Você está na página 1de 57

I. I.

PERSPEKTIF ISLAM TENTANG ALAM


PERS
PEKT
IF
ISLA
M
TENT
ANG
ALA
M

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami perspektif Islam tentang
alam semesta
Indikator Pencapaian Kompetensi
a. Mahasiswa dapat menjelaskan proses kejadian alam
semesta menurut Islam
b. Mahasiswa dapat menjelaskan keberadaan Allah SWT
sebagai pengatur alam semesta
c. Mahasiswa dapat menjelaskan kesudahan dari alam
semesta

Abstrak
Sepanjang sejarah kehidupan manusia dan ilmu pengetahuan, alam semesta
selalu menjadi obyek bahas yang utama. Pembahasan Filsafat tentang alam
semesta telah melahirkan berbagai cabang filsafat, yang pada akhirnya
memunculkan ilmu Fisika yang menelaah secara ilmiah tentang struktur alam
dan kejadiannya.Teori Fisika yang berlaku pada abad 20 menggariskan bahwa
alam semesta mempunyai ukuran tak terbatas, ada tanpa awal dan terus ada
abadi selama-lamanya. Kesimpulan tersebut tentunya berakar pada filsafat
materialism yang diusung oleh Karl Marx dengan sistem pemikirannya yang
dikenal dengan materialism dialektis.Tetapi kini di abad 21, fisikawan modern
telah membongkar teori tersebut. Dengan eksperimen, observasi, dan
perhitungan yang brilyan mereka telah membuktikan bahwa alam semesta
memiliki suatu awal dan diciptakan dari ketiadaan melalui ledakan dahsyat.
Teori mutakhir ini ternyata berhubungan erat dengan nash-nash tentang alam
semesta yang disajikan Allah SWT dalam Al-Quran. Bila ini difahami dan
dihayati akan menyadarkan manusia betapa alam merupakan laboratorium
raksasa yang akhirnya membuatnya bersimpuh bersujud kehadirat Ilahi atas
kebesarn-Nya.

A. Proses Kejadian Alam menurut Islam

Manusia dengan kemampuan berfikir yang ada pada dirinya


telah mencoba menjawab sebuah pertanyaan misterius, yakni dari
mana asal-usul alam semesta ini sebenarnya. Para ahli fikir yang
hidup pada abad ke-6 SM (masa Yunani kuno) telah memulai untuk
memecahkannya.Mereka berkesimpulan bahwa alam semesta ini
berasal dari zat yang satu yang mereka sebut dengan istilah
Arche.Thales (625 545 SM) menyimpulkan bahwa arche tersebut adalah air
dengan alasan air merupakan sumber kehidupan yang utama dan air menempati
prosentasi terbesar dari segala apa yang ada. Anaximandros (610 -547 SM)
menyatakan asal pertama dari segala yang ada adalah Apeiron, yakni zat yang tak
berhingga yang berada di luar alam.Menurut Anaximandros, kalau segala yang ada ini

1
berasal dari salah satu unsur alam maka pastilah sesuatu tersebut berasal dari unsur
yang lain pula. Apeiron adalah asal segala sesuatu yng tidak berasal dari sesuatu yang
lain. Pemikir berikutnya adalah Anaximenes (585 494 SM),menurutnya alam
semesta ini berasal dari udara dengan memperhatikan urgensi udara bagi kehidupan.
Selain itu menurutnya, jiwa identik dengan udara yakni sama-sama bersifat abstrak,
dan bumi sendiri diselimuti oleh udara. Heraklitos (540 -480 SM) punya pandangan
lain, menurutnya alam semesta ini berasal dari api dengan alasan bahwa api merupakan
unsur terpenting dari apa yang ada. Api adalah simbul dinamisitas kehidupan, sehingga
tanpa api kehidupan akan statis.
Bagaimana asal-usul kejadian alam semesta terus menjadi
perhatian dan obyek pemikiran dari abad ke abad. Kaum materialis
yang mulai muncul pada abad ke 19 M mengidentifikasi bahwa alam
semesta ini mempunyai ukuran yang tidak terbatas, ada tanpa awal
dan adanya bersifat kekal abadi.Alam semesta merupakan
sekumpulan zat yang konstan, stabil, statis dan tidak berubah. Oleh
karena itu kaum materialis tidak menerima keyakinan akan adanya
Sang Pencipta alam semesta.
Albert Einstein ilmuwan terkemuka abad ke 20 M--setelah
melalui perhitungan yang cermat-meralat teori kaum
materialis.Lewat teori fisikanya, Einstein menyatakan bahwa alam
semesta bersifat dinamis tidak statis. Ini mengindikasikan bahwa ada
proses yang terjadi pada alam semesta. Hal ini akan semakin jelas
manakala dikonfirmasikan dengan teori Big Bang (Ledakan dahsyat
yang terjadi sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu). Menurut teori ini
alam semesta bertambah luas.Jika alam semesta bisa bergerak
mundur dalam hal waktu, maka alam semesta berasal dari titik
tunggal.Perhitungan menunjukkan bahwa titik tunggal ini
mengandung pengertian semua zat atau materi yang ada di alam
semesta, mempunyai volume nol dan kerapatan tak
terbatas.Alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik
tunggal yang bervolume nol ini. Dari sini ilmu pengetahuan dapat
menetapkan konsep ketiadaan yang berada di luar jangkauan
batas-batas pemahaman manusia, dengan hanya
mengungkapkannya sebagai suatu titik yang bervolume nol. Alam
semesta muncul dari ketiadaan. Dengan kata lain, alam semesta
itu ada karena diciptakan. Allah SWT berfirman :

Artinya :
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Q.S. az-Zariyat :
47)

Penjelasan lebih lanjut dari ayat tersebut bahwa jika kita


mengetahui ada tatanan yang teratur setelah terjadinya suatu

2
ledakan, kita bisa berkesimpulan bahwa ada campur tangan
supranatural di belakang ledakan tersebut dan bahwa semua
bagian yang tersebar karena ledakan itu bergerak dengan cara yang
sangat terkontrol sehingga menimbulkan tatanan yang rapi dan
bertujuan. Roger Pensore, seorang fisikawan yang mendalami asal-
usul alam semesta, membuktikan bahwa adanya alam semesta
bukan kebetulan belaka, akan tetapi punya tujuan yang kadang tidak
terjangkau oleh indera kita saat ini. Dalam hal ini Allah SWT
menjelaskan dalam Al-Quran bahwa seluruh materi dan energi di
langit dan di bumi berasal dari satu kesatuan pada awal
penciptaannya. Firman Allah SWT :

Artinya :
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman? (Q.S. Al-Anbiya: 30)

Ilmu astronomi menjelaskan bahwa langit yang dimaksud dalam


ayat di atas adalah seluruh benda luar angkasa.Semuanya berasal
dari satu materi dasar berupa hydrogen.Dari reaksi nuklir (fusi) di
dalam bintang terbentuklah unsur-unsur berat seperti karbon sampai
besi.Kandungan unsur-unsur berat dalam komposisi materi bintang
merupakan salah satu akte lahir bintang. Bintang-bintang yang
mengandung banyak unsur berat berarti bintang itu generasi
muda yang memanfaatkan materi-materi sisa ledakan bintang-
bintang tua. Materi pembentukan bumi pun diyakini berasal dari
debu dan gas antar bintang yang berasal dari ledakan bintang di
masa lalu.Jadi seisi alam semesta ini berasal dari satu kesatuan yang
berasal dari ciptaan Allah SWT dari tidak ada menjadi ada.
Berpijak dari apa yang telah diuraikan di atas, jika kita
renungkan lebih dalam lagi, kita dapat melihat bahwa adanya alam
semesta dan cara kerjanya yang luar biasa itu bersandar pada
keseimbangan yang cermat dan keteraturan yang tidak mungkin
terjadi secara kebetulan saja. Melainkan atas kudrat dan iradat Sang
Pencipta yang telah menciptakan zat dan sesuatu yang tidak ada
menjadi ada, dan mengaturnya secara berkesinambungan. Sang
Pencipta itu adalah Allah SWT, Penguasa langit, bumi dan seisinya.
Firman AllahSWT :

3
Artinya :
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan
benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu
terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu
sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak.Dan
Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Anam:
73)

B. Kesudahan Alam Semesta


Dalam ilmu fisika, ada teori yang mengatakan bahwa daya
rotasi dan revolusi benda-benda langit tidak bersifat abadi, suatu
waktu akan berakhir. Gaya gravitasi yang menyebabkan
keseimbangan terhadap benda-benda langit juga suatu saat akan
sirna. Kalau sudah terjadi demikian maka benda-benda langit
seluruhnya akan bertabrakan saling menghancurkan satu sama lain.
Sementara itu, matahari yang menjadi sumber terbesar energi
bagi kehidupan di bumi kian hari kian memudar. Menurut sebagian
ahli, garis tengah matahari 1.400.000 kilometer, sedang temperatur
di permukaannya 6.000 C, panas di dalam matahari 5.000.000C,
dan panas intinya 20.000.000C. Panas besar itu dihasilkan oleh
reaksi nuklir yang terus-menerus berlangsung disertai dengan
kehilangan zat-zat sebesar 4.000.000 ton perdetik.Matahari
sebagaimana arang yang terbakar pijar yang setiap detik materinya
habis terbakar tentu akhirnya arang itu habis menjadi debu, dan
kemudian padam. Maka dengan perhitungan matahari kehilangan
zat-zatnya karena terbakar sebesar 4 juta ton perdetik, ia baru akan
padam dalam waktu lebih 15 milyar tahun lagi. Walau masih
teramat sangat jauh lagi, yang pasti dalam perhitungan ini matahari
akan padam. Kalau sudah padam, energi pun tidak ada lagi.semua
menjadi beku, tidak ada lagi angin yang bertiup, tidak ada lagi hujan
yang turun, tidak ada lagi penguapan, semua berhenti dan mati.
Maka tamatlah semua kehidupan di bumi ini.
Uraian di atas merupakan analisa ilmiah tentang akhir dari
perjalanan alam semesta. Suatu gambaran proses kejadian yang
sebangun dengan apa yang telah digambarkan dalam Al-Quran
tentang keyakinan akan tibanya kiamat yang menandai akhir dari
kehidupan dunia dan awal dari kehidupan akhirat. Allah SWT
menjanjikan dalam firman-Nya sbb :

4
Artinya :
Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka
dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Q.S. al-Qamar: 46)

Ketentuan mengenai kiamat yang banyak diberitakan dalam Al-


Quran menggiring manusia untuk menyadari bahwa alam semesta
beserta isinya termasuk manusia di dalamnya bersifat
sementara.Oleh karena itu manusia harus pandai menyikapi dan
memperlakukan kehidupan yang fana ini dalam rangka
menyongsong kehidupan akhirat yang bersifat langgeng kekal
abadi.

Soal Latihan
1. Mengapa terjadi perbedaan kesimpulan di antara pemikir abad
ke-6 SM tentang asal-usul kejadian alam semesta, jelaskan !
2. Jelaskan pendapat Kaum Materialisme abad ke-19 M tentang
eksistensi alam semesta
3. Uraikan argumen anda dengan pendekatan ilmu pengetahuan
untuk membuktikan ketidakbenaran pendapat bahwa alam semesta
ini bersifat kekal abadi
4. Uraikan pula argumen anda dengan pendekatan Al-Quran untuk
soal poin 3

II. II.PERSPEKTIFISLAM
TEN
TA
NGM
AN
USIA
PER SP
EKTIF
ISLA M
TEN TA
N G
M A NU
SIA

Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat memahami perspektif Islam tentang
manusia dan menjadikannya sebagai acuan dasar
dalam berkehidupan

5
Indikator Pencapaian kompetensi :
a. Mahasiswa dapat menjelaskan teori Evolusi Darwin tentang asal-usul
manusia
b. Mahasiswa dapat menjelaskan asal-usul manusia menurut Al-Quran
c. Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik manusia dalam Al-Quran

Abstrak
Ada banyak perspektif ketika kita mencari makna manusia.Teori psikoanalisis
menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan), teori
behaviorisme menyebut sebagai homo mekanicus (manusia mesin), teori
kognitif menyebut sebagai homo sapiens, teori humanism menyebut sebagai
homo ludens (manusia bermain). Ada pula teori Darwin yang secara khusus
menyorot manusia dari sisi asal-usulnya.Semua teori tersebut bertemu dalam
satu titik perdebatan berkepanjangan dan tidak menemukan kesepakatan
yang tuntas.Bagi kita umat Islam sudah sewajarnya memberi apresiasi positif
terhadap berbagai teori tersebut, namun untuk mencari titik pijak dalam
memahami eksistensi diri, mutlak harus mengacu pada Al-Quran yang
secara meyakinkan menyajikan pandangan yang tuntas dan menentramkan.

A. Teori Evolusi Darwin tentang Asal-Usul Manusia


Sama halnya dengan alam semesta, manusia yang sebenarnya
bagian dari alam semesta juga merupakan obyek ilmu pengetahuan
yang tetap aktual sepanjang sejarah. Pada abad ke-18 M seorang
sarjana Biologi dari Inggris bernama Charles Darwin (1809-1882)
telah memusatkan perhatiannya untuk menjawab pertanyaan
darimana sesungguhnya asal-usul manusia ini berasal. Dalam
bukunya On the Origin of Species, Darwin mengemukakan teorinya
bahwa makhluk hidup memiliki kekerabatan antar spesies, dan berevolusi dari satu
sel menjadi lebih tinggi lewat seleksi alam. Dan manusia adalah proses evolusi dari
Ramapithecus (bangsa parimata yang hidup sekitar 15.000 tahun yang silam) menjadi
Austrapitecus (bangsa manusia yang hidup sekitar 400 tahun yang silam).
Walau menggemparkan banyak pihak, terutama kalangan gereja dan ilmuan
yang berpaham teori kreasi khusus, di abad ke-19 M Teori Evolusi menyebar luas.
Bahkan memunculkan banyak teori lanjutan dari pengikut Darwinisme yang bermuara
pada teori yang dikemukakan Darwin tersebut. Para ahli paleontology misalnya,
mereka membagi evolusi manusia menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat
evolusinya, yaitu :
1. Tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan Johanesburg di Afrika Selatan pada
tahun 1924, dinamakan fosil Australopithecus
2. Tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pad tahun 1891, dinamakan
Pithencantropus Erectus
3. Manusia Purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah
digolongkan genus yang sama , yaitu homo walaupun spesies yang dibedakan.
Fosil jenis ini ditemukan di Neander (homo neanderthalesis) dan kerabatnya
ditemukan di Solo (Homo Soloensis).
4. Manusia modern atau homo Sapeins yang telah pandai berfikir menggunakan otak
dan akalnya.

6
Para Darwinis menyatakan bahwa manusia modern yang ada saat ini berevolusi
dari sejenis makhluk yang mirip kera. Selama proses evolusi yang diduga ada ini, yang
diperkirakan berawal sejak 4-5 juta tahun yang lalu, dinyatakan tentang adanya
sejumlah bentuk transisi yang menghubungkan antara manusia modern dengan pra
nenek moyangnya.Menurut skenario ahlinya,disusun empat kelompok utama, yaitu:
1. Australopithecus 3. Homo Erectus
2. Homo Habilis 4. Homo Sapiens
Kemudian disusun mata rantai penghubung sebagai berikut : Australopithecus
> Homo Habilis > Homo Erectus >Homo Sapiens. Dari susunan mata rantai tersebut,
evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa masing-masing dari spesies ini
adalah nenek moyang bagi yang lainnya.
Akan tetapi, penemuan terbaru dari para ahli Paleoanthropologi telah
mengungkap bahwa Australopithecus, Homo Habilis, Homo Erectus, dan Homo
Sapein telah hidup di belahan bumi yang berbeda pada saat yang sama. Terlebih lagi,
sebagian tertentu dari manusia yang dikelompokkan sebagai Homo Erectus pernah
hidup hingga masa yang sangat modern.
Keadaan tersebut di atas menunjukkan ketidakabsahan pernyataan bahwa
mereka adalah nenek moyang bagi yang lain. Stephen Jay Gould (1976) seorang ahli
paleontology dari Harvard University telah menyatakan adanya kebuntuan teori
evolusi, meskipun ia sendiri seorang evolusionis. Dengan lantang Stephen
menyatakan; apa jadinya dengan tangga silsilah kita jika terdapat tiga keturunan
hominid yang hidup bersamaan (Africanus, Australopithecus, dan Homo Habilis). Dan
tak satupun dari mereka yang secara jelas menjadi keturunan dari yang lain. Lagi pula
tidak satupun dari ketiganya memperlihatkan kecenderungan berevolusi semasa hidup
mereka di bumi.
Walhasil, manusia pada dasarnya tidak akan dapat memahami tentang esensi
dirinya secara meyakinkan. Kebenaran apa yang dipahami sangat bersifat subyektif
dan relatif tergantung dari sisi mana ia memandang. Selain beberapa argumen ilmiah
dari kalangan penentang Teori Darwin, ditinjau dari pendekatan agama, teori ini sama
sekali mengabaikan aspek ruhaniah manusia sebagai makhluk yang punya potensi
berketuhanan. Oleh karena itu wajar kalau kemudian ada kalangan yang menganalisa
bahwa teori Darwin berkembang untuk kepentingan penyebaran ideologi atheis.

B. Asal-usul Manusia Menurut Al-Quran


Sesungguhnyalah kebenaran pengetahuan tentang esensi manusia hanya akan
dapat diperoleh melalui pemberitaan yang disampaikan kepada manusia dari Pencipta
manusia itu sendiri. Ini berarti bahwa jika manusia ingin mengetahui secara pasti
mengenai hakikat dirinya secara benar maka hendaklah ia mengacu pada firman-
firman Tuhannya, dalam hal ini Kitab Suci Al-Quran al-Karim.
Apa yang tertuang dalam Teori Darwin tentu saja bertentangan dengan konsep
Al-Quran. Manusia adalah makhluk yang paling mulia di muka bumi sedangkan
kera hanyalah semata hewan. Dalam Surah al-Hijr ayat 28-29 Allah SWT
menegaskan bahwa manusia adalah keturunan manusia pertama (Adam) yang
diciptakan oleh Allah SWT melalui tahapan-tahapan; dari tanah menjadi lumpur
hitam yang diberi bentuk dan kemudian menjadi tanah kering seperti tembikar,

7
kemudian setelah disempurnakan bentuknya, Allah SWT meniupkan ruh, maka
jadilah Adam.
Anak keturunan Adam juga berasal dari tanah dengan proses pembentukan
yang berbeda. Dalam Surah al-Muminun ayat 12-14 Allah SWT menjelaskan bahwa
manusia (anak keturunan Adam) diciptakan dari saripati tanah yang dijadikan sperma
(nuthfah) dan disimpan di tempat yang kokoh.Kemudian nuthfah itu dijadikan
segumpal darah.Segumpal darah itu dijadikan segumpal daging. Lalu segumpal
daging dijadikan tulang.Tulang dibalut dengan daging yang kemudian dijadikan Allah
SWT sebagai makhluk.
Uraian tentang proses penciptaan sebagaimana tersebut di atas lebih fokus pada
aspek historis pertumbuhan fisiknya. Masih banyak aspek lain di balik penciptaan
manusia, misalnya tujuan, peranan, tugas yang dipikul dan kesudahannya. Semuanya
itu mengisyaratkan bahwa ada sisi lain manusia di samping tubuhnya, yakni aspek
ruhani atau jiwanya.
Dalam pandangan Al-Quran antara tubuh dan jiwa merupakan satu kesatuan
yang utuh dan padu.Keutuhan dan keterpaduan antara tubuh dan jiwa manusia
merupakan modal dasar untuk menjalankan beberapa fungsi yang telah ditetapkan
oleh sang Penciptanya. Dalam konteks ini, Allah SWT menyebut beberapa istilah
yang menunjukkan makna manusia terkait dengan fungsinya, yakni :Basyar (),
Insan (( , dan Nas () .
Allah SWT menggunakan istilah basyar dalam Al-Quran sebanyak 37 kali,
salah satunya dalam Surah Kahfi ayat 110 sbb :

Artinya :
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa".
Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya".

IstilahBasyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia, seperti


asalnya dari tanah liat atau lempung kering (al-Hijr: 33; al-Rum: 20), manusia perlu
makan dan minum (al-Muminun: 33).
Kemudian istilah Insan disebut dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, antara lain
dalam Surah al-Alaq ayat 5 sbb :

Artinya :
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

8
Berikutnya istilah Insan. Istilah ini selalu dihubungkan pada sifat psikologis
atau spiritual (aspek ruhaniah) manusia sebagai makhluk yang berfikir, diberi ilmu,
dan memikul amanah. ( al-Ahzab: 72)
Adapun istilah Nas disebut sebanyak 240 kali, seperti pada Surah al-Zumar
ayat 27 sbb :

Artinya :
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an ini setiap macam
perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.

Istilah Nas merujuk pada semua manusia sebagai makhluk sosialyang hidup
bersama dalam sebuah komunitas yang saling memerlukan satu sama lain.
Dari penjelasan singkat tentang tiga istilah tersebut, dengan demikian, dalam
pandangan Al-Quran terkait dengan fungsinya manusia adalah makhluk biologis,
psikologis, dan sosiologis.

C. Karakteristik Manusia Menurut Al-Quran


Secara garis besar karakteristik positif manusia menurut Al-Quran dapat
dirinci sebagai berikut :
1. Manusia adalah makhluk yang paling unik, diciptakan dalam bentuk yang
paling sempurna (Q.S. At-Tin: 4)
2. Memiliki potensi beriman pada Allah SWT (Q.S.al-Araf: 172)
3. Diciptakan untuk mengabdi kepada Allah SWT (Q.S. az-Zariyat: 56)
4. Diciptakan untuk menjadi Khalifah di muka bumi (Q.S. Al-Baqarah: 30)
5. Dikaruniai akal dan nafsu (Q.S. Al-Kahfi: 29)
6. Bertanggung jawab atas segala perbuatannya (Q.S.at-Thur: 21)
7. Dapat dibentuk akhlaknya (Q.S. Luqman: 18)

Sedangkan karakteristik negatif manusia menurut Al-Quran dapat dirinci


sebagai berikut :
1. Bersifat tergesa-gesa (Al-Isra 17: 11)
2. Sering membantah (Al-Kahfi 18: 54)
3. Ingkar dan tidak berterima kasih kepada Tuhan (Al-Adiyat 100: 6)
4. Keluh kesah, gelisah dan kikir (Al-Maarij 70: 19)
5. Amat zalim dan bodoh (Al-Ahzab 33: 72)
6. Putus asa bila ada kesalahan (Al-Maarij 70: 20)

Tujuh di antara banyak karakteristik manusia tersebut di atas


seyogyanya tidak sekedar menjadi pengetahuan, akan tetapi
hendaklah menjadi acuan dasar untuk menilai diri sendiri apakah

9
sudah memenuhi konsekuensi dari karakteristik-karakteristik
tersebut, misalnya manusia diciptakan sebagai makhluk yang
paling unik (sempurna), konsekuensinya manusia wajib bersyukur
kepada Allah SWT atas kesempurnaan yang dimilikinya itu.

Soal Latihan
1. Berikan deskripsi singkat tentang Teori Darwin mengenai asal-usul manusia
2. Berikan deskripsi singkat tentang komentar kalangan ilmuan biologi modern
terhadap Teori Darwin
3. Kebenaran pengetahuan tentang esensi manusia hanya akan dapat diperoleh melalui
pemberitaan yang disampaikan kepada manusia dari Pencipta manusia itu sendiri.
Berikan argumen pernyataan ini dengan mengemukakan ayat suci Al-Quran
4. Allah SWT menyebut manusia dalam Al-Quran dengan istilah; Basyar, Insan, dan
Nas. Jelaskan maksud spesifik dari ketiga istilah tersebut
5. Sebutkan tiga dari tujuh karakteristik manusia dalam Al-Quran, dan jelaskan
konsekuensi yang harus diterima manusia berkenaan dengan masing-masing
karakteristik tersebut

10
II. II.IS
LA
MS
EB
AG
AIS
EB
UA
HS
IS
TE
MAJA
RA
N
ISLA M
S EBAG
AI
S EBUA
H
SISTEM
AJARAN

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami Islam sebagai sebuah sistem ajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
a. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi Agama
b. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Agama Islam
c. Mahasiswa dapat menjelaskan sumber Ajaran Islam
d. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur dasar Ajaran Islam

Abstrak
Sebagai sebuah sistem ajaran, Islam merupakan agama yang unggul.Dimulai
dari statusnya sebagai ajaran Samawi murni yang terpelihara dan terjamin
tidak mengalami perubahan hingga akhir zaman.Kemudian didukung oleh
lingkup ajarannya yang mencakup seluruh kehidupan manusia.Islam dengan
demikian secara meyakinkan dapat selalu menjadi petunjuk bagi kehidupan
manusia dalam meraih kebahagiaan yang sejati.Lebih-lebih dalam situasi
zaman sekarang ini di mana manusia dilanda kekeringan batin, Islam menjadi
alternatif yang menjanjikan.Dan ini menjadi fenomena mengedepan terutama
di kalangan masyarakat Barat dewasa ini.

A. Agama dan Klasifikasinya

Secara etimologi, agama berasal dari Bahasa Sansekerta. Ada tiga istilah yang
pada mulanya punya makna berbeda, yakni :Agama artinya tata cara hubungan
manusia dengan rajanya. Igamaartinya tata cara hubungan manusia dengan dewa.Dan
Ugama artinyatata cara hubungan manusia dengan manusia. Ketiga istilah tersebut kini
dipakai dengan makna yang sama, yakni tata cara hubungan manusia dengan Tuhan-
Nya. Yang membedakan masyarakat pemakainya, istilah agama lazim dipakai dalam
Bahasa Indonesia, Igama dalam Bahasa Jawa dan Bali, dan Ugama dalam Bahasa
Malaysia.
Secara terminologi, istilah agama sama dengan religi yang berasal dari
Bahasa Inggris; religion. Dalam kamus The Holt Intermediate Dictionary of
American English, religion berarti : Belief in and worship of God or the Super
Natural (kepercayaan dan penyembahan kepada Tuhan atau kepada yang Maha
Mengetahui). Dalam kamus The advanced Learners Dictionary of Current English
mendefinisikan Religion : belief in the existence of supernatural rulling fower, the
creator and controller of the universe, who has given to man a spiritual nature which
continues to exist after the death of body (agama adalah mempercayai adanya
kekuatan kodrat yang maha mengatasi, menguasai, menciptakan dan mengawasi alam
semesta dan yang telah menganugerahkan kepada manusia suatu watak ruhani, supaya
manusia dapat hidup terus-menerus setelah masa kematiannya).
Dari dua definisi agama (religi) di atas, dapat disimpulkan bahwa isi agama itu
meliputi ;

11
1. Suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan
2. Suatu sistem penyembahan kepada Tuhan.
Dengan demikian, agama menurut kesimpulan di atas hanyalah menunjukkan
hubungan manusia dengan Tuhannya (hubungan vertikal).Dan memang dalam
pengertian itulah umumnya doktrin agama-agama yang ada di dunia ini selain agama
Islam.
Dalam Islam, agama diistilahkan dengan ( dien). Istilah ini punya pengertian
yang jauh lebih luas dari pengertian agama seperti yang telah diuraikan di atas.
selainpengaturan hubungan manusia dengan tuhan (vertikal), juga berisi ajaran
yang mengatur tata hubungan manusia dengan sesama manusia /masyarakat
(horizonal), bahkan juga memberi petunjuk tentang bagaimana perlakuan manusia
terhadap binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda alam.Agama Islam sangat
sesuai dengan makna ini. Firman Allah SWT :

..

Artinya :
..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.,
.(Q.S. al-Maidah: 3)

Sebagai petunjuk bagi kehidupan manusia, agama ( )otomatis sangat


diperlukan dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain manusia berhajat kepada
agama. Dan hajat hidup manusia terhadap agama didorong oleh adanya fitrah
(kebutuhan asasi) terhadap agama yangmelekat pada setiap manusia.
Adanya anggapan telah adanya fitrah beragama (potensi beragama) pada diri
manusia bisa ditinjau secara ilmiah maupun normatif. Secara ilmiah dapat dilihat
melalui bukti historis dan antropoligi bahwa pada manusia primitif yang tidak pernah
datang kepada mereka informasi mengenai tuhan, ternyata mereka mempercayai
adanya tuhan, walaupun sebatas daya hayal mereka. Mula-mula mereka menuhankan
benda-benda alam yang berawal pada rasa ketergantungan dan kekaguman. Bagi
mereka yang bertempat di pesisir pantai, mereka mengagungkan lautan yang dianggap
memiliki kekuatan magis, seperti yang telah diungkapkan pada bab terdahulu.
Kepercayaan demikian ini selanjutnya dinamakan dinamisme.Kekuatan magis pada
laut dalam perkembangan berikutnya dinamakan ruh atau jiwa.Keyakinan ini
selanjutnya dinamakan animisme.Ruh yang bersemayam pada benda-benda alam
tersebut mendapatkan formalisasi dalam bentuk dewa-dewi yang sangat banyak
jumlahnya.Kepercayaan inilah yang disebut dengan politeisme.Kenyataan ini
menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi bertuhan.Namun karena potensi itu
tidak terarah dengan baik, maka tampil bentuk yang bermacam-macam yang
keadaannya serba relatif.Namun yang dipentingkan di sini adalah bahwa dari
persepektif historis dan antropologis, ternyata manusia cenderung hidup bertuhan.
Secara normatif, kecenderungan manusia hidup beragama dapat ditelaah pada
Al-Quran surah al-Araf ayat 172. Sebagian mufassir mengatakan ayat tersebut
menggambarkan terjadinya dialog primordial antara Ruh manusia dengan Tuhan:
Bukankah Aku tuhan-Mu? Mereka menjawab; benar, kami bersaksi atas ketuhanan

12
Engkau. Selanjutnya, Allah Swt meniupkan ruh yang telah bersaksi itu ke janin yang
dikandung seorang ibu (sekitar 4 bulanusia kandungan, ada yang mengatakan 2 bulan
kandungan).Sampai waktunya lahirlah bayi itu dalam keadaan fitrah (kecenderungan
mentauhidkan Allah Swt ;) .
Berdasarkan sumbernya, agama diklasifikasikan kepada dua bagian:
1. Agama langit () , yaitu agama yang bersumber dari wahyu Ilahi, atau
agama yang diwahyukan mulai kepada Nabi Adam a.s. sampai kepada Nabi
Muhammad Saw.
2. Agama bumi() , yaituagama yang bersumber dari produk fikir manusia
(filsafat) seperti agama Budha dan Hindu.
Ajaran samawi pra Nabi Muhammad Saw cenderung menyimpang karena
bercampur dengan produk fikir manusia sehingga derajatnya menurun menjadi agama
al-Ard. Hanya Islam yang sampai sekarang masih murni sesuai dengan kemurnian Al-
Quran yang hingga kini tetap terjaga keorisinilannya.Kesempurnaan Islam terlihat
dari cirinya yang mendorong manusia mempergunakan akalnya untuk memahami ayat-
ayat Kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat
Quraniyah yang terekam dalam 30 juz Kitabullah, Al-Quran al-Karim.Firman Allah
SWT :

Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal (Q.S.
Ali Imran : 190)

B. Agama Islam
Secara etimologi, Islam berasal dari kata aslama-yuslimu yang berarti
menyerah, tunduk, dan damai. Makna secara bahasa ini juga dapat dipahami dengan
melihat makna kata turunannya (derifasi), yaitu : assalmu yang berarti bersih (lahir
batin),assilmu yang berarti taat aturan Allah Swt , dan assalamatu yang berarti
selamat sejahtera. Dari ketiga makna kata turunan tersebut dapat dipahami bahwa
manakala seorang muslim senang dalam mengamalkan ajaran kebersihan baik lahiriah
atau batiniah plus sikap hidupnya yang menjunjung tinggi hukum-hukum Allah
SWTmaka ia akan mendapatkan keselamatan hidup dunia dan akhirat.
Secara terminologi, Islam-sebagaimana yang didefinisikan oleh Ahmad
Abdullah al-Masdoosi-- berarti suatu kaedah hidup yang diturunkan kepada seluruh
manusia sejak manusia digelar ke muka bumi, terbina dalam bentuknya terakhir dan
sempurna dalam Al-Quran.Diwahyukan Allah SWT kepada Nabi-Nya terakhir sebagai
tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup manusia;spiritual maupun
material. Jadi Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diberikan Allah SWT kepada
masyarakat manusia melalui para utusan-Nya(rasul-rasul) semenjak Nabi Adam as.
hingga Nabi Muhammad Saw. Makna Islam seperti ini sesuai dengan firman Allah
SWT sebagai berikut :

13
Artinya :
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak,
Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Q.S al-
Baqarah: 136).

Ada satu perbedaan mendasar antara Islam sebagai nama suatu agama jika
dibandingkan dengan nama-nama agama lain. Pada agama-agama selain Islam,
penamaan agama dikaitkan dengan nama pembawanya, misalnya Agama Kristen
diacukan pada nama pembawanya yakni Yesus Kristus, Agama Budha diacukan kepada
pembawanya yang bernama Budha Sidarta Gautama. Penamaan agama seperti ini
merupakan indikasi dari pengakuan adanya ide dan gagasan manusia baik sang
pembawa maupun pengikutnya. Oleh karena itu pada kasus kedua agama di atas, si
pembawa agama dikultuskan sebagai Tuhan. Berbeda dengan Agama Islam,
penamaannya berdasarkan makna esensial dari Islam itu sendiri. Oleh karena itu keliru
besar apabila Islam disebut dengan Muhammadanisme, lebih-lebih untuk menyamakan
dengan penamaan yang terjadi pada agama lain. Agama Islam tidak terbentuk dari
pemikiran Muhammad SAW,melainkan berasal dari wahyu Ilahi. Nabi Muhammad
SAW hanyalah sebagai Rasul utusan Allah SWT yang bertugas menyampaikan risalah
yang diturunkan kepadanya. Firman Allah SWT :

Artinya :
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)?Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudlarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-
orang yang bersyukur. (QS Ali Imran : 144)

C. Karakteristik Kewahyuan Ajaran Islam


Sebagai sebuah sistem ajaran, Agama Islam memiliki ciri-ciri yang
menunjukkan kebenaranya sebagai agama yang berasal dari wahyu yang diturunkan

14
oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad SAW. Beberapa ciri tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kelahiran Ajaran Islam bersifat menyejarah yakni pada tanggal 17 Ramadlan
tahunGajah(6 Agustus 610 M) dalam momentum turunnya Al-Quran untuk
pertama kalinya kepada Nabi Muhammad SAW.
2. Disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai cara
yang utama turunnya wahyu. Ada pula cara lain turunnya wahyu yaitu : terdengar
suara bergema di balik tabir, didahului oleh suara gemerincing lonceng yang
dahsyat yang menunjukkan wahyu yang diturunkan berisi wahyu berupa berita
yang berat misalnya informasi tentang siksa neraka, dan Rasulullah SAW ketika
itu dalam keadaan menggigil. Cara yang lain lagi yaitu wahyu itu langsung
dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam hati sanubari Rasulullah SAW.
3. Memiliki kitab suci, yakni Al-Quran yang terdiri dari 30 Juz, 114 Surah dan 6666
ayat (pendapat lain mengatakan sebanyak 6236 ayat, perbedaan disebabkan
berbedanya penentuan akhir sebuah ayat) dan 74.499 kata. Sebagai petunjuk jalan
kebenaran Al-Quran senantiasa aktual dan cocok di segala zaman. Tidak pernah
mengalami perubahan semenjak Rasul pembawanya karena telah mendapat
jaminan dari Allah SWT akan keterjagaan dari kemungkinan penyelewengan.
4. Ajaran Islam mutlak kebenarannya karena berasal dari Allah SWT. Ajaran Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw adalah ajaran pembaharu yang
meluruskan berbagai penyimpangan ajaran Allah SWT yang dlakukan oleh umat
rasul-rasul terdahulu sepeninggal rasul bersangkutan semenjak Nabi Adam a.s.
hingga Nab Isa a.s.
5. Sistem hubungan muslim dengan Allah SWT jelas ditegaskan dalam Al-Quran.
Secara intensif tiap sehari semalam lima kali seorang muslim secara formal
melakukan komunikasi dengan tuhannya Allah SWT lewat media shalat fardlu
lima waktu.
6. Konsep ketuhanan Islam adalah tauhid. Allah SWT tunggal, tidak berbilang. Tidak
bersekutu dengan yang selain-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Konsep
ketunggalan tuhan dalam Islam bersifat murni, oleh karena itu Islam tidak
mengenal trinitas atau yang sejenis dengan itu.
7. Dasar-dasar Agama Islam bersifat fundamental dan mutlak serta berlaku untuk
seluruh umat manusia di belahan bumi manapun dan dalam kurun waktu
kapanpunia berada.
8. Penamaan Islam mengacu pada intisari ajaran, yang berarti bersih lahir batin,
ketaatan pada aturan Allah SWT, dan keselamatan atau kesejahteraan dunia
akhirat. Dengan memenuhi makna Islam yang pertama dan kedua tersebut, maka
otomatis seorang muslim akan mendapati hakikat makna Islam yang ketiga.
9. Nilai-nilai etika dan estetika Islam sesuai dengan fitrah manusia. Fitrah manusia
yang dimaksud di sini adalah hajat hidup manusia yang paling asasi seperti
terpenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, keamanan, harga diri dan lain-lain.
Nilai-nilai etika dan estetika Islam sangat mendukung terpenuhinya berbagai hajat
hidup tersebut.
10. Soal-soal alam semesta dalam Al-Quran telah terbukti dalam perkembangan sains.
Dulu masyarakat Islam menerima kebenaran Al-Quran semata secara doktriner,

15
sedangkan kini bersamaan dengan pesatnya perkembangan sains, kebenaran Al-
Quran diperkuat dengan argumen ilmiah dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.

D. Kesalahan dalam Memahami Islam


Berikut ini beberapa bentuk kesalahan seseorang atau sekelompok orang dalam
memahami Islam, yaitu sebagai berikut :
1. Salah dalam memahami ruang lingkup agama Islam. Islam hanya dianggap sebatas
religi. Islam hanya dipahami sebatas shalat, puasa, zakat, dan haji saja. Pada
kehidupan yang melibatkan interaksi dengan sesama manusia dengan berbagai
keperluannya seperti berdagang, Islam dianggap tidak punya kepentingan untuk
mengadakan pengaturan.Denan kata lain adanya pandangan dikotomis yang
memisahkan antara Islam dan keduniaan. Islam diamalkan menyangkut ibadah
mahdlah saja. Adapun perkara yang menyangkut kepentingan yang melibatkan
kerjasama antar manusia (urusan keduniaan) aturan Islam tidak dipakai karena
dianggap merugikan.
2. Salah dalam menggambarkan bagian-bagian ajaran Islam. Suatu ajaran yang
bersifat pokok (Ushul) hanya dipandang sebagai ajaran cabang (Furu) saja,
sehingga perbedaan pada hal-hal yang pokok dianggap lumrah saja. Sebaliknya
pada ajaran yang sebenarnya hanya bersifat cabang saja dianggap bersifat pokok,
sehingga perbedaan pada masalah cabang dianggap telah keluar dari Islam.
Kecenderungan pertama merupakan akar dari liberalisme dalam beragama,
sementara yang kedua merupakan akar fanatisme membabi buta.
3. Salah dalam menggunakan metode mempelajari Islam. Islam hanya dijadikan
obyek studi dengan menggunakan logika semata, padahal tidak semua wilayah
ajaran Islam selesai didekati dengan pendekatan logika. Bukan berarti wilayah
ajaran tersebut tidak masuk akal akan tetapi kapasitas akal yang tidak mampu
menjangkau untuk memahaminya secara tuntas. Wilayah ajaran tersebut umumnya
bersifat imani seperti keyakinan adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan
dunia ini.
Agar terhindar dari kemungkinan kesalahanseperti tersebut di atas, ada beberapa
hal yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Pelajari Islam dari sumbernya yang asli yaitu Al-Quran, Hadits, dan buku-buku
yang ditulis ahlinya.
2. Pelajari Islam secara integral, hindari secaraparsial.
3. Pelajari Islam dengan menggunakan metode yang selaras, dengan cara
menggunakan pendekatan naqli yang didukung dengan pendekatan aqli.
4. Dihubungkan dengan persoalan asasi yang dihadapi masyarakat.
5. Dipadu dengan pendekatan ilmu pengetahuan yang berkembang.
6. Tidak menyamakan Islam dengan penganutnya. Islam dinilai dari keluhuran
ajarannya, bukan dinilai dari perilaku umatnya yang kadang-kadang menunjukkan
perilaku yang bertentangan dengan keluhuran ajarannya.

16
E. Sumber Pokok Ajaran Islam
Dalam Surah an-Nisa ayat 59 Allah SWT berfirman :

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Berdasarkan ayat tersebut di atas, secara herarkis, ada tiga sumber pokok ajaran
Islam, yaitu :
1. Al-Quran
Al-Quran merupakan sumber pokok ajaran Islam yang pertama. Secara
etimologi Al-Quran berasal dari kata qaraa yang berarti membaca (lihat QS al-
Qiyamah :18). Al-Quran sendiri berarti bacaan tertentu.Secara terminologi, Al-
Quran berarti firman Allah Swt yang disampaikan kepada Rasulullah Saw sebagai
mujizat (bukti kerasulan), tertulis secara mutawatir, dan membacanya dipandang
ibadah (Manna Khalil Qattan dalam kitabnya Mabahits fi Ulum Al-Quran).
Al-Quran yang turun selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, sekitar 13 tahun di
Mekkah dan 10 tahun di Madinah ini juga dinamakan pula al-Furqan yang artinya
pembeda (lihat QS al-Furqan : 1), al-Kitab yang artinya yang ditulis dalam
mushab (lihat QS al-Kahfi : 1), dan adz-Dzikr yang artinya peringatan dari Allah
kepada manusia (lihat QS al-Hijr : 9).
Sebagai sumber ajaran Islam yang utama, Al-Quran berfungsi memberikan
petunjuk atau pedoman tidak saja bagi kaum muslimin tapi juga bagi seluruh umat
manusia dalam usahanya mencapai kesejahteraan lahir batin. Di antara petunjuk yang
diberikan Al-Quran kepada manusia antara lain berupa pembedaan yang jelas
mengenai nilai-nilai kebenaran (haq) dari yang batil sehingga nampak jelas perbedaan
antara keduanya. Perhatikan firman Allah SWT sebagai berikut :

17
Artinya :
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Q.S. Al-Baqarah: 185)
Selain itu, Al-Quran juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur
perjanan hidup manusia agar berjalan lurus. Oleh karena itu manakala terjadi
perselisihan antar sesama muslim maka hendaklah mereka berakim kepada Al-Quran.
2. Hadits / Sunnah
Secara etimologi, hadits merupakan lawan kata dari qadim.Hadits artinya baru,
sedangkan qadim artinya lama.Dalam konteks ini, hadits dapat dipahami sebagai
segala perkataan yang dinukil oleh manusia. Sedangkan secara terminologi, hadits
dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah Saw
baik berupa perkataan, perbuatan,maupun persetujuan atau sifatyang memiliki
implikasi hukum.
Sebagai sumber ajaran Islam kedua, hadits mempunyai fungsi yang sangat berarti
terhadap Al-Quran, antara lain dapat disebutkan secara ringkas sebagai berikut:
a. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran, misalnya dalil-
dalil tentang kewajiban shalat,puasa, zakat, dan haji dapat ditemukan dalam Al-
Quran dan dikuatkan dalam hadits Nabi Saw.
b. Memberi contoh tata pelaksanaan suatu ibadah. Setiap kewajiban yang tertera dalam
Al-Quran, tidak diterangkan secara terperinci mengenai tata cara pelaksanaannya.
Oleh karena itu hadits Nabi Saw memberikan contoh tata cara pelaksanaannya
secara jelas.
c. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam Al-Quran. Dalam hal ini,
hadits menetapkan hukum secara tersendiri lantaran masalah bersangkutan tidak
ditemukan dalam Al-Quran. Misalnya di dalam Al-Quran Allah SWT hanya
menyebutkan empat macam yang diharamkan, yaitu bangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang disembelih untuk selain Allah SWT. Dalam hadits yang

18
diriwayatkan oleh Imam Muslim ditetapkan juga kriteria lain binatang yang
diharamkan sebagaimana bunyi hadits yang artinya :
Rasulullah Saw melarang memakan setiap binatang buas yang bertaring dan
setiap burung yang mempunyai cakar yang kuat.

Ditinjau dari segi bentuknya, hadits dibedakan kepada tiga macam, yaitu :
a. Hadits Qauliyyah, yakni perkataan atau sabda Rasulullah Saw yang beliau
sampaikan dalam berbagai kesempatan, baik berupa perintah, larangan, teguran,
pujian, penjelasan dan lain-lain.
b. Hadits Filiyyah, yakni segala perbuatan dan tindakan Rasulullah Saw, seperti
perbuatan beliau melaksanakan kewajiban shalat lima waktu.
c. Hadits Taqririyyah, yakni : sikap Rasulullah Saw yang diam saja terhadap suatu
perbuatan sahabat yang mengisyaratkan bahwa Rasulullah Saw menyetujui
perbuatan tersebut. Misalnya, suatu ketika ada pengikut Rasulullah Saw yang
membakar belalang, dan menanyakannya kepada beliau apakah halal atau haram
untuk dimakan. Rasulullah Saw ketika itu diam saja sampai orang itu memakan
belalang tersebut. Diamnya Rasulullah Saw dalam hal ini dianggap tanda
persetujuan yang berarti belalang tersebut halal dimakan. Hanya saja dari sekian
jenis belalang yan ada sekarang, yang manakah belalang yang dimaksud halal?
Inilah yang menjadi persoalan.
Ditinjau dari segi kekuatan hujjahnya, hadits diklasifikasikan kedalam dua
bagian:
a. Hadits mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang kepada banyak
orang dan seterusnya, dengan sanadnya yang banyak pula. Hadits mutawatir ini
dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1). Mutawatir lafdziyah, yaitu redaksi dan kandungannya sama, tidak ditemukan
perbedaan.Contoh: maka barang siapa membuat kebohongan terhadapku
dengan sengaja, hendaknya mengambil tempat duduk dari api neraka (HR
Bukhari-Muslim)
Hadits tersebut diriwayatkan oleh sekitar 200 orang sahabat dengan redaksi yang
tidak berbeda
2). Mutawatir manawiyah, yaitu redaksinya berbeda-beda tetapi maknanya tetap
sama. Contoh, hadits tentang mengangkat tangan tatkala berdoa. Hadits ini
diriwayatkan oleh sekitar 100 orang sahabat dengan redaksi yang berbeda tapi
maknanya sama.
b. Hadits Ahad
Hadits Ahad adalah hadits yang driwayatkan oleh satu orang, dua orang
atau lebih yang tidak sampai pada derajat mutawatir, kemudian diteruskan oleh
satu, dua orang atau lebih pada generasi berikutnya (tabiin dan seterusnya) tanpa
mencapai derajat mutawatir.Hadits ahad merupakan bagian yang paling banyak
yang didapatkan dalam kitab-kitab hadits.
Ditinjau dari segi kualitas kehujjahannya, hadits ahad diklasifakasikan
menjadi empat macam, yaitu :
1). Hadits Shahih, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang adil (baik),
kuat hafalannya, sempurna ketelitiannya, sanadnya bersambung sampai

19
kepada Rasulullah Saw, tidak mempunyai cacat, dan tidak bertentangan
dengan dalil atau periwayatan yang lebih kuat.
2).Hadits Hasan, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang adil (baik), sanadnya
bersambung sampai kepada Rasulullah Saw, tidak mempunyai cacat, dan tidak
bertentangan dengan dalil atau periwayatan yang lebih kuat. Akan tetapi
kekuatan hafalan atau ketelitian perawinya kurang baik.
3). Hadits Dhaif, yaitu hadits yang lemah karena perawinya tidak adil, terputus
sanadnya, punya cacat, bertentangan dengan dalil atau periwayatan yang lebih
kuat, atau karena cacat yang lainnya. Lebih dari 20 macam hadits yang
dipandang dhaif.
4).Hadits Maudhu, yaitu hadits yang dibuat oleh seseorang (karangan sendiri)
kemudian dikatakan sebagai perkataan atau perbuatan Rasulullah Saw.

3. Ijtihad
Ijtihad adalah usaha yang sungguh-sungguh dari seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu yang memenuhi
syarat untuk mencari, menemukan dan menetapkan norma yang belum jelas
patokannya dalam Al-Quran atau hadits mengenai suatu persoalan baru yang
muncul di masyarakat yang belum terdapat pada zaman Rasulullah Saw .
Ijtihad diperlukan seiring dengan zaman yang terus
berkembang.Perkembangan tersebut selalu bersinggungan dengan aspek hukum
(tidak terkecuali hukum menurut perspektif agama) mengenai boleh
tidaknya.Disinilah peran ulama diperlukan untuk membaca persoalan, dan
selanjutnya mengambil keputusan hukum berdasarkan kaedah-kaedah yang
dibenarkan menurut asas-asas hukum Islam.
Contoh kasus ijtihad dapat ditemukan misalnya tentang alat-alat kontrasepsi
(alat KB).Pada zaman Rasulullah Saw belum ada alat-alat semacam itu sehingga
wajar keterangan mengenai boleh tidaknya digunakan belum ada.Oleh karena itu hal
ini menjadi wilayah ulama untuk memutuskan mengenai hukumnya.Ijtihad ulama
mengenai persoalan ini menghasilkan ketetapan hukum bahwa semua alat kontrasepsi
halal digunakan kecuali dua yaitu fasectomi dan tubectomi.
Abul Ala al-Maududi mengemukakan 6 macam syarat seorang dikatakan
mujtahid, yaitu :
a. Memiliki keimanan yang kuat
b. Menguasai Bahasa Arab
c. Mendalami ilmu al-Quran dan Hadits
d. Mengetahui produk-produk ijtihad ulama terdahulu
e. Memiliki pengamatan yang cermat terhadap masalah-masalah kehidupan berikut
situasi dan kondisi yang melingkupinya
f. Memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan tuntutan Islam.
F. Struktur Dasar Ajaran Islam
Sebagai sebuah sistem ajaran, Islam memiliki kerangka dasar ajaran yang jelas.
Kerangka dasar ini disusun mengikuti hadits Rasulullah Saw tentang tiga esensi ajaran
Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Secara ilmiah, ketiga esensi ajaran tersebut
dituangkan masing-masingnya secara berurutan dalam tiga jenis ajaran besar sebagai
berikut :

20
1. Ajaran Aqidah (Aspek Credial/Keyakinan)
Secara ringkas aqidah merupakan keyakinan akan adanya Allah SWT dan
para rasul yang diutus dan dipilih-Nya untuk menyampaikan risalah kepada umat
melalui malaikat, yang dituangkan dalam kitab-kitab suci-Nya yang berisikan
informasi tentang adanya hari akhir atau kehidupan setelah mati. Selain itu juga
berisikan informasi tentang segala sesuatu yang telah direncanakan dan ditentukan
oleh Allah SWT.Aqidah merupakan komponen pokok dalam Agama Islam yang di
atasnya berdiri syariat dan akhlak Islam.
2. Ajaran Syariah (Aspek Yurisprudence/Hukum)
Syariah merupakan aturan atau undang-undang Allah SWT tentang
pelaksanaan dari penyerahan diri secara total melalui proses ibadah secara langsung
kepada Allah SWT maupun secara tidak langsung dalam hubungannya dengan
sesama makhluk lainnya (muamalah), baik dengan sesama manusia maupun
dengan alam.
3. Ajaran Akhlak (Aspek Etika)
Kalau ajaran aqidah berintikan masalah iman, ajaran syariah berintikan
masalah Islam, sedangan ajaran akhlak berintikan masalah ihsan. Dengan demikian
ajaran akhlak menggiring manusia untuk bersifat, bersikap dan berperilaku ikhlas
dalam beraqidah dan bersyariat sesuai dengan intisari ajaran ihsan yang menuntun
manusia untuk selalu menumbuhkan perasaan selalu diawasi Allah SWT dalam
segenap gerak-geriknya.
Ketiga ajaran tersebut terkait begitu eratnya, laksana sebatang pohon yang
baik,sebagaimana tergambar dalam Al-Quran Surah Ibrahim ayat 24-25 sebagai
berikut :

Artinya :
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pohon yang baik adalah pohon
yang akarnya kuat menancap ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, dan dengan
begitu pohon tersebut akan menghasilkan buah yang berkualitas. Inilah sebuah
perumpamaan sosok seorang muslim yang ideal. Akar melambangkan kekokohan
iman sebagaimana kokohnya akar yang menancap ke bumi. Ranting yang
menjulang ke langit melambangkan sosok muslim yang baik itu menjunjung tinggi

21
hukum-hukum Tuhan. Dan buah yang berkualitas melambangkan kualitas akhlak
yang terbentuk dari kekokohan iman dan pengamalan ajaran syariah yang mantap.
Soal Latihan :
1. Jelaskan perbedaan antara istilah agama berdasarkan Bahasa Sanskerta dan
istilah Dien?
2. Jelaskan pengertian Islam secara bahasa dan istilah
3. Bisakah istilah Islam diganti dengan Muhammadanisme? Jelaskan argumen anda
4. Sebutkan tiga bentuk kekeliruan dalam memahami Islam, dan jelaskan beberapa
cara agar terhindar dari kekeliruan tersebut
5. Jelaskan kedudukan Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam
6. Jelaskan kedudukan dan fungsi hadits sebagai sumber ajaran Islam
7. Jelaskan latar belakang munculnya hadits palsu
8. Jelaskan apa yang disebut dengan ijtihad
9. Mengapa ijtihad dperlukan
10. Jelaskan satu bentuk produk hukum Islam sebagai hasil ijtihad

22
I IV . A JA R A N A Q ID A H
V
.
A
J
A
R
A
N
A
Q
I
D
A
H

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami ajaran Aqidah dan meyakininya
dengan seyakin-yakinnya

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mahasiswa dapat menguraikan pengertian aqidah baik secara
etimologi maupun terminologi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup ajaran aqidah
Abstrak
Fenomena perkembangan aliran sesat di kalangan umat Islam semakin marak terjadi. Beberapa di
antaranya dapat disebutkan di sini, yaitu ajaran Roy yang mengajarkan shalat dengan berbahasa
Indonesia, Al-Qiyadlah al-Islamiyah yang mengkultuskan Ahmad Musodiq sebagai Rasul
terakhir, dan aliran Islam Jauq yang tidak percaya pada Al-Quran dan tidak menganggap shalat
sebagai kewajiban. Seorang muslim yang baik haruslah mewaspadai agar jangan sampai terlibat
dalam praktik keagamaan yang menyimpang, terutama dengan cara mempelajari, memahami, dan
menghayati konsep aqidah yang lurus sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan hadits. Pada bagian
ini disajikan pemahaman tentang pengertian aqidah dan ruang lingkup ajarannya, dengan harapan
mahasiswa dapat memahami dengan baik untuk selanjutnya menghayati, dan
mengimplimentasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
A. Pengertian Aqidah
Secara Etimologi, Aqidah berasal dari kata: Aqada- yaqidu -Aqidatan yang
berarti:
1. Simpul,ikatan,perjanjian yang kokoh/kuat
2. Kepercayaan, keyakinan
Jadi aqidah itu keyakinan yang wajib tersimpul dan tertambat dengan kokoh
dalam hati, bersifat mengikat, dan mengandung perjanjian.
Secara Terminologi, Aqidah berarti Beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, dan menjadi keyakinan yang
tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. (Hasan al-Bana). Atau Sejumlah
kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal,wahyu,
dan fitrah. Kebenaran itu terpatri dalam hati, dan tertolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran tersebut(Abu Bakar al-Jazairi)
B. Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam beraqidah
1. Aqidah harus bulat, tidak berbaur keraguan. (Q.S.al-Hajj ayat 54)
2. Aqidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa bagi orang yang
meyakininya. (Q.S. Al-Baqarah ayat 8)
3. Apabila seseorang telah meyakini kebenaran, konsekuensinya ia harus sanggup
membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan kebenaran yang
diyakininya itu. (Q.S. An-Nisa ayat 48)
C. Ruang lingkup pembahasan Aqidah
Menurut Hasan al-Bana, ruang lingkup pembahasan Aqidah meliputi;
Ilahiyyah, Nubuwwah, Ruhaniyyah, dan Samiyyah.Menurut versi Jumhur Ulama,
meliputi enam sendi keimanan yang dikenal dengan istilah Arkanul Iman, yakni
23
Iman pada Allah SWT, Iman pada malaikat, Iman pada kitab-kitab Allah, Iman
padanabi dan rasul, Iman pada hari akhir, dan Iman pada qadla danqadar
Selanjutnya akan dijelaskan masing-masing rukun iman tersebut sebagai
berikut:
1. Iman pada Allah Swt
Iman pada Allah Swtartinya mengitikadkan bahwa Allah adalah Tuhan
yang sebenarnya, tiada Tuhan selain Dia (al-Wahidul Ahad: Maha Esa). Konsepsi
Ketuhanan yang Maha Esa menurut Aqidah Islam disebut dengan Tauhid.
Seperti yang terungkap dalam Al-Quran Surah al-Baqarah ayat 163 sbb :

Artinya :
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Otsman Raliby memilah tujuh aspek keesaan Allah SWT, yaitu :


a. Allah Esa dalam zat-Nya (meyakini bahwa Zat Allah SWT tidak sama dan tidak
dapat dibandingkan dengan apapun juga).Konsekuensinya, sesuatu yang dapat
ditangkap pancaindera, berbentuk , dalam ruang dan waktu, bisa lenyap, bukanlah
Allah SWT melainkan sesuatu yang ciptakan oleh Allah SWT.
b. Allah Esa dalam sifat-sifat-Nya (meyakini bahwa sifat-sifat Allah SWT penuh
kesempurnaan dan keutamaan).Konsekuensi, setiap muslim tidak boleh memuji sifat
dirinya atau orang lain secara berlebihan.
c. Allah Esa dalam perbuatan-perbuatan-Nya (meyakini bahwa perbuatan Allah tiada
taranya , Dia-lah yang pantas disebut sebagai pencipta alam semesta ).Konsekuensi,
seorang muslim harus mengagumi Allah SWT. Misalnya, lewat perenungan diri
betapa sempurnanya Allah SWT menciptakan. Seorang muslim tidak boleh
mengagumi karya dirinya atau orang lain secara berlebih-lebihan.
d. Allah SWT Esa dalam wujud-Nya. (meyakini bahwa wujud Allah SWT sama sekali
lain dari wujud alam semesta . Wujud Allah SWT bersifat wajib adanya dan bersifat
abadi(wajibul wujud: adanya-Nya bersifat mutlak). Yang selain Allah SWTbersifat
nisbi (Mumkinul wujud : adanyabisa ada, bisa tidak ada).Sesuatu yang mungkin
adanya didahului oleh tidak ada, kemudian ada, lalu kembali tidak
ada.Konsekuensinya, seorang muslim harus sadar, sebagai bagian dari alam,
hidupnya hanyalah sementara di dunia ini, tempat ia diuji mengenai kepatuhannya
kepada Allah SWT.
e. Allah SWT Esa dalam menerima ibadah (meyakini bahwa hanya Allah SWT yang
berhak disembah dan menerima ibadah seseorang). Konsekuensinya, seorang muslim
wajib meluruskan niat beribadah hanya karena Allah SWT, bukan untuk sesuatu
kepentingan yang selain Allah; misalnya pujian, politik dan lain-lain.
f. Allah SWT Esa dalam menerima hajat dan hasrat manusia (meyakini bahwa hanya
Allah SWT yang dapat mengabulkan hajat dan hasrat manusia).
Konsekuensinya,seorang muslim wajib meyakini bahwa Allah SWT satu-satunya
tempat bermohon akan hajat dan hasrat yang diinginkannya. Usaha dan doa
merupakan dua kekuatan yang harus dipadu secara kontinue dan simultan.

24
g. Allah SWT Esa dalam memberi hukum (meyakini bahwa Allah lah satu-satunya
pemberi hukum yang tertinggi). Konsekuensinya,seorang muslim wajib meyakini
bahwa gerak dinamisitas alam semesta beserta isinya ini berada dalam tata aturan
sunnatullah (hukum/ketentuan Allah SWT)
2. Iman pada adanya malaikat
Malaikatadalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
Tetapi dengan izin Allah SWT, malaikat dapat menjelmakan dirinya sebagai manusia,
seperti malaikat Jibril menjadi manusia di hadapan Maryam, ibunda Nabi Isa a.s,
seperti tertuang dalam Al-Quran Surah Maryam ayat 16-17 sbb :

Artinya :

Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan


diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,maka ia mengadakan tabir
(yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka
ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

Karakteristik Malaikat antara lain dapat dilihat sebagai berikut :


a. Diciptakan Allah SWT dari cahaya.
b. Selalu taat, dan membenarkan perintah Allah SWT.
c. Memiliki tugas-tugas tertentu.
d. Mengokohkan hati orang yang beriman.
e. Membantu perkembangan rohani manusia.
f. Mendorong manusia berbuat baik.
Sebagai konsekuensi iman pada adanya malaikat seorang muslim harus
meyakini adanya kehidupan ruhani yang harus dikembangkan sesuai dengan dorongan
para malaikat tersebut. Bukan larut dalam dekapan iblis dan syaithan. Disamping
percaya pada adanya malaikat, seorang muslim juga wajib meyakini akan adanya
makhluk gaib yang lain seperti jin, iblis dan syaithan.
3. Iman pada kitab-kitab suci
Kitab-kitab suci yang dimaksud adalah kitab suci yan memuat wahyu yang
diturunkan Allah SWT kepada para Rasul Allah SWT lewat perantaraan malaikat
Jibril, sebagai petunjuk bagi manusia dalam perjalanan hidupnya di dunia ini menuju
alam akhirat.
Al-Quran menyebut beberapa kitab suci, yakni Zaburditurunkan kepada Nabi
Daud a.s, Taurat kepadaNabi Musa a.s, Injilkepada Nabi Isa a.s, dan Al-Qurankepada
Nabi Muhammad Saw. Iman pada Kitab-Kitab Allah SWT memiliki konsekuensi,
yakni: seorang muslim wajib membenarkan adanya Taurat, Zabur dan Injil (yang
murni Kalamullah, yang tidak berubah oleh tangan manusia). Beriman kepada
kitabullah selain Al-Quran tersebut bukan berarti mencari dimana kitab-kitab yang
asli itu berada,lalu kemudian mempelajarinya. Cukup kembali kepada Al-Quran,

25
sebab Al-Quran mencakup pokok yang dimuat dalam kitab-kitab yang turun
sebelumnya. Di samping meralat beberapa hukum tertentu dari kitab-kitab terdahulu,
Al-Quran menyempurnakan segala kebajikan dan segala aspek kehidupan, sehingga
Al-Quran merupakan satu-satunya kitab suci yang sempurna, menyeluruh, dan utuh
serta terjaga keorisinilannya sebagaimana yang dijamin oleh Allah SWT :

Artinya :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya (Al-Hijr : 9).

Apa yang dinyatakan Allah SWT dalam ayat tersebut ternyata terbukti dalam
lapangan penelitian ilmiah. Seorang fakar di bidang penelitian kitab suci bernama
Prof. Charles J. Adams, direktur The Montreal Canada (1970), menyatakan bahwa
tujuh puluh tahunan para sarjana meneliti kitab suci-kitab suciyang ada di dunia ini,
sampai pada kesimpulan bahwa Al-Quran lah yang masih orisinil hingga saat ini.
Jadi sudah semestinyalah seorang muslimmemberi perhatian terhadap Al-Quran,
baik secara fisik atau non fisik.Secara fisik maksudnya memelihara Kitab Suci Al-
Quran agar selalu kelihatan bersih, tersusun rapi dan dipastikan terletak di tempat
yang terhormat.Adapun memelihara secara non fisik maksudnya membaca dan
memahami isinya.
4. Iman pada para Nabi dan Rasul
Salah satu bentuk sifat rahman dan rahim serta bijaksananya Allah SWT
adalah mengutus para nabi dan rasul untuk memberi petunjuk bagi manusia kepada
jalan yang lurus. Firman Allah SWT :

Artinya :
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta menyucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S. Al-
Baqarah ; 129).
Semua nabi dan rasul utusan Allah SWT merupakan mata rantai sejak nabi
pertama hingga nabi terakhir.Oleh karena itu bila mengingkari salah seorang saja
dari padanya, berarti telah memutuskan mata rantai kenabian. Bila mendustakan
salah satu di antaranya maka sama halnya mendustakan semuanya.
Menurut Hasby Ash-Shiddieqy jumlah rasul yang pernah diutus Tuhan ada
313 orang, dan 124.000 oran nabi. Yang disebut dalam Al-Quran hanyalah 25
orang nabi dan rasul.Seorang rasul sudah pasti nabi, tetapi seorang nabi belum pasti
seoran rasul.Adapun konsekuensi beriman pada nabi dan rasul adalah bahwaseorang
muslim hendaklah meneladani figur pada nabi dan rasul sebagai manusia pilihan.

26
Syariat nabi-nabi terdahulu telah dibatalkan dengan turunnya risalah kepada
Nabi Muhammad Saw , namun dengan berpegang teguh pada syariat ini, berarti
manusia telah mengimani nabi-nabi terdahulu, karena seluruh ajaran yang dibawa
olehpara nabi dan rasul terdahulu terdapat dalam risalah nabi terakhir ini.
5. Iman pada Hari Qiamat
Iman pada hari qiamat berarti meyakini dengan sesungguhnya bahwa akan
datang suatu hari yang merupakan akhir dari kehidupan dunia yang fana ini.
Selanjutnya manusia akan menjalani kehidupan alam akhirat. Jika memenuhi seruan
Allah SWT dalam bentuk iman dan taqwa pada Allah SWT maka dengan rahmat-
Nya, manusia akan memperoleh kebahagiaan surgawi, jika sebaliknya maka
kesengsaraan neraka yang akan dideritanya. Firman Allah SWT :

Artinya :
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan
menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
shaleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa
yang mereka sangka itu.Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan
yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan
mereka tidak akan dirugikan. (Q.S. al-Jatsiyah : 21-22).

Jadi seorang muslim wajib percaya akan datangnya hari qiamat dengan
berbagai persoalan yang berkaitan dengannya, seperti padang mahsyar, hisab, titian
shiratal mustaqim, surga, dan neraka. Oleh karena iu, seorang muslim wajib
mempersiapkan diri untuk menuju kehidupan akhirat.
6. Iman pada Qadla & Qadar
Qadla adalah ketetapan Allah SWT sejak zaman azali.Sedangkan Qadar
adalah perwujudan dari Qadla tersebut.Jadi qadla dan qadar adalah ketentuan Allah
SWT bagi manusia yang menunjukan keMahakuasaan Allah SWT dalam
menentukan nasib manusia.Allah SWT Maha Kuasa untuk menentukan apasajayang
dikehendaki-Nya. Firman Allah SWT :

Artinya:
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami

27
menciptakannya.Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S.
al-Hadid : 22)
Konsekuensi dari beriman pada Qadla dan Qadar ini adalah bahwaseorang
muslim wajib percaya hidup dan kehidupan ini tidak lepas dari ketentuan Allah
SWT. Oleh karenanya ia wajib berprasangka baik pada Allah SWT,dan berusaha
serta berdoa untuk setiap apa yang diinginkannya.

D. Makna Syahadatain
Syahadatain artinya dua kalimat syahadah, disebut demikian karena mengandung
dua syahadah (persaksian). Syahadah pertama adalah kalimat laa ilaaha illaah, yang
atinya: tidak ada Tuhan melainkan yang bernama Allah.Dan syahadat kedua
Muhammadan Rasulullah, yang artinya Muhammad adalah Rasul Allah. Kalimat itu
juga disebut kalimat tauhid karena sangat berhubungan dengan dua rukun iman, yakni
iman kepada Allah SWT dan Iman kepada Rasul-Nya, dalam hal ini Nabi Muhammad
Saw sebagai pimpinan para nabi dan rasul sebelumnya (lihat Al-Quran surah al-Araf
ayat 158).
Nasruddin Razak dalam bukunya Dienul Islam menggariskan bahwa dua kalimat
syahadat laksana anak kunci yang dengannya manusia masuk ke dalam alam
keselamatan (Islam), dan dengan kalimat itu pula manusia dimasukkan dalam surga
kalau kalimat itu menjadi ucapan terakhir dalam hidup di dunia, sebagaiman
keterangan hadits nabi Saw; Dari Muaz berkata; aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda; barangsiapa yang akhir katanya laa ilaaha illallaah, maka ia pasti masuk
surge (HR. Ahmad dan Abu daud). Oleh karena itu seorang muslim hendaklah banyak
mengucap dua kalimat syahadat, dengan disertai pemahaman, penghayatan, dan
mengimplimentasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan senantiasa waspada
terhadap praktik beragama yang menyimpang dari makna pokok yang terkandung
dalam dua kalimat syahadat tersebut.

Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian aqidah secara etimologi dan terminologi
2. Jelaskan 3 prinsip dasar dalam beraqidah
3. Jelaskan ruang lingup ajaran aqidah menurut Hasan al-Bana
4. Jelaskan pula ruang lingkup ajaran aqidah menurut Jumhur ulama
5. Jelaskan konsekuensi bagi seorang mukmin dalam mengimani
adanya malaikat.

28
V V . A JA R A N S Y A R IA H
.
A
J
A
R
A
N
S
Y
A
R
I
A
H

Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat memahami seluk-beluk ajaran
Syariah dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ajaran Syariah
2. Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup ajaran Syariah
Abstrak
Istilah Syariah merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi umat Islamdi berbagai kalangan
dalam satu dasawarsa terakhir ini. Tetapi sayangnya, banyak umat Islam yang hanya mengenal
istilahnya saja, tanpa memahami apa sesungguhnya syariah itu. Bahkan lucunya lagi, ada orang
yang kalau mendengar istilah syariah, asosiasinya langsung ke Bank Syariah.Syariah sebagai
dimensi kedua ajaran Islam setelah ajaran aqidah memiliki lingkup ajaran yang sangat
luas.Perbankan syariah hanyalah satu dari sejumlah banyak ruang lingkup ajaran syariah. Untuk
mendapatkan pemahaman yang tuntas tentang apa sesungguhnya ajaran syariah itu, pahamilah
secara baik uraian berikut ini.
Pengertian Syariah
Secara etimologisyariah berarti jalan setapak menuju sumber mata air. Dari
makna bahasa ini, syariahberarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim (Way of
life). Sedangkan secara terminologi, Imam Syafii dalam kitabnya ar-Risalah
mendefinisikan syariah sebagai peratuan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu,
dan kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku
manusia. Dari segi ilmu hukum,syariah difahami sebagai norma hukum dasar yang
diwahyukan Allah SWT, yang wajib diikuti oleh seorang muslim, baik yang
berhubungan dengan Allah SWT, sesama manusia, maupun benda dalam masyarakat.

A. Sifat-Sifat Ajaran Syariah


Menurut Tahir Azhary ada tiga sifat syariah yang menunjukkan keutamaannya
yaitu :
1. Bidimensional, maksudnya mengandung segi ketuhanan (Ilahiyah) dan segi
kemanusiaan (Insaniyah)
2. Adil, maksudnya berusaha merealisasikan dambaan setiap manusia untuk
diperlakukan secara adil dalam kehidupan
3. Individualistik dan sosialistik, maksudnya punya validitas dalam menjamin
terlindunginya hak-hak individual maupun masyarakat.

B. Ruang Lingkup Pembahasan Ajaran Syariah


Secara garis besar ajaran syariah digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu
ibadah dan muamalah. Ibadah adalah tata cara atau upacara yang wajib dilakukan
seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT, seperti mendirikan shalat,
membayar zakat, menjalankan ibadah puasa dan haji.Tata cara peribadatan ini bersifat

29
tetap, tidak dapat ditambah atau dikurangi. Ketentuannya telah diatur dengan pasti oleh
Allah SWT, dan dijelaskan oleh Rasulullah Sawtentang praktik penyelenggaraannya.
Adapun muamalah adalah ketetapan Allah SWT yang langsung berhubungan
dengan kehidupan sosial manusia. Ketetapan dimaksud terbatas pada yang pokok-
pokok saja, oleh karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtihad
manusia yang memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu.Di antara persoalan
muamalah misalnya; munakahat, wiratsah, al-ahkam as-sulthaniyyah (khilafah), al-
buyu, al-ariyah, dan perbankan Islam.

C. Tujuan Ajaran Syariah


Secara umum tujuan syariah adalah untuk mencegah kerusakan pada manusia ,
dan mendatangkan kemaslahatan bagi mereka. Mengarahkan manusia pada kebenaran
untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, dengan jalan mengambil segala
yang manfaat dan mencegah yang mudlarat.
Abu Ishaq as-Syatibi menjabarkan lima tujuan syariah (Maqashid al-Khamsah)
yaitu : memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara
keturunandan memelihara harta.

D. SumberAjaran Syariah
Berdasarkan Al-Quran Surah an-Nisa ayat 59, sumber syariah ada tiga, yaitu;
Al-Quran, Hadits / Sunnah dan Ijtihad (lihat urian sebelumnya tentang sumber ajaran
Islam).
E. Ajaran Syariah : Aspek Ibadah

1. Definisi Ibadah
Secara etimologi, ibadah berarti merendahkan diri serta tunduk.Sedangkan
secara terminologi, ibadah mempunyai banyak definisi, antara lain :

a. Ibadah adalah taat kepada AllahSWTdengan melaksanakan perintah-Nya melalui


lisan para rasul-Nya.
b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah SWT, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling dalam.
c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Swt, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun yang
bathin.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota
badan. Rasa khauf (takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta),
dan tawakkal (ketergantungan) adalah ibadah qalbiyah (yang
berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan
syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan
dan hati). Adapun shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah
badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).Ibadah inilah yang menjadi
tujuan penciptaan manusia. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran
Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56-58:

30
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku."

2. Syarat Diterimanya Ibadah

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa
dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:

a. Ikhlas karena Allah SWT semata, bebas dari syirik besar dan kecil.

b. Ittiba, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw

Hikmah di balik syarat pertama bagi sahnya ibadah tersebut adalah agar terhindar
dari perilaku syirik lantaran beribadah bukan karena Allah SWT.Sementara syirik
merupakan dosa yang paling besar dari dosa besar-dosa besar lainnya. Adapun syarat
kedua punya hikmah bahwa sesungguhnya Allah SWT mempunyai hak dan wewenang
tasyri (memerintah dan melarang). Hak tasyri adalah hak Allah SWT semata. Oleh
karena itu barangsiapa beribadah kepada Allah SWT bukan dengan cara yang
diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya di dalam tasyri.Dan sekiranya
boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan kehendaknya sendiri,
maka setiap orang memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya,
maka yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan karena perpecahan
dan pertikaian akan meliputi kehidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan
perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syariat
yang diajarkan Allah SWT dan Rasul-Nya.

3. Keutamaan Ibadah

Ibadah di dalam syariat Islam merupakan tujuan akhir kehidupan seorang


muslim .Oleh karena itu Allah SWT menciptakan manusia, mengutus para rasul dan
menurunkan kitab-kitab suci-Nya.Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang
enggan melaksanakannya dicela. Allah SWT berfirman:

Artinya :

31
Dan Rabb-mu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku
akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina. (Al-Quran: Al-Mumin:
60)

Ibadah di dalam Islam tidak disyariatkan untuk mempersulit


manusia.Sebaliknya ibadah itu disyariatkan untuk berbagai hikmah
yang agung, kemaslahatan besar yang tidak dapat dihitung
jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah
mudah.Keutamaan ibadah lainnya bahwa ibadah mensucikan jiwa,
dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan
manusiawi.Dengan demikian manusia sebenarnya sangat
membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya.Karena manusia
secara tabiat adalah lemah, fakir (perlu) kepada Allah
SWT.Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan
minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah kepada
Allah SWT. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih
besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman,
karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan
ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap
(bertawajjuh) kepada Allah SWT dengan beribadah. Maka jiwa tidak
akan pernah merasakan kedamaian dan ketentraman kecuali dengan
dzikir dan beribadah kepada Allah SWT. Sekalipun seseorang
merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah SWT, namun
kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama,
bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan
kebahagiaannya.
Termasuk keutamaan ibadah lainnya bahwa ibadah dapat
meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan
meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang
ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat
susah dan mengalami rasa sakit. Semua itu ia terima dengan lapang
dada dan jiwa yang tenang. Ibadah juga dapat membebaskan dirinya
dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan,
harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa
percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya
kepada Allah SWT saja.
F. Ajaran Syariah: Aspek Muamalah

Manusia dijadikan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang saling


membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
manusia harus berusaha mencari karunia Allah SWT yang ada dimuka bumi ini sebagai
sumber ekonomi. Allah SWT berfirman :

32
Artinya :
Dan Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.(QS. Az Zumar : 39)

Beberapa bentuk kegiatan muamalah di bidang ekonomi antara lain :

1. Jual Beli
Jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela
atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan
kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka (lihat QS. Az-Zumar :
39).Orang yang terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui hukum jual
beli agar dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, baik dari pihak penjual
maupun pihak pembeli. Jual beli hukumnya mubah. Artinya, hal tersebut
diperbolehkan sepanjang suka sama suka. Allah SWT berfirman :

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu.(QS. An-Nisa : 29)

Hadis Nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut:


( )
Artinya :
Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama suka.
(HR. Bukhari)

Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang


melakukan jual beli dan tawar menawar dan tidak ada kesesuaian
harga antara penjual dan pembeli, si pembeli boleh memilih akan
meneruskan jual beli tersebut atau tidak. Apabila akad jual beli telah
dilaksanakan dan terjadi pembayaran, kemudian salah satu dari
mereka atau keduanya telah meninggalkan tempat akad, keduanya
tidak boleh membatalkan jual beli yang telah disepakatinya.

33
Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu
dipenuhi, yaitu :
a. Penjual atau pembeli
Orang gila tidak sah jual belinya.Penjual atau pembeli
melakukan jual beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan
kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya.Apabila ada
paksaan, jual beli tersebut tidak sah.
b. Ijab dan Kabul
Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi
menyerahkan, misalnya saya jualmobil ini dengan harga 25 juta
rupiah.Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari
perkataan si penjual, misalnya saya belimobil ini dengan harga 25
juta rupiah. Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses
tawar menawar terlebih dulu.
Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata
khusus. Yang diperlukan ijab kabul adalah saling rela yang
direalisasikan dalam bentuk kata-kata. Contohnya, aku jual, aku
berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli
juga sah dilakukan dalam bentuk tulisan dengan syarat bahwa
kedua belah pihak berjauhan tempat, atau orang yang melakukan
transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini, jual beli
dilakukan dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti itu
sah saja, apabila si pemesan sudah tahu pasti kualitas barang
pesanannya dan mempunyai keyakinan tidak ada unsur penipuan.
c. Benda yang diperjualbelikan
Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi syarat, yaitu
suci atau bersih dan halal barangnya, barang yang
diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu, tidak berada dalam
proses penawaran dengan orang lain, bukan hasil monopoli yang
merugikan, tidak boleh ditaksir (spekulasi), milik sendiri atau yang
diberi kuasa, dan dapat diserahterimakan.
2. Perbankan Islam
Lahirnya ekonomi Islam di zaman modern ini cukup unik
dalam sejarah perkembangan ekonomi. Ekonomi Islam berbeda
dengan ekonomi-ekonomi yang lain karena lahir atau berasal dari
ajaran Islam yang mengharamkan riba dan menganjurkan
sedekah. Kesadaran tentang larangan riba telah menimbulkan
gagasan pembentukan suatu bank Islam pada dasawarsa kedua
abad ke-20 diantaranya melalui pendirian institusi sebagai
berikut : Bank Pedesaan (Rural Bank) dan Bank Mir-Ghammar di
Mesir tahun 1963 atas prakarsa seorang cendikiawan Mesir DR.
Ahmad An-Najjar, Dubai Islamic Bank (1973) di kawasan negara-
negara Emirat Arab, Islamic Development Bank (1975) di Saudi
Arabia, Faisal Islamic Bank (1977) di Mesir, Kuwait House of
Finance di Kuwait (1977), dan Jordan Islamic Bank di Yordania
(1978).

34
Bank non Islam yang disebut juga bank konvensional adalah
sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun
dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana, baik
perorangan atau badan usaha guna investasi dalam usaha-usaha
yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga.Sedangkan Bank
Islam yang dikenal dengan Bank Syariah adalah sebuah lembaga
keuangan yang menjalankan operasinya menurut hukum (syariat)
Islam dan tidak memakai sistem bunga karena bunga dianggap
riba yang diharamkan oleh Islam. (lihatQS. Al Baqarah : 275-279)
Sebagai pengganti sistem bunga, Bank Islam menggunakan
berbagai cara yang bersih dari unsur riba, antara lain sebagai
berikut:
a. Wadiah atau titipan uang, barang, dan surat berharga atau
deposito.
Wadiah ini bisa diterapkan oleh Bank Islam dalam operasinya
untuk menghimpun dana dari masyarakat, dengan cara menerima
deposito berupa uang, barang, dan surat-surat berharga sebagai
amanat yang wajib dijaga keselamatannya oleh Bank Islam. Bank
berhak menggunakan dana yang didepositokan itu tanpa harus
membayar imbalannya, tetapi bank harus menjamin dapat
mengembalikan dana itupada waktu pemiliknya (depositor)
memerlukannya.
b. Mudarabah adalah kerjasama antara pemilik modal dengan
pelaksana atas dasar perjanjian profit and loss sharing.
Dengan mudarabah ini, Bank Islam dapat memberikan
tambahan modal kepada pengusaha untuk perusahaannya dengan
perjanjian bagi hasil dan rugi yang perbandingannya sesuai
dengan perjanjian misalnya, fifty-fifty.Dalam mudarabah ini, bank
tidak mencampuri manajemen perusahaan.
c. Syirkah (perseroan).
Dibawah kerjasama syirkah ini, pihak bank dan pihak
pengusaha sama-sama mempunyai andil (saham) pada usaha
patungan (joint ventura). Oleh karena itu, kedua belah pihak
berpartisipasi mengelola usaha patungan ini dengan menanggung
untung rugi bersama atas dasar perjanjian profit and loss sharing
(PLS Agreement).
d. Murabahah
jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plusatas
dasar harga pembelian yang pertama secara jujur. Dengan
murabahah ini, pada hakikatnya suatu pihak ingin mengubah
bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi
transaksi jual beli.Dengan sistem murabahah ini, bank bisa
membelikan atau menyediakan barang-barang yang diperlukan
oleh pengusaha untuk dijual lagi, dan bank minta tambahan harga
atas harga pembeliannya.Syarat bisnis dengan murabahah ini,
ialah si pemilik barang (dalam hal ini Bank) harus memberi

35
informasi yang sebenarnya kepada pembeli tentang harga
pembeliannya dan keuntungan bersih (profit margin) dari pada
cost plusnya itu.
e. Qard hasan (pinjaman yang baik atau benevolent loan).
Bank Islam dapat memberikan pinjaman tanpa bunga
(benevolent loan) kepada para nasabah yang baik, terutama
nasabah yang mempunyai deposito di bank Islam itu sebagai salah
satu pelayanan dan penghargaan bank kepada para deposan
karena mereka tidak menerima bunga atas depositonya dari bank
Islam.
Bank syariah pertama yang beroperasi di Indonesia adalah PT.
Bank Muamalat Indonesia (BMI) berdiri pada tanggal 1 mei 1992.
Perkembangan perbankan syariah pada awalnya berjalan lebih
lambat dibanding dengan bank konvensional.Sampai dengan
tahun 1998 hanya terdapat 1 Bank Umum Syariah dan 78 BPRS
(Bank Perkreditan Rakyat Syariah). Berdasarkan statistik
perbankan syariah mei 2003 dari Bank Indonesia tercatat, Bank
Umum Syariah 2 yaitu BMI dan Bank Syariah Mandiri, 8 Bank
umum yang membuka unit atau kantor cabang syariah yaitu
Danamon Syariah, Jabar Syariah, Bukopin Syariah, BII Syariah dan
lain-lain, serta 89 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Beberapa bank konvensional dalam negeri, maupun asing yang
beroperasi di Indonesia juga telah mengajukan izin dan
menyiapkan diri untuk segera beroperasi menjadi Bank Syariah.
Kehadiran Bank Syariah memiliki manfaat yang cukup besar,
di antaranya sebagai berikut:
a. Umat Islam yang berpendirian bahwa bunga Bank konvensional
adalah riba, maka Bank Syariah menjadi alternatif untuk
menyimpan uangnya, baik dengan cara deposito, bagi hasil
maupun yang lainnya
b. Untuk menyelamatkan umat Islam dari praktik bunga yang
mengandung unsur pemerasan (eksploitasi) dari si kaya terhadap
si miskin atau orang yang kuat ekonominya terhadap yang lemah
ekonominya.
c. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap
bank non Islam yang menyebabkan umat Islam berada di bawah
kekuasaan bank sehingga umat Islam belum bisa menerapkan
ajaran agamanya dalam kehidupan pribadi dan masyarakat,
terutama dalam kegiatan bisnis dan perekonomiannya.
d. Bank Islam dapat mengelola zakat di negara yang
pemerintahannya belum mengelola zakat secara langsung. Bank
juga dapat menggunakan sebagian zakat yang terkumpul untuk
proyek-proyek yang produktif dan hasilnya untuk kepentingan
agama dan umum.
e. Bank Islam juga boleh memungut dan menerima pembayaran
untuk hal-hal berikut:

36
1) Mengganti biaya-biaya yang langsung dikeluarkan oleh bank
dalam melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan nasabah,
misalnya biaya telegram, telepon, atau telex dalam
memindahkan atau memberitahukan rekening nasabah.
2) Membayar gaji para karyawan bank yang melakukan pekerjaan
untuk kepentingan nasabah dan sebagai sarana dan prasarana
yang disediakan oleh bank dan biaya administrasi pada
umumnya.
3.Asuransi Syariah
Mengikuti sukses perbankan syariah, asuransi syariah juga
mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.Sampai dengan tahun
2002, tercatat sejumlah asuransi konvensional yang membuka divisi
syariah yang terbukti mampu bersaing dengan asuransi lainnya.
Asuransi pada umumnya, termasuk asuransi jiwa, menurut
pandangan Islam adalah termasuk masalah ijtihadiyah.Artinya,
masalah tersebut perlu dikaji hukumnya karena tidak ada penjelasan
yang mendalam didalam Al-Quran atau hadis secara tersurat. Para
imam mazhab seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafii, Imam
Ahmad dan ulama mujtahidin lainnya yang semasa dengan mereka
(abad II dan III H atau VIII dan IX M) tidak memberi fatwa hukum
terhadap masalah asuransi karena hal tersebut belum dikenal pada
waktu itu. Sistem asuransi di dunia Islam baru dikenal pada abad XIX
M, sedangkan di dunia Barat sudah dikenal sejak sekitar abad XIV M.
Dalam bukunyaHukum Asuransi di Indonesia, Vide Wirjono
Prodjodikoro, menjelaskan bahwa menurut pasal 246 Wet Boek Van
Koophandel(Kitab Undang-undang perniagaan), asuransi pada
umumnya adalah suatu bentuk persetujuan dimana pihak yang
menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima
sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang mungkin
akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa
yang belum jelas akan terjadi.
Adapun asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalu akad yang
sesuai syariah.Ada beberapa sumber yang dijadikan rujukan bagi
berlangsungnya sistem asuransi tersebut, diantaranya adalah hadis
Nabi Muhammad Saw yang artinya :Seorang mukmin dengan
mukmin lainnya dalam suatu masyarakat ibarat satu bangunan,
dimana tiap bangunan saling mengokohkan satu sama lain. (HR
Bukhari dan Muslim).
Secara operasional, asuransi yang sesuai dengan syariah
memiliki sistem yang mengandung hal-hal sebagai berikut:
a. Mempunyai akad takafuli (tolong-menolong) untuk memberikan
santunan atau perlindungan atas musibah.

37
b. Dana yang terkumpul menjadi amanah pengelola dana. Dana
tersebut diinvestasikan sesuai dengan instrumen syariah seperti
mudarabah, wakalah, wadiah dan murabahah.
c. Premi memiliki unsur tabaru atau mortalita (harapan hidup)
d. Pembebanan biaya operasional ditanggung pemegang polis,
terbatas pada kisaran 30 % dari premi sehingga pembentukan
pada nilai tunai cepat terbentuk pada tahun pertama yang
memiliki nilai 70 % dari premi.
e. Dari rekening tabaru (dana kebajikan seluruh peserta) sejak awal
sudah diikhlaskan oleh peserta untuk keperluan tolong-menolong
bila terjadi musibah.
f. Mekanisme pertanggungan pada asuransi syariah adalah sharing
of risk. Apabila terjadi musibah semua peserta ikut (saling)
menanggung dan membantu.
g. Keuntungan (profit) dibagi antara perusahaan dengan peserta
sesuai prinsip bagi hasil (mudarabah),atau dalam akad tabarru
dapat berbentuk hadiah kepada peserta dan ujrah (fee) kepada
pengelola.
h. Mempunyai misi akidah, sosial serta mengangkat perekonomian
umat Islam atau misi iqtisadi.
Bidang lain aspek muamalah yang akan dikemukakan di sini
adalah :

1. Demokrasi dalam Islam


Kata demokrasi yang berasal dari bahasa latin demos dan cratein atau
cratos, kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris democracy kini sudah menjadi
kosa kata umum yang digunakan bahasa sehari-hari. Pengertian demokrasi merujuk
kepada konsep kehidupan negara di mana warga negaranya berpartisipasi dalam
pemerintahan melalui wakil-wakilnya yang dipilih. Bahkan pengertian demokrasi
sering disebutkan sebagai suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat, maka demokrasi adalah merupakan kedaulatan rakyat.
Di samping musyawarah ada hal yang lain dalam demokrasi, yakni konsensus
atau ijma. Sementara ini ijma telah lama diterima sebagai konsep pengesahan resmi
dalam hukum Islam. Konsep konsensus memberikan dasar bagi penerimaan sistem
yang mengakui suara mayoritas. Beberapa cendekiawan kontemporer menyatakan
bahwa dalam sejarah Islam, karena tidak ada rumusan yang pasti mengenai struktur
negara dalam al-Quran legitimasi negara bergantung pada sejauh mana organisasi
dan kekuasaan negara mencerminkan kehendak umat.
Hukum, hak asasi manusia, dan demokrasi merupakan tiga konsep yang tidak
dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat utama terwujudnya
demokrasi adalah penegakan hukum dan penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).
Demokrasi akan rapuh apabila HAM setiap warga masyarakat tidak terpenuhi.
Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akan terwujud apabila HAM
ditegakkan.
Dalam ajaran Islam, hukum, HAM dan demokrasi jelas disebutkan dalam al-
Quran dan as-Sunnah. Dengan demikian manusia sebagai khalifah Allah di bumi

38
akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar, apabila ia selalu berpegang
teguh pada aturan-aturan yang ada dalam al-Quran dan as-Sunnah tersebut.
2. Sistem Politik dalam Islam
Pada garis besarnya, objek pembahasan sistem politik Islam meliputi:
a. Siasah dusturiyyah atau dalam fikih modern disebut Hukum Tata Negara.
b. Siasah dauliyyah atau biasa disebut Hukum Internasional dalam Islam.
c. Siasah maaliyyah yaitu hukum yang mengatur tentang pemasukan,
pengelolaan, dan pengeluaran uang milik negara.
Siasah dusturiyyah secara global membahas hubungan pemimpin dengan
rakyatnya serta institusi-institusi yang ada di negara itu dengan kebutuhan rakyat
untuk kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu sendiri. Biasanya yang
dibahas meliputi:
1) Persoalan imamah, hak dan kewajibannya
2) Persoalan rakyat, status, hak, dan kewajibannya
3) Persoalan baiat
4) Persoalan waliyyul ahdi
5) Persoalan perwakilan
6) Persoalan ahl al-halli wa al-aqdi;
7) Wizarah dan pembagiannya.
Dalam ajaran Islam, siasah dauliyah (hubungan internasional) dalam Islam
berdasar pada:
1) Kesatuan umat manusia
2) Kedilan (al-adalah)
3) Persamaan (al-musaawah)
4) Kehormatan manusia (karomah insaniyyah)
5) Toleransi (al-tasamuh)
6) Kerjasama kemanusiaan
7) Kebebesan, kemerdekaan (al-huriyyah)
Kebebesan berfikir
Kebebesan beragama
Kebebasan menyatakan pendapat
Kebebasan menuntut ilmu
Kebebesan memiliki harta benda
8) Perilaku moral yang baik (al-akhlak al-karimah)
Pembahasan siasah dauliyah dalam Islam berorientasi pada permasalahan
berikut:
1. Damai adalah asas hubungan internasional. Dengan demikian, perang tidak
dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Sesuai dengan persyaratan darurat,
perang hanya dilakukan sesuai dengan keperluan kolektif. Orang yang tidak ikut
berperang tidak boleh di perlakukan sebagai musuh. Segera hentikan perang
apabila salah satu pihak cenderung kepada damai.
2. Memperlakukan tawanan perang secara manusiawi.
3. Kewajiban suatu negara terhadap negara lain.

39
4. Perjanjian-perjanjian Internasional. Syarat mengiluti perjanjian adalah 1) Yang
melakukan perjanjian memiliki kewenangan; 2) kerelaan; 3) isi perjanjian dan
objeknya tidak dilarang oleh Agama Islam; 4) Perjanjian penting harus ditulis; 5)
saling memberi dan menerima (take and give).
5. Perjanjian ada yang selamanya (muabbad) dan sementara (muaqqat).
6. Perjanjian terbuka dan tertutup.
7. Menaati perjanjian.
8. Siasah dauliyyah dan orang asing.

Yang menjadi pembahasan dalam siasah maaliyah adalah sekitar:


1) Prinsip-prinsip kepemilikan harta.
2) Tanggung jawab sosial yang kokoh, tanggungjawab terhadap diri sendiri, terhadap
keluarga, tanggung jawab terhadap masyarakat dan sebaliknya.
3) Zakat: zakat hasil bumi, emas, perak, ternak dan zakat fitrah.
4) Harta karun.
5) Kharaj (pajak).
6) Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris.
7) Jizyah.
8) Ghanimah dan fai.
9) Bea cukai barang import.
10) Eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.

3. Toleransi antar Umat Beragama


Islam adalah agama yang menganjurkan kedamaian dan ketentraman hidup di
kalangan umatnya dan antara umat Islam dengan umat beragama lainnya. Keyakinan
akan kebenaran agama Islam itu mengharuskan umatnya untuk tunduk dan patuh
kepada perintah-perintah Allah dan menjauhkan dari larangan-laranganNya. Dalam
kaitan dengan hubungan sosial, Al-Quran memberikan petunjuk agar umatnya
menunjukkan kasih sayang kepada seluruh makhluk yang ada di sekelilingnya dan
menjadi rahmat dan kasih sayang ini sebagai ciri khas umat Islam dalam menjalankan
peran sosialnya dalam lingkup kehidupan masyarakat.
Dalam hubungan dengan pihak lain, umat Islam dituntut untuk menunjukkan
pribadi yang memberi keteladanan dalam seluruh perilaku hidupnya, sehingga dapat
memberikan perasaan akrab dan aman bagi umat lainnya, karena hakikat ajaran Islam
adalah memberikan rahmat bagi seluruh umat, termasuk di dalamnya umat beragama
lain. Semua itu diberikan kebebasan dengan syarat tidak masuk padasistem ritualitas
agama lain atau turut meyakini keimanan agama lain. (lihat Al-Quran surah Al-
Kafirun).

Soal Latihan :
1. Jelaskan definisi syariah, dan jelaskan ruang lingkup ajarannya
2. Jelaskan tiga sifat ajaran syariah yang menunjukan keutamaanya
3. Jelaskan perbedaan ketetapan Allah SWT yang berlaku pada
perkara ibadah dan perkara muamalah
4. Jelaskan maksud beberapa istilah berikut ini : Mudharabah,
murabahah dan syirkah

40
V V I. A JA R A N A K H L A K
I.
A
J
A
R
A
N
A
K
H
L
A
K

Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat memahami seluk-beluk ajaran
Akhlak dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ajaran
Akhlak
2. Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup
ajaran Akhlak

Abstrak
Ditengarai bahwa dekadensi moral dewasa ini semakin terasa.Dan banyak fakar menilai
bahwa terjadi berbagai krisis yang bersifat dimensional sesungguhnya bermuara pada krisis
moral ini.Untuk itulah kurikulum di sekolah dalam berbagai jenjangnya memperhatikan
secara khusus pada pendidikan karakter menuju terciptanya pribadi dengan kepribadiannya
yang handal.Ajaran Islam tentang moralitas tercakup dalam ajaran akhlak yang berintikan
tata aturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan petunjuk Al-Quran dan
Hadits. Kita optimis manakala ajaran akhlak ini diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari secara baik dan benar maka akan menciptakan manusia-manusia dengan kepribadiannya
yang handal sesuai dengan tujuan pendidikan karakter yang telah ditetapkan. Berikut ini
akan diuraikan seluk-beluk ajaran akhlak untuk dipahami dan diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
A. Pengertian Ajaran Akhlak
Kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Arab:akhlaq,
bentuk jamak kata khuluq atau al khuluq, artinya tingkah laku, perangai, tabiat.

41
Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Dengan
demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara
spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila perbuatan spontan
itu baik menurut akal sehat dan agama, maka tindakan itu disebut akhlak yang baik
atau akhlakul karimah. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau
akhlakul mazmumah.
Perkataan akhlak sering juga disamakan dengan kesusilaan,budi pekerti, dan
perangai. Bahkan dalamkehidupan sehari-hari akhlak juga dipadankan dengan istilah
moral dan etika. Secara khusus, Moral berasal dari Bahasa Latin mores yang berarti
adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum
atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.Etika adalah suatu tatanan perilaku
berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu. Etika lebih banyak
dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk
itu adalah akal manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat
teoritis sedangkan moral bersifat praktis.
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar
penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan
buruk akhlak berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika
berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. Jika
Masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik, maka baik pulalah nilai perbuatan
itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dantemporal,
sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi.
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam
jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari. Inilah
yang menjadi misi diutusnya Rasulullah Saw sebagaimana disabdakannya:
Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia ( HR. Ahmad dan
Baihaqi )
Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya.(HR Tarmizi ).
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.
Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syariat akan lahir akhlak yang baik,
atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syariat Islam
telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
Lebih rincinya karakteristik akhlak dapat dilihat sebagai berikut :
1. Mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan
menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
2. Sumber atau ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada Al-Quran dan
Sunnah Rasulillah Saw.
3. Bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh
seluruh umat manusia disegala waktu dan tempat.
4. Mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur.
B. Ruang Lingkup Ajaran Akhlaq

42
Akhlak seseorang adalah perilaku yang dimanifestasikan kedalam
perbuatan. Bisa saja sikap seseorang tidak digambarkan dalam perbuatan atau
tercermin dalam perilaku sahari-hari. Jadi ada kontradiksi antara sikap dan tingkah
laku. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis hal tersebut terjadi, tetapi
dipandang dari sudut Islam tidak boleh, atau kalaupun terjadi termasuk iman yang
lemah.
Ruang lingkup akhlak dalam Islam meliputi semua aktivitas manusia
dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Uraian secara rinci sebagai berikut :
1. Akhlak yang berhubungan dengan Allah SWT:
a. Mentauhidkan Allah SWT dengan sebenar-benar pentauhidan; (lihat Al-Quran
Surah Al-Ikhlas ayat 1 4)
b. Senantiasa menunjukkan ketakwaannya kepada Allah SWT (lihat Al-Quran
Surah An-Nisaa ayat 1)
c. Selalu memanjatkan doa dengan segala harap (lihat Al-Quran Surah Al-
Muminun ayat 60)
d. Senantiasa melakukan dzikrullah dan mensyukuri nikmat dan karunia yang
dianugerkan Allah SWT kepadanya. (lihat Al-Quran Srah Al-Baqarah ayat
152)
e. Mengembangkan sikap cinta kepada Allah SWT yang ditunjukkan dengan
perbuatan taat dalam kehidupan nyata (lihat Al-Quran Surah Al-Maidah ayat
54)
f. Bersikap tawakkal terhadap ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
(lihat Al-Quran Surah Ali Imran ayat 159)
2. Akhlak terhadap diri sendiri
a. Bersikap sabar dalam menjalan hidup dan kehidupan (lihat Al-Quran Surah
Al-Baqarah ayat 153)
b. Mengembangkan sikap syukur terhadap berbagai nikmat yang dilimpahkan
Allah SWT (lihat Al-Quran Surah An-Nahl ayat 14)
c. Menunjukkan sikap tawadlu (rendah hati, tidak sombong) dalam bergaul
dengan sesama (lihat Al-Quran Surah Luqman ayat 18)
d. Selain itu, menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran,hilmun (menahan amarah),
iffah (menahan diri dari melakukan yang terlarang), amanah, jujur, syajaah,
qanaah,memelihara kesucian diri, menutup aurat, dan ikhlas.
3. Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat
a. Selalu berbakti kepada orang tua (birrul walidain) (lihat Al-Quran Surah An-
Nisa ayat 36)
b. Adil terhadap saudara dengan saling menunaikan kewajiban dan memperoleh
hak (lihat Al-Quran Surah An-Nahl ayat 90)
c. Membina dan mendidik keluarga atau anak dengan kasih sayang (lihat Al-
Quran Surah At-Tahrim ayat 6)
d. Memelihara keturunan, memelihara hubungan silaturrahim dan melanjutkan
silaturrahim yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia (lihat Al-Quran
Surah An-Nahl ayat 58-59)
4. Akhlak terhadap masyarakat
a. Peduli dan berusaha mengembangkan ukhuwah (persaudaraan) (lihat Al-Quran
Surah Al-Hujuraat ayat 10)

43
b. Gemar tolong menolong (taawun) (lihat Al-Quran Surah Al-Maidah ayat 2)
c. Berlaku adil terhadap siapa saja, tidak memihak pada seseorang atau kelompok
orang tertentu (lihat Al-Quran Surah An-Nisa ayat 58)
d. Bersikap pemurah dan penyantun pada sesama (lihat Al-Quran Surah Ali
Imran ayat 92 dan 133)
e. Mudah memberikan maaf terhadap kesalahan orang lain (lihat Al-Quran Surah
Ali Imran ayat 159)
f. Jika berjanji selalu berusaha keras untuk menepatinya (lihat Al-Quran Surah
Al-Israa ayat 34)
g. Mendahulukan musyawarah dalam menghadapi atau memutuskan masalah
(lihat Al-Quran Surah Asy-Syuura ayat 38)
h. Senang berwasiat dalam kebenaran dengan cara yang bijaksana (lihat Al-
Quran Surah Al-Ashr ayat 1-3)
5. Akhlak terhadap alam
Misi Agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia
tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya :
tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam. (Q.S. Al-Anbiya,21:107)
Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di
muka bumi, yaitu sebagai wakil Allah SWT yang bertugas memakmurkan, mengelola,
dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.
Memakmurkan alam berarti mengelola sumber dayanya sehingga dapat memberi
manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa merugikan alam itu sendiri. Allah SWT
menyediakan bumi yang subur ini untuk disikapi oleh manusia dengan kerja keras
mengolah dan memeliharanya sehingga melahirkan nilai tambah yang tinggi.
Kekayaan alam yang berlimpah disediakan Allah SWT untuk disikapi dengan cara
mengambil dan memberi manfaat dari dan kepada alam serta melarang segala bentuk
perbuatan yang merusak alam. Firman Allah SWT :

Artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Q.S. Al-
Qashash,ayat 77).

44
Alam atau lingkungan yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang
berlipat-lipat, sebaliknya apabila dibiarkan merana atau hanya diambil manfaatnya akan
mendatangkan malapetaka bagi manusia.
Akibat akhlak yang buruk terhadap lingkungan dapat disaksikan dengan jelas
bagaimana hutan yang dieksploitasi tanpa batas melahirkan malapetaka kebakaran hutan
yang menghancurkan hutan dan habitat hewan-hewannya. Eksploitasi kekayaan laut yang
tanpa memperhitungkan keletarian ekologi laut melahirkan kerusakan hebat habitat hewan
laut.
Semua itu karena semata-mata mengejar keuntungan ekonomis yang bersifat
sementara, mendatangkan kerusakan alam yang parah yang tidak bisa direhabilitasi dalam
waktu puluhan bahkan ratusan tahun.Inilah persoalan yang dihadapi oleh manusia pada
abad ini, apabila tidak diatasi akan dapat menghancurkan lingkungan sekaligus
mendatangkan malapetaka yang hebat bagi manusia itu sendiri. Firman Allah SWT :

Artinya :
Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Rum,ayat 41).
Kerusakan alam dan ekosistem di lautan dan daratan terjadi akibat manusia tidak
sadar, sombong, egois, rakus, dan angkuh. Semua itu merupakan bentuk akhlak terhadap
lingkungan yang buruk dan sangat tidak terpuji.

C. Ajaran Tasawuf dan Hubungannya dengan Akhlak


Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Tuhan (Allah)
dengan cara mensucikan hati (tashfiat al-qalbi). Hati yang suci bukan
hanya bisa dekat dengan Tuhan malah dapat melihat Tuhan (al-
marifah).Dalam tasawuf disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Suci
tidak dapat didekati kecuali oleh hati yang suci.
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan mana
nilai yang buruk juga bagaimana mengubah akhlak yang buruk agar
menjadi baik maka ilmu tasawuf menerangkan bagaimana cara
mensucikan hati (tashfiat al-qalbi), agar setelah hatinya suci yang
muncul dari prilakunya adalah akhlak al-karimah. Perbaikan akhlak,
menurut ilmu tasawuf, harus berawal dari penyucian hati.
Para ahli sufi berpendapat bahwa cara menyucikan ada 4 macam,
yaitu:
1. Ijtinab al-manhiyyat (menjauhi larangan Tuhan).
2. adaa al-wajibat (melaksanakan kewajiban-kewajiban Tuhan).
3. adaa al-naafilat (melakukan hal-hal yang disunatkan), dan
4. Riyadhah (latihan spiritual sebagaimana yang diajarkan
Rasulullah).

45
Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya
sedang manusia tidak berakhlak (a moral) adalah manusia yang kotor
dan sakit hatinya.Namun seringkali manusia tidak sadar kalau hatinya
sakit.Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia tidak berusaha
untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati lebih berbahaya ketimbang
penyakit fisik. Penyakit hati ini jika tidak disembuhkan maka akan
berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.

Soal Latihan :
1. Jelaskan pengertian akhlak baik secara etimologi maupun terminologi
2. Samakah antara etika dan akhlak ? Jelaskan pendapat anda
3. Ruang lingkup ajaran akhlak meliputi seluruh aktivitas manusia dalam hidup dan
kehidupan. Jelaskan maksudnya. Jelaskan pula tolak ukur untuk mengetahui suatu
perbuatan dinilai terpuji atau tercela menurut ilmu akhlak

Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat memahami perspektif Islam tentang
pengembangan iptek
Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep Islam tentang
pengertian ilmu
2. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep Islam tentang
klasifikasi ilmu
3. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep Islam tentang
kewajiban menuntut ilmu
Abstrak
Seekor sapi yang besar tentu lebih malah harganya dibanding dengan seekor sapi yang kurus
kerempeng. Lain lagi dengan ayam jago jenis ayam kate, semakin kecil tubuhnya semakin mahal
harganya. Hal ini menunjukkah bahwa kualitas hewan diukur dari segi fisiknya.Sedangkan
manusia, kualitasnya tidak saja dilihat dari segi jasmaninya, tapi juga ruhaninya.Dan salah satu

46
aspek ruhani manusia adalah kemampuannya memiliki dan mengembangkan serta
mendayagunakan ilmu yang dimilikinya untuk kemaslahatan hidup baik secara individual maupun
sosial.Islam adalah agama yang memberikan apresiasi yang tinggi terhadap ilmu dan orang yang
memiliki serta mengembangkannya.Berpijak pada aksioma ini, uraian berikut menyajikan secara
ringkas bagaimana perspektif Islam tentang ilmu.
A. Pengertian Ilmu
Dalam sudut pandang filsafat Ilmu, pengetahuan dan ilmu sangat berbeda
maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui
tangkapan panca indra, intuisi , dan filsafat . Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang
sudah diklasifikasikan, diorganisir, disistematisasi, dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang
secara ilmiah. (Depag RI: 2003). Dengan perkataan lain, ilmu pengetahuan berarti
sistem dari berbagai pengetahuan yang mempunyai lapangan pengalaman tertentu,
sehingga menjadi satu kesatuan, suatu sistem dari berbagai ilmu pengetahuan, yang
masing-masing dihasilkan dari pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti
dengan metode-metode tertentu.
Dalam pandangan filsafat, suatu bangunan ilmu terdiri dari tiga unsur pokok
sebagai berikut:
1. Ontologi, artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang jelas.
Obyek studi harus bisa diidentifikasikan dapat diberikan batasan, dapat diuraikan,
sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua buah yaitu obyek
material dan obyek formal.
2. Epistemologi, artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang
jelas. Metode kerja suatu bidang studi dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu
metode deduksi, induksi, dan edukasi.
3. Aksiologi, artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau
manfaatnya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum,
generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan
logis, sistematis, dan koheren. Dalam teori dan konsep tersebut tidak terdapat
kerancuan pikiran, atau penentangan kontradiktif di antara satu sama lainnya.
Dalam perspektif Islam, baik ontologi, epistemologi, dan aksiolagi bermuara
pada tauhid sebagai porosnya. Aspek ontologi menguak kebenaran eksistensi Allah
SWT, aspek epistemologi menelusuri berbagai ilmu yang punya implikasi penyadaran
akan kemahabesaran Allah Swt, dan aspek ontologi memoles suatu ilmu dengan nilai-
nilai Ilahiyah. Allah SWTberfirman :

Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (QS. Ali Imran : 190)

B. Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Ghazali


Dalam berbagai karyanya, al-Ghazali menyebut empat klasifikasi ilmu yaitu;
1.ilmu-ilmu teoritis dan praktis, 2.ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai,
3.ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual, dan 4. ilmu fardlu ain (kewajiban

47
setiap orang) dan ilmu fardlu kifayah (kewajiban masyarakat). Menurut al-Ghazali,
keempat klasifikasi itu adalah sah, walau derajat keabsahannya tidak sama.
Mengenai ilmu teoritis dan praktis, al-Ghazali mengatakan ilmu teoritis adalah
ilmuyang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud diketahui sebagaimana adanya.
Ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk memperoleh
kesejahteraan di dunia dan di akhirat nanti.Tentang ilmu yang dihadirkan dan ilmu
yang dicapai, pembagiannya didasarkan atas perbedaan cara-cara mengetahuinya.
Menurut al-Ghazali, pengetahuan yang dihadirkan bersifat langsung, serta merta,
suprarasional (di atas atau di luar jangkauan akal), intuitif (secara intuisi, berdasarkan
bisikan hati) dan kontemplatif (bersifat renungan). Dia menyebut ilmu iniantara lain,
dengan sebutan ilmu ladunni.Ilmu yang dicapai, adalah ilmu yang dapat dijangkau
dengan akal manusia (ilmu insani). Pembagian ladunni dan insani Ghazali ini, sama
dengan klasifikasi Ibnu Khaldun ke dalam ilmu naql (dari wahyu)dan ilmu akal (dari
pikiran).
Ketika menjelaskan perbedaan antara ilmu-ilmu keagamaan dengan ilmu hasil
penalaran (intelektual),al-Ghazali mengatakan bahwa ilmu-ilmu keagamaan ialah ilmu-
ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir melalui akal manusia biasa. Sedangkan
yang dimaksud dengan ilmu-ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau
diperoleh melalui intelek (daya atau kecerdasan berpikir).
Pembagian ilmu ke dalam kategori fardlu ain dan fardlu kifayah dilakukan oleh
al-Ghazali berdasarkan pertimbangan bahwa fardlu ain merujuk pada kewajiban
agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah. Adapun istilah fardlu kifayah,
merujuk kepada hal-hal yang merupakan perintah Ilahi yang bersifat mengikat
komunitas (kelompok orang) muslim dan muslimat sebagai satu kesatuan. As-
Syafiimendefinisikan fardlu kifayah itu sebagai kewajiban kemasyarakatan.kalau
sudah ada sekelompok orang yang melakukannya, yang lain bebas dari kewajiban
mengerjakan fardlu kifayah tersebut. Pembagian ilmu menjadi fardlu ain dan fardlu
kifayah di atas didasarkan Ghazali pada perbedaan antara dua kewajiban yang
berhubungan dengan pencarian ilmu pengetahuan.
Dalam klasifikasi ilmu menurut al-Ghazali, yang paling penting adalah
pembagian ilmu keagamaan (religius) dan ilmu kecerdasan pikiran (intelektual) yang
dihukumkan kepada fardu ain dan fardu kifayah.Al-Ghazali membagi ilmureligius
(keagamaan) menjadi a. ilmu tentang prinsip-prinsipdasar (al-ushul) b. Ilmu tentang
cabang (furu) atau prinsip-prinsip turunan.
Adapun Ilmu-ilmu Intelektual (kecerdasan pikiran) terdiri dari:
a.matematika b. logika, c. fisika dan ilmu alam, dan d. ilmu-ilmu tentang wujud di
luar alam atau metafisika.
C. Kewajiban Menuntut Ilmu
Ketika membicarakan klasifikasi ilmudi atas, al-Ghazali menyebut dalam
klasifikasinya, ilmu fardlu ain dan ilmu fardlu kifayah.Istilah fardlu ain merujuk pada
kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah.Ilmu fardlu ain adalah
ilmu yang wajib dituntut, dicari dan diamalkan oleh setiap pemeluk agama Islam.
Istilah fardlu kifayah merujuk pada hal-hal yang merupakan perintah Ilahi yang
mengikat komunitas muslim dan muslimat sebagai satu kesatuan, tidak mengikat setiap
anggota komunitas.

48
Sebagai contoh, mempelajari agama dengan mengikuti mata kuliah Pendidikan
Agama adalah fardlu ain (kewajiban individual setiap mahasiswa dalam Negara
Republik Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (pasal 29 ayat (1)
UUD 1945 dan sila pertama Pancasila), sesuai dengan agama yang dipeluknya.
Mempelajari ilmu kedokteran adalah fardlu kifayah bagi komunitas mahasiswa
Indonesia, tetapi kewajiban itu tidak mengikat bagi mahasiswa Fakultas Hukum,
karena sudah ada mahasiswa Fakultas Kedokteran yang melakukan atau
mempelajarinya. Tetapi, kalau tidak ada seorang pun mahasiswa Indonesia
mempelajari ilmu kedokteran, dilihat dari fardlu kifayah (kewajiban sosial atau
kewajiban kemasyarakatan) ini, semua anggota komunitas Indonesia, terutama
mahasiswanya, berdosa karena meninggalkan atau tidak melaksanakan fardu kifayah
itu, dan memikul akibatnya kalau misalnya, ada anggota komunitas Islam Indonesia
sakit, tidak ada ahli ilmu kedokteran (dokter), yang mengobati dan menyembuhkannya.
Kalau klasifikasi Ghazali tersebut di atas dihubungkan dengan ilmu, maka
menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, laki-laki dan perempuan, tua dan muda,
dewasa atau anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan
kemampuan. Menuntut atau mencari ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim
dan muslimah (tanpa membedakan jenis kelamin). Dasarnya banyak terdapat baik di
dalam Al-Quran maupun di dalam Hadits.
Karena pentingnya ilmu, Al-Quran menyebutkan perbedaan yang jelas antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Menurut Al-Quran hanya
orang-orang yang berakal (yang berilmu) yang dapat menerima pelajaran (Q.S. az-
Zumar:9). Dan hanya orang-orang yang berilmu yang takut kepada Allah SWT (Q.S.
Fathir:28) bersama dengan para malaikat (Q.S. Ali Imran:18). Hanya orang-orang yang
berilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan Allah SWT
melalui perumpamaan-perumpamaan (Q.S. al-Ankabut :43). Karena itu, para Nabi,
sebagai manusia-manusia terbaik, dikaruniai pengetahuan. Allah SWT mengajarkan
kepada Adam nama-nama semua benda (Q.S.Al-Baqarah:31-33), dan menunjukkan
kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi (Q.S.al-Anam:75), mengajarkan kepada Isa
al-kitab, hikmah, taurat dan Injil (Q.S. Ali Imran:48).
Disamping itu, kepada nabi-nabi tertentu, Allah SWT memberi ilmu khusus
sehingga ia mempunyai kemampuan yang unik (lain dari yang lain, satu-satunya).
Kepada Yusuf misalnya, AllahSWTmemberikan ilmu untuk menjelaskan arti sebuah
mimpi (Q.S.Yusuf :6), kepada Daud diajarkan-Nya ilmu membuat baju besi, supaya ia
terlindung dari bahaya peperangan (Q.S.al-Anbiya:80), sedang kepada Sulaiman,
menurut al-Quran surat al-Naml ayat 16, diberi-Nya pengetahuan tentang bahasa
burung.Kepada Nabi Muhammad Saw pun Allah SWT memberi berbagai ilmu. Ilmu
yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw tercermin dalam
kehidupannya sebagai Rasulullah Saw. Oleh karena itu dapatpuladikatakan bahwa
kehidupan Rasulullah Saw adalah contoh hidupQurani atau dengan perkataan lain,
Rasulullah Saw adalah Al-Quran dalam praktek.
Ilmu yang terdapat dalam Al-Quran diteladankan oleh Nabi Saw melalui
ucapan, perbuatan dan sikap beliau.Karena itu, Sunnah Rasulullah yang kini terdapat
dalam kitab-kitab hadits menjadi sumber pengetahuan yang kedua.
Menurut Sunnah Nabi Muhammad Saw, manusia dalam hubungannya dengan
ilmu, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1.Orang yang berilmu (alim), 2.Pencari

49
ilmu (mutaallim), dan 3.orang awam. Para ilmuwan atau (alim, ulama) menurut
adalah pewaris para nabi. Tinta mereka lebih mulia dari darah orang yang mati syahid.
Tuhan akan memudahkan jalan ke surga bagi orang-orang yang berilmu. Ilmuwan,
kata beliau,akan berada ditengah-tengah para nabi dan syuhada (orang yang mati
syahid) di hadapan Tuhan di akhirat nanti .
Mencari ilmu sampai ke Negeri Cina mengandung makna bahwa ilmu yang
dituntut, yang dicari tidak hanya ilmu agama tetapi semua ilmu yang bermanfaat bagi
hidup dan kehidupan manusia baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Rasulullah
Saw bersabda :Barang siapa yang menginginkan kebaikan di dunia,hendaklah ia
mencari ilmu; barang siapa menginginkan kebaikan di akhirat, hendaklah ia mencari
ilmu; dan barang siapa mnginginkan kedua-duanya, hendaklah ia mencari
ilmu.Sebab kebaikan dunia akhirat (kedua-duanya) hanya dapat diperoleh dengan
ilmu.
Menelusuri pandangan Al-Quran tentang teknologi, mengundang kita untuk
melihat sekian banyak ayat yang berbicara tentang alam semesta.Menurut para ahli
terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan
fenomenanya yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan
alam. Secara tegas dan berulang-ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam semesta
diciptakan dan ditundukkan bagi (kepentingan) manusia, seperti yang disebutkan pada
awal surat al-Jatsiyah sebagai berikut:

Artinya :
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) untuk orang-orang yang beriman. (4). Dan pada penciptaan kamu dan pada
binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini, (5). dan pada pergantian malam dan siang
dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu
bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang berakal.(Q.S. Al-Jatsiyah: 3-5).

Al-Quran menyebutkan sifat dan dan ciri-ciri alam semesta antara lain:
1. Segala sesuatu di alam semesta mempunyai sifat, ciri dan hukum yang di dalam Al-
Quran surat al-Rad (13) ayat 8 disebut ukuran.
2. Semua yang berada di alam semesta tunduk kepada-Nya.Hanya kepada Allah-lah
tunduk sgala (yang ada) di langit (yang ada) di bumi baik secara sukarela maupun
karena terpaksa..., demikian makna firman Tuhan pada awal ayat 15 surat al-Rad
(13).
3. Benda-benda alam, apalagi yang tidak bernyawa, tidak diberi kemampuan untuk
memilih, sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hukum-hukum-Nya. Allah SWT
berfirman:

50
Artinya:
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".(Q.S.
al-Fussilat: 11)

Manusia diberi kemampuan untuk mengetahui sifat, ciri dan hukum-hukum yang
berkaitan dengan alam semesta, sebagaimana diinformasikan oleh firman-Nya dalam Al-
Quran Surat Al-Baqarah ayat 31 yang telah disinggung di muka, manusia berpotensi
mengetahui rahasia alam semesta. Adanya potensi itu dan tersedianya lahan atau bahan
ciptaan Allah serta ketidakmampuan alam semesta membangkang (tidak patuh) terhadap
perintah Allah SWT dan hukum-hukum-Nya, memungkinkan ilmuwan secara pasti
mengetahui hukum-hukum alam yang disebut Sunnatullah di atas.Karena itu pula manusia
berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan alam itu.Keberhasilan
manusia memanfaatkan alam merupakan buah ilmu pengetahuan dengan bantuan
teknologi (iptek).
Soal Latihan :
1. Jelaskan pengertian ilmu pengetahuan yang anda ketahui
2. Dalam perspektif Islam, baik ontologi, epistemologi, dan aksiolagi bermuara pada
tauhid sebagai porosnya. Jelaskan maksudnya
3. Jelaskan klasifikasi ilmu menurut Imam al-Ghazali
4. Paparkan secara singkat nilai-nilai Al-Quran tentang pentingnya ilmu
pengetahuan bagi manusia

VIII. VIII. PERSPEKTIFISLAMTENTANGTEKNOLOGI


PERSPE
KTIF
ISLAM
TENTAN
G
TEKNOL
OGI

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami perspektif Islam tentang
pengembangan iptek
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mahasiswa dapat menjelaskan nilai-nilai dasar ajaran
Islam terkait dengan pengembangan teknologi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan sikap yang mestinya
dimiliki dalam menghadapi perkembangan teknologi

Abstrak

51
Rusli Karim dalam bukunya Agama dan Masyarakat Industri Modern menjelaskan bahwa
pertumbuhan ilmu pengetahuan telah mendorong perkembangan teknologi, sebaliknya
semakin mekar teknologi bertambah besar pula peluang kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan
kata lain hubungan timbal balik antara keduanya terus menerus memungkinkan proliferasi
antar keduanya.Secara normatif Islam sebenarnya meletakkan dasar-dasar fundamental untuk
pengembangan teknologi baik dalam artian dasar materialnya maupun dasar etika
pengembangannya.Oleh karena itulah apresiasi masyarakat muslim terhadap perkembangan
teknologi mestinya dalam dua arah, yakni mendorong umatnya untuk turut serta dalam
pengembangan iptek, dan pada arah yang lain menyuarakan etika Islam dalam implementasi
hasil-hasil temuan teknologi.

A. Nilai-Nilai Dasar Ajaran Islam Terkait


dengan Pengembangan Teknologi
Perkembangan pesat teknologi pada dasarnya dipacu oleh keinginan manusia
untuk berkehidupan secara efektif dan efesien. Jelasnya ada dua manfaat teknologi
yang dapat dirasakan, yakni:
1. Upaya mempernyaman dan mempermudah hidup dan kehidupan untuk tujuan
pengabdian pada Allah SWT secara sempurna.
2. Sebagai sarana pengembangan kebudayan manusia secara global dan mondial.
Umat Islam sebagai bagian dari kehidupan ini tentu saja memiliki kepentingan
untuk turut memiliki dan mengembangkan teknologi.Dengan dimilikinya teknologi
umat Islam lebih efektif dan efesien dalam menjalankan fungsi kekhalifahannya
dalam membangun kesanggupan dan keberanian umat Islam dalam memikul
tanggung jawab menghadapi realitas kehidupan, dan mencegah masalah-masalah
yang membelenggu kehidupan.
Ajaran Islam sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar pengembangan
teknologi berikut etika aplikasinya. Yang belum dimiliki untuk saat ini adalah
kemampuan inovatif untuk melakukan penyesuaian dan respons secara kreatif segala
perubahan dan tantangan yang dihadapinya. Umat Islam selama ini terlalu terlena
dengan dirinya sendiri sebagai akibat dari sikap eksklusif, serta selalu berada dalam
posisi bertahan dengan sikap-sikap apologis yang tidak profesional.
Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan
kemampuan ilmiahnya.Jangankan manusia (biasa), Nabi Muhammad Saw pun
sebagai Rasulullah diperintahkan selalu berusaha dan berdoa agar pengetahuannya
bertambah. Doanya dirumuskan Allah SWT sendiri di ujung ayat 114 surat Thaha,
berbunyi: rabbi zidni ilma, yang artinya: Tuhanku tambahlah ilmu
(pengetahuan)-ku.Doa ini perlu selalu diucapkan, dimohonkan kepada Allah SWT
agar ilmu kita ditambah-Nya, sebab Dialah sumber segala ilmu. Allah SWT
berfirman:

Artinya :

52
Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa)
karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung
saudaranya.Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf.Tiadalah patut
Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah
menghendakinya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki: dan di atas
tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (Q.S.
Yunus: 76)

Disamping itu perlu dikemukakan bahwa manusia memiliki naluri haus


pengetahuan, sebagaimana dilukiskan Rasulullah Saw dalam sunahnya bahwa ada
dua keinginan yang tidak pernah terpuaskan yaitu keinginan menuntut (mencari)ilmu
dan keinginan memperoleh (mencari) harta.

B. Sikap yang Mestinya Dimiliki dalam Menghadapi


Perkembangan Teknologi
Berpijak pada uraian sebelumnya, Islam sesungguhnya menjadi pendorong
manusia untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi dengan
memanfaatkan anugerah Allah SWT kepada manusia. Kini, ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus berkembang karena
umumnyabermanfaat bagi kehidupan manusia. Berkat hasil pengetahuan dan
teknologi banyak segi kehidupan umat Islam dipermudah.Dahulu, untuk mengetahui
waktu shalat misalnya, orang Islam harus melihat kedudukan matahari dengan mata
kepala.Sekarang, cukup dengan melirik jarum arloji yang melekat di pergelangan
tangan atau susunan angka yang memberitahukan pukul berapa.
Karena manfaatnya itu laju teknologi tidak mungkin dibendung, yang perlu
diusahakan adalah mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia, tidak untuk merusak dan
membahayakan umat manusia serta lingkungan hidupnya. Pengarahnya adalah agama
dan moral yang selaras dengan ajaran agama. Dalam pengembangan ilmu dan
penerapan teknologi, agama Islam potensial mampu menjadi pemaduagama dengan
iptek, mampu memadukan wahyu dengan rakyu (akal pikiran manusia), mampu
memadukan agama yang diistilahkan dengan iman dan takwa (imtak) dengan iptek
dalamkehidupankontemporer. Dan disinilah letak hubungan antara agama Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan Hadits dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
yang bersumber dari akal dan penalaran manusia.
Soal Latihan :
1. Jelaskan dampak positif perkembangan iptek
2. Jelaskan pula dampak negatifnya
3. Jelaskan perspektif Islam tentang perkembangan iptek
4. Jelaskan dua sikap yang seharusnya dikembangkan umat Islam dalam menghadapi
laju perkembangan iptek

53
I X . I X . P E R S P E K T I F I S L A M T E N T A N G S E N I
P E R
S P E
K T I F
I S L A
M
T E N T
A N G
S E N I

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat memahami perspektif Islam tentang
seni
Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mahasiswa dapat menjelaskan nilai-nilai dasar ajaran
Islam terkait dengan seni
2. Mahasiswa dapat menjelaskan sikap yang mestinya
dimiliki dalam menghadapi perkembangan seni
3. Nilai-Nilai dalam Kesenian Seni dalam Sejarah
Abstrak

54
Seni merupakan ekspresi jiwa yang halus, indah, dan lembut, sehingga dapat menimbulkan
suasana yang tenteram dan sejuk. Oleh karenanya seni selalu dimiliki oleh manusia normal.Dalam
ajaran Islam, seni menduduki tempatnya yang istemewa, dalam artian yang terarah kepada hal-hal
yang bersifat fositif; merupakan ekspresi akhlak al-karimal, dan jauh dari hal-hal negatif seperti
rangsangan syahwat yang menjerumuskan seseorang melakukan kemungkaran.

A. Nilai-nilai Dasar Ajaran Islam Terkait


dengan Seni
Seni merupakan realitas kehidupan manusia.Ia lahir sebagai
bagian dari budaya manusia dari masa ke masa. Oleh karena itu
suatu bentuk kesenian bisa muncul, hilang, atau lestari.Quraisy
Shihab memahami munculnya seni dari sisi terdalam manusia yang
didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apapun
jenis keindahan itu.Dorogan tersebut merupakan naluri manusia,
atau fitrah yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-
Nya.(Quraisy Shihab: 1996).
Di sisi lain Al-Quran memperkenakan agama yang lurus sebagai
agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Firman Allah SWT:

Artinya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. ar-Rum:
30)
B. Sikap Menghadapi Perkembangan Seni
Merupakan satu hal yang mustahil, bila Allah SWT yang
menganugerahkan manusia potensi untuk menikmati dn
mengekspresikan keindahan, kemudian Dia melarangnya. Bukankah
Islam agama fitrah?Segala yang bertentangan dengan fitrah
ditolaknya, dan yang mendukung kesuciannya
ditopangnya.Keindahan alam raya ini adalah pembuktian keesaan
Allah SWT.Mengabaikan sisi-sisi keindahan yang terdapat di alam
raya ini, berarti mengabaikan salah satu dari bukti keesaan Allah
SWT.Dan mengekspresikannya dapat dianggap sebagai upaya
membuktikan kebesaran-Nya.Karena ituIman al-Ghazali menulis
dalam kitab-Nya Ihya Ulumuddin bahwa siapa yang tidak terkesan

55
hatinya di musim bunga dengan kembang-kembangnya, atau oleh
alat musik dan getaran nadanya, maka fitrahnya telah mengidap
penyakit paah yang sulit diobati.
Berkaitan dengan perkataan Imam al-Ghazali tersebut, dapat
dipahami misalnya Surah asy-Syam, adh-Dhuha al-Lahab, atau an-
Naziat.Dalam surah-surah tersebut perlu digarisbawahi adanya nada
dan irama yang unik.Ini berarti Allah SWT sendiri berfirman dengan
menyampaikan kalimat-kalimat yang memiliki irama dan nada.Inilah
yang kemudian disebut oleh sementara ilmuwan Al-Quran dengan
Musiqa al-Quran (musik Al-Quran).RasulullahSaw sendiri bersabda
Perindahlah Al-Quran dengan suara kamu (HR. Bukhari dan Abu
Daud).
Dari uraian di atas, bukankah semua itu menunjukkan bahwa
menyanyikan Al-Quran tidak terlarang. Dan karena itu menurut
Quraisy Shihab menyanyi secara umum pun tidak terlarang kecuali
kalau nyanyian tersebut tidak sejalan dengan tuntunan ajaran Islam.

Soal Latihan :
5. Jelaskan nila-nilai seni dalam Al-Quran Surah asy-Syam
6. Jelaskan sikap seorang muslim terhadap perkembangan seni

DAFTAR PUSTAKA

56
1. C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta:Obor Indonesia,
1989
2. Departemen Agama RI, Al-Quran l-Karim, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985
3. Komaruddin Hidayat, Islam untuk disiplin ilmu astronomi, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2000
4. Mohammad Daud Ali, PendidikanAgama Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 1997
5. M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, Bandung:Mizan, 1999
6. Muslich Shabir, Riyadlus Shalihin I & II, terj., Semarang: Toha Putra, 1981
7. Mahzah, Ya`qub,Etika Islam, Bandung : Dipenogoro, 1983
8. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung: Almaarif, 1996
9. R.H.A. Syahirul Alim, Islam untuk disiplin ilmu pengetahuan alam dan teknologi,
Jakarta: Departemen Agama RI, 1995
10. Syahidin dkk, Moral dan Kognisi Islam, Bandung: CV Alfabeta, 2009
11. Thohir Luth dkk, Pendidikan Agama Islam, Malang: PPA Universitas Brawijaya
2007

57

Você também pode gostar