
penjepit tabung reaksi diatas api bunsen. Selanjutnya diamati perubahan
warnanya dan dicatat pada tabel data hasil percobaan.
Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada
sampel formaldehid dibutuhkan lima tetes NH4OH agar AgNO3 kembali berwarna
bening, selanjutnya setelah ditambahkan 1 ml formaldehid, tanpa pemanasan
sudah terbentuk endapan cermin perak, oleh karena itu tidak perlu dilakukan
pemanasan, karena pemanasan sendiri tujuannya adalah untuk mempercepat
reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji tollens dengan formaldehid adalah
positif dan formaldehid termasuk aldehid. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
formaldehid merupakan gugus aldehid dan memiliki gugus OH bebas sehingga
bereaksi dalan uji tollens ini dan membentuk cermin perak (Sudarmo,
2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya adalah sampel aseton. Pada sampel aseton dibutuhkan 6 tetes
NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah diberi sampel (tanpa
pemanasan) berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang
lebih 2 menit warnanya tetap bening. Hal ini menunjukkan bahwa aseton tidak
bereaksi dengan reagen AgNO3 sehingga hasil ujinya adalah negatif, jadi aseton
bukan termasuk aldehid tetapi keton. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
aseton merupakan gugus keton dan aseton tidak bisa bereaksi dalam uji tollens
karena aseton tidak memiliki gugus OH atau H bebas (Sudarmo, 2006). Reaksi
yang terjadi adalah .
Selanjutnya adalah sampel glukosa. Pada sampel glukosa ini dibutuhkan 5 tetes
NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah diberi sampel (tanpa
pemanasan) berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang
lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa uji
tollens dengan glukosa adalah positif dan glukosa termasuk aldehid. Hal ini
sesuai dengan literatur bahwa glukosa merupakan gugus aldehid dan glukosa
memiliki gugus H bebas sehingga dapat bereaksi dengan AgNO3 dengan
memebentuk endapan cermin perak(Sudarmo, 2006). Reaksinya adalah .
Selanjutnya adalah sampel fruktosa. Pada sampel ini dibutuhkan 14 tetes NH4OH
supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah diberi sampel (tanpa
pemanasan) berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang
lebih 2 menit terdapat endapan cermin perak. Hal ini menunjukkan bahwa uji
tollens dengan glukosa adalah positif. Meskipun fruktosa adalah keton, tapi
karena fruktosa memiliki gugus OH bebas sehingga dapat bereaksi dalam uji ini
dan membentuk endapan cermin perak(Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi
adalah .
Selanjutnya adalah uji sukrosa. Dalam uji sampel sukrosa ini membutuhkan 8
tetes NH4OH supaya AgNO3 kembali bening, selanjutnya setelah diberi sampel
(tanpa pemanasan) berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama
kurang lebih 2 menit terjadi perubahan warna menjadi hitam. Hal ini
menunjukkan bahwa uji tollens dengan sukrosa adalah negatif, karena tidak
terbentuk endapan cermin perak. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa
sukrosa termasuk disakarida dan tidak bereaksi dalam uji tollens karena sukrosa
terdiri dari fruktosa dan glukosa, dimana gugus OH bebas dari fruktosa dan
gugus H bebas dari glukosa berikatan sehingga sukrosa tidak memiliki gugus OH
atau H bebas (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Dalam penambahan NH4OH terjadi bervariasi tetesan agar AgNO3 kembali
bening. Hal ini dikarenakan pada saat pengambilan NH4OH dengan pipet tetes
terdapat gelembung, pergantian praktikan dalam meneteskan dan cara
penetesan yang kurang tepat. Sehingga didapati tetesan NH4OH pada
AgNO3 yang bervariasi.
2. Uji Fehling

Sampel+ Sampel+
Nama Reagen Fehling Hasil Uji
No. Reagen Fehling
Sampel (Setelah (+) / (-)
(Tanpa
pemanasan) Pemanasan)

Timbul cincin
1 Formaldehid Biru +
merah
2 Aseton Endapan biru tua Endapan biru tua -
3 Glukosa Biru Merah bata +
4 Fruktosa Ijo lumut Merah bata +
5 Sukrosa biru hijau -

1. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Fehling dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam
suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana
Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-
tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi
membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+.
Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah
bata (Raymond, 2009).
Dalam melakukan percobaan ini, langkah pertama adalah menyiapkan alat dan
bahan. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalahtabung reaksi, rak
tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, pipet ukur
dan bulp. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain larutan Fehling
A, Fehling B, NaOH dan lima sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid
dan sukrosa. Setelah alat dan bahan disiapkan, selanjutnya Fehling A sebanyak
lima tetes dimasukkan dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes.
Selanjutnya ditambahkan lima tetes NaOH menggunakan pipet tetes, tujuannya
adalah untuk membuat suasana basa. Selanjutnya ditambahkan sepuluh tetes
Fehling B menggunakan pipet tetes. Kemudian ditambahkan sampel sebanyak 1
ml dan kemudian dipanaskan dengan api bunsen dan diamati perubahan
warnanya. Selanjutnya diperoleh hasil uji dan dicatat pada tabel data hasil
percobaan. Dalam melakukan praktikum ini tidak bisa lima sampel sekaligus
seperti yang dilakukan pada uji Tollens, namun dalam uji Fehling ini harus
dilakukan satu per satu sampel sampai menemukan hasil. Hal ini dikarenakan
larutan Fehling tidak boleh disimpan lama, karena mudah teroksidasi sehingga
harus dilakukan dengan cepat supaya hasilnya akurat.
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa
reagen fehling yang ditambahkan sampel formaldehid sebelum dipanaskan
warnanya biru dan setelah dipanaskan kurang lebih 2 menit terbentuk cicin
merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa uji fehling dengan sampel formaldehid
adalah positif dan formaldehid merupakan aldehid. Hal ini sesuai dengan
literatur bahwa formaldehid merupakan gugus aldehid, memiliki gugus OH bebas
sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk endapan merah bata (Sudarmo,
2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya adalah sampel aseton. Pada sampel aseton yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna biru tua dan setelah dipanaskan kurang
lebih 2 menit terbentuk endapan biru tua. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling
dan aseton adalah negatif dan aseton bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur bahwa aseton merupakan gugus keton dan tidak
memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji
fehling (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah .
Selanjutnya adalah sampel glukosa. Pada smapel glukosa yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna biru dan setelah dipanaskan kurang lebih
2 menit terbentuk endapan merah bata. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling
dan glukosa adalah positif dan glukosa merupakan aldehid. Hal ini sudah sesuai
dengan literatur bahwa glukosa merupakan gugus aldehid, memiliki gugus OH
bebas sehingga ketika diuji dengan fehling membentuk endapan merah
bata (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah
Selanjutnya adalah sampel fruktosa. Pada smapel fruktosa yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna hijau lumut dan setelah dipanaskan
kurang lebih 2 menit terbentuk endapan merah bata. Hal ini menujukkan bahwa
uji fehling dan fruktosa adalah positif dan fruktosa merupakan keton. Hal ini
sudah sesuai dengan literatur bahwa fruktosa memiliki gugus OH bebas
sehingga ketika diuji dengan fehling dapat bereaksi dengan membentuk
endapan merah bata meskipun pada kenyataannya fruktosa adalah
keton (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah
Selanjutnya adalah sampel sukrosa. Pada sampel sukrosa yang sudah
ditambahkan reagen fehling berwarna biru dan setelah dipanaskan kurang lebih
2 menit menjadi berwarna hijau. Hal ini menujukkan bahwa uji fehling dan
sukrosa adalah negatif dan sukrosa bukan aldehid tetapi keton. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur bahwa sukrosa merupakan gugus keton dan tidak
memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji
fehling (Sudarmo, 2006). Reaksi yang terjadi adalah

PERTANYAAN
1. Apa fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens?
Sebagai reagen dalam uji Tollens yang akan mengoksidasi sampel dan
membentuk cermin perak akibat ion Ag+ yang tereduksi menjadi perak sebagai
tanda bahwa suatu sampel memiliki gugus aldehid. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya cermin perak (Hart, 2004).

2. Apa fungsi penambahan larutan NH4OH 6 M dalam percobaan uji Tollens?


untuk mencegah endapan ion perak sebagai oksidasi AgNO3 pada suhu tinggi
(untuk mencegah terbentuknya endapan awal dan melepas Ag) dan untuk
membuat sampel menjadi basa agar tidak mudah cepat teroksidasi (Hart, 2004).
KESIMPULAN
Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid
dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu
AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi.Aldehid dioksidasi menjadi
anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag.
Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam
tabung reaksi. Sedangkan prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus
aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A
dan Fehling B, dimana Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran
dari NaOH dan Na-K-tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi.
Aldehid dioksidasi membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan
tereduksi menjadi Cu+. Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk
endapan merah bata. Keduanya memakai prinsip reduksi dan oksidasi
Dari praktikum ini dapat diketahui dan dibedakan senyawa aldehid dan keton.
Serta dapat digambarkan reaksi yang terjadi pada tiap sampel.
Dari hasil praktikum ini, dapat diketahui bahwa dalam uji fehling dan uji tollens
yang bereaksi positif adalah glukosa, fruktosa dan formaldehid. Sedangkan yang
hasil ujinya negatif adalah aseton dan sukrosa. Sehingga dapat dibedakan
senyawa aldehid dan ketonnya, senyawa aldehid dalam sampel ini adalah
glukosa dan formaldehid, fruktosa meskipun bereaksi dalam uji tollens dan uji
fehling, ia tetap senyawa keton. Sedangkan senyawa keton dalam sampel ini
antara lain fruktosa, aseton dan senyawa disakarida adalah sukrosa.

Você também pode gostar